Anda di halaman 1dari 105

PEDOMAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXIX


(KELAS ABCD)

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL

JL KH WAHID HASYIM NO 161, BANDUNG

Page |
6
HALAMAN PENGESAHAN
PEDOMAN PRAKTEK AREA KEPERAWATAN GERONTIK PPN
XXIX KELAS ABCD

Area : Keperawatan Gerontik


Beban SKS : 2 SKS
Periode Pelaksanaan : 24 Oktober 2022 – 2 Maret 2023
Semester Ganjil TA 2022/2023
Mahasiswa : PPN Angkatan XXIX Kelas ABCD

Mengetahui, Bandung, 24 Oktober 2022


KUP Prodi Ners
Kordinator MK Keperawatan
Gerontik

Herwinda Sinaga, S.Kep., Ners.,


M.Kep
Stephanie Melia, S.Kep., Ners., MNS

Mengetahui,
Dekan Fakultas Keperawatan

Ria Angelina, S.Kep., Ners., M.Kep


Page | 7
Visi Misi Prodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners Institut
Kesehatan Immanuel

Visi
Menjadi program studi keperawatan yang menghasilkan Ners Profesional
berwawasan global berkarakter unggul berfokus pada perawatan penyakit
kronis berlandaskan nilai-nilai Kristiani di Tahun 2030

Misi
1) Menumbuh kembangkan karakter yang mencerminkan nilai-nilai
mengasihi, mencerahkan, dan melayani di civitas akademika
2) Menyelenggarakan pendidikan Ners yang bermutu, berkesinambungan,
dan berwawasan global berfokus kepada perawatan penyakit kronis
3) Menyelenggarakan penelitian keperawatan berfokus pada perawatan
penyakit kronis
4) Mengelola program pengabdian masyarakat berbasis riset dengan
penerapan IPTEK sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
5) Menyelenggarakan kerja sama dengan Institusi kesehatan dan lembaga
lainnya pada level nasional maupun internasional dalam pelaksanaan
tridharma PerguruanTinggi.

1
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Praktik profesi keperawatan Gerontik merupakan salah satu rangkaian kegiatan
pelaksanaan praktik profesi untuk meraih gelar Ners. Profesi Ners Gerontik termasuk
memiliki beban studi 2 SKS. Prasyarat mengambil mata kuliah ini mahasiswa harus sudah
mampu menyelesaikan Program Akademik (S1 Keperawatan).

Praktik profesi keperawatan gerontik merupakan program yang menghantarkan


mahasiswa dalam adaptasi profesi untuk menerima pendelegasian kewenangan secara
bertahap dalam melakukan asuhan keperawatan profesional yang aman dan efektif,
memberikan pendidikan kesehatan, menjalankan fungsi advokasi pada klien, membuat
keputusan legal dan etik serta menggunakan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan
keperawatan gerontik. Praktik profesi keperawatan gerontik berfokus pada klien usia
lanjut dengan masalah kesehatan yang bersifat aktual, risiko dan potensial serta untuk
meningkatkan kualitas hidup klien.

Berkenaan kondisi pandemic Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru yang dilakukan di
Indonesia, pelaksanaan praktik keperawatan Gerontik dilaksanakan secara hybrid
learning (daring dan luring). Target yang dicapai tercantum dalam pedoman meliputi
asuhan keperawatan lansia baik individu dan lansia di dalam keluarga.

B. Tujuan
Peserta program profesi keperawatan Gerontik mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan Gerontik pada klien lanjut usia.

C. Peserta
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Institut Kesehatan Immanuel angkatan XXIX
kelas ABCD.

Page | 2
BAB II
PRAKTIK KEPERAWATAN GERONTIK

1. Capaian Pembelajaran Lulusan


Setelah menyelesaikan praktik profesi keperawatan Gerontik, mahasiswa mampu:
1. Melakukan komunikasi yang efektif dalam pemberian asuhan keperawatan pada
klien usia lanjut.
2. Menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien usia
lanjut
a. Oksigenasi akibat COPD, Pneumonia hipostatik, Dekompensasio cordis,
hipertensi.
b. Eliminasi
c. Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
d. Nutrisi
e. Keamanan fisik dan Mobilitas fisik: fraktur, artritis.
3. Memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai etnik, agama atau faktor lain
dari setiap klien usia lanjut yang unik
4. Mengkolaborasikan berbagai aspek dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan klien
usia lanjut.
5. Mendemonstrasikan keterampilan teknis keperawatan yang sesuai dengan dengan
standar yang berlaku atau secara kreatif dan Inovatif agar pelayanan yang
diberikan efisien dan efektif.
6. Menialankan fungsi advokasi untuk mempertahankan hak klien agar dapat
mengambil keputusan untuk dirinya.
7. Mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten melalui penggunaan
strategi manajemen kualitas dan manajemen risiko.
8. Menggunakan hasil penelitian untuk diterapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan.

Page | 3
Daftar kasus dan tingkat pencapaian:

No Ketrampilan Keperawatan Tingkat


Pencapaian
1. Melakukan komunikasi efektif 4
2. Melakukan pemeriksaan fisik 4
3. Melakukan pemeriksaan terkait sesuai kebutuhan 3
keluarga
4. Melakukan pemberian edukasi kesehatan 4
5. Menyiapkan media edukasi kesehatan sesuai kebutuhan 4
asuhan keperawatan gerontik
6. Melakukan pemberian intervensi keperawatan sesuai 4
prosedur keperawatan dan kebutuhan lansia berdasarkan
masalah keperawatan
7. Melakukan pemberian terapi modalitas atau 4
komplementer sesuai masalah keperawatan pada lansia
8. Melakukan koordinasi dan rujukan sesuai kebutuhan 4
lansia
9. Dukungan proses berduka 4
10. Edukasi perawatan demensia 4
11. Perawatan demensia 3

2. Pelaksanaan Stase Keperawatan Gerontik


Sasaran Klien:
1) Klien lanjut usia di panti wredha dan di keluarga
Persiapan yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa:
1) Mahasiswa sebagai pemberi asuhan keperawatan harus menguasai konsep,
prinsip dan teknik keperawatan gerontik
2) Mahasiswa siap secara fisik, mental, social dan spiritual untuk memberikan
asuhan keperawatan gerontik kepada klien.

Page | 4
3) Mahasiswa wajib membawa alat pemeriksaan fisik sendiri dan menerapkan
protocol Kesehatan pada saat praktik di klinik.

C. Lahan Kegiatan
Pelaksanaan Stase Keperawatan Gerontik dilakukan secara praktik lapangan di tempat
kerja atau tempat tinggal mahasiswa masing-masing

D. Metode Pembelajaran
1) Askep Lansia Kelolaan di Keluarga dan Panti wredha
2) Reflective writing
3) Student Oral Case Analysis (SOCA)
4) Terapi Aktivitas Kelompok
Media pembelajaran yang digunakan: Google class room, Google Meet, Zoom, Whatsapp,
dan Email

E. Tata Tertib
Mahasiswa Praktik Profesi Keperawatan Gerontik wajib mematuhi tata tertib sebagai
berikut:
1) Melaksanakan antigen test satu hari sebelum pelaksanaan praktik
2) Menerapkan protokol kesehatan
3) Tata tertib kehadiran
a. Persentase kehadiran peserta program diwajibkan mencapai 100%
b. Bagi yang tidak hadir wajib mengganti sesuai dengan ketentuan penggantian
Dinas yang berlaku.
c. Peserta program wajib hadir dilahan praktik 10 menit sebelum kegiatan
praktik dimulai.
d. Peserta program wajib mengisi daftar hadir praktik harian dan lembar
bimbingan setiap kali bimbingan dilakukan dan mengumpulkannya kepada
Koordinator MK pada akhir kegiatan praktik.
e. Peserta program yang kehadirannya terlambat lebih dari 5 menit dianggap
tidak hadir dan wajib mengganti dinas.

Page | 5
f. Peserta program yang meninggalkan lahan praktik ataupun ruangan praktik
lebih dari 30 menit tanpa keterangan atau tanpa seijin pembimbing pada jam
praktik dianggap tidak hadir.
g. Peserta program yang tidak mengikuti kegiatan praktik karena sakit harus
membuktikannya dengan menyerahkan surat ijin atau surat sakit dari
instansi pelayanan kesehatan kepada Koordinator MK.
h. Peserta program yang tidak mengikuti kegiatan praktik karena mendapatkan
penugasan dari institusi atau alasan lain harus menyerahkan surat tugas atau
surat permohonan ijin kepada Koordinator MK sehari sebelum waktu ijin
tersebut dilaksanakan.
i. Penggantian waktu dinas berlaku bagi peserta program yang absen karena
sakit, ijin maupun tanpa keterangan dengan mengisi Formulir Penggantian
Dinas. Ketentuan penggantian waktu dinas adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Ketentuan Penggantian Dinas

Saki Iji Tanpa Keterangan


t n
Sejumlah waktu tidak Jumlah waktu tidak Jumlah waktu tidak masuk
masuk masuk dikali 2. dikali 3.

4) Waktu Praktik
a. Waktu praktik setiap rotasi shift berlangsung selama 7 jam/hari (termasuk
waktu istirahat, pre dan post conference)
b. Libur satu hari diberikan setiap minggu sesuai dengan pengaturan jadwal
praktik di ruangan dan ketentuan Program Studi.
5) Pakaian Dinas atau Seragam dan Atribut Praktik
a. Peserta program wajib memakai seragam dan atribut yang telah ditentukan
oleh Program Studi dan mengikuti ketentuan yang berlaku di lahan praktik.
b. Pakaian Dinas yang di perbolehkan: seragam dinas klinik, tanda pengenal,
celana panjang berbahan kain, kemeja, jaket almamater dan sepatu tertutup.

Page | 6
6) Penampilan
a. Peserta program dilarang memanjangkan maupun menggunakan cat kuku
dan memakai perhiasan selain cincin pernikahan.
b. Peserta laki-laki dilarang memiliki rambut panjang ataupun jenggot dan
kumis.
c. Peserta perempuan wajib menggunakan hair net atau menjepit rambut agar
selalu rapih selama praktik.
7) Perlengkapan atau Peralatan Praktik
a. Peserta program wajib menggunakan jam tangan yang memiliki detik.
b. Peserta program tidak diperbolehkan menggunakan telpon genggam dalam
pengukuran tanda-tanda vital dan tidak diperkenankan untuk menggunakan
telepon genggam saat beraktifitas di ruangan (lahan praktik).
c. Peserta program wajib membawa nursing kit ataupun peralatan praktik dasar
lainnya (sesuai kebutuhan) saat melaksanakan kegiatan praktik.
d. Peserta wajib menjaga dengan baik peralatan-peralatan yang digunakan
dilahan praktik.
e. Peserta yang melakukan pelanggaran butir-butir diatas, akan dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan yang berlaku di lahan praktik ataupun dari Prodi
Profesi Ners.

F. Komponen Penilaian

Bobot dalam
No Komponen Penilaian
Persentase
A Ujian Pra Klinik 10%
B Asuhan Keperawatan Lansia 25%

C Student Oral Case Analysis (Ujian Komprehensif) 25 %

D Terapi Aktivitas berbasis EBP 25%


E Ujian Post Klinik 15%
Total 100%

Page | 7
Penilaian akhir tersebut akan diformasikan menjadi nilai dalam bentuk nilai mutu
(A,B,C,D). Format evaluasi dan laporan terlampir. Nilai batas lulus area keperawatan
Gerontik adalah 75. Patokan indikator penilaian mengikuti Pedoman Profes Ners
Institut Kesehatan Immanuel sebagai berikut:

Nilai Absolut (skor) Nilai


Lambang
80 - 100 A

70 – 79 B

60 – 69 C

50 – 59 D

0 - 49 E

Page | 8
G. Referensi
Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., Wagner, C. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC). 6th Ed. Editor Nurjanah, I., & Tumanggor, R.D. Elservier:
Singapore
Miller, C.A. 2012. Nursing for Wellness in Older Adults. 6th Ed. Lippincott Williams &
Wilkins: Philadelphia.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Semester I.
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia. Kementrian
Kesehatan RI: Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2016 Tentang Rencana Aksi Nasional
Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019
Tabloski, P.A. 2014. Gerontological Nursing. 3rd. Pearson Education: New
Jersey NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.
EGC
PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Ed.1
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Ed.1 PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Ed.1
Wilkinson, J. M., 2014., Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC,
Hasil NOC. 10th Ed. EGC: Jakarta
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25
TAHUN 2016 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL KESEHATAN LANJUT
USIA TAHUN 2016-2019
Website:
www.kemkes.go.id
consultgeri.org
hign.org
World Health Organization

Page | 9
BAB III
PENUTU
P

Pedoman Praktik Keperawatan Gerontik merupakan salah satu buku pedoman yang menjadi
standar acuan dalam pencapaian kompetensi Ners, khususnya bagi Program Studi Ners
Angkatan XXIX di Institut Kesehatan Immanuel. Buku pedoman ini diharapkan menjadi
acuan dalam proses pelaksanaan praktik, bimbingan dan evaluasi bagi Tim Pembimbing dari
Akademik, Praktisi dan Institusi terkait.

Page | 10
LAMPIRAN

Page | 11
Lampiran 1: Format Log Book Harian

FORMAT LOG BOOK PRAKTIK KEPERAWATAN GERONTIK


Nama Mahasiswa :
NIM :
Tanggal Praktik :
Kelas :

Hari/ Waktu Kegiatan yang dilakukan TTD Mhs TTD Klien TTD
Tanggal Kelolaan Pembimbing /
Preceptor
Lahan Praktik
Senin, 16.00
6/3/2023

Mengetahui
Pembimbing
Akademik

…………………………………………………..
Page | 12
Lampiran 2: Lembar Bimbingan Praktik

Kelompok :

Tanggal/Jam: Tanggal/Jam:
Tempat: Tempat:
Mahasiswa Pembimbing Mahasiswa Pembimbing

Hasil Bimbingan: Hasil Bimbingan:

Tanggal/Jam: Tanggal/Jam:
Tempat: Tempat:
Mahasiswa Pembimbing Mahasiswa Pembimbing

Hasil Bimbingan: Hasil Bimbingan

Mengetahui

Kordinator Area :

Page | 13
Lampiran 3: JADWAL KEGIATAN STASE KEPERAWATAN GERONTIK
PPN XXIX KELAS AJ (ABCD)

JADWAL PPN XXIX GERONTIK


SEMESTER I
AJ B Kel 1 24 Okt – 31 Okt 2022 20 mhs

AJ A Kel 2 15 Nov – 22 Nov 2022 14 mhs

AJ B Kel 2 9 Jan – 16 Jan 2023 20 mhs

AJ C Kel 1 11 Jan – 18 Jan 2023 19 mhs

AJ D Kel 2 18 Jan – 25 Jan 2023 28 mhs

AJ A Kel 1 31 Jan – 7 Feb 2023 33 mhs

AJ C Kel 1 14 Feb – 24 Feb 2023 20 mhs

AJ D Kel 1 22 Feb – 2 Maret 2023 24 mhs

STASE 2: KELAS AJ A KEL 2

24 Okt – 31 Okt 2022


No KEGIAT Sl Rb Km Jmt Sbt Mg Sn Sl
AN s
15 16 18 19 20 21 22
17
1. PreTest (Soal UKOM Gerontik)
2. Askep Gerontik: Lansia (Pengkajian
CGA)
3. Askep Gerontik Lansia (Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi)
4. Terapi Aktivitas Individu
5. SOCA (Student Oral Case Analysis)
6. Ujian Post Klinik

Page | 14
STASE 1: KELAS AJ B KEL 1

24 Okt – 31 Okt 2022


No KEGIAT Sl Rb Km Jmt Sbt M Sn
AN s g
25 26 28 29 31
27 30
1. PreTest (Soal UKOM Gerontik)
2. Askep Gerontik: Lansia (Pengkajian
CGA)
3. Askep Gerontik Lansia (Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi)
4. Terapi Aktivitas Individu
5. SOCA (Student Oral Case Analysis)
6. Ujian Post Klinik

Page | 15
Lampiran 4: Laporan Pendahuluan

PENUGASAN INDIVIDU
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA :
DIABETES MELITUS

MAHASISWA:
AIYSONG
NIM
1420122188

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN


XXIX INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL
TA 2022/2023

Page | 16
I. Laporan Pendahuluan

LAPORAN
PENDAHULUAN
NAM
JUDU A:NI
L
M :
KELA
S:
KEL : iNDIVIDU
A. Definisi
A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi

Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang


ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi), disebabkan karena
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan untuk memfasilitasi masuknya
glukosa dalam sel agar dapat di gunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan
sel. Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan didalam
darah dan menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel menjadi
kekurangan glukosa yang sangat di butuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel
(Izzati & Nirmala dalam Meivi I.Derek, 2017).

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai


dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015).

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan


metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
urin, kerja insulin, atau kedua – duanya (ADA,2017).

2. Klafikasi

Klasifikasi diabetes ada empat jenis, antara lain (Damayanti, 2015):


a. DM Tipe 1

DM tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas, terbagi dalam


dua sub tipe yaitu tipe 1A yaitu diabetes yang diakibatkan proses
immunologi (immunemediated diabetes) dan tipe 1B yaitu diabetes idiopatik
Page | 17
yang tidak diketahui penyebabnya. Diabetes 1A ditandai oleh destruksi
autoimun sel beta. Sebelumnya disebut dengan diabetes juvenile, terjadi
lebih sering pada orang muda tetapi dapat terjadi pada semua usia. Diabetes
tipe 1 merupakan gangguan katabolisme yang ditandai oleh kekurangan
insulin absolut, peningkatan glukosa darah, dan pemecahan lemak dan
protein tubuh (Damayanti, 2015) .
b. DM Tipe 2

DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes


(NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi oleh pankreas
biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh total. Jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh
pasien dengan diabetes, dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari
40 tahun serta lebih sering terjadi pada individu obesitas. Kasus DM tipe 2
umumnya mempunyai latar belakang kelainan yang diawali dengan
terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin awalnya belum menyebabkan
DM secara klinis. Sel beta pankreas masih dapat melakukan kompensasi
bahkan sampai overkompensasi, insulin disekresi secara berlebihan sehingga
terjadi kondisi hiperinsulinemia dengan tujuan normalisasi kadar glukosa
darah. Mekanisme kompensasi yang terus menerus menyebabkan kelelahan
sel beta pankreas yang disebut dekompensasi, mengakibatkan produksi
insulin yang menurun secara absolut. Kondisi resistensi insulin diperberat
oleh produksi insulin yang menurun, akibatnya kadar glukosa darah semakin
meningkat sehingga memenuhi kriteria diagnosa DM (Damayanti, 2015).

Resistensi insulin utamanya dihasilkan dari kerusakan genetik dan


selanjutnya oleh faktor lingkungan. Ketika glukosa intrasel meningkat, maka
asam lemak bebas (Free Fatty Acid- FFAs) disimpan, namun ketika glukosa
menurun maka FFAs masuk ke sirkulasi sebagai substrat dari produksi
glukosa. Pada kondisi normal, insulin memicu sintesa trigliserida dan
menghambat lipolisis postprandial. Glukosa diserap ke dalam jaringan
adiposa dan sirkulasi FFAs mempunyai efek yang bahaya pada produksi
glukosa dan sensitifitas insulin, peningkatan glukosa darah pun ikut
berperan. Pada tipe ini terjadi kehilangan sel beta pankreas lebih dari 50%
(Damayanti, 2015).

Page | 18
c. Diabetes pada kehamilan (Gestasional Diabetes)

Diabetes kehamilan terjadi pada intoleransi glukosa yang diketahui


selama kehamilan pertama. Jumlahnya sekitar 2-4% kehamilan. Wanita
dengan diabetes kehamilan akan mengalami peningkatan risiko terhadap
diabetes setelah 5-10 tahun melahirkan (Damayanti, 2015).
d. DM tipe lain (Others Specific Types)

Merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan hiperglikemia


akibat peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan penggunaan
glukosa oleh sel. Sebelumnya dikenal dengan istilah diabetes sekunder,
diabetes tipe ini menggambarkan diabetes yang dihubungkan dengan
keadaan sindrom tertentu, misalnya diabetes yang terjadi dengan penyakit
pankreas atau pengangkatan jaringan pankreas dan penyakit endokrin seperti
akromegali, atau syndrome chusing, karena zat kimia atau obat, infeksi dan
endokrinopati (Damayanti, 2015).
3. Anatomi & Fisiologi

Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan


terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam pulau
langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari populasi
sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan.
Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan
jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim pankreas seperti
amylase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan endokrin menghasilkan
hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan somatostatin (Dolensek, Rupnik &
Stozer, 2015).

Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, Rupnik &


Page | 19
Stozer, 2015) :
a. Sel Alfa : sekresi glukagon
b. Sel Beta : sekresi insulin
c. Sel Delta : sekresi somatostatin
d. Sel Pankreatik
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon yang
lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi gula
darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah
dengan efek gula darah pada sel beta. Kadar gula darah akan dipertahankan pada
nilai normal oleh peran antagonis hormon insulin dan glukagon, akan tetapi
hormon somatostatin menghambat sekresi keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer,
2015)
4. Etiologi

Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2


kategori klinis yaitu:
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
1) Genetik

Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun


mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah
terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
2) Imunologi

Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum.


Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
sebagai jaringan asing. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
3) Lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang


menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)

Page | 20
b. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)

Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan


resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih
belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga

5. Patofisiologi

Menurut Smeltzer, Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat ketidak


mampuan untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasaterjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati.

Disamping glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dihati
meskipun tetap berada dalam darah menimbulkan hiperglikemia prospandial.jika
kosentrasi glukosa daram darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urine(glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan kedalam
urine,ekresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan,
keadaan ini dinamakan diuresis ostomik,sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih(poliurea), dan
rasa haus (polidipsi). (Smeltzer 2015 dan Bare,2015).

Difisiensi insulin juga akan menganggu metabilisme protein dalam lemak


yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunan simpanan kalori. Gejala lainya
kelelahan dan kelemahan dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glikosa yang tersimpan) dan
glukoneogenesis(pembentukan glukosa baru dari asam asam amino dan subtansi
lain). Namun pada penderita difisiensi insulin,proses ini akan terjadi tampa
hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hipergikemia.
Page | 21
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk smping pemecahan
lemak. Badan keton merupakan asam yang menganggu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebih. Ketoasidosis yang disebabkan dapat
menyebabkan tanda tanda gejala seperti nyeri abdomen mual, muntah,
hiperventilasi, mafas berbaun aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
penurunan kesadaran,koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan
dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan
latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting. (Smeltzer 2015 dan Bare,2015)

DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama


adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula pewarisannya belum jelas,
faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya
DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan faktor faktor lingkungan
seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktivitas fisik,diet, dan tingginya kadar asam
lemak bebas(Smeltzer 2015 dan Bare,2015).

Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan karena resistensi


insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor
khusus pada permukaan sel.sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
(Smeltzer 2015 dan Bare,2015).

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel B tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang berupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan
Page | 22
keton yang menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM
tipe II, meskipun demikian, DM tipe II yang tidak terkontrol akan menimbulkan
masalah akut lainya seperti sindrom Hiperglikemik Hiporosmolar Non-
Ketotik(HHNK). (Smeltzer 2015 dan Bare,2015)

Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat(selama bertahun tahun)


dan progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalannya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti: kelelahan,
iritabilitas, poliuria,polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina
atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi.). (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015).
6. Tanda & Gejala

Cepat haus, sering berkemih, mengantuk, cepat lapar, penurunan berat badan,
rasa lelah dan lemah yang tidak biasa, pandangan kabur, pemulihan luka yang
lama atau sering infeksi, dan warna kulit gelap (Kusuma, 2017).

Menurut kemenkes RI 2019, tanda dan gejala diabetes adalah Meningkatnya


frekuensi buang air kecil, Rasa haus berlebihan, Penurunan berat badan,
Kelaparan, Kulit gatal, Penyembuhan lambat, Infeksi jamur, Iritasi genital,
Keletihan dan mudah tersinggung

"Ketika orang memiliki kadar gula darah tinggi, tergantung berapa lama
sudah merasakannya, mereka kerap merasa tak enak badan," kata Dr. Collazo-
Clavell. Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa kali di malam hari
membuat orang lelah. Akibatnya, bila lelah orang cenderung mudah tersinggung,
Pandangan yang kabur, Kesemutan atau mati rasa.
7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :


a. Pemeriksaan darah

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah

No Pemeriksaan Normal
Glukosa darah sewaktu >200mg/dl
1

Page | 23
2 Glukosa darah puasa >140 mg/dl

3 Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl

(Menurut WHO (World Health Organization) ,2015)


b. Pemeriksaan fungsi tiroid

peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa


darah dan kebutuhan akan insulin.
c. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan


dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
d. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang


sesuai dengan jenis kuman
8. Penatapelaksanaan Medik
a. Terapi dengan Insulin

Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak


berbeda dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari
monoterapi untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan
kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol
glikemik maka pengobatan diganti menjadi insulin setiap harinya. Meskipun
aturan pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan
pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan
risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes
pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang
tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin premixed atau
predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin.

Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga diperlukan


penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin dan
frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual. Umumnya pasien
diabetes melitus memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian

Page | 24
ditambahkan insulin kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah
makan. Namun, karena tidak mudah bagi pasien untuk mencampurnya
sendiri, maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis insulin regular (R) dan
insulin kerja sedang, Idealnya insulin digunakan sesuai dengan keadaan
fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan
tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun
demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan
kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.
b. Obat Antidiabetik Oral
1) Sulfonilurea

Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi


kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena
adanya non ionic-binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat
berkurang demikian juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia lebih
rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah. Glipizid lebih dianjurkan
karena metabolitnya tidak aktif sedangkan metabolit gliburid bersifat
aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang lebih
pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada
pasien diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera ini selain
merangsang pelepasan insulin dari fungsi sel beta pankreas juga
memiliki tambahan efek ekstrapankreatik.
2) Golongan Biguanid Metformi

Pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika


digunakan tanpa obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada
pasien lanjut usia karena dapat menyebabkan anorexia dan kehilangan
berat badan. Pasien lanjut usia harus memeriksakan kreatinin terlebih
dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan karena massa otot yang
rendah pada orangtua.
3) Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose

Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase,


suatu enzim pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa
dan karbohidrat kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan
menghasilkan penurunan peningkatan glukosa postprandial.Walaupun
Page | 25
kurang efektif dibandingkan golongan obat yang lain, obat tersebut dapat
dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang mengalami diabetes
ringan. Efek samping gastrointestinal dapat membatasi terapi tetapi juga
bermanfaat bagi mereka yang menderita sembelit. Fungsi hati akan
terganggu pada dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah
klinis.
4) Thiazolidinediones Thiazolidinediones

Memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat meningkatkan


efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone
telah terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak
menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien dengan
gagal jantung. Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .
9. Komplikasi

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi menjadi dua
berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)
a. Komplikasi Akut
1) Ketoasidosis Diabetik (KAD)

KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan


peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai
dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/Ml) dan terjadi
peningkatan anion gap (PERKENI,2015).
2) Hipoglikemi

Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah


hingga mencapai <60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala
adrenergik (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala
neuro-glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma)
(PERKENI, 2015).
3) Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)

Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi


Page | 26
(600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis,osmolaritas plasma
sangat meningkat (330-380 mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap normal
atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
b. Komplikasi Kronis (Menahun)

Menurut Smeltzer 2015,kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri


dari:
1) Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh
darah otak
2) Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati diabetik)
dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
3) Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di mana
serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit
4) Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi, contohnya
tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit dan infeksi kaki dan
disfungsi ereksi.

Page | 27
A. Patoflow Diagram

B.

Patofisiology (Pathway yang menunjukan minimal 5 masalah keperawatan)


C. Analisa Data
D. Ringkasan Diagnostik Keperawatan (minimal 4 masalah keperawatan,
merujuk pada NANDA 2018 – 2020; NANDA 2020
E. Intervensi Keperawatan (5 intervensi mandiri dan 2 intervensi kolaborasi,
sesuai kaidah OTEK (observasi, terapeutik, edukasi, kolaborasi)

Page | 28
Daftar Pustaka
Ket:
1. Laporan Pendahuluan wajib di ketik di kertas A4. Laporan Pendahuluan; Minimal 4
Diagnosa Keperawatan Tunggal; 4 Ringkasan Diagnosa Keperawatan; 4 Rencana
Asuhan Keperawatan (6 Intervensi mandiri (Sesuai kaidah SMART) dan 2 Intervensi
Kolaborasi)
2. Daftar Pustaka menggunakan minimal 5 referensi dalam rentang waktu 2017-2022 dan
1 artikel dari journal kesehatan.

Page | 29
H. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Ketidak manpuan menelan Defisit nutrisi

DO :

2 DS : Riwayat jatuh Resiko jatuh tinggi

DO :

Page | 30
3. DS : kelemahan Defisit perawatan
diri

DO

4. DS : Pola koping yang berbeda Ketidak mampuan


antara klien dan orang terdekat koping keluarga
DO :

Page | 31
Page | 32
I. Ringkasan Diagnosa Keperawatan
Setiap Diagnosa Keperawatan harus dilengkapi dengan format ringkasan.

Dx Keperawatan
Defisit nutrisi Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
Definisi nya : metabolism.

Batasan karakteristik Data Mayor:


subjektif
tidak tersedia.
Objektif
- Berat bada menurun minimal 10 % di bawahrentang
ideal

Data Minor
subjektif :
- Cepat kenyang setelah makan.
- Nafsu makan menurun
- Kram atau nyeri abdomen.
Objektif
- Bising usus hiperaktif
- Otot menguyah lemah
- Membran mukosa pucat

Pengkajian
Faktor yg berhubungan Etiologi

Alternatif Dx (Saran
Penggunaan)
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang::
Sejauh mana nutrisi di cerna
dan di serap untuk memenuhi
nutrisi metabolism. Tujuan Jangka Pendek

(SMART): Kriteria Hasil

(minimal 4 kriteria)

Intervensi (NIC) * Monitor berat badan klien sesuai secara rutin


Monitor intake /asupan dan asupan cairan cairan .

RENCANA KEPERAWATAN

No/ Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional TT


tanggal
1. Defisit nutrisi Setelah 1. Observasi R. Agar nutrisi pasien dapat terpenuhi
dilakukannya 1- identifikasi status
asuhan nutrisi
keperawatan
- Identifikasi
kunjungan di
alergi dan
keluarga ny E
intoleransi
diharapkan status
makanan
nutrisi membaik
- Identifikasi
Kriteria:
makanana yang di
- Porsi makanana
sukai
yang di
- Identifikasi R. Untuk memilah apa yang akan
habiskan
kebutuhan kalori dikonsumsi, sehingga pasien dapat
meningkat
dan jenis nutrient terpenuhi kebutuhan nutrisinya .
- Perasaan cepat
- Monitor berat
kenyang
badan
menurun

- Nafsu makan Monitor asupan makan R. Untuk menyeimbangkan asupan kalori


membaik klien

.
.
Terapeutik

- Lakukan oral
hyginesebelum
makan jika perlu

- Fasilitasi
menentukan
pedoman diet

- Berikan makanan
yang tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi

- berikan suplemen
kanan jika perlu

Edukasi

- Ajarkan diet yang


di program kan

- Anjurkan posisi
duduk jika mampu

Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
missal anti emetic
jika perlu
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kaloridan
jenis nutrient
yang di butuhkan.

Manjemen
keselamatan.lingkunga
Setelah di
n.
lakukan kunjugan Observasi
4x ke keluarga ny
- identifikasi kebutuhan
E
2. Resiko jatuh keselamatan
Tingkat jatuh
Monitor perubahan
menurun.
status keselamatan
Kriteria hasil
lingkungan.
- dari
Terapeutik
tempat tidur
menurun - hilangkan bahaya
keselamatan
- Jatuh saat
lingkungan (misal fisik
berdiri
biologis, kimia )
menurun
- modifikasi
- Jatuh saat
duduk menurun lingkungan untuk
meminimalkan bahaya
- Jatuh saat
dan resiko
di pindahkan
- sediakan alat bantu
menurun
keamanan.
- Jatuh saat
di kamar mandi- gunakan perangkat
pelindung ( missal
menurun
pengekangan fisik )

Edukasi

- ajarkan individu atau


keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya
lingkungan.

Dukungan perawatan
diri
Observasi
- Identifikasi
kebiasaan
Setelah di
aktivitas
lakukan
perawatan diri
kunjungan 4x ke
sesuai usia
keluarga ny E
3. defisit perawatan diri - Monitor
Perawatan diri
tingkat
meningkat
kemandirian
Kriteria
- Identifikasi ke
-Kemanpuan
butuhan alat
mandi
bantu
meningkat
kebersihan
- Kemanpuan
diri,
mengenakan
berpakaian,
pakan
berhias dan
meningkat
makan.
- Kemampuan
Terapeutik
makan
- Sediakan
meningkat
lingkungan
- Minat
yang
melakukan
terapeutik
perawatan diri
( suasan
meningkat
hangat, rileks,
privasi )

- Siapkan
keperluan
pribadi
( sabun
mandi )

- Damping
perawatan diri
sampai mandi

- Fasilitasi
untuk
menerima
ketergantunga
n

- Fasilitasi
kemandirian,
bantu jika
tidak mampu
melakukan
perawatan diri

- Jadwalkan
rutinitas
perawatan
diri.

Edukasi

- Anjukan
melakuk
an
perawat
an diri
sesuai
dengan
kemamp
uan.

3.

4.
5. mobilisasi keluarga
O Observasi

- Identifikasi
Setelah di
kekuatan dan
lakukan
sumber daya
kunjungan 4x
di dalam
kekeluarga ny E
keluarga dan
Kreteria
masyarakatide
- Perasaan di ntifikasi
abaikan kesiapan dan
kekhawatiran kemampuan
4, ketidak manpuan
tentang anggota
koping keluarga.
anggota keluarga untuk
keluarga belajar
meningkat
Terapeutik
- perilaku
- Jadikan
mengabaikan
pendengar
keluarga
yang baik
meningkat
untuk anggota
- kempuan keluarga
memneuhi
- Bina
kebutuhan
hubungan
anggota
saling percaya
keluarga
dengan
meningkat anggota
keluarga.
-
Edukasi

- Beri
imformasi
Kesehatan
pada keluarga

Kolaborasi

- Rujuk anggota
keluarga pada
dukungan
kelompok.

B
J. Intervensi Keperawatan (5 intervensi mandiri dan 2 intervensi kolaborasi)
1

Page | 20
Lampiran 5: Laporan Kasus

Laporan Kasus
1. Format Pengkajian
2. Hasil pemeriksaan Penunjang
3. Analisa Data (3 Diagnosa Keperawatan) dan Ringkasan Diagnosa Keperawatan
4. Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI dan SIKI)
5. Implementasi Keperawatan
6. Dokumentasi Askep

Page | 21
Format Pengkajian Askep Gerontik

A. DATA
DEMOGRAFI
Petunjuk Pengisian
1) Berilah tanda check list ( √ ) pada tempat yang disediakan
2) Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban

1. Usia : 84 Tahun
2. Jenis Kelamin :
Laki Perempuan

3. Pendidikan terakhir :
√ Tidak Sekolah SLTP Diploma

SD SMU Sarjana

4. Status pekerjaan terdahulu :


Ibu Rumah Tangga Buruh PNS

Swasta Wiraswata

5. Status pekerjaan sekarang :


Bekerja Tidak Bekerja

Jika Bekerja: -
6. Status perkawinan :

Page | 22
Tidak Menikah Menikah Janda / duda

Page | 23
7. Keluarga yang tinggal serumah :
Tinggal Sendiri Suami/Istri

Anak Lainnya
√ √
Keterangan : a n a k , m e n a n t u d a n c u c u 2 o r a n g

8. Jumlah penghasilan lansia/keluarga per bulan :


≤ 1.000.000 rupiah

1.000.000 – 3.000.000 rupiah

> 3.000.000 rupiah


9. PengukuranTanggal
pemeriksaan
Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Tanggal pemeriksaan : 8 maret 2023


Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Page | 24
B. Format Pengkajian

RIWAYAT
KESEHATAN
Nama (inisial) : Ny. E Jenis Kelamin: perempuan
Usia : 84 Tahun
Alamat : jl HusinHamzah komp grya jawi permai no 14 B
KELUHAN DAN PENYAKIT 3 BULAN TERAKHIR:
Mual, muntah, Diabetes, CKD,Anemia

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA: Di keluarga ada anak yang menderita penyakit


diabetes juga
Dan darah tinggi

GENOGRAM

Keterangan:
: Perempuan X : Meninggal
: Laki-laki : tinggal dalam satu rumah
:
Klien
RIWAYAT JATUH
WAKTU : > 3 TAHUN/ 2 TAHUN/1 TAHUN/ < 6 BULAN YG LALU
LOKASI & PENYEBAB: di rumah, penyebab lemah anggota gerak bawah

DAMPAK PADA KESEHATAN: Retak tulang panggul

*GEJALA ‘FEAR OF FALLING’: ADA/ TIDAK ADA


(*Lingkari jawaban yang menunjukkan kondisi klien)
STATUS KESEHATAN
SAAT INI

Page | 25
KELUHAN UTAMA (PQRST): tidak bisa makan, minum kurang, adl di bantu total, Riwayat
jatuh

Page | 26
*POSTUR TUBUH (TULANG BELAKANG): TB/BB: 165 cm / 60 kg
TEGAP/MEMBUNGKUK/KIFOSIS/SKOLIOSIS Lingkar betis : …… cm
TTV : Nadi ( …76 / mnt); Respirasi ( 16…. / mnt); Suhu (36…..) ; TD ( …120./…70. mmHg)
(Tanggal pemeriksaan 7/3/2023
harus dicantumkan)

PENGGUNAAN ALAT BANTU: PENDENGARAN /


PENGLIHATAN / BERJALAN JENS ALAT BANTU: kursi roda
LAMA PEMAKAIAN: 6 tahun
PENGKAJIAN LANSIA (tuliskan tanggal pelaksanaan, hasil dan interpretasi
hasil)
PENGKAJIAN FUNGSIONAL:
Barthe
l
KATZ
PENGKAJIAN SKALA KESEPIAN :
PENGKAJIAN KOGNITIF: MMSE
AMT:
PENGKAJIAN JATUH: 2016
PENGKAJIAN NUTRISI: makan hanya 4 sendok, 3x /hari
PENGKAJIAN GERIATRIC DEPRESSION SCALE:
PENGKAJIAN NYERI (RENTANG 0 – 10): 4
PENGKAJIAN FISIK
KEPALA: baik LEHER: normal

MATA: kabur DADA: normal

HIDUNG: normal ABDOMEN : normal

MULUT DAN TENGGROKAN: baik GENETALIA: baik

Page | 27
TELINGA: pendengaran baik EKSTREMITAS: kelemahan extrimitas
kanan bawah

INTEGUMEN: baik REFLEKS: pasitif

OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI


(setiap jenis obat, tuliskan dosis, indikasi, kontra indikasi, dan lama
pemakaian)
RESEP DOKTER : resep dokter ketocid 3x2 TANPA RESEP DOKTER
tab, trajenta 1x20 mg,

PERILAKU TERHADAP KESEHATAN


KEBIASAAN MEROKOK: > 3 BTG sehari / < 3 BTG sehari / TIDAK MEROKOK/ INGIN
BERHENTI/TIDAK
INGIN BERHENTI
KEBIASAAN MENGKONSUMSI ALKOHOL: TIDAK MENGKONSUMSI / > 200 ml /
< 200 ml sehari
*OLAH RAGA: SELALU / KADANG-KADANG / TIDAK WAKTU/LAMA OLAH
PERNAH RAGA:
*JENIS: BERJALAN/BERLARI/ SENAM / BERENANG / Ket: kebiasaan
OLAH RAGA merokok,alkohol, olahraga
tidak ada
LAINNYA
POLA TIDUR
JUMLAH WAKTU TIDUR SEHARI: MALAM: ± 6 ½ JAM / SIANG: ± 1 JAM
>6 JAM/4-6 JAM/ < 4 JAM
GANGGUAN TIDUR: TIDAK ADA / ADA *INSOMNIA/SERING TERBANGUN/SULIT
MENGAWALI/ LAINNYA

Page | 28
KEBIASAAN KHUSUS: tidak ada

Page | 29
POLA ELIMINASI
BAK: > 5 KALI/3 -5 KALI/ < 3 KALI /HARI BAB: 1 KALI / 2 KALI / ≥ 3 KALI / HARI
WARNA URINE: KUNING JERNIH/PUTIH KONSISTENSI: ENCER / KERAS /
LEMBEK
JERNIH/KUNING KERUH
GANGGUAN BAK: TIDAK ADA / ADA* GANGGUAN BAB: TIDAK ADA / ADA*
Ket: pakai pempers Ket :
MASALAH DGN POLA BAK: TIDAK ADA / MASALAH DGN POLA BAB: TIDAK
ADA* ADA / ADA*

POLA KEBERSIHAN DIRI


MANDI: 1 KALI/2 KALI/ ≥ 3 DENGAN SABUN/TIDAK Ket: adl di bantu penuh oleh
KALI keluarga.
DENGAN SABUN
SEHARI
SIKAT GIGI: YA/TIDAK
FREKUENSI DLM SEHARI: 1 KALI/2 KALI/ SAAT MANDI/SETELAH
≥ 3 KALI MAKAN/SEBELUM
TIDUR/ LAINNYA
MENGGUNAKAN PASTA GIGI / KADANG - KADANG / TIDAK MENGGUNAKAN*
BERGANTI PAKAIAN BERSIH: 1 KALI SEHARI/ > 1 KALI SEHARI/ 2 HARI SEKALI
PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI
FREKUENSI MAKANAN SEHARI: 1 KALI / HABIS 1 PORSI / ½ PORSI / < ½
2 KALI / 3 PORSI/LAINNYA
KALI / TIDAK TERATUR 3x / hr (…<1/2 porsi….)
JENIS MAKANAN (Observasi
satu hari) Pagi: nasi
Siang: nasi
Malam: nasi
Snack/Makanan tambahan: quaker
PREFERENSI MAKANAN KHUSUS:
MASALAH DALAM UPAYA PEMENUHAN: makan sedikit
PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN
FREKUENSI MINUM: < 3 GELAS* / > 3 Ket: kurang
GELAS
SEHARI
JENIS MINUMAN: AIR PUTIH / TEH / SUSU / KOPI / LAINNYA ( )

Page | 30
MASALAH DALAM UPAYA PEMENUHAN:

Page | 31
POLA SOSIALISASI
KEMAMPUAN SOSIAL: bisa berinteraksi dengan keluarga hanya dalam rumah
SIKAP KLIEN TERHADAP ORANG LAIN: koorperatif
MASALAH DALAM BERSOSIALISASI: saat di kaji terbatas karena kondisi tidak bisa jalan
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL
PANDANGAN KLIEN: kabur karena ada Riwayat katarak
KEGIATAN YANG DILAKUKAN: di rumah, nonton tv, nyanyi bahasa mandarin.
MASALAH DALAM UPAYA PEMENUHAN : berdoa di rumah sesuai dengan agama yang
di anut kong hu cu.

Page | 32
C. PENGKAJIAN COMPREHENSIF GERIATRIC ASSESSMENT (CGA)

PENGKAJIAN FUNGSIONAL: BARTHEL ACTIVITIES of DAILY LIVING INDES (B-ADL)

Nama Klien : Ny. E Usia : 84 Tahun


Tempat : rumah keluarga Tn A Tanggal : 7-3-2023
1. Pengkajian Barthel digunakan untuk mengidentifikasi apa yang klien bisa
lakukan/kerjakan, tidak untuk mendokumentasikan apa yang klien mungkin bisa lakukan
(verbal).
2. Tujuan utama adalah untuk menetapkan tingkat kemandirian klien dari segala bantuan
(fisik atau verbal), baik minor atau tidak.
3. Performa klien harus dikaji berdasarkan bukti yang tersedia.
4. Menggunakan alat bantu diperbolehkan untuk memfasilitasi kemandirian.

NO FUNG NILAI
SI
1. Mengendalikan rangsang pembuangan tinja
Keterangan:
0= tak terkendali/ tak teratur (perlu 2
pencahar) 1= kadang-kadang tak terkendali
(1x seminggu)
2= terkendali teratur
2. Mengendalikan rangsang
berkemih 0= tak terkendali atau 2
pakai kateter
1= kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24 jam)
2= mandiri
3. Membersihkan diri (seka muka, sisir rambut, sikat
gigi) 0 = tergantung pertolongan orang lain 0_
1= mandiri
4. Penggunaan jamban,masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana,
membersihkan, menyiram)
0 = tergantung pertolongan orang lain 0
_
1= perlu pertolongan pada beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan
sendiri beberapa kegiatan yang lain
2 = mandiri
5. Makan
0 = tidak mampu 1
1 = perlu ditolong memotong makanan
2 = mandiri
6. Berubah sikap dari berbaring ke
duduk 0= tidak mampu
1 = perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 2
orang) 2 = bantuan minimal 1 orang
3 = mandiri
7. Berpindah/
berjalan 0 = tidak
mampu 0
1 = bisa (pindah) dengan kursi
Page | 33
roda 2 = berjalan dengan bantuan
1 orang
3 = mandiri
8. Memakai baju
0 = tergantung orang lain 1
1 = sebagian dibantu (misalnya mengancing baju)

Page | 34
NO FUNG NILAI
SI
2 = mandiri
9. Naik turun
tangga 0 = tidak 0
mampu
1 = butuh pertolongan
2 = mandiri
10. Mandi
0 = tergantung orang lain 0
1= mandiri
JUMLAH 8

Penilaian:
20 : Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan
ringan
9 - 11 : Ketergantungan
sedang
5–8 : Ketergantungan berat 7/03./2023
0-4 : Ketergantungan
Aiysong
(TTD dan Nama perawat )

Sumber:
Mahoney, F.I., & Barthel, D. (1965). Functional evaluation: the Barthel Index. Maryland State
Med Journal, 14: 56-61.

Page | 35
PENGKAJIAN FUNGSIONAL: KATZ INDEKS

Nama Klien : Ny. E Usia : 84 tahun


Tempat : RUMAH KELUARGA Tn A Tanggal : 7 -3 -2023

Pedoman: Lingkari skor yang menampilkan kegiatan yang mampu dilakukan oleh klien

SKO KRITE
R RIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK), berpindah, ke
kamar kecil,
berpakaian dan mandiri
B Kemandirian dalam semua hal kecuali dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan
E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan
satu
fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah
dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Penilaian Indeks Katz menurut Maryam, R., Siti. Dkk 2011

Bandung ,…7../…3./…2023….

Aiysong

(TTD dan Nama perawat )

Page | 36
MINI MENTAL STATUS EXAM (MMSE)
Nama Klien : NY E Usia : 84 thn
Tempat: RUMAH KELUARGA Tn A Tanggal : 7/3/2023

NO Aspek Yang Sko Skor Klien


Dikaji r
1 Sekarang hari? 1 1
Tanggal 1 1
Bulan 1 0
Tahun 1 1
Musim 1 1
2 Sekarang kita berada di Negara? 1 1
Sekarang kita di Provinsi? 1 1
Sekarang kita di kota? 1 1
Sekarang kita di dimana (jalan)? 1 1
Sekarang kita di ruang / wisma? 1
3 Pewawancara menyebutkan nama tiga buah benda (Contoh: 3
bola, kursi, lampu), ucapkan perlahan 1 detik untuk tiap benda.
Mintalah lansia untuk mengulang ke tiga nama tersebut
3
Berikan 1 angka untuk setiap jawaban yang benar.
Bila masih salah, ulanglah menyebutkan 3 benda tersebut
sampai
lansia dapat menyebutkan dengan benar.
4 Ejalah kata dunia/lampu/lipat (kata dengan 5 huruf) dari akhir 5 5
ke
awal. Contoh: a-i-n-u-d/ u-p-m-a-l/ t-a-p-i-l
5 Tanyalah kembali nama ke 3 benda yang telah disebutkan 3 3
sebelumnya (registrasi).
Berikan angka 1 untuk setiap jawaban yang benar.
6 Apakah nama benda-benda ini? (perlihatkan pensil dan arloji) 2 2
(2
angka bila benar).
7 Ulangilah kalimat berikut: “Jika Tidak Dan Atau Tapi” 1 1
8 Bacalah dan laksanakan perintah berikut: ‘PEJAMKAN MATA 1 1
ANDA’
9 Berikan selembar kertas dan pensil. Minta klien untuk menulis 1 0
sebuah kalimat
Dokumentasi Kalimat

10 Laksanakan 3 buah perintah ini: “peganglah selembar kertas 3 3


dengan
Page | 37
tangan kanan, lipatlah kertas itu pada pertengahan dan
letakkanlah di lantai (3 angka bila benar).

Page | 38
NO Aspek Yang Sko Skor Klien
Dikaji r

11 Berikan selembar kertas dan pensil. Minta klien untuk meniru 1 0


gambar ini ( 1angka bila benar)

Dokumentasi gambar:
klien tidak bisa menulis.

Skor Total 30 26
Catatan Pemeriksa:
Pemeriksaan MMSE klien normal _ _
_ _ _

Interpretasi hasil:
Skor 24-30 : Normal
Skor 18-23 : Kemungkinan mengalami gangguan
kognitif Skor 0 -17 : Klien mengalami gangguan
kognitif

Bandung ,…7../…3./…2023….

Aiysong
(TTD dan Nama perawat )

Sumber:
Folstein, M., Folstein, S.E., McHugh, P.R. (1975). “Mini-Mental State” a practical method for
grading the cognitive state of patients for the clinician. Journal of Psychiatric Research,
12(3): 189-198.

Page | 39
ABBREVIATED MENTAL TEST

Nama Klien :NY. E Tanggal :7-3-23


Usia :84 TAHUN Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Instruksi: berikan tanda centang  pada jawaban klien.

NO PERTANY SALAH (0) BENAR (1)


AAN
A. Berapakah umur Anda: 84 tahun 1
B. Waktu / jam sekarang : 17. 00 1
C. Alamat tempat tinggal : grya jawi 1
D. Tahun ini 2022 1
E. Saat ini berada di mana : di rumah 1
F. Mengenali orang lain di RS (dokter, perawat, dll) 1
G. Tahun kemerdekaan RI : tidak tau 0
H. Nama Presiden RI : tidak tau 0
I. Tahun kelahiran pasien atau anak terakhir :. Tidak tau 0 1
J. Menghitung terbalik (20 s/d 1) : bisa 1
Skor Total 8
K. Perasaan hati (afeksi)
1. Baik
2. Labil
3. Depresi
4. Gelisah
5. Cemas
Interpretasi hasil:
0 – 3 = gangguan ingatan
berat 4 – 7 = gangguan
ingatan sedang 8 – 10 =
normal Bandung ,7…../….3/…2023….

Aiysong

(TTD dan Nama perawat )

Page | 40
PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN LANJUT USIA
SKRINING RISIKO JATUH HENDRICH II FALL RISK
MODEL (RAWAT JALAN)

Nama Klien : Ny. E Tanggal : 7 / 3/ 2023


Usia : 84 thn Jenis Kelamin : perempuan
NO PENGKAJ Poin NILAI
IAN Risiko
a. Confusion/disorientasi/impulsivitas 4 0
b. Depresi simptomatik 2 0
c. Gangguan BAB/BAK 1 0
d. Sempoyongan / vertigo 1 1
e. Laki-laki 1 0
f. Pemberian antiepilepsi/antikonvulsan jenis apapun: 2 0
(Karbamazepin, Sodium Divalproat, Ethotoin,
Ethosuksimid, Felbamat, Fosfenitoin, Gabapentin,
Lamotrigin, Mefenitoin, Methsuksimid, Fenobarbital,
Fenitoin, Primidon, Topiramat,
Trimethadion, Asam valproat)
g. Pemberian Benzodiazepin jenis apapun: 1 0
(Alprazolam, Kloridiazepoksid, Klonazepam, Dipotasium
Klorazepat, Diazepam, Flurazepam, Halazepam,
Lorazepam, Midazolam, Oksazepam, Temazepam,
Triazolam)
Get-Up-and-Go Test: “Bangun dari kursi”
Jika tidak dapat diperiksa, amati perubahan tingkat aktivitas, kaji adanya faktor
risiko lain, catat keduanya di rekam medis pasien dengan membubuhkan tanggal
dan jam.
h. Kemampuan bangun dari kursi dalam satu kali gerakan – 0 1
tanpa kehilangan keseimbangan dalam melangkah
i. Sambil melakukan dorongan untuk bangun dari kursi, 1 0
sukses
dalam sekali percobaan
j. Percobaan lebih dari sekali namun berhasil 3 0
k. Tidak dapat bangun dari kursi tanpa bantuan selama tes 4 4
Jika tidak dapat diperiksa, catat hal ini pada rekam medis
pasien dengan membubuhkan tanggal dan jam
l. Skor ≥ 5 = risiko tinggi Total Skor 6

Bandung ,7…../3…./…2023….

Aiysong

(TTD dan Nama perawat )

Page | 41
PENGKAJIAN RESIKO JATUH
‘TIMED UP AND GO TEST’

Nama Klien :Ny. E Usia :84 thn


Tempat: rumah Tn A Tanggal : 8 / 3/ 2023

1. Peralatan: kursi dengan lengan, tape meter, stop watch


2. Tempatkan selembar selotip atau tali raffia kuning di lantai sepanjang 3m dari kursi,
penempatan harus mudah dilihat oleh lansia
3. Klien diminta untuk duduk secara nyaman di bangku dengan lengan. Kursi harus stabil
dan di posisikan sehingga tidak mudah bergerak pada saat klien bangun dari kursi dan
hendak duduk kembali. Klien diperbolehkan untuk menggunakan lengan kursi pada saat
duduk dan berdiri
4. Klien menggunakan sepatu atau sandal yang tidak licin, atau dapat menggunakan alat
bantu jalan saat bergerak, tetapi tidak boleh dibantu oleh orang lain. Tidak ada batasan
waktu. Klien dapat berhenti sejenak jika mereka menginginkan.
5. Instruksi pada klien: “Bapak/Ibu saat saya berkata Maju, Bapak/Ibu akan berdiri, berjalan
di sepanjang garis ini sampai batas yang ditentukan, kemudian putar balik kembali ke
kursi dan duduk kembali.” Bapak/ Ibu dapat berjalan dengan kecepatan biasa.
6. Klien dapat diberikan kesempatan untuk berlatih tanpa pengukuran waktu, sebelum test
dilakukan.
7. Persiapkan stopwatch. Jika klien sudah siap, test dimulai (pada kata “mulai”) dan berakhir pada
saat klien sudah duduk.
8. Klien lansia yang sehat umumnya dapat mengerjakan test dengan waktu sekitar 10 detik. Klien
lansia yang lemah ‘frail’ atau gangguan mobilitas membutuhkan waktu sekitar 2 menit atau
lebih.
9. Observasi meliputi waktu berjalan, fase transisi (pada saat berdiri, memulai
berjalan, berputar balik, keseimbangan, melangkah, dan duduk di kursi), daya
ingat.
Kriteria berdasarkan usia

Kelompok Gende Mean Normal


Usia r (detik) (detik)
60-69 L 8 4-12
60-69 P 8 4-12
70-79 L 9 3-15
70-79 P 9 5-13
Page | 42
80-89 L 10 8-12
80-89 P 11 5-17

Page | 43
Indikator hasil:
< 14 detik : resiko jatuh
rendah
≥ 14 detik : resiko jatuh
tinggi Tanggal : 7 /3 / 2023
Test 1 : 8 detik
Observasi
: Tanggal :
8/3/2023
Test 2 : 10 detik
Bandung ,…8../…3./…2023….
Observasi : resiko jatuh tinggi
Aiysong
(TTD dan Nama perawat )

Sumber:
Jacobs, M., & Fox, T. (2008). Using the “Timed Up and Go/TUG” test to predict risk of falls.
Assisted Living Consult.
Podsiadlo, D., & Richardson, S. 1991. The timed Up & Go: a test of basic functional mobility
for frail elderly persons. J Am Geriatr Soc, 39(2): 142-148.

Page | 44
GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS) (SHORT FORM)

Nama Klien : NY. E Tanggal: 8 MARET 2023


Usia : 84 TAHUN Tempat: keluarga TN A
Instruksi: Lingkari jawaban yang mengekspresikan perasaan klien dalam dua minggu

terakhir. Berikan nilai sesuai dengan jawaban di kriteria penilaian.


NO PERTANY JAWAB NILAI
AAN AN
1. Apakah Bapak/Ibu sekarang ini merasa puas dengan Ya/Tidak ya
kehidupannya?
2. Apakah Bapak/Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan Ya/Tidak tidak
atau
hobi akhir-akhir ini?
3. Apakah Bapak/Ibu merasa hampa/kosong didalam hidup Ya/Tidak tidak
ini?
4. Apakah Bapak/Iibu sering merasa bosan? Ya/Tidak tidak
5. Apakah Bapak/Ibu merasa bersemangat di setiap waktu? Ya/Tidak ya
6. Apakah Bapak/Ibu merasa takut sesuatu yang buruk Ya/Tidak tidak
akan
terjadi pada Bapak/Ibu?
7. Apakah Bapak/Ibu merasa bahagia di setiap saat? Ya/Tidak ya
8. Apakah Bapak/Ibu merasa tidak berdaya? Ya/Tidak ya
9. Apakah Bapak/Ibu memilih untuk tinggal di rumah, Ya/Tidak ya
dibanding
pergi keluar dan melakukan hal yang baru?
10. Apakah Bapak/Ibu akhir-akhir ini sering pelupa? Ya/Tidak tidak
11. Apakah Bapak/Ibu berpikir bahwa hidup sekarang ini Ya/Tidak tidak
menyenangkan?
12. Apakah Bapak/Ibu sering merasa tidak berharga akhir- Ya/Tidak tidak
akhir
ini?
13. Apakah Bapak/Ibu selalu bersemangat untuk beraktivitas? Ya/Tidak ya
14. Apakah Bapak/Ibu sering merasa sedih dan putus asa? Ya/Tidak ya
15. Apakah Bapak/Ibu merasa orang lain hidup lebih Ya/Tidak ya
baik
dibanding Bapak/Ibu?
Total 3

Keterangan skor total Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal; setiap jawaban bercetak tebal
mempunyai nilai 1
Interpretasi hasil
Skor 0-4 : Normal (tidak depresi)
Skor 5 - 9 : kemungkinan besar
depresi Skor > 10 : Depresi

Bandung ,8 /3./ 2023


Page | 45
Aiysong

(TTD dan Nama perawat )

Page | 46
MINI NUTRITIONAL ASSESSMENT

Nama Klien :Ny. E Jenis kelamin :Perempuan


Usia :84 thn BB : 60 _ kg TB : _165 cm
Instruksi: lengkapi pernyataan dibawah ini dengan mengisi kotak berdasarkan angka sesuai
dengan kondisi klien. Jumlahkan semua point dan bandingkan dengan kategori yang tersedia.
Pengkajia Skor
n
A. Apakah asupan makanan klien berkurang dalam tiga bulan terakhir 1
berhubungan dengan kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan,
kesulitan mengunyah.
0= asupan makanan berkurang berat ‘severe’
1= asupan makanan berkurang
sedang 2= asupan makanan biasa
saja
B. Penurunan BB dalam tiga bulan terakhir 2
0 = penurunan BB lebih dari
3 kg 1 = tidak mengetahui
2 = kehilangan berat badan 1-3 kg
3 = tidak ada penurunan BB
C. Mobilitas 1
0 = harus berbaring di tempat tidur atau menggunakan kursi roda
1 = bisa keluar dari tempat tidur / kursi roda, tetapi tidak bisa keluar
rumah 2 = bisa keluar rumah
D. Mengalami stress psikologis atau penyakit akut dalam tiga bulan 0
terakhir
0 = Ya 2 = Tidak
E. Masalah kognitif dan saraf 2
0 = demensia atau depresi
berat 1 = demensia ringan
2 = tidak ada masalah kognitif
F. Indeks Massa Tubuh ‘Body Mass Index’ 0
0 = BMI kurang dari 19
1 = BMI ≥ 19 < 21
2 = BMI ≥ 21 < 23
3 = BMI ≥ 23
JIKA BMI TIDAK DAPAT DITENTUKAN, ITEM TERSEBUT DAPAT DIGANTI
DENGAN PENGUKURAN
LINGKAR BETIS ‘ÇALF CIRCUMFERENCE’
F2. Lingkar Betis (cm) LB kiri 3
0 = LB < 31
3 = LB ≥ 31
Total Skor (Skor maksimal 9
14)
Kategori: malnutrisi
12- 14 : Nutrisi baik
Skor ≤ 11 : Resiko
Page | 47
Bandung , 8./ 3./ 2023.
Aiysong
(TTD dan Nama perawat )

Page | 48
PENGKAJIAN UCLA LONELINESS SCALE (SKALA KESEPIAN)

Nama Klien :NY. E Tanggal :9-3-23


Usia :84 tahun Jenis Kelamin :Perempuan

Petunjuk Pengisian:
1. Berikut terdapat pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana anda merasakan
sesuatu. Untuk tiap pernyataan menjelaskan seberapa sering yang anda rasakan.
2. Pada lembar jawaban terdapat 4 kolom alternatif jawaban atas respon anda. Lingkari
setiap jawaban yang sesuai dengan pilihan anda yaitu
TP (Tidak Pernah): jika pernyataan tersebut tidak pernah anda
rasakan J (Jarang) : Jika pernyataan tersebut jarang anda rasakan
Kadang-kadang : Jika pernyataan tersebut sering anda rasakan
Selalu : Jika pernyataan tersebut sangat sering anda rasakan

No Pertanya Tidak Jaran Kadang Sangat Nilai


an Pernah g - Sering
kadang
1. Seberapa sering anda merasa 4 3 2 1 1
cocok
dengan orang-orang di sekitar anda?
2. Seberapa sering anda merasa 1 2 3 4 2
tidak
punya teman dekat?
3. Seberapa sering anda merasa tidak 1 2 3 4 2
ada
orang untuk berbagi bila ada
masalah?
4. Seberapa sering anda merasa sendiri? 1 2 3 4 3

5. Seberapa sering anda merasa 4 3 2 1 1


menjadi
bagian dari teman-teman?
6. Seberapa sering anda merasa 1 2 3 4 1
memiliki
banyak kesamaan dengan orang-
orang disekitar anda?
7. Seberapa sering anda merasa tidak 1 2 3 4 2
ada
satu orang pun yang dekat dengan
anda?
8. Seberapa sering anda merasa bahwa 1 2 3 4 1
hobi atau ide anda tidak ditanggapi
oleh
orang disekitar anda?
9. Seberapa sering anda merasa 4 3 2 1 3
menjadi
orang yang mudah bergaul dan
Page | 49
ramah?
10. Seberapa sering anda merasa 4 3 2 1 1
dekat
dengan orang disekitar anda?
11. Seberapa sering anda merasa 1 2 3 4 4
ditinggalkan atau jauh dari orang
sekitar?
12. Seberapa sering anda merasa 1 2 3 4 4
hubungan
anda dengan orang lain tidak berarti?
13. Seberapa sering anda merasa tidak 1 2 3 4 3
seorang pun mengenal anda dengan
baik?

Page | 50
No Pertanya Tidak Jaran Kadang Sangat Nilai
an Pernah g - Sering
kadang
14. Seberapa sering anda merasa 1 2 3 4 4
terisolasi
dari orang lain?
15. Seberapa sering anda mendapatkan 4 3 2 1 4
bantuan orang lain ketika
dibutuhkan?
16. Seberapa sering anda merasa ada 4 3 2 1 1
orang
yang benar-benar memahami anda?
17. Seberapa sering anda merasa malu? 1 2 3 4 1

18. Seberapa sering anda merasa bahwa 1 2 3 4 1


orang-orang ada disekitar anda,
tetapi
tidak bersama anda?
19. Seberapa sering anda merasa bahwa 4 3 2 1 1
ada
orang yang mau diajak ajak bicara
(ngobrol)?
20. Seberapa sering anda merasa ada 4 3 2 1 4
orang yang bisa dijadikan sebagai
tempat
mengadu?

Total Skor 44

Skor item

Interpretasi Mendukung (positif) Tidak Mendukung


( Pertanyaan no 1, 5, 9, (negative) (Pertanyaan No:
10, 2,3,4,6,7,8,11,
15, 16, 19, 20) 12, 13, 14, 17,
18
Tidak Pernah 4 1
Jarang 3 2
Kadang-kadang 2 3
Selalu 1 4

Hasil Skor UCLA


20 – 34 : tidak kesepian
35 – 49 : kesepian ringan
50 – 64 : kesepian sedang
65 – 80 : kesepian berat

Bandung ,…9../…3./…2023….
Page | 51
Aiysong

(TTD dan Nama perawat )

Page | 52
H. Analisa Data minimal 4 dx keperawatan tunggal

No Data Etiolog Masalah


i
1 Data Subjektif: Riwayat jatuh Resiko jatuh tinggi
- Keluarga Tn A mengatakan
Ny E pernah jatuh enam
tahun yang lalu.

Data Objektif:
- Klien tampak tidak bisa
jalan.
- Riwayat retak tulang
panggul.

2. Data Subjektif: Kelemahan Defisit perawatan


- Keluarga Tn A mengatakan diri
klien Ny. E tidak bisa
melakukan aktivitas
mandiri ( mandi, makan,
minum, dan jalan )

Data Objektif:
- Klien di mandikan oleh
keluarga
- Klien di dorong dengan
kursi roda ke toilet
- Klien di beri makan,
minum oleh keluarga

Page | 53
3. Data subjektif Ketidak manpuan menelan Resiko defisit nutrisi
- Keluarga Tn. A
mengatakan klien Ny. E
makan sedikit.

Data objektif
- Klien Ny. E makan hanya 4
sendok
- Klien Ny. E. tampak susah
menelan.

4. Data subjektif Pola koping yang berbeda di Ketidak mampuan


- Keluarga Tn.A mengatakan antara klien dan orang terdekat koping keluarga
klien Ny. E sering
menanyakan anaknya yang
lain.

Data objektif
- Klien Ny. E merasa di
abaikan
- Saudara Tn. A jarang
datang

Page | 54
2. Intervensi Keperawatan (4 intervensi mandiri dan 2 intervensi kolaborasi)

No Dx. Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Resiko jatuh Setelah di lakukan kunjugan 4x ke
Manjemen keselamatan.lingkungan.
tinggi
keluarga ny E Observasi
Tingkat jatuh menurun.
- identifikasi kebutuhan keselamatan
Kriteria hasil
Monitor perubahan status keselamatan
- dari tempat tidur menurun
lingkungan.
- Jatuh saat berdiri menurun
Terapeutik
- Jatuh saat duduk menurun
- hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
- Jatuh saat di pindahkan (misal fisik biologis, kimia )
menurun
- modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
- Jatuh saat di kamar mandi
bahaya dan resiko
menurun
- sediakan alat bantu keamanan.

- gunakan perangkat pelindung ( missal


pengekangan fisik )

Edukasi

- ajarkan individua tau keluarga dan kelompok

Page | 55
resiko tinggi bahaya lingkungan.

Page | 56
2 Devisit Dukungan perawatan diri
perawatan diri
Setelah di lakukan kunjungan 4x ke
Observasi
keluarga ny E
- Identifikasi kebiasaan aktivitas
Perawatan diri meningkat
perawatan diri sesuai usia
Kriteria
- Monitor tingkat kemandirian
-Kemanpuan mandi meningkat
- Identifikasi ke butuhan alat bantu
- Kemanpuan mengenakan pakan
kebersihan diri, berpakaian, berhias dan
meningkat
makan.
- Kemampuan makan meningkat
Terapeutik
- Minat melakukan perawatan diri
- Sediakan lingkungan yang terapeutik
meningkat
( suasan hangat, rileks, privasi )

- Siapkan keperluan pribadi ( sabun


mandi )

- Damping perawatan diri sampai mandi

- Fasilitasi untuk menerima


ketergantungan

- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak


mampu melakukan perawatan diri

- Jadwalkan rutinitas perawatan diri.

Page | 57
Edukasi

- Anjukan melakukan perawatan


diri sesuai dengan kemampuan.

3. Resiko defisit Setelah dilakukan kunjungan Manajemen nutrisi.


nutrisi
kekluarga Tn A. status nutrisi klien
Observasi
ny E. membaik
- Identifikasi status nutrisi Untuk mengontrol asupan nutrisi
Kriteria hasil
- Identifikasi alergi dan intoleransi pasien
- Porsi makan yang di
makanan
habiskan meningkat.
- Identifikasi makanan yang di sukai
- Nafsu makan membaik
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
- Frekuensi makan membaik
nutrient
- Berat badan membaik
- Untuk mengetahui kenaikan
- Monitor asupan makanan
- Perasaan cepat kenyang tubuh klien
- Monitor berat badan.
menurun.
Terapeutik
- Pengetahuan tentang
- Lakukan oral hygine sebelum makan
Page | 58
standar asupan nutrisi - Beri makan yang tinggi serat untuk
yang tepat meningkat. mencegah konstipasi
- Berikan suplemen makanan jika perlu Agar nutrisi pasien dapat terpenuhi
Edukasi
- Ajar diet yang di programkan.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan ( missal anti emetic )
Untuk memilah apa yang akan
- Kolaborasi dengan ahli giziuntuk
dikonsumsi, sehingga pasien dapat
menentukan jumlah kalori dan jenis terpenuhi kebutuhan nutrisinya
nutrient yang di butuhkan jika perlu.

Page | 59
4. Ketidakmampua Setelah di lakukan kunjungan 4x
mobilisasi keluarga
n
kekeluarga ny E O Observasi
koping keluarga Kreteria
- Identifikasi kekuatan dan sumber daya
- Perasaan di abaikan di dalam keluarga dan masyaraka
kekhawatiran tentang anggota
- tidentifikasi kesiapan dan kemampuan
keluarga meningkat
anggota keluarga untuk belajar
- perilaku mengabaikan keluarga Terapeutik
meningkat
- Jadikan pendengar yang baik untuk
- kempuan memneuhi kebutuhan anggota keluarga
anggota keluarga meningkat
- Bina hubungan saling percaya dengan
anggota keluarga.
Edukasi

- Beri imformasi Kesehatan pada


keluarga
Kolaborasi

- Rujuk anggota keluarga pada dukungan


kelompok.

Page | 60
3. lmplementasi dan Evaluasi

Tgl/ jam Dx. Kep Implementasi Evaluas Paraf


i
1. 1. menganjurkan kepada keluaraga untuk S:
Klien Ny E mengatakan meski sudah tua saya tetap
mendampingi klien dalam melakukan aktivitas
berhati hati
seperi mandi, ke toilet. O:
Lingkungan klien bersih dan rapi dari benda-
2. anjurkan klien menggunakan alas kaki yang
benda yang menyebakan cedera.
tidak licin. A.
Resiko jatuh tidak terjadi
3.anjurkan klien untuk tidak berjalan pada lantai
P
yang basah dan licin
Lanjutkan intervesi kepada klien dan motivasi
4. anjurkan klien agar berhati hati Ketika
untuk tetap berhati hati dalam melakukan aktivitas.
beraktivitas di kamar mandi
5. anjurkan klien mmenggunakan tempat tidur
yang rendah
6. anjurkan klien untuk Latihan keseimbangan.

Page | 61
Dx Kep 1. monitoring tingkat kemandirian klien S:
2. ajarkan klien atau keluarga untuk mendorong Klien mengatakan tidak manpu merawat diri
2. sendiri
ke mandirian untuk memberikan bantuan hanya
jika klien tidak mampu melakukan nya. O:
3. mendorong klien untuk melakukan aktivitas
Tampak klien di bantu keluarga ( mandi, makan
sehari hari yang normal minum, keluar dari kamar naik ke kursi roda. )
4. memberikan aktivitas rutin sehari hari sesuai
A.
kemampuan Deficit perawatan diri tidak terjadi
5. monitor kebutuhan klien untuk alat alat bantu
P
untuk kebersihan diri, berpakaian, toileting dan
Intervensi keperawatan di lanjutkan
makan.

Page | 62
Dx Kep 1. anjurkan klien makan porsi keci tapi sering. S:
Klien mengatakan bila makan rasa cepat
2. Monitoring berat badan klien
3
kenyang.
3. Monitoring asupan makanan klien
O:
4. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
Klien makan 4 sendok
yang sesuai.
A:
5 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
Defisit nutrisi tidak terjadi
makan ( missal anti emetic )
P:
6. Kolaborasi dengan ahli giziuntuk menentukan
Intervensi keperawatan di lanjutkan.
jumlah kalori dan jenis nutrient yang di butuhkan
jika perlu.

Page | 63
Dx Kep 1. menganjurkan keluarga selalu mendapingi S:
Klien mengatakan dirinya di abaikan oleh
klien
4. keluarga
2. menganjurkan keluarga memperhatikan O:
Tampak keluarga jarang dating mengujungi klien
kesukaan klien
A. :
3. Anjurkan keluarga untuk mendengarkan Kemampuan koping keluarga teratasi
P :
keluhan klien
Intervensi keperawatan di lanjutkan.
4. menganjurkan keluarga memberikan perhatian
khusus kepada klien
5. menganjurkan keluarga agar selalu mengajak
bicara klien.

Page | 64
Lampiran 6: TERAPI AKTIVITAS INDIVIDU

Topik : mengajrkan cara mencegah resiko jatuh


Sasaran : klien dan keluarga
Hari/Tanggal : kamis, 9 maret 2023
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah kelurga TN. A
Pelaksana : 1 x pertemuan

A. Latar Belakang (jelaskan secara singkat kenapa perlu dilakukan aktivitas ini;
kaitannya dengan masalah kesehatan lansia apa)
Pada saat pelaksanaan kunjungan keperawatan lansia pada keluarga TN.A di temukan
dalam keluarga tersebut klien NY.E umur 84 tahun menderita diabetes melitus tipe 2.
Dalam pengkajian ditemukan NY.E ada riwayat jatuh lebih dari tiga tahun yang lalu dan
mengalami retak tulang panggul. Bedasarkan data skring resiko jatuh di dapatkan bahwa
skor nya tinggi, maka di rencanakan melakukan TAK (terapi akativitas individu )
mengajarkan cara pencegahan jatuh.

B. Tujuan
Umum :
Setelah di lakukan terapi aktivitas di harapkan klien dan keluarga mampu memahami dan dapat
mengaplikasikan pencegahan jatuh.
Khusus
Setelah di berikan TAK (terapi aktivitas individu / keluarga selama 30 menit klien dan
keluarga :
a. Mampu menjelaskan penyebab jatuh
b. Mampu menjelasakan pencegahan jatuh
c. Mampu menjelaskan masalah yang timbul paca jatuh
d. Manpu meperagakan pencegahan jatuh.
C. Metode TAK
Tanya jawab

D. Media dan Alat

65
leaflet
E. Sasaran
Klien dan keluarga

F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari kamis, tanggal, 9 maret 2023.
Rumah keluarga Tn A
G. Susunan
Kegiatan
Contoh:
No Taha Alokasi Kegiata Penanggun
p n g
Waktu
Jawab
1 Pra Interaksi dan 5 menit - Mengucapkan salam -
Apersepsi
- Melakukan kontrak waktu
dengan peserta
- Menjelaskan tujuan dan metode

berkebun
2 Isi TAK: 20 menit - Menjelaskan langkah-langkah -
kegiatan
- Menjelaskan penyebab jatuh
- Menjelaskan pencegahan jatuh
- Masalah yang muncul pasca jatuh

66
No Taha Alokasi Kegiata Penanggun
p n g
Waktu
Jawab
3 Terminasi 5 menit - Memberikan kesempatan -
kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan aktivitas
kelompok
- Memberikan pujian atas apa
yang telah di ungkapkan
- Memberikan kesempatan
untuk klien bertanya tentang
terapi yang bersangkutan
- Menjawab pertanyaan.
- Menyimpulkan materi.
- Memberikan salam penutup.

H. Daftar Pustaka
I. Lampiran Materi TAK
J. Lampiran Media/alat bantu misal: leaflet, gambar peraga
K. Dokumentasi Kegiatan

Page | 67
LAPORAN TERAPI AKTIVITAS
LANSIA JUDUL TAK:

MAHASISWA:
……………………………………………..
NIM

PROGRAM PROFESI NERS


ANGKATAN XXIX INSTITUT
KESEHATAN IMMANUEL
TA 2022/2023

Page | 68
Lampiran 7: Format Penilaian

Nama:
Format Penilaian NIM:
Laporan Pendahuluan Evaluator: TTD:
Keperawatan Gerontik

Kasus:

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT Y TIDA NILAI


A K
1. Pengertian penyakit 5
2. Etiologi 5
3. Patofisiologi 10
4. Tanda dan Gejala 10
5. Data fokus 15
□ Wawancara/keluhan
□ Pemeriksaan fisik
□ Pengkajian lansia

6. Analisa data 15
7. Diagnosa keperawatan (min 4 dx) 10
8. Perencanaan 15
□ Tujuan (SMART)
□ Rencana Tindakan
□ Rasional tiap rencana
9. Daftar Pustaka 5
10. Pengumpulan tepat waktu 5
11. Sistematika penulisan 5
TOTAL
NILAI

Page | 69
Nama:

Format Evaluasi Laporan NIM:


Asuhan Keperawatan Evaluator: TTD:
Gerontik
Tempat :
Keterangan:
□ Nilai 3 : bila semua indikator penilaian didemonstrasikan dengan adekuat
□ Nilai 2 : bila sebagian besar indikator penilaian terpenuhi, tetapi ada yang kurang adekuat
□ Nilai 1 : bila sebagian kecil indikator penilaian dilakukan dengan adekuat
□ Nilai 0 : semua indikator penilaian tidak dilakukan

NO INDIKAT NILAI
OR
1. Pengkajian
1. Mengumpulkan data yang komprehensif dan akurat
2. Ketepatan data
3. Mengidentifikasikan diagnosa keperawatan yang actual dan potensial
4. Menentukan prioritas masalah
5.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kemampuan merumuskan diagnose keperawatan gerontik berdasarkan
masalah dan kebutuhan klien.
2. Menetapkan prioritas dari masalah klien
3. Menetapkan tujuan yang sesuai dan konsisten dengan diagnosa
4. Menetapkan kriteria evaluasi yang dapat diukur
3. Intervensi Keperawatan
1. Menyusun rencana tindakan Keperawatan Gerontik untuk mencapai tujuan
2. Meliputi aspek peningkatan dan pencegahan, rehabilitasi dan kuratif
4. Tujuan Keperawatan
1. Sesuai dengan rencana tindakan
2. Berfokus pada masalah
3. Menuliskan sesuai kriteria SMART
4. Sesuai dengan kemampuan klien

5. Strategi Pelaksanaan Tindakan


1. Menentukan topik pertemuan dengan jelas
2. Menentukan waktu dan tempat pertemuan berdasarkan kesepakatan dengan
klien.
3. Merumuskan rencana tindakan

Page | 70
NO INDIKAT NILAI
OR
6. Evaluasi Tindakan Keperawatan
1. Mengobservasi perilaku klien (kemampuan dan kemauan) setelah dilakukan
tindakan Keperawatan Komunitas
2. Menilai hasil tindakan Keperawatan Gerontik berdasarkan pada tujuan
3. Memecahkan masalah berdasarkan kebutuhan klien
7. Evaluasi Perkembangan Keperawatan Gerontik
1. Membuat rencana tindak lanjut yang akan dilakukan klien secara mandiri
2. Memvalidasi hasil tindakan Keperawatan Gerontik berdasarkan tujuan
3. Membuat kontrak tindakan yang akan datang
TOTAL
NILAI

Nilai Angka Nilai Mentah =


Mentah
21-17 90-100
16-12 80-89 Angka =
11-7 65-79
6-4 55-64
3-0 <55

Page | 71
Lampiran 8: Daftar Nama Mahasiswa PPN 29 (ABCD)
KELAS A
RS.
BAYUKART
A
KELOMP KELOMP
OK 1 OK 2
NO NAM NAM
A A
1 Fuad Afdlol 1 Budy Setyanto
2 Paula Kurniasih 2 Dadan Wahyudin
3 Siti Khalimah 3 Elmita br Sinuraya
4 Yusta Astri Lestari 4 Ester Natalia Dewanti
5 Winda LIani 5 Fridawati Kemit
6 Arifin 6 Lemmy Horasniari Purba
7 Desi Natalia Sianturi 7 Musa Buwana Raya
8 Diyah Tiara Suci 8 Robertus Krismanto
9 Idad Darul Khoer 9 Siti Rahmawati
10 Nurjamilah 10 Soetijowati
11 Riangga Widodo 11 Tacih
12 Yudha Herlangga Kharisma 12 Wigati
13 Aep Saepudin 13 Yani
14 Natalia Madayanti 14 Luciana Risky Amalia
15 Nenden Fernandes

NON RS BAYUKARTA
KELOMP
OK 1
NO NAM
A
1 Mery Hariany
2 Dirma Suryanti Olla
3 Stefanus Laia
4 Sara Puspita Sari
5 Agata Dorathea Sianturi
6 Marta Pera Sonata
7 Herlina Sri Herawati
8 Yustam Robinson Karlau
9 Irwansyah Nugraha
10 Fera Lara Sati
11 Peronika
12 Mikael Langkola
13 Tuti Hendrawati
14 Rina Trisnawati
15 Noferius Gea

Page | 72
16 Ratna wulan
17 Slamet Awaludin
18 Arman M Korwa
19 Tiny Lestari S

Page | 73
KELAS B (RS VINCENTIUS)

NO Kelompok 1 NO Kelompok 2
1 Adventila Art Tivani 1 Agus Susanti
2 Christian ade saputra 2 Anna Lusia
3 Claudia Yolanda Lindri 3 Citra Putri Gayatri
4 Fhenty Hariyanty B 4 Dian Mardiana
5 Florensia Fatmawani 5 Diastrik Lipin
6 Heriadi 6 Devi Virgandari
7 Kristianus 7 Dewi Anggita Pusnawati
8 Nopriani 8 Elis Trafina
9 Oravininia Nawang Tarigas 9 G. Septian Arjuna
10 Patrichia Claudia Satyowati 10 Ismawati
11 Philipus Bong Bong 11 Lusius
12 Resti Andriani 12 Ratno Deby
13 Riyadi 13 Simson Frengki
14 Sugianto 14 Trifonia Afridiana
15 Sutiagres 15 Wina Maria
16 Windi Vernando 16 Yolanda Eulogia
17 Valentinus Endy 17 Yovita Deutelin
18 Yoel Sutanto 18 Zwefornia Sulvina Edinata
19 Yosua Febriyanto 19 Eka
20 Yuyun Lestari 20 Hermina Asui

Page | 74
KELAS C

NO Kelompok 1 NO Kelompok 2
1 FARIDA 1 LESTINA V. G. SIREGAR
2 BEKTI A. KRISTININGTYAS 2 ENGELIN
3 MARIETTA NOVYANTI 3 LINDAWATI SIAHAAN
4 CHRIS D. UTAMI PURBA 4 MARIANA
5 ERLINDA SARY GIRSANG 5 HAPPY F. GULTOM
6 DESA M. HARIANJA 6 ELVIONA TUTUPOLY
7 RUSLINA SIHALOHO 7 TARULI DELYANTY
8 DWI FEBRIANI PURBA 8 DENNI R H. DAMANIK
9 AFRITAYANTI MANALU 9 ROMIATI GULTOM
10 JULISTIKA LUMBAN GAOL 10 DESI ARI TAURAN
11 DHENY M. HARIANJA 11 ADRIYANY ZEBUA
12 FERI DERMAN HALAWA 12 DERMAWAN T.
13 YENI SARA T. ARITONANG 13 DESNAULI SITOMPUL
14 AJENG G. MAHATMAJATI 14 JUNIATI REGINA M.
15 ELTANIA GIOVANNI 15 HEDTI N. RUMONDANG
16 ANNE C. T. SIMAREMARE 16 SETIA TIUR ERLINA
17 KEZIA E. SAHELANGI 17 EFALUSIANA P.
18 RENOVA SINURAT 18 MARTHA H. SINAGA
19 KRISTINA N. ARIANTI
20 RUNELLA BR SEMBIRING

Page | 75

Anda mungkin juga menyukai