Anda di halaman 1dari 1

Belajar layaknya sebuah proses membangun gedung.

Anak-anak secara terus-menerus


membangun makna baru (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) berdasarkan apa yang telah
mereka kuasai sebelumnya (pengetahuan, sikap, dan keterampilan).
Kalau diibaratkan, dalam belajar sesuatu, misalkan bahasa, anak atau peserta didik (sebagai
pengguna bahasa) adalah orang yang membangun, makna adalah apa yang mereka bangun, dan
apa yang mereka miliki atau kuasai sebelumnya adalah material atau bahan bangunan yang
mereka gunakan untuk membangun. Belajar adalah sebuah proses penambahan bagian demi
bagian informasi baru terhadap apa yang telah mereka ketahui dan kuasai sebelumnya.
Pengetahuan dibangun siswa melalui keterlibatan mereka secara aktif dalam belajar atau apa
yang Anda kenal dengan istilah John Dewey 'belajar sambil berbuat (learning by doing). Contoh,
siswa belajar menyimak melalui kegiatan menyimak, belajar berbicara melalui kegiatan berbicara,
belajar membaca melalui kegiatan membaca, belajar menulis mellui kegiatan menulis, dan siswa
belajar sastra melalu i kegiatan bersastra.
Siswa belajar dengan menggunakan tiga cara, yaitu melalui pengalaman (dengan kegiatan
langsung atau tidak langsung), pengamatan (melihat contoh atau model), dan bahasa. Dengan
cara-cara itu, siswa belajar melalui kehidupan mereka dengan menggali dan menemukan sesuatu
yang baru secara aktif. Ini berarti, kegiatan belajar berlangsung melalui apa yang dilakukan secara
aktif oleh siswa. Sesibuk apa pun yang dilakukan guru jika anak tidak belajar maka sebenarnya
pembelajaran tidak pernah terjadi. Oleh karena itu, tugas guru dalam pembelajaran adalah
melakukan berbagai upaya agar siswa termotivasi dan terlibat secara aktif dalam belajar.
Proses belajar terjadi ketika siswa dapat menghubungkan apa yang telah mereka ketahui dengan
apa yang mereka temukan melalui pengalaman belajar yang dilaluinya.

Anda mungkin juga menyukai