Anda di halaman 1dari 2

d.

Mengedepankan Prinsip Kemudahan dalam Beragama

Semua sepakat bahwa Islam adalah merupakan agama yang mudah serta mencintai dan
menganjurkan kemudahan. Banyak argumen yang dapat dituliskan menyangkut hal tersebut.
Secara umum para ulama membagi kemudahan ajaran Islam menjadi dua kategori yaitu:
pertama, kemudahan yang asli; kemudahan yang memang merupakan ciri khas dari ajaran
Islam yang memang moderat dan sesuai dengan naluri manusia. Kedua, kemudahan yang
dikarenakan ada sebab yang memudahkan lagi. Sebagai contoh adalah seseorang yang
sedang dalam perjalanan/musafir maka mendapat kemudahan untuk melakukan salat secara
jamak dan qasar. Demikian juga diperbolehkan untuk tidak berpuasa di bulan Ramadhan
bagi yang safar atau sakit dan masih banyak contoh lainnya.
Yang perlu dicatat bahwa kemudahan tersebut hendaklah mengikuti kaidah kaidah dalam
agama yang telah ditetapkan oleh para ulama, di antaranya adalah; 1) Benar-benar ada udzur
yang membolehkannya mengambil keringanan 2) Ada dalil syar’i yang membolehkan untuk
mengambil keringanan 3) Mencukupkan pada kebutuhan saja dan tidak melampaui batas dari
garis yang telah ditetapkan oleh dalil.
Prinsip kemudahan yang diajarkan Islam ini semestinya menjadikan pemeluknya untuk
dapat selalu bersikap moderat dalam mengekspresikan sikap beragamanya.
Sesungguhnya Allah SWT tidak menghendaki kesukaran bagi manusia. Allah memberikan
banyak kemudahan, karena itu ambilah kemudahan-kemudahan itu dan hindari kesukaran-
kesukarannya. Allah berfirman :
… ‫ُيِريُد ٱُهَّلل ِبُك ُم ٱۡل ُيۡس َر َو اَل ُيِريُد ِبُك ُم ٱۡل ُع ۡس َر َو ِلُتۡك ِم ُلوْا ٱۡل ِع َّدَة َو ِلُتَك ِّبُروْا ٱَهَّلل َع َلٰى َم ا َهَد ٰى ُك ۡم َو َلَع َّلُك ۡم َتۡش ُك ُروَن‬
Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur. (QS.Al-Baqarah (2):185) .

Ayat di atas sebenarnya berbicara dalam konsteks puasa, dimana bagi mereka yang
berhalangan atau karena alasan tertentu seperti sakit, bepergian, hamil, atau sedang menyusui
sehingga tidak bisa melaksanakan puasa ia bisa menggantinya dengan puasa pada hari lain
diluar di luar bulan Ramadhan atau menggantinya dengan membayar fidyah. Kelonggaran itu
sebagai bentuk kemudahan dan menghilangkan kesukaran yang akan dialami manusia jika
memaksakan diri untuk beribadah yang sesuai dengan ketentuan tekstualnya. Tentu saja, ayat
di atas juga bisa kita gunakan dalam konteks yang berbeda-beda dengan memahami prinsip
umumnya, yaitu bahwa Allah itu maha luas ilmunya dan Maha Bijaksana terhadap mereka
yang beriman. Kebijaksanaan Allah itu yang kemudian dinyatakannya bahwa Allah
menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran dalam segala sesuatu yang
dilakukan manusia.
Beragama yang memudahkan dan menggembirakan juga disabdakan oleh Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, sebagaimana sabdanya : Yasiiru wala
tu’aasiru wabassyiru walaa tunaffiru. Artinya “Mudahkanlah jangan kamu mempersulit dan
gembirakanlah dan jangan kamu membuat orang lain lari”. Dalam Hadits lain yang
diriwayatkan oleh Bukhari Rasulullah juga pernah bersabda : “Sesungguhnya agama itu
ringan. Dan tiada seorangpun yang memberat-beratkan agama melainkan ia dikalahkan
agama. Maka hendaklah kamu sekalian menjalankan agama itu dengan lurus. Berdekat-
dekatlah dan bergembiralah dan memohonlah pertolongan di waktu pagi, sore dan
sebagian di waktu malam”. Karena itu, jika Allah dan Rasul-Nya saja memberikan
kemudahan dan senantiasa mengajak bergembira dalam beramal dan beribadah, mengapa kita
tidak mau mengikutinya.
Mengambil kemudahan yang disediakan oleh Allah bukan berarti kita meremehkan
dan bermain-main atau sengaja melenceng dari syariat, karena kemudahan yang diberikan itu
memiliki batas-batas dan ketentuan yang telah ditetapkan. Kemudahan yang diberikan oleh
Allah bersifat kondisional, tergantung dengan situasi dan kondisi yang melingkupinya

Semua sepakat bahwa Islam merupakan agama yang dikenal sangat cinta dan
menawarkan berbagai kemudakan. Kemudahan sendiri secara teorinya ada dua. Pertama
kemudahan asli, artinya kemudahan yang benarbenar mutlak dari naluri manusia sendiri.
Kedua, kemudahahan karena akan ada sebab sesuatu. Sebagaimana contoh ketika dalam
perjalanan jauh maka diperbolehkan untuk shalat qasar dan jama’. Begitupula dnegan puasa
di bulan Ramadhan kita boleh tidak puasa misal dalam perjalanan jauh atau sakit. Dan tentu
semua diatas adalah mengedepankan prinsip kemudahan termasuk mudah menerima
perbedaan

Anda mungkin juga menyukai