Anda di halaman 1dari 64

PEDOMAN PENENTUAN

DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG


LINGKUNGAN HIDUP

Deputi Bidang Tata Lingkungan


Kementerian Lingkungan Hidup
2014
Pedoman Penentuan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

Penanggung Jawab:
Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup

Tahun terbit:
2014

Diterbitkan oleh:
Kementerian Lingkungan Hidup
Deputi 1 Bidang Tata Lingkungan
Asisten Deputi Perencanaan Pemanfaatan SDA &
LH & Kajian Kebijakan LH Wilayah & Sektor
Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Kebon Nanas, Jakarta 13410
Telp: 021-85906676

Layout dan Desain Cover:


Quinsha Network (http://www.quinsha.id)

Hak cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan
cara dan dalam bentuk apapun tanpa seijin penulis dan penerbit.
D
alam upaya mencapai tujuan dilakukan dan diintegrasikan hasilnya ke
pembangunan berkelanjutan, dalam perencanaan pembangunan. Untuk
lingkungan hidup merupakan salah itu, implementasi telaahan aspek
satu aspek yang penting diperhatikan, lingkungan hidup yang memperhatikan
dimana pertumbuhan ekonomi dan batas kemampuan lingkungan hidup
pencapaian kesejahteraan sosial diharapkan maupun standar kebutuhan perikehidupan
tidak mengabaikan kelestarian fungsi perlu disepahami oleh para pembuat
lingkungan. Undang-undang Nomor 32 kebijakan, rencana maupun program dan
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan para pemangku kepentingan.
Pengelolaan Lingkungan Hidup telah
mengamanatkan hal tersebut untuk Pedoman Penentuan Daya Dukung dan Daya
diterapkan dalam perencanaan Tampung Lingkungan Hidup ini merupakan
pemanfaatan sumber daya alam dan sebuah langkah positif dalam
perencanaan pemanfaatan ruang. Bahkan, menyempurnakan perangkat perlindungan
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 dan pengelolaan lingkungan hidup yang
tentang Penataan Ruang menegaskan terus dikembangkan oleh Kementerian
diperhatikannya daya dukung dan daya Lingkungan Hidup. Dengan disusun dan
tampung lingkungan hidup dalam diluncurkannya pedoman ini, diharapkan
penyusunan rencana tata ruang. para pemangku kepentingan dapat memiliki
kesepahaman tentang urgensi dan
Memperhatikan kondisi lingkungan hidup implementasi daya dukung dan daya
saat ini dan melaksanakan amanat peraturan tampung lingkungan hidup serta
perundang-undangan, telaahan terhadap menerapkannya dalam perencanaan
aspek lingkungan hidup sangat penting pembangunan.

.i.
Akhir kata, terima kasih kami ucapkan sebaik-baiknya oleh para pembuat
kepada seluruh pihak yang telah mendukung kebijakan, rencana maupun program dan
penyusunan pedoman ini. Semoga buku para pemangku kepentingan lainnya demi
pedoman ini dapat dimanfaatkan dengan tercapainya pembangunan berkelanjutan.

Jakarta, November 2014

Imam Hendargo Abu Ismoyo


Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup

.ii.
A
tas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
Esa, Pedoman Umum Implementasi tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup telah mengamanatkan
Lingkungan Hidup ini selesai disusun. bahwa apabila Rencana Perlindungan dan
Penyusunan pedoman ini dilatarbelakangi Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH)
oleh urgensi tersedianya perangkat panduan belum tersusun, maka perencanaan
implementasi daya dukung dan daya pemanfaatan sumberdaya alam
tampung lingkungan hidup, agar dapat dilaksanakan berdasarkan pada daya dukung
dijadikan dasar dan diintegrasikan dalam dan daya tampung lingkungan hidup. Daya
penyusunan atau evaluasi kebijakan, dukung dan daya tampung lingkungan hidup
rencana dan/atau program, baik dalam juga merupakan salah satu muatan kajian
konteks perencanaan pemanfaatan sumber dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis
daya alam, perencanaan pembangunan, (KLHS) yang merupakan rangkaian analisis
maupun perencanaan pemanfaatan ruang. yang wajib dilakukan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah untuk mengintegrasikan
Memperhatikan kondisi lingkungan hidup prinsip pembangunan berkelanjutan dalam
saat ini yang diindikasikan telah mengalami pembangunan wilayah dan/atau kebijakan,
penurunan, bahkan mencapai tingkat kritis rencana dan/atau program. Secara khusus
di beberapa daerah, kebijakan untuk lebih juga disebutkan bahwa penyusunan rencana
mengangkat kepentingan aspek lingkungan tata ruang wilayah harus didasarkan pada
hidup agar selaras, serasi dan seimbang KLHS dan memperhatikan daya dukung dan
dengan kepentingan aspek sosial maupun daya tampung lingkungan hidup. Selain itu,
ekonomi, merupakan hal yang mendesak Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
untuk diimplementasikan dan senantiasa tentang Penataan Ruang juga
perlu dipastikan penerapannya dalam mengamanatkan bahwa penyusunan
perencanaan pembangunan wilayah. rencana tata ruang wilayah di tingkat
nasional, provinsi maupun kabupaten/kota

.iii.
harus memperhatikan daya dukung dan daya kebijakan berdasarkan hasil kajian, serta
tampung lingkungan hidup. koordinasi dan kerjasama antar daerah
dalam pembangunan wilayah.
Implementasi hal ini mengandung
konsekuensi pentingnya pemahaman para Pedoman ini disediakan sebagai acuan
pembuat kebijakan, rencana maupun implementasi yang bersifat umum, oleh
program akan substansi daya dukung dan karena itu, untuk penerapan di tingkat yang
daya tampung lingkungan hidup sampai lebih teknis dapat mengacu kepada
pada tingkat kedalaman tertentu, agar pedoman-pedoman teknis yang lebih detil,
penerapannya tepat dan efektif dalam baik yang telah dikembangkan oleh
mempengaruhi pengambilan keputusan. Kementerian Lingkungan Hidup maupun
Terkait dengan hal tersebut, salah satu instansi terkait lainnya.
prinsip yang perlu dipahami adalah bahwa
lingkungan hidup dan sumber daya alam di Akhir kata kami mengucapkan terima kasih
setiap wilayah memiliki karakteristik yang kepada semua pihak yang telah mendukung
berbeda-beda, sehingga telaahannya akan terselesaikannya pedoman ini, dan
menunjukkan bahwa suatu daerah memiliki senantiasa menerima masukan untuk
kelebihan atau kekurangan tertentu dari penyempurnaannya. Semoga pedoman ini
sumber daya alam dan kondisi lingkungan bermanfaat dalam upaya melestarikan
hidupnya. Oleh karena itu, salah satu fungsi-fungsi lingkungan hidup demi
implikasi penting dari hasil telaahan aspek generasi kini dan yang akan datang.
lingkungan hidup adalah penyempurnaan

Jakarta, November 2014

Ir. Laksmi Wijayanti, MCP


Asisten Deputi Perencanaan Pemanfaatan
Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup dan Kajian Kebijakan
Lingkungan Hidup Wilayah dan Sektor

.iv.
DAFTAR ISI

Sambutan ........................................................................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................................................. iii
Daftar Isi ........................................................................................................................... v
Daftar Gambar ................................................................................................................... vii
Daftar Tabel ...................................................................................................................... viii
1 Pendahuluan ................................................................................................................. 1
1.1. Latar belakang ..................................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................................. 5
1.3. Ruang Lingkup Pedoman ...................................................................................... 5
1.4. Dasar Hukum ....................................................................................................... 6
1.5. Istilah dan Definisi ................................................................................................. 6
2 Konsep Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup ........................................ 9
2.1. Konsep Daya Dukung secara umum ...................................................................... 9
2.2. Konsep DD berdasarkan stok (ketersediaan air
dan ketersediaan lahan) ..................................................................................... 9
2.3. Konsep Supply-Demand ........................................................................................ 16
2.4 Konsep Jasekom, Konsep Ekosistem Tematik
(Sektor kehutanan, pertambangan, pertanian, perikanan, dll) ............................... 17
2.5 Konsep Ecological Footprint ................................................................................. 19
2.6. Konsep wilayah fungsional/sistem ekologis, bioregion dan ekoregion ................... 21
2.7. Konsep Valuasi Ekonomi ....................................................................................... 28
3 Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup .................................................... 31
3.1. Pendekatan Unit Analisis DDDTLH ........................................................................ 31
3.2. Metode Analisis .................................................................................................... 31
3.3. Unit Analisis ......................................................................................................... 33

.v.
3.4. Penentuan DDDTLH............................................................................................... 34
4 Kesimpulan dan Beberapa Catatan Terkait dengan
Konsep dan Pengukuran DDDTLH ................................................................................. 47
Referensi ........................................................................................................................... ix

.vi.
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Keterkaitan DDDT LH ........................................................................... 4


Gambar 2. Konsep DDTLH dalam kerangka supply-demand .............................................. 17
Gambar 3. Hubungan Ekoregion, Jasa Ekosistem, Daya Dukung, dan Daya Tampung ........ 23
Gambar 4. Ilustrasi Daya dukung kawasan gambut dan daerah aliran sungai ..................... 38
Gambar 5. Pendekatan Valuasi ekonomi untuk menghitung DDDTLH ............................... 40
Gambar 6. Critical threshold value (CTV) dalam rentang kisaran ambang batas ................ 41

.vii.
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Unit analisis daya dukung dan data yang diperlukan ........................................ 33
Tabel 2. Teknik pengukuran dan penentuan daya dukung
berdasarkan fungsi dan tujuan ........................................................................ 34
Tabel 3. Daya dukung lahan ditentukan oleh adanya
ketersediaan dan kebutuhan ........................................................................... 35
Tabel 4. Daya dukung air ditentukan oleh adanya
ketersediaan dan kebutuhan .......................................................................... 36
Tabel 5. Contoh perhitungan Daya Dukung Lahan
Kawasan Hutan DAS Jeneberang. ..................................................................... 37
Tabel 6. Kesesuain lahan untuk komoditas jagung. ...................................................... 38
Tabel 7. Nilai ekonomi yang dapat digunakan sebagai basis
dalam perhitungan Benefit Transfer ................................................................ 41
Tabel 8. Penentuan DDDTLH Nasional dan Pulau/Kepulauan ........................................ 43
Tabel 9. Penentuan DDDTLH Provinsi dan Ekoregion Lintas Kabupaten/Kota ............... 44
Tabel 10. Penentuan DDDTLH Kabupaten/ Kota dan Ekoregion
di Wilayah Kabupaten/Kota ............................................................................. 45
Tabel 11. Penentuan DDDTLH Lingkungan Tematik ........................................................ 46

.viii.
1.1. Latar belakang jumlah penduduk, maka ketersediaan
sumber daya lahan dan kemampuan lahan
Peningkatan jumlah penduduk berdampak semakin terbatas dikarenakan semakin
kepada peningkatan laju pembangunan tingginya jumlah kebutuhan makhluk hidup
diberbagai sektor dalam rangka untuk dibandingkan ketersediaan sumberdaya
memenuhi kebutuhan makhluk hidup. Hal lahan yang ada. Selain itu, kualitas dan
ini mengakibatkan kondisi lingkungan hidup kondisi lahan yang semakin menurun akibat
di sejumlah kawasan di Indonesia saat ini dari kegiatan manusia yang tidak
diindikasikan mengalami penurunan yang memperhatikan aspek keberlanjutan dari
diakibatkan dari penggunaan sumberdaya fungsi lingkungan hidup semakin
alam yang semakin meningkat dari berbagai memperburuk kualitas lingkungan. Hal lain
kegiatan manusia, termasuk pemanfaatan yan menyebabkan penurunan kualitas
ruang bagi kehidupan manusia dan mahluk lingkungan adalah terjadinya
hidup lainnya. Sementara itu, laju ketidaksesuaian penggunaan lahan, antara
pertumbuhan penduduk akan mengikuti lain ditunjukkan dengan banyaknya lahan
deret ukur dan berbanding terbalik dengan kritis atau bahkan penggurunan lahan.
ketersediaan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup yang memiliki Sedangkan untuk sumber daya air memiliki
keterbatasan. tren yang sama, yaitu semakin menurun baik
kualitas maupun ketersediaannya pada air
Sebagai ilustrasi, sumber daya lahan, permukaan maupun pada air tanah. Hal ini
kemampuan lahan sangat berperan penting terjadi karena pengelolaan sumberdaya air
dalam menopang kehidupan manusia dan yang tidak memperhatikan daya dukung dan
mahluk hidup lainnya. Dengan peningkatan

.1.
daya tampung lingkungan baik di hulu daya tampung lingkungan dapat menunjang
maupun di hilir, serta peningkatan semua kegiatan manusia menjadi sangat
pembangunan di sektor perindustrian yang penting untuk diperhatikan, agar dapat
merambah dari hulu ke hilir. Sebagai memenuhi semua kebutuhan manusia dan
ilustrasi. Kota-kota besar saat ini mengalami makhluk hidup lainnya, tanpa menimbulkan
krisis air, dimana ketersediaan air yang ada dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
tidak dapat memenuhi kebutuhan jumlah
penduduk yang tinggal disuatu kota. Selain Berdasarkan uraian tersebut di atas, ada
itu kualitas air yang buruk, mengakibatkan keterbatasan sumber daya alam serta
dibutuhkannya teknologi untuk mengolah potensi penurunannya baik secara kuantitas
air menjadi layak konsumsi. Oleh karena itu maupun kualitas, maka pemanfaatan
dibutuhkan upaya yang optimal untuk sumber daya alam harus dilakukan secara
pengelolaan sumberdaya air, sehingga bijaksana, yaitu memperhatikan
ketersediaan dan kualitasnya dapat selalul kemampuan daya dukung dan daya tampung
terjaga. lingkungan hidup. Perlu diperhatikan pula
hubungan antar wilayah, untuk kebutuhan
Peningkatan dan penyebaran jumlah yang tidak dapat dipenuhi oleh suatu
penduduk saat ini ke arah perkotaan, dimana wilayah tertentu, sehingga dapat dipenuhi
banyak perpindahan penduduk dari desa ke dengan penyediaan dari wilayah lainnya
kota dengan tujuan untuk mendapatkan (prinsip ekspor-impor). Hal lain yang
tingkat kehidupan yang lebih baik menjadi tantangan dalam pengelolaan
mengakibatkan terganggunya kenyamanan sumber daya alam dan lingkungan hidup
di wilayah perkotaan. Selain itu, adalah mempertahankan keseimbangan
pertumbuhan sektor industri di suatu antara pemenuhan kebutuhan manusia
wilayah juga dapat mengganggu dalam jangka pendek dengan keberlanjutan
keseimbangan ekosistem, yaitu pemanfaatannya untuk menunjang
meningkatnya tingkat pencemaran akibat kehidupan yang keberlanjutan dalam
emisi udara maupun limbah yang pembangunan serta memperhatikan
dikeluarkan dari kegiatan pabrik, kesejahteraan sosial, ekonomi dan
berkurangnya ketersediaan sumber daya kelestarian fungsi lingkungan hidup hingga
alam dari sektor kehutanan, pertanian, masa yang akan datang. Oleh karena itu
perikanan, mineral, kenaekaragaman hayati kemampuan lingkungan hidup untuk
dikarenakan ketersediaan lahan semakin mendukung perikehidupan manusia,
terbatas. Oleh karena itu kondisi lingkungan makhluk hidup lainnya dan keseimbangan
yang baik, dalam hal ini daya dukung dan antar keduanya (daya dukung lingkungan

.2.
hidup) serta kemampuan lingkungan hidup daya dukung dan daya tampung lingkungan
untuk menyerap zat, energi dan/atau hidup merupakan salah satu muatan kajian
komponen lain yang masuk atau dimasukkan yang mendasari penyusunan atau evaluasi
ke dalamnya (daya tampung lingkungan rencana tata ruang wilayah (RTRW), rencana
hidup) penting untuk diketahui, dipahami pembangunan jangka panjang dan jangka
dan dijadikan dasar dalam perencanaan menengah (RPJP dan RPJM) serta kebijakan,
pemanfaatan sumber daya alam, rencana dan/atau program yang berpotensi
perencanaan pembangunan dan menimbulkan dampak dan/atau risiko
perencanaan pemanfaatan ruang. lingkungan hidup, melalui Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Daya
Penentuan daya dukung dan daya tampung dukung dan daya tampung lingkungan hidup
lingkungan hidup sebagai dasar tertuang pula pada Pasal 19, yang
pertimbangan dalam pembangunan dan menyatakan bahwa untuk menjaga
pengembangan suatu wilayah telah kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
diamanatkan sejak ditetapkannya Undang- keselamatan masyarakat, setiap
undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang perencanaan tata ruang wilayah wajib
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan didasarkan pada KLHS dan ditetapkan
Lingkungan Hidup, yang kemudian dengan memperhatikan daya dukung dan
disempurnakan menjadi Undang-undang daya tampung lingkungan hidup.
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Keterkaitan daya dukung dan daya tampung
Lingkungan Hidup, dan kini Undang-undang lingkungan hidup dengan KLHS, RPPLH dan
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan pemanfaatan sumberdaya alam
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. sebagaimana digambarkan pada diagram
keterkaitan DDTLH (Gambar 1).
Dalam Undang-undang nomor 32 Tahun
2009, amanat daya dukung dan daya Dalam peraturan perundang-undangan
tampung lingkungan hidup tertuang dalam Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
sejumlah pasal, diantaranya Pasal 12 yang Ruang, telah mengamanatkan bahwa alokasi
menyebutkan bahwa apabila Rencana pemanfaatan ruang harus didasarkan pada
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan daya dukung lingkungan. Hal ini ditegaskan
Hidup (RPPLH) belum tersusun, maka lagi dalam undang-undang penataan ruang
pemanfaatan sumber daya alam yang baru, yaitu Undang-undang Nomor 26
dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ndalam
daya tampung lingkungan hidup. Selain itu, Pasal 19, 22, 25 dan 28 diamanatkan bahwa
dalam Pasal 15, 16 dan 17 dijelaskan bahwa rencana tata ruang wilayah nasional,

.3.
provinsi dan kabupaten/kota harus disusun Berdasarkan uraian tersebut di atas, terlihat
dengan memperhatikan daya dukung dan bahwa ada batasan-batasan yang harus
daya tampung lingkungan hidup. Selain itu, diperhatikan dalam penyusunan daya
pada Pasal 34 ayat (4) dinyatakan bahwa dukung dan daya tampung lingkungan hidup
pemanfaatan ruang wilayah nasional, disuatu wilayah, seperti keragaman atau
provinsi dan kabupaten/kota dilaksanakan perbedaan karakter serta fungsi ekologis
sesuai dengan standar pelayanan minimal dari masing-masing wilayah, sebaran jumlah
bidang penataan ruang, standar kualitas penduduk dan potensi sumber daya alam
lingkungan serta daya dukung dan daya dimasing-masing wilayah. Sehingga
tampung lingkungan hidup. Pada penjelasan diharapkan daya dukung dan daya tampung
Pasal 25 disebutkan bahwa daya dukung dan lingkungan hidup di suatu suatu wilayah
daya tampung lingkungan hidup wilayah akan menggambarkan kondisi eksistingnya.
kabupaten/kota diatur berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang Selain itu, besarnya amanat peraturan
penyusunannya dikoordinasikan oleh perundang-undangan terhadap penetapan
menteri yang menyelenggarakan urusan daya dukung dan daya tampung lingkungan
pemerintahan dalam bidang lingkungan hidup dalam pembangunan wilayah, maka
hidup. diperlukan pedoman tentang implementasi
daya dukung dan daya
RPPLH
Pasal 9-10
RPJM/P
Pasal 10 (5)
tampung lingkungan hidup
INVENTARISASI
yang akan menjadi acuan
KOMPONEN LH
Ekoregion dalam perencanaan
Pasal 8
Pasal 7
pemanfaatan sumber daya
alam, perencanaan
pembangunan maupun
DAYA DUKUNG
DAYA TAMPUNG LH
perencanaan pemanfaatan
Pemanfaatan SDA
Pasal 12 (3) dan (4) Pasal 12 (1) dan (2) ruang, termasuk
RPJM/P perencanaan kerjasama
antar wilayah dengan
KLHS memperhatikan aspek
Pasal 16 (a) RTRW
Pasal 17 (2) jumlah penduduk dan
karakteristik wilayah.
ASPEK LH
LAINNYA BAGAN KETERKAITAN DDDTLH KRP lain
Lebih jauh dalam Undang-
Gambar 1. undang Nomor 32 Tahun
Bagan Keterkaitan DDDT LH 2009, Pasal 12 ayat (4)

.4.
menetapkan bahwa tata cara penetapan lingkungan hidup baik pada level
daya dukung dan daya tampung lingkungan nasional, provinsi dan kabupten/kota.
hidup diatur dalam peraturan pemerintah.

1.3. Ruang Lingkup Pedoman


1.2. Tujuan
Daya dukung dan daya tampung lingkungan
Tujuan penyusunan Konsep Pedoman hidup merupakan hal yang bersifat dinamis
Penentuan Daya Dukung dan Daya Tampung dan kompleks, mengingat setiap wilayah
Lingkungan Hidup ini adalah: memiliki kakarakteristik geografi,
kemampuan sumber daya alam dan jumlah
a. Mewujudkan penataan ruang wilayah penduduk yang berbeda-beda. Oleh karena
dan pemanfaatan sumber daya alam itu ruang lingkup dari konsep pedoman
yang sesuai dengan daya dukung dan penentuan daya dukung dan daya tampung
daya tampung lingkungan hidup yang lingkungan hidup ini adalah:
dapat menjamin keberlanjutan suatu
wilayah dalam mendukung kebutuhan a. Daya dukung dan daya tampung
manusia dan makhluk hidup lainnya; lingkungan hidup Nasional dan
b. Menurunkan dampak negatif terhadap Pulau/Kepulauan
lingkungan akibat dari pemanfatan b. Daya dukung dan daya tampung
ruang dan pemanfaatan sumber daya lingkungan hidup Provinsi dan
alam yang tidak berdasarkan pada daya Ekoregion lintas Kabupaten/Kota
dukung dan daya tampung lingkungan c. Daya dukung dan daya tampung
hidup lingkungan hidup Kabupaten/Kota dan
c. Sebagai dasar perencanaan kerjasama Ekoregion di wilayah Kabupaten/Kota.
antar daerah dalam pembangunan d. Daya dukung dan daya tampung
wilayah, penyusunan rencana tata lingkungan hidup Hidup tematik yang
ruang, pemanfaatan dan pencadangan akan digunakan untuk pemanfaatan
sumber daya alam, pengendalian sumber daya alam tertentu, seperti
kerusakan lingkungan hidup dan sektor kehutanan, pertambangan,
pengendalian pencemaran lingkungan pertanian, perikanan dll.
hidup.
d. Tersedianya acuan umum pelaksanaan
kajian daya dukung dan daya tampung

.5.
1.4. Dasar Hukum j. PermenLH 28/2009 tentang Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban
Dasar hukum pengembangan Konsep daya Pencemaran Air Danau/Waduk
dukung dan daya tampung lingkungan hidup
adalah:

a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 1.5. Istilah dan Definisi


tentang Perlindungan dan Pengelolaan a. Pelestarian fungsi lingkungan hidup
Lingkungan Hidup adalah rangkaian upaya untuk
b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 memelihara kelangsungan daya dukung
tentang Sistem Perencanaan dan daya tampung lingkungan hidup.
Pembangunan Nasional b. Daya dukung lingkungan hidup adalah
c. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 kemampuan lingkungan hidup untuk
tentang Penataan Ruang mendukung perikehidupan manusia,
d. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 makhluk hidup lain, dan keseimbangan
tentang Mineral Energi dan Batubara antarkeduanya.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun c. Daya tampung lingkungan hidup adalah
2008 tentang Rencana Tata Ruang kemampuan lingkungan hidup untuk
Wilayah Nasional menyerap zat, energi, dan/atau
f. Permen PU Nomor 20/PRT/M/2007 komponen lain yang masuk atau
tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek dimasukkan ke dalamnya.
Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta d. Penentuan daya dukung dan daya
Sosial Budaya dalam Penyusunan tampung lingkungan hidup adalah
Rencana Tata Ruang proses/cara kajian ilmiah untuk
g. Permen LH Nomor 17 Tahun 2009 menentukan/mengetahui kemampuan
tentang Pedoman Penentuan Daya suatu wilayah dalam mendukung
Dukung Lingkungan Hidup dalam kebutuhan hidup manusia dan makhluk
Penataan Ruang Wilayah hidup lainnya.
h. Pedoman Penggunaan Kriteria dan e. Penetapan daya dukung dan daya
Standar dalam Aplikasi Daya Dukung tampung lingkungan hidup adalah
dan Daya Tampung Lingkungan Hidup penetapan kemampuan suatu wilayah
untuk Pengendalian Perkembangan dalam batas optimal yang harus
Kawasan diperhatikan untuk mendukung
i. PermenLH No. 1/2010 tentang Tata kebutuhan hidup manusia dan makhluk
Laksana Pengendalian Pencemaran Air hidup lainnya secara berkelanjutan yang

.6.
didasarkan pada daya dukung dan daya administratif dan/atau aspek
tampung lingkungan hidup. fungsional.
f. Kerusakan lingkungan hidup adalah k. Kawasan adalah wilayah yang
perubahan langsung dan/atau tidak mempunyai fungsi utama lindung atau
langsung terhadap sifat fisik, kimia, budi daya.
dan/atau hayati lingkungan hidup yang l. Kawasan lindung adalah wilayah yang
melampaui kriteria baku kerusakan ditetapkan dengan fungsi utama
lingkungan hidup. melindungi kelestarian lingkungan
g. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
hidup adalah ukuran batas perubahan dan sumber daya buatan.
sifat fisik, kimia dan/atau hayati m. Kawasan budi daya adalah wilayah yang
lingkungan hidup yang dapat ditetapkan dengan fungsi utama untuk
ditenggang oleh lingkungan hidup dibudidayakan atas dasar kondisi dan
untuk dapat tetap melestarikan potensi sumber daya alam, sumber daya
fungsinya. manusia, dan sumber daya buatan.
h. Pencemaran lingkungan hidup adalah n. Ekoregion adalah wilayah geografis
masuk atau dimasukkannya makhluk yang memiliki kesamaan ciri iklim,
hidup, zat, energi, dan/atau komponen tanah, air, flora dan fauna asli, serta
lain ke dalam lingkungan hidup oleh pola interaksi manusia dengan alam
kegiatan manusia sehingga melampaui yang menggambarkan integritas sistem
baku mutu lingkungan hidup yang telah alam dan lingkungan hidup.
ditetapkan. o. Jasa ekosistem adalah layanan atau
i. Baku mutu lingkungan hidup adalah fungsi ekosistem yang dikategorikan
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, dalam 4 (empat) jenis layanan, yaitu:
zat, energi, atau komponen yang ada - Layanan fungsional (provisioning
atau harus ada dan/atau unsur services): Jasa/produk yang didapat
pencemar yang ditenggang dari ekosistem, seperti misalnya
keberadaannya dalam suatu sumber sumberdaya genetika, makanan, air
daya tertentu sebagai unsur lingkungan dll.
hidup. - Layanan regulasi (regulating
j. Wilayah adalah ruang yang merupakan services): manfaat yang didapatkan
kesatuan geografis beserta segenap dari pengaturan ekosistem, seperti
unsur terkait yang batas dan sistemnya misalnya aturan tentang
ditentukan berdasarkan aspek pengendalian banjir, pengendalian

.7.
erosi, pengendalian dampak
perubahan iklim dll.
- Layanan kultural (cultural services):
manfaat yang tidak bersifat
material/terukur dari ekosistem,
seperti misalnya pengkayaan spirit,
tradisi pengalaman batin, nilai-nilai
estetika dan pengetahuan.
- Layanan pendukung kehidupan
(supporting services): jasa
ekosistem yang diperlukan
manusia, seperti misalnya produksi
biomasa, produksi oksigen, nutrisi,
air, dll.
p. Instansi lingkungan hidup adalah
instansi di tingkat pusat atau daerah
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.

.8.
2.1. Konsep Daya Dukung secara umum Daya dukung dan daya tampung lingkungan
dalam perencanaan tata ruang dimaksudkan
Jika dilihat dari definisinya, daya dukung agar pemanfaatan ruang berdasarkan tata
dan daya tampung lingkungan hidup ruang nantinya tidak sampai melampaui
merupakan kemampuan lingkungan hidup batas-batas kemampuan lingkungan hidup
untuk dapat mendukung perikehidupan dalam mendukung dan menampung
manusia, makhluk hidup lain, dan aktivitas manusia tanpa mengakibatkan
keseimbangan antarkeduanya. Dengan kerusakan lingkungan. Kemampuan tersebut
demikian, konsep daya dukung secara umum mencakup kemampuan dalam menyediakan
dapat dilihat dari dua sisi yaitu: ruang, kemampuan dalam menyediakan
sumberdaya alam, dan kemampuan untuk
a. Dari sisi ketersediaan, dengan melihat melakukan perbaikan kualitas lingkungan
karakteristik wilayah, potensi sumber apabila terdapat dampak yang mengganggu
daya alam yang ada di suatu wilayah keseimbangan ekosistem. Penataan ruang
b. Dari sisi kebutuhan, yaitu dengan yang mengabaikan daya dukung lingkungan
melihat kebutuhan manusia dan dipastikan akan menimbulkan permasalahan
makhluk hidup lainnya dan arahan dan degradasi kualitas lingkungan hidup
kebijakan prioritas suatu wilayah seperti banjir, longsor dan kekeringan,
pencemaran dan lain sebagainya.

Konsep dan metode pengukuran daya


2.2. Konsep DD berdasarkan stok
dukung lingkungan memiliki banyak
(ketersediaan air dan ketersediaan
definisi, namun kesamaannya adalah bahwa
lahan)

.9.
daya dukung selalu memperhatikan hutan tetap. Kawasan hutan yang ditetapkan
perbandingan dan keseimbangan antara pemerintah terdiri atas :
ketersediaan (suplly) dan permintaan
(demand) dan ke-semuanya disesuaikan a. Hutan konservasi yang terdiri atas : (a)
dengan tujuan yang diinginkan. Daya Hutan Suaka Alam (Cagar Alam dan
dukung lingkungan mengandung pengertian Suaka Margasatwa), (b) Hutan
kemampuan suatu tempat dalam menunjang Pelestarian Alam (Taman Nasional,
kehidupan mahluk hidup secara optimum Taman Hutan Raya), Taman Wisata
dalam periode waktu yang panjang. Daya Alam), dan (c) Taman Buru.
dukung lingkungan dapat pula diatikan b. Hutan lindung
kemampuan lingkungan memberikan c. Hutan produksi, yang dapat dibedakan
kehidupan organisme secara sejahtera dan atas : (a) Hutan produksi terbatas, (b)
lestari bagi penduduk yang mendiami suatu Hutan produksi biasa, dan (c) Hutan
kawasan. produksi yang dapat dikonversi.

Penetapan daya dukung lahan untuk hutan Terkait dengan daya dukung
atau kawasan hutan dapat dilakukan melalui lahan/lingkungan hutan, kawasan hutan
berbagai tahapan. Tahapan pertama adalah lindung dan hutan produksi
menetapkan suatu kawasan berdasarkan menggambarkan kapasitasnya. Kawasan
fungsinya. Penetapan kawasan ini hutan konservasi ditetapkan berdasarkan
didasarkan pada kemampuannya untuk terdapatnya flora atau fauna khusus yang
mendukung aktifitas manusa tanpa perlu dilindungi dari kepunahannya.
menimbulkan kerusakan lingkungan. Sedangkan kawasan hutan produksi konversi
ditetapkan pada lokasi yang seharusnya daya
Berdasarkan definisi yang umum digunakan, dukungnya dapat untuk kegiatan budidaya
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem non kehutanan, namun kondisinya saat ini
berupa hamparan lahan berisi sumberdaya ditetapkan berpenutupan lahan hutan yang
alam hayati yang didominasi pepohonan masih bagus kondisinya.
dalam persekutuan alam lingkungannya
yang satu dengan lainnya tidak dapat Analisis penetapan fungsi kawasan hutan
dipisahkan. Sedangkan kawasan hutan dilakukan dengan berdasarkan SK Menteri
adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan Pertanian No. 837/KPTS/UM/11.1980. dalam
atau ditetapkan oleh pemerintah untuk metode analisis ini ditentukan tiga factor,
dipertahankan keberadaannya sebagai yaitu : (1) kemiringan lereng, (2) jenis tanah,
dan (3) curah hujan. Ketiga faktor tersebut

.10.
masing-masing ditetapkan skornya sebagainya tidak dipertimbangkan
kemudian hasilnya dijumlah dan sebagai sifat-sifat lahan yang permanen.
menghasilkan indeks lokasi. Indeks lokasi < b. Lahan di dalam satu kelas serupa dalam
125 dan kemiringan lereng < 8% tingkat kegawatan faktor
direkomendasikan sebagai kawasan penghambatnya, tetapi tidak harus
permukiman dan tanaman semusim. Indeks sama dalam jenis faktor penghambat
lokasi < 125 dan kemiringan lereng < 15% atau tindakan pengelolaan yang
direkomendasikan sebagai kawasan dibutuhkan.
budidaya tanaman tahunan. Daerah dengan c. Klasifikasi kemampuan lahan bukanlah
indeks lokasi 125-175 diperuntukkan sebagai gambaran produktivitas untuk jenis
kawasan fungsi penyangga. Daerah dengan tanaman tertentu, meskipun
indeks lokasi > 175 diperuntukkan sebagai perbandingan masukan terhadap hasil
kawasan hutan lindung. dapat membantu dalam menentukan
kelas.
Tahapan kedua adalah melalui kajian d. Diasumsikan tingkat pengelolaan yang
kemampuan lahan. Analisis kemampuan cukup tinggi.
lahan diarahkan untuk mengetahui potensi e. System itu sendiri tidak menunjukkan
lahan bagi penggunaan berbagai sistem penggunaan yang paling
pertanian secara luas dan lestari, menguntungkan yang dapat dilakukan
berdasarkan cara penggunaan dan pada sebidang lahan.
perlakuan yang paling sesuai, sehingga f. Apabila faktor penghambat dapat
dapat dijamin pemanfaatan lahan dalam dihilangkan atau perbaikan dilakukan
waktu yang tidak terbatas. (seperti drainase, irigasi, penyingkiran
batu-batuan), maka lahan dinilai
Analisis kemampuan lahan mengacu pada menurut faktor penghambat masih ada
sistem klasifikasi kemampuan lahan yang (yang tertinggal) setelah tindakan
dikembangkan oleh USDA. Metoda perbaikan tersebut dilakukan. Besarnya
klasifikasi tersebut didasarkan pada biaya perbaikan tidak berpengaruh
sejumlah asumsi sebagai berikut : terhadap penilaian.
g. Penilaian kemampuan lahan dari suatu
a. Klasifikasi kemampuan lahan
daerah dapat berubah dengan adanya
merupakan klasifikasi yang bersifat
proyek reklamasi yang mengubah secara
interpretative didasarkan atas sifat-sifat
permanen keadaan dan atau cakupan
lahan yang permanen. Vegetasi yang
faktor penghambat (misalnya
ada seperti pohon, belukar, dan

.11.
pembuatan drainase, irigasi, dan VIII hanya sesuai untuk kawasan hutan
sebagainya). lindung atau hutan konservasi.
h. Pengelompokkan kemampuan lahan
akan dapat berubah apabila informasi Tahapan selanjutnya adalah melihat lokasi
baru tentang tingkah laku dan respon keberadaan hutan atau kawasan hutannya
tanah menjadi tersedia. ditinjau dari Daerah Aliran Sungai (DAS).
i. Jarak ke pasar, macam dan kondisi jalan, DAS secara umum didefinisikan sebagai
lokasi di lapangan, dan keadaan/sifat suatu hamparan wilayah/kawasan yang
pemilikan lahan tidak merupakan dibatasi pembatas topografi (punggungan
kriteria dalam mengelompokkan bukit) yang menerima, mengumpulkan air
kemampuan lahan. hujan, sedimen, dan unsur hara serta
mengalirkan melalui anak-anak sungai dan
Struktur klasifikasi kemampuan lahan keluar pada satu titik (outlet). Selanjutnya
terbagi dalam kategori-kategori menurut Departemen Kehutanan (2001) memberikan
faktor penghambat terhadap pertumbuhan pengertian bahwa DAS adalah suatu daerah
tanaman. Kelas merupakan kategori tertentu yang bentuk dan sifat alamnya
tertinggi dan bersifat luas/umum. sedemikian rupa, sehingga merupakan
Penggolongan lahan ke dalam kelas kesatuan dengan sungai dan anak-anak
kemampuan didasarkan pada intensitas sungainya yang melalui daerah tersebut
faktor-faktor penghambat permanen dan dalam fungsinya untuk menampung air yang
sulit diubah. Kelas kemampuan berkisar dari berasal dari curah hujan dan sumber air
kelas I, yaitu lahan yang tidak memiliki lainnya, dan kemudian mengalirkan melalui
faktor penghambat utama bagi sungai utamanya (single outlet).
pertumbuhan tanaman, sampai kelas VIII,
yaitu lahan yang memiliki penghambat- Pada dasarnya seluruh permukaan bumi
penghambat yang sangat berat sehingga terbagi habis dalam DAS, namun untuk
tidak memungkinkan digunakan untuk kepentingan perencanaan dan
sarana produksi tanaman, namun masih pengelolaannya sub-sub DAS dikelompokkan
dapat menghasilkan produksi non kayu atau menjadi satu DAS dimana sungai utamanya
jasa lingkungan. Kawasan hutan atau hutan bermuara di laut, danau atau perairan
pada dasarnya dapat dikembangkan tanpa terbuka lainnya. Morfologi DAS adalah
merusak lingkungan pada lahan dengan klasifikasi lokasi hulu, tengah atau hilir dari
kemampuan lahan kelas VI dan kelas VIII. satu jaringan sungai dalam satu DAS.
Kawasan dengan kemampuan lahan kelas Klasifikasi didasarkan pada ordo sungai atau
tingkat percabangan sungai. Dari sudut

.12.
pandang fisiografi (geomorfologi), maka terabaikan dalam pengembangan tata
DAS mempunyai 3 (tiga) ciri/watak, yaitu guna lahan.
bagian hulu, tengah, dan hilir. Ciri-ciri DAS
dapat digambarkan sebagai berikut : Kawasan hutan yang sama dengan
kemampuan lahan yang sama bila terletak di
a. DAS bagian hulu didefinisikan sebagai hulu DAS akan memiliki daya dukung yang
daerah aliran yang terbatas. Pada lebih rendah bila dibandingkan letaknya di
bagian hulu dimana > 70% dari bagian tengah DAS.
permukaan lahan DAS tersebut
umumnya mempunyai kemiringan lahan Hal terakhir dari penentu daya dukung lahan
> 8%. Disini, aspek prioritas hutan atau kawasan hutan adalah
pemanfaatan lahan adalah konservasi penggunaannya saat ini ditinjau dari
tanah dan pengendalian erosi. Secara kesesuainnya dengan fungsi, kemampuan
hidrologis, DAS bagian hulu biasanya lahan dan lokasinya. Penutupan lahan
membentuk daerah utama pengisian adalah kondisi fisik benda atau kenampakan
kembali curah hujan untuk air yang ada di permukaan bumi, misalnya
permukaan dan air tanah dari DAS. hutan, padang rumput, bangunan gedung,
b. DAS bagian tengah didefinisikan tubuh air. Penggunaan lahan adalah tutupan
sebagai aliran yang terbatas pada biofisik pada permukaan bumi yang dapat
bagian tengah, dimana kurang lebih diamati merupakan suatu hasil pengaturan,
50% dari permukaan lahan DAS tersebut aktifitas dan perlakuan manusia yang
mempunyai kemiringan lahan < 8% serta dilakukan pada jenis penutupan lahan
dimana baik konservasi tanah maupun tertentu untuk melakukan kegiatan
pengendalian bajir adalah sama produksi, perubahan ataupun perwawatan
pentingnya. Secara hidrologis DAS pada penutupan lahan tersebut.
bagian tengah membentuk daerah
utama transisi curah hujan untuk air Untuk menilai daya dukung lahan kawasan
tanah. hutan maka penggunaan atau penutupan
c. DAS bagian hilir didefinisikan sebagai lahan menjadi salah satu faktor penting.
daerah aliran yang terbatas pada bagian Penutupan lahan yang terbuka akan
hilir, dimana kurang lebih 70% menurunkan daya dukung lahan, sebaliknya
permukaan lahannya mempunyai bila penutupan lahan menutupi sebagian
kemiringan <8%. Disini, pengendalian sebagian besar permukaan tanah akan
banjir dan drainage biasanya meningkatkan daya dukungnya. Untuk
merupakan factor-faktor yang menilai tingkat daya dukung lahan kawasan

.13.
hutan maka penggunaan lahan dapat tergantung pada tujuan yang diinginkan
direklasifikasi berdasarkan derajat seperti untuk daya tampung demografis,
penutupannya. keseimbangan pangan, lahan pertanian,
penggunaan lahan, keseimbangan
Kesesuaian penggunaan lahan ini umumnya kebutuhan lahan, kebutuhan air dan
digunakan untuk menilai daya dukung lahan sebagainya. Selain itu penggunaan
pada suatu kawasan, misalnya DAS atau sub penerapan teknik pengukuran daya dukung
DAS. Kawasan yang memiliki kesesuaian lingkungan juga tergantung pada unit
penggunaan yang kecil memiliki daya analisis yang digunakan.
dukung yang rendah, demikian juga
sebaliknya. Selain teknik pengukuran daya dukung
lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup
Esensi dasar dari daya dukung adalah menerbitkan Peratura Menteri Negara
perbandingan antara ketersediaan dan Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009
kebutuhan atau supply dan demand. Hal ini Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung
menjadi penting karena supply umumnya Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang
terbatas, sedangkan demand tidak terbatas. Wilayah, dengan mendasarkan pada tiga
Perhitungan menjadi sulit, karena terlalu metode yaitu alokasi pemanfaatan ruang
banyak faktor yang mempengaruhi berbasis kemampuan lahan, keseimbangan
kebutuhan dan ketersediaan. Dengan kata sumberdaya lahan dan sumberdaya air.
lain, terlalu banyak elemen yang
mempengaruhi komponen daya dukung Kemampuan lahan merupakan karakteristik
lingkungan. Kesulitan tersebut lahan yang mencakup sifat tanah (fisik dan
mengakibatkan daya dukung umumnya kimia), topografi, drainase, dan kondisi
berlaku pada sistem tertutup, tanpa lingkungan hidup lain. Berdasarkan
memperhitungkan interaksi antar wilayah, karakteristik lahan tersebut, dapat
sehingga lebih banyak berkembang daya dilakukan klasifikasi kemampuan lahan ke
dukung sektoral (pertanian, pariwisata, dalam tingkat kelas, sub kelas, dan unit
sosial dan lain-lain) yang dikembangkan pengelolaan. Pengelompokkan kemampuan
berdasarkan tujuan dan fungsi tertentu. lahan dilakukan untuk membantu dalam
penggunaan dan interpretasi peta tanah.
Beberapa konsep dan perhitungan teknis Kemampuan lahan sangat berkaitan dengan
daya dukung lingkungan yang dapat tingkat bahaya kerusakan dan hambatan
digunakan sebagai dasar dalam penyusunan dalam mengelola lahan.
RTRW sangatlah banyak dan beragam serta

.14.
Hasil akhir kelas kemampuan lahan tata air dan gangguan dari persoalan banjir,
dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok sebagai erosi, sedimentasi serta kekurangan air.
berikut : (a) kelompok pertama adalah Selain ukuran-ukuran tersebut, indeks
kelompok kelas kemampuan untuk kemampuan lahan suatu wilayah juga dapat
penggunaan lahan pertanian (usaha tani) dicerminkan oleh rasio antara kepemilikan
meliputi kelas I sampai kelas IV; (b) kelompok lahan dengan kelas kemampuan lahan I-IV
kedua adalah kelompok kelas kemampuan dengan jumlah penduduk. Asumsi yang
yang tidak bisa digunakan untuk pertanian dikembangkan, semakin tinggi rasio
(usaha tani) meliputi kelas V sampai kelas tersebut, maka semakin tinggi tingkat
VIII. Dengan demikian makin tinggi kelasnya perkembangan wilayah.
semakin rendah kualitas lahannya (Rayes,
2007). Penentuan daya dukung lahan dilakukan
dengan membandingkan ketersediaan dan
Berdasarkan karakter di atas, maka Muta’ali kebutuhan lahan. Ketersediaan lahan
(2011) menyusun rumusan tentang Indeks ditentukan berdasarkan data total produksi
Kemampuan Lahan Wilayah (IKLw) dengan actual setempat dari setiap komoditas di
asumsi bahwa kemampuan lahan I-IV untuk suatu wilayah, dengan menjumlahkan
pengembangan kawasan budidaya dan produk dari semua komoditas yang ada di
kemampuan lahan V-VIII untuk penetapan wilayah tersebut. Untuk penjumlahan
kawasan lindung. Koefisien lindung yang digunakan harga sebagai faktor konversi
dipakai antara 0,3-0,4 yang memungkinkan karena setiap komoditas memiliki satuan
suatu wilayah dapat mengembangkan yang beragam. Sementara itu, kebutuhan
potensi kawasan budidayanya, namun tetap lahan dihitung berdasarkan kebutuhan
menjaga kelestarian fungsi lindungnya, hidup layak. Bila ketersediaan lahan lebih
dimana diasumsikan 30% luas wilayah besar dari kebutuhan lahan, maka daya
digunakan sebagai kawasan lindung dan dukung lahan dinyatakan surplus.
tidak dibudidayakan. Apabila IKLw lebih dari Sedangkan jika ketersediaan lahan lebih
satu, berarti bahwa wilayah memiliki kecil dari kebutuhan lahan, maka daya
kemampuan mengembangkan potensi dukung dinyatakan defisit.
lahannya lebih optimal khususnya untuk
berbagai ragam kawasan budidaya, dengan Penentuan daya dukung air dilakukan
tetap terjaganya keseimbangan lingkungan. dengan membandingkan ketersediaan dan
Sedangkan apabila IKLw lebih kecil dari satu, kebutuhan air. Ketersediaan air ditentukan
berarti wilayah lebih banyak memiliki fungsi dengan menggunakan metode koefisien
lindung, khususnya perlindungan terhadap limpasan berdasarkan informasi

.15.
penggunaan lahan serta data curah hujan 2.3. Konsep Supply-demand
tahunan. Sementara itu, kebutuhan air
dihitung dari hasil konversi terhadap Secara umum konsep daya dukung dan daya
kebutuhan hidup layak. Dengan metode ini, tampung lingkungan hidup dapat
dapat diketahui secara umum apakah digambarkan melalui framework sisi
sumberdaya air di suatu wilayah dalam permintaan (demand) dan sisi penawaran
keadaan surplus atau defisit. Nilai (supply side). Sisi permintaan lebih
ketersediaan air lebih besar dari kebutuhan didasarkan pada kebutuhan (needs) dan pola
air, daya dukung air dinyatakan surplus. konsumsi akan sumber daya alam dan jasa
Sedangkan jika ketersediaan air lebih kecil lingkungan seperti lahan, air dan sumber
dari kebutuhan air, daya dukung air daya alam lainnya. Kebutuhan ini akan
dinyatakan defisit atau terlampaui. Keadaan banyak dipengaruhi oleh perkembangan
surplus menunjukkan bahwa ketersediaan penduduk baik di suatu wilayah
air di suatu wilayah tercukupi, sedangkan administratsi maupun wilayah ekoregion.
keadaan defisit menunjukkan bahwa wilayah Interaksi kebutuhan akan sumber daya alam
tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dan jasa lingkungan dengan jumlah yang
akan air. Hasil perhitungan dengan metode diekstrasi akann meninggalkan jejak
ini dapat dijadikan bahan masukan/ ekologis (ecological foot print) yang
pertimbangan dalam penyusunan rencana menunjukkan jejak ekosisitim per satuan
tata ruang dan evaluasi pemanfaatan ruang penggunaan sumber daya.
dalam rangka penyediaan sumberdaya air
yang berkelanjutan. Di sisi lain, sumber daya alam menyedia-kan
layanan barang dan jasa yang dapat
Undang-undang Penataan ruang juga d i m a n f a a t a k a n untuk memeuhi ke-
memberikan indikator-indikator yang dapat butuhan penduduk. Sisi suplay meng-
digunakan untuk menunjukkan kemampuan gambarkan seberapa besar (baik dari
daya dukung lingkungan yaitu terkait kuantitas maupun kualitas) sumber daya
dengan jumlah dan atau proporsi hutan alam mampu mendukung kebutuhan
dalam Daerah Alliran Sungai dan proporsi manusia. Sisi suplai ini bisa digambarkan,
ruang terbuka hijau pada RTR perkotaan. misalnya, dengan neraca air, neraca sumber
Muta’ali (2011) merumuskan indek fungsi daya dan lingkungan, neraca lahan, potensi
lindung DAS, Indek kemampuan lindung, dan lahan untuk memenuhi kebutuhan produksi
indek ruang terbuka hijau (RTH). setara beras dan sebagainya. Interaksi
penyediaan dan penggunaannya akan
menggambarkan daya dukung sumber daya

.16.
alam dan lingkungan (carryng capacity). beserta lingkungan abiotiknya yang saling
Keseimbangan sisi suplai dan sisi demand berinteraksi sebagai satu kesatuan unit
dari sumber daya alam yang digambarkan fungsional (MA, 2005). Fungsi ekosistem
oleh Ecological footprint dan carryng adalah kemampuan komponen ekosistem
capacity ini akan menentukan besaran daya untuk melakukan proses alam dalam
dukung dan daya tampung lingkungan hidup menyediakan materi dan jasa yang
beserta status (state) yang diakibatkan oleh dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
pemanfaatan sumber daya alam tersebut. manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung (De Groot,
1992). Jasa ekosistem
adalah keuntungan
yang diperoleh manusia
dari ekosistem (MA,
2005).

Jasa ekosistem
dikategorikan menjadi
empat, yaitu meliputi
jasa penyediaan
(provisioning), jasa
pengaturan
(regulating), jasa
budaya (cultural), dan
jasa pendukung
(supporting) (MA, 2005).
Gambar 2.
Konsep DDTLH dalam kerangka supply-demand Berdasarkan empat
kategori ini dikelaskan
ada 23 kelas klasifikasi jasa ekosistem, yaitu
2.4. Konsep Jasekom, Konsep ekosistem (De Groots, 2002) :
tematik (sektor kehutanan, pertam-
a. Jasa penyediaan : (1) Bahan Makanan,
bangan, pertanian, perikanan dll.)
(2) Air bersih, (3) Serat, bahan bakar dan
Ekosistem adalah entitas yang kompleks bahan dasar lainnya (4) Materi genetik,
yang terdiri atas komunitas tumbuhan, (5) Bahan obat dan biokimia, (6) Spesies
binatang dan mikroorganisme yang dinamis Hias.

.17.
b. Jasa Pengaturan : (7) Pengaturan hutan secara langsung atau tidak langsung.
kualitas udara, (8) Pengaturan iklim, (9) Hal ini dikarenakan jika penggunaan ruang
Pencegahan gangguan, (10) Pengaturan tidak sesuai dengan daya dukung dan daya
air, (11) Pengolahan limbah, (12) tampung maka akan menurunkan daya
Perlindungan tanah, (13) Penyerbukan, dukung dan proses perusakan atau tanah
(14) Pengaturan biologis, (15) sudah rusak. Apabila penggunaannya dalam
Pembentukan tanah. skala besar, maka dapat sangat cepat
c. Budaya : (16) Estetika, (17) Rekreasi, (18) menurunkan daya dukung. Dalam
Warisan dan indentitas budaya, (20) penentuan daya dukung dan daya tampung
Spiritual dan keagamaan, (21) lingkungan hidup diperlukan pemahaman
Pendidikan. karakteristik lahan secara vertikal dan
d. Pendukung : (22) Habitat berkembang horizontal dan penggunaannya.
biak, (23) Perlindungan plasma nutfah
Penilaian yang lazim untuk daya dukung
Daya dukung merupakan indikasi dilakukan melalui kemampuan lahan dan
kemampuan mendukung penggunaan kesesuaian lahan. Penilaian kemampuan
tertentu, sedangkan daya tampung adalah lahan lebih umum dibandingkan kesesuaian
indikasi toleransi mendukung perubahan lahan. Penggunaan tidak sesuai dengan
penggunaan tertentu (atau pengelolaan kemampuan berarti mengarah mengurangi
tertentu) pada unit spasial tertentu. Untuk daya dukung sehingga perlu perubahan
menghitung daya dukung dan daya tampung teknologi yang dapat merubah daya dukung.
lingkungan hidup, perlu beberapa Penilaian daya dukung dan daya tampung
pertimbangan. Adapun pertimbangan lingkungan hidup umumnya dalam bentuk
tersebut adalah (a) ruang dan sifatnya, (2) vertikal (sifat kualitas), jarang dinilai dalam
tipe pemanfaatan ruang, (c) ukuran produk bentuk ruang. Kualitas baik dan penggunaan
lingkungan hidup utama (udara dan air), (d) yang tepat akan berkontribusi di lokasi
penggunaan/penutupan lahan mendukung tertentu. Jika dalam ruang lebih banyak
publik (hutan), (e) penggunaan tertentu tidak sesuai maka akan melampau daya
untuk keperluan pribadi. dukung dan daya tampung lingkungan
hidup. Dalam ruang yang besar,
Pada daerah hutan, untuk mendukung perencanaan akan memasukkan unsur lain
penggunaan milik pribadi dalam unit statis dalam bentuk ruang. Dalam pengelolaan
harus diatur mengenai ukuran luas hutan kebun atau HTI di ekosistem gambut lebih
primer di wilayah tertentu di DAS dan ukuran sensitif tentang pengaruh penggunaan di
luas penggunaan lain, yang tergantung ke lokasi lain dalam ekosistem yang sama.

.18.
Penentuan DDDT (daya dukung dan daya daya alam berkelanjutan. Istilah jejak kaki
tampung) pertambangan fokus pada kondisi atau footprint telah dikenal secara umum
setelah tambang ditutup. DD (daya dukung) dalam pengelolaan sumber daya alam di
dikaitkan dengan kemampuan menghasilkan dunia internasional sebagai metode
produk, sedangkan DT (daya tampung) perhitungan kuantitatif yang menunjukkan
dikaitkan dengan kemampuan mengadopsi pemanfaatan sumber daya alam oleh
teknologi untuk meningkatkan atau manusia dalam kehidupannya sehari-hari.
kebalikannya. Bahan dan potensi Saat ini telah dikenal tiga
pertambangan tidak terbaharui dapat jenis footprint dalam kehidupan sehari-hari,
menghasilkan landscape yang baik jika yaitu 1) ecological footprint, 2) carbon
didesain sejak awal. footprint dan 3) water footprint. Satuan dan
sumber daya yang dianalisis secara spesifik
DDDT dapat menjadi referensi penataan oleh masing-masing jenis footprint tersebut
ruang. Dalam perencanaan ruang sudah berbeda-beda. Ecological
mengacu daya dukung. Dalam pemanfaatan footprint difokuskan untuk menghitung
harus sesuai peruntukan dan memerlukan penggunaan lahan bioproduktif yang
persyaratan dalam penggunaannya. digunakan untuk menyokong populasi dunia
Pengendalian dapat mengacu pada DDDT. dan dinyatakan dalam satuan hektar.
Secara spasial harus ada ruang untuk tematik
tertentu. Penilaian DD pemanfaatan ruang Perhitungan carbon footprint dititik-
untuk pertanian, perkebunan (dan beratkan pada penghitungan penggunaan
pertambangan) di kawasan budidaya energi yang dinyatakan dalam volume emisi
dilakukan berbasis kualitas lahan dan karbondioksida (CO2) menggunakan satuan
efeknya ke penyimpanan/supply air, ton. Water footprint adalah
berbagai bentuk ruang, dan teknik jenis footprint yang terakhir. Footprint ini
pengelolaannya. Teknik pengelolaan terkait menghitung penggunaan air untuk
dengan operasional penggunaan lahan menyokong kehidupan manusia yang
dilakukan mengikuti konsep pengelolaan dinyatakan dalam satuan volume air (m3).
berbasis konservasi tanah dan air.
Konsep ecological footprint (EF) atau jejak
kaki ekologis, pertama kali diperkenalkan
oleh William Rees dan Martin Wackernagel
2.5. Konsep Ecological Footprint pada tahun 1990-an. Konsep ini pada
dasarnya dikembangkan sebagai usaha
Ecological footprint merupakan suatu pencarian indikator untuk pembangunan
pendekatan baru untuk pengelolaan sumber

.19.
berkelanjutan dan khususnya diharapkan karbondioksida (CO2) dan gas rumah kaca
dapat menjadi metode untuk mengukur lainnya yang diemisikan pada seluruh proses
secara kuantitatif mengenai hubungan untuk menghasilkan produk atau jasa
perlakuan manusia terhadap bumi dengan (Hoekstra, 2008).
daya dukung yang dimiliki oleh bumi itu
sendiri (Wackernagel and Rees, 1996). Jenis analisis footprint yang terakhir adalah
analisis water foootprint (WF). Water
Konsep ini menegaskan bahwa hampir footprint dikembangkan oleh Hoekstra pada
semua tindakan dan perilaku hidup manusia tahun 2002. Water footprint dapat
misalnya perilaku konsumsi dan merepresentasikan jumlah volume air tawar
transportasi, akan membawa dampak yang dibutuhkan untuk menjaga
ekologis atau dampak bagi lingkungan keberlanjutan suatu populasi, seperti yang
(Hoekstra, 2007). Pendekatan EF dapat diungkapkan oleh Madrid et al “The water
digunakan untuk mendidik masyarakat footprint represents the freshwater volume
mengenai penggunaan sumber daya alam required to sustain a population” (Madridet
yang berlebihan dan kemampuan daya al., not dated). Hoekstra dan Chapagain
dukung bumi untuk menyokong (2004) dalam laporan hasil penelitiannya
keberlanjutan hidup mereka. Pendekatan ini mendefinisikan water footprint individu,
dapat digunakan sebagai indikator bisnis atau negara adalah total volume air
keberlanjutan. Pendekatan ini juga tawar yang digunakan untuk memproduksi
memberikan penjelasan mengenai dampak makanan dan jasa yang dikonsumsi oleh
perilaku manusia terhadap lingkungan dan individu, bisnis atau negara. Nilai water
dapat menghubungkannya dengan daya footprint umumnya dinyatakan dalam
dukung bumi. satuan volume air yang digunakan setiap
tahunnya. Saat ini, water footprint telah
Jenis analisis footprint yang kedua adalah berkembang menjadi alat analisis yang
Analisis carbon footprint (CF). Carbon digunakan untuk mengarahkan perumusan
footprint adalah indikator mengenai kebijakan kearah isu-isu mengenai
dampak aktivitas manusia terhadap iklim keamanan air dan penggunaan air yang
global yang dinyatakan dalam jumlah gas berkelanjutan di negara maju (Hoekstra,
rumah kaca (GRK) yang diproduksi. Carbon 2008).
footprint secara konseptual menggambar-
kan kontribusi individu atau negara
terhadap pemanasan global. Carbon
footprint dapat menunjukkan total emisi

.20.
2.6. Konsep wilayah fungsional/sistem Human carrying capacity dapat
ekologis, bioregion dan ekoregion diinterpretasikan sebagai tingkat maksimum
penggunaan sumber data dan debit limbah
Undang-undang 32 Tahun 2009 yang dapat ditanggung tanpa merusak
mengamanatkan perhitungan daya dukung fungsi, integritas, dan produktivitas dari
dan daya tampung berdasarkan pada ekosistem.
ekoregion. Daya dukung lingkungan hidup
adalah kemampuan lingkungan hidup untuk Berdasarkan UU 32/2009, penentuan daya
mendukung perikehidupan manusia, dukung dan daya tampung didasarkan pada
makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar hasil inventarisasi lingkungan hidup berupa
keduanya. Sedangkan daya tampung data dan informasi sumber daya alam yang
lingkungan hidup adalah kemampuan meliputi: potensi dan ketersediaan, jenis
lingkungan hidup untuk menyerap zat, yang dimanfaatkan, bentuk penguasaan,
energi, dan / atau komponen lain yang pengetahuan pengelolaan, bentuk
masuk atau dimasukkan ke dalamnya. kerusakan, konflik, dan penyebab konflik.
Jika ketersediaan data dan informasi
Dalam ekologi, daya dukung adalah besarnya tersebut tersedia dengan baik, maka
populasi yang dapat didukung oleh suatu ekoregion akan menjadi unit analisis untuk
habitat tanpa merusak kualitas ekosistem menentukan daya dukung dan daya tampung
secara permanen. Makna daya dukung dalam serta cadangan sumber daya alam. Tentunya
udang-undang tidak dapat dimaknai sama yang menjadi pertanyaan adalah:
dengan pemahaman dalam keilmuan ekologi
tersebut. Kalimat “... kemampuan a. Ketersediaan data dan informasi seperti
lingkungan hidup untuk mendukung yang dimaksudkan di atas.
perikehidupan manusia..” sulit untuk b. Bagaimana informasi mengenai sumber
diimplementasikan, karena kebudayaan daya alam tersebut dapat
manusia dalam menjalani hidupnya ditransformasikan menjadi informasi
dipengaruhi oleh variabel teknologi, pola daya dukung dan daya tampung?
konsumsi yang berbeda, dan perniagaan.
Dengan demikian, perhitungan daya dukung Terminologi
menggunakan batasan habitat, jumlah Ekosistem adalah tatanan unsur
populasi, dan perkapita menjadi sulit untuk lingkungan hidup yang merupakan
diaplikasikan untuk perikehidupan manusia. kesatuan utuh-menyeluruh dan saling
Terminologi lainnya yang terkait dengan hal mempengaruhi dalam bentuk
di atas adalah human carrying capacity. keseimbangan, stabilitas, dan

.21.
produktivitas lingkungan hidup. (UU disturbance, and nutrient cycling” (Noss,
32/2009) 1990). Ecological functions of organisms
support the trophic structure of
Ekoregion adalah wilayah geografis ecosystems, that is, energy flows, food
yang memiliki kesamaan ciri iklim, webs, and nutrient cycling.
tanah, air, flora, dan fauna asli, serta
pola interaksi manusia dengan alam Kapasitas daya dukung dan daya
yang menggambarkan integritas sistem tampung adalah ukuran kemampuan
alam dan lingkungan hidup. (UU dari daya dukung dan daya tampung.
32/2009)

Pelestarian fungsi lingkungan hidup


adalah rangkaian upaya untuk Konsepsi Jasa Ekosistem, Daya Dukung
memelihara kelangsungan daya dukung dan Daya Tampung
dan daya tampung lingkungan hidup. Menurut UU 32/2009 penentuan daya
Fungsi lingkungan hidup = daya dukung dukung dan daya tampung berdasarkan
dan daya tampung lingkungan hidup pada inventarisasi lingkungan hidup
(UU 32/09) dan ekoregion. Inventarisasi lingkungan
hidup dilaksanakan untuk memperoleh
Jasa ekosistem merupakan kemampuan data dan informasi mengenai sumber
sebuah ekosistem dalam menghasilkan daya alam. Pemetaan ekoregion
suatu produk dan jasa sehingga dapat ditujukan untuk:
berguna bagi manusia (MA, 2003; de
Groot, 2002). a. Unit analisis dalam penetapan daya
dukung dan daya tampung
Fungsi lingkungan hidup (fungsi b. Dasar dalam penyusunan RPPLH
ekosistem) adalah ‘the capacity of c. Memperkuat kerjasama dalam
natural processes and components to pengelolaan dan perlindungan
provide goods and services that satisfy lingkungan hidup
human needs, directly or indirectly’ (De d. Acuan untuk pengendalian dan
Groot, 1992). pelestarian jasa ekosistem
e. Acuan pemetaan pada skala yang
Fungsi ekologis: lebih besar
Ecological functions can be defined as
involving “...ecological and evolutionary
processes, including gene flow,

.22.
Hubungan antara ekoregion dengan perbedaan karakteristiknya. Sebagai
daya dukung dan daya tampung dapat ekosistem, setiap karakteristik
dilihat pada gambar 3. ekoregion akan membentuk ekosistem
dengan fungsi ekosistem yang berbeda
Pada ekosistem terdapat struktur dan menurut karakteristiknya. Namun
proses. Struktur ekosistem adalah demikian, peta ekoregion belum cukup
berbagai elemen biotik dan abiotik yang untuk memberikan informasi jasa
terdapat pada ekosistem tersebut. ekosistem, namun bisa memberikan
Sedangkan proses pada ekosistem indikasi fungsi yang mungkin dominan
adalah interaksi antar elemen tersebut pada suatu ekoregion.
yang biasanya berupa aliran materi,
aliran energi, dan aliran informasi. Klasifikasi fungsi ekosistem ada empat
Konsep ekoregion dapat dikatakan (de Groot et al, 2000), yaitu: fungsi
sebagai bentuk implementasi konsep pengaturan, fungsi habitat, fungsi
ekosistem, atau dapat dikatakan sebagai produksi, dan fungsi informasi. Fungsi
ekosistem region. pengaturan merupakan fungsi yang
memberikan jasa ekosistem berupa
Peta ekoregion yang sudah kapasitas alami atau semi alami untuk
dikembangkan pada saat ini didasarkan mengatur proses ekologi dan
pada karakteristik bentang alam, mendukung sistem kehidupan. Fungsi
berupa geomorfologi, dan morfogenesa. habitat memberikan jasa ekosistem
Peta ekoregion telah mampu berupa tempat untuk tinggal dan
mendeliniasi batas-batas karakteristik berkembang biak. Fungsi produksi
tersebut, sehingga dapat terlihat memberikan jasa ekosistem berupa

Gambar 3.
Hubungan Ekoregion, Jasa Ekosistem, Daya Dukung, dan Daya Tampung

.23.
penyediaan materi dan energi yang dengan data lainnya sehingga dapat
dibutuhkan oleh kehidupan. Sedang-kan memberikan informasi yang
fungsi informasi memberikan jasa dibutuhkan. Salah satunya adalah peta
ekosistem yang bermanfaat bagi jasa ekosistem.
kesehatan jiwa manusia.
Metode Pemetaan Jasa Ekosistem
Jika dikaitkan dengan daya dukung dan Ekosistem adalah entitas yang kompleks
daya tampung, fungsi ekosistem dapat yang terdiri atas komunitas tumbuhan,
mewakili keduanya. Dapat diartikan binatang, dan mikroorganisme yang
bahwa daya dukung dan daya tampug dinamis beserta lingkungan abiotiknya
merupakan kapasitas fungsi ekosistem yang saling berinteraksi sebagai satu
dan jasa ekosistem dalam mendukung kesatuan unit fungsional (MA, 2005).
perikehidupan manusia atau makhluk Fungsi ekosistem adalah kemampuan
lainnya yang berada pada suatu lokasi komponen ekosistem untuk melakukan
tertentu (ekoregion). Fungsi regulasi proses alam dalam menyediakan materi
akan dapat mendukung daya tampung, dan jasa yang dibutuhkan untuk
sedangkan ketiga fungsi lainnya akan memenuhi kebutuhan manusia, baik
mendukung daya dukung. secara langsung maupun tidak langsung
(De Groot, 1992). Jasa ekosistem adalah
Penggunaan sumber daya oleh manusia keuntungan yang diperoleh manusia
untuk kepentingan dan kesejahteraan dari ekosistem (MA, 2005).
manusia inilah yang disebut dengan jasa
ekosistem. Kesejahteraan manusia Jasa ekosistem dikategorikan menjadi
dapat menjadi indikator kesehatan empat, yaitu meliputi jasa penyediaan
ekosistem atau kesehatan lingkungan (provisioning), jasa pengaturan
hidup pada suatu wilayah. Pemetaan (regulating), jasa budaya (cultural), dan
jasa ekosistem yang berbasiskan pada jasa pendukung (supporting) (MA,
data spasial akan memberikan 2005). Berdasarkan empat kategori ini,
keuntungan karena dapat disintesiskan dikelaskan ada 23 kelas klasifikasi jasa
dengan peta ekoregion. ekosistem, yaitu (De Groots, 2002):

Sebagai unit analisis dalam penetapan a. Jasa Penyediaan: (1) Bahan


daya dukung dan daya tampung, peta makanan, (2) Air bersih, (3) Serat,
ekoregion tidak dapat langsung bahan bakar, dan bahan dasar
digunakan, tetapi harus disintesis lainnya, (4) Materi genetik, (5)

.24.
Bahan obat dan biokimia, (6) Peta ekoregion dan peta jasa ekosistem
Spesies hias. dapat menjadi sumber informasi dalam
b. Jasa Pengaturan: (7) Pengaturan menetapkan daya dukung dan daya
kualitas udara, (8) Pengaturan tampung. Dari kedua peta tersebut
iklim, (9) Pencegahan gangguan, dapat dilihat pada satu satuan
(10) Pengaturan air, (11) ekoregion jasa ekosistem yang dominan.
Pengolahan limbah, (12) Sebagai contoh, peta ekoregion di
Perlindungan tanah, (13) daerah Jawa mempunyai karakteristik
Penyerbukan, (14) Pengaturan dataran vulkanik dan pegunungan
biologis, (15) Pembentukan tanah. vulkanik.
c. Budaya: (16) Estetika, (17) Rekreasi,
(18) Inspirasi, (19) Warisan dan Karakteristik ekoregion dataran
indentitas budaya, (20) Spiritual, vulkanik di Pulau Jawa diantaranya
(21) Pendidikan. adalah:
d. Pendukung: (22) Habitat
berkembang biak, (23) a. Memiliki tanah yang subur dengan
Perlindungan plasma nutfah. kandungan hara tinggi, solum
tebal, mampu meresap air hujan
Untuk melihat jasa ekosistem dalam sebagai imbuh air tanah dengan
suatu ekoregion maka dilakukan suatu baik, dominan masyarakat sebagai
metode valuasi jasa ekosistem dengan petani, pertumbuhan penduduk
pendekatan landuse based proxy. pesat dan kepadatan tinggi.
Berdasarkan pada Peta Tutupan Lahan b. Perkembangan wilayah yang pesat
akan diperhitungkan indeks jasa dan pertumbuhan penduduk yang
ekosistem perkelas lahan dan indeks tinggi menyebabkan kebutuhan
jasa ekosistem total (IJET) (Mashita, lahan semakin tinggi, ancaman
2012). Pendekatan ini dimaksudkan berupa alih fungsi lahan pertanian.
untuk melihat pola distribusi dan
kualitas secara spasial dari setiap jasa Karakteristik ekoregion pegunungan
ekosistem pada setiap ekoregion yang vulkanik di Pulau Jawa diantaranya
dinilai melalui peta tutupan lahannya. memiliki sifat sebagian besar ekoregion
ini masih berhutan lebat, memiliki
Aplikasi Peta Ekoregion dan Peta Jasa keanekaragaman hayati yang tinggi,
Ekosistem memiliki sumber daya air permukaan
maupun air tanah yang melimpah

.25.
sepanjang tahun, berperan sebagai a. Melakukan inventarisasi fungsi
sumber cadangan air yang besar. Kedua lingkungan hidup dari setiap unit
karakteristik ekoregion ini dapat satuan analisis ekoregion.
berdasarkan jasa ekosistemnya. b. Menetapkan fungsi lingkungan
hidup yang akan dilindungi (atau
Kedua tipe ekoregion tersebut ditetapkan).
menkonfirmasi hubungan yang kuat c. ‘Menilai’ daya dukung dan daya
antara karakteristik ekoregion, fungsi tampung setiap unit analisis
ekosistem, dan jasa ekosistem. Jika (ekoregion), bisa dibantu dengan
semua jasa ekosistem dalam satuan data lainnya (seperti densitas
ekoregion di ‘gabungkan’ akan menjadi populasi, produktivitas pertanian,
indikator terhadap daya dukung dan peternakan, perikanan, dll).
daya tampung pada suatu satuan d. Menetapkan daya dukung dan daya
ekoregion. tampung dari setiap unit analisis
(ekoregion).
Metode Penyusunan Daya Dukung dan
Daya Tampung Jasa Lingkungan ‘Menilai’ daya dukung merupakan cara
Daya dukung dan daya tampung untuk menentukan apakah suatu unit
diinterpretasikan sebagai tingkat analisis ekoregion dapat mendukung
maksimum penggunaan sumber daya perikehidupan manusia / makhluk hidup
dan debit limbah yang dapat lainnya diatasnya. Metode untuk
ditanggung tanpa merusak fungsi, menilai dapat dilakukan dengan
integritas, dan produktivitas dari beberapa metode, diantaranya adalah:
ekosistem. Untuk dapat ‘menilai’
tingkat maksimum penggunaan sumber a. Perbandingan produksi kalori dan
daya dapat dilakukan dengan kebutuhan kalori perkapita.
menggunakan ekoregion sebagai b. Shape indeks dan besarnya
“batas” ketersediaan sumber daya dan (magnitude) dari jasa ekosistem
jasa ekosistem untuk melihat fungsi (metode dalam landscape ecology).
lingkungan hidup. c. Penilaian pakar (expert
judgement).
Daya dukung dan daya tampung dapat
ditentukan dengan cara sebagai berikut: Sedangkan untuk ‘menilai’ daya
tampung dapat dilakukan dengan
pemodelan / analisis atau dengan

.26.
melihat indikasi di lapangan atau propinsi dapat dilakukan berdasarkan
berdasarkan data / informasi yang akumulasi dari unit-unit analisis.
mendukung.
Penetapan daerah / kawasan dari
Tahapan penetapan daya dukung dan ekoregion untuk daya dukung untuk
daya tampung seperti pada paragraf fungsi ekologis dapat disebut sebagai
awal adalah menentukan tingkat pencadangan sumber daya.
maksimum penggunaan sumber daya. Dimanaekoregion itu direservasi
Sumber daya yang dimaksud adalah (dicadangkan) untuk menjaga fungsi
sumber daya ruang yang ada pada ekologi / fungsi lingkungan hidup.
satuan unit analisi ekoregion. Misalnya Fungsi ekologi / fungsi lingkungan
pada ekoregion dataran vulkanik di hidup yang dimaksud adalah fungsi yang
daerah cekungan Bandung terdapat dua mendukung berjalannya proses ekologis
jasa ekosistem yang dominan (jasa seperti jasa ekosistem pengaturan air,
ekosistem penyedia pangan dan fungsi jasa ekosistem pengaturan iklim, dan
habitat), jika keduanya menjadi lainnya.
prioritas untuk dilindungi / ditetapkan
maka penetapan daya dukung dan daya Penentuan daya dukung dan daya
tampung adalah menetapkan tampung merupakan proses yang
penggunaan tingkat maksimum kompleks, bahkan pada tingkat
penggunaan lahan / ruang untuk penelitian. Kompleksitas, pendekatan,
pemukiman dan budidaya. dan cara pandang penetapan daya
dukung dan daya tampung sangat
Tingkat maksimum ini dapat berupa beragam dan menjadi kendala dalam
angka prosentase atau luasan minimum penetapan daya dukung dan daya
/ maksimum yang dipertahankan atau tampung yang dimaksud pada Undang-
ditetapkan agar fungsi lingkungan tetap undang No. 32 Tahun 2009. Pendekatan
berjalan pada satuan unit analisis yang disampaikan pada tulisan ini
ekoregion tersebut. Dalam penetapan diharapkan dapat memberikan masukan
ini tentunya melihat azas-azas pada permasalahan implementasi
perlindungan dan pengelolaan penetapan daya dukung dan daya
lingkungan hidup. Dalam penetapan tampung yang diamanatkan undang-
daya dukung dan daya tampung tingkat undang.
nasional, tingkat pulau, dan tingkat

.27.
2.7. Konsep Valuasi Ekonomi ini dibagi lagi ke dalam nilai pemanfaatan
langsung (direct use value) baik dalam
Salah satu penyebab terjadinya degradasi bentuk konsumsi, seperti ikan untuk
lingkungan dan ongkos ekonomi adalah dikonsumsi, minyak untuk energi, dan
masalah undervalue terhadap nilai yang sebagainya, maupun non konsumsi seperti
sebenarnya yang dihasilkan dari sumberdaya pemanfaatan rekreasi. Sementara itu,
alam dan lingkungan. Hal ini juga pemanfaatan yang sifatnya tidak langsung
mengindikasikan kurangnya informasi atau indirect use value adalah manfaat yang
mengenai penilaian sumberdaya alam dan diperoleh dari sumberdaya alam dan jasa
lingkungan. Kurangnya informasi tersebut lingkungan tanpa harus secara aktual
juga menyebabkan terjadinya kegagalan mengkonsumsinya. Contoh indirect use
pasar karena jasa yang dihasilkan dari value adalah perlindungan aliran sungai
sumberdaya alam dan lingkungan tidak untuk mitigasi banjir atau peran hutan
sepenuhnya terpasarkan (unpriced). (Fauzi, sebagai carbon sequestration.
2014). Valuasi ekonomi SDAL memiliki peran
penting dalam menyediakan informasi ini Nilai non guna atau non use value lebih
untuk membantu proses pengambilan kompleks baik dalam pemahaman dan
keputusan terkait dengan kebijakan publik. pengukuran use value. Non use value adalah
Kebijakan publik harus mencerminkan nilai yang dirasakan oleh individu atau
pemahaman terkait nilai barang publik, masyarakat terhadap SDAL yang independen
apalagi hal yang menyangkut dengan terhadap pemanfaatan saat ini maupun
sumberdaya alam dan lingkungan karena mendatang. Independensi terhadap
nilai publik dari SDAL sering tidak tercermin pemanfaatan saat ini maupun mendatang
dalam nilai pasar (Champ et al 2001 dalam menunjukkan bahwa nilai yang diturunkan
Fauzi 2014). tidak harus melalui mekanisme konsumsi
atau pemanfaatan. Konsep non use value
Secara umum, nilai ekonomi SDAL dibagi awalnya dikenalkan oleh Krutila 1967 (Fauzi
dalam dua kelompok yakni nilai guna (use 2014). Non use value terdiri dari bequest
value) dan nilai non-guna (non-use value). value (nilai pewarisan) dan option value
Konsep use value relatif tidak terlalu sulit (nilai pilihan). Namun dalam perkembangan
untuk dipahami. Use value adalah nilai literatur, penggunaan konsep option value
ekonomi yang berkaitan dengan sebagai bagian dari non use value cenderung
pemanfaatan in situ dari sumberdaya alam missleading karena option value lebih
dan lingkungan , seperti pemanfaatan untuk terkait dengan aspek ketidakpastian,
konsumsi atau rekreasi. Nilai pemanfaatan sehingga lebih tepat digunakan konsep

.28.
option price. Secara konseptual option value menunjukkan bahwa penilaian terhadap
menggambarkan manfaat yang dirasakan barang dan jasa didasarkan pada perilaku
seseorang atau masyarakat untuk membuka yang teramati atau terungkap dari seseorang
pilihan agar SDAL dapat dimanfaatkan untuk terhadap pilihan yang dilakukan. Metode
masa mendatang meski ia tidak Revealed preference dapat diartikan sebagai
merencanakannya saat ini untuk penilaian pengaruh dari komponen SDAL
memanfaatkannya. Dengan kata lain, option yang tidak terpasarkan (nonmarketed)
value muncul karena adanya ketidakpastian melalui perilaku aktual, khususnya melalui
akan keberadaan barang dan jasa dari SDAL pengeluaran yang dikeluarkan seseorang
di masa mendatang. Dengan keberadaan melalui mekanisme pasar (Pearce et al.
ketidakpastian ini para ahli sepakat bahwa 2006). Pendekatan ini juga sering dikatakan
option value tidak serta merta berhubungan sebagai pendekatan yang melacak “jejak
langsung dengan use value maupun non use pasar” (market footprint) dari komoditas
value. yang tidak terpasarkan (Russel 2001).
Beberapa teknik yang termasuk kelompok
Kombinasi nilai guna (use value) dan nilai revealed WTP yaitu hedonic pricing, travel
non guna (non use value) merupakan Total cost, dan random utility model. Hedonic
Economic Value (TEV). Terminologi total price menggambarkan penilaian sesuatu
dalam Total Economic Value bukan (barang atau jasa) yang dirasakan karena
menunjukkan nilai keseluruhan dari adanya atribut atau karakteristik
sumberdaya dan lingkungan. Nilai total yang kesenangan, seperti pemandangan yang
dimaksud lebih menunjukkan penjumlahan indah, kenyamanan (convenience) maupun
dua komponen nilai guna dan non guna. karakteristik lainnya. Sedangkan Travel Cost
Method (TCM) merupakan metode penilaian
Pengukuran nilai guna dapat dilakukan terungkap yang digunakan untuk menilai
melalui proksi harga pasar. Sedangkan non manfaat non-guna berdasarkan perilaku
use value melibatkan jasa lingkungan dan yang diamati yakni pengeluaran individu
atribut sumberdaya alam yang tidak untuk perjalanan. TCM biasanya digunakan
dipasarkan sehingga tidak tepat untuk menilai komponen yang diamati
menggunakan komoditas yang dipasarkan adalah perjalanan ke tempat rekreasi yang
sebagai proksi. Teknik valuasi ekonomi dikeluarkan seseorang. Prinsip dasar metode
sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan TCM adalah teori permintaan konsumen
dikelompokkan menjadi dua yaitu revealed dimana nilai yang diberikan seseorang pada
WTP (tidak langsung) dan expressed WTP lingkungan (atribut yang tidak terpasarkan)
(langsung / survey). Revealed preference

.29.
dapat disimpulkan dari biaya yang
dikeluarkan ke lokasi yang dikunjungi.

Sementara yang termasuk kelompok


expressed WTP yaitu contingent valuation
dan discrete choice method. Contingent
Valuation Method (CVM) merupakan metode
langsung penilaian ekonomi ekonomi
melalui pertanyaan kemauan membayar
seseorang (Willingness to Pay = WTP),
sedangkan Choice experiment (CE)
merupakan metode tidak langsung penilaian
ekonomi dimana pendugaan WTP dilakukan
melalui tawaran pilihan yang setiap pilihan
memiliki variable karakteristik harga atau
biaya.

.30.
Penentuan daya dukung dan daya tampung 3.1. Pendekatan Unit Analisis DDDTLH
lingkungan hidup merupakan instrumen
yang menjelaskan proses/cara kajian ilmiah Pendekatan unit analisis dan indikator
untuk menentukan/mengetahui kemampu- dalam konsep daya dukung dan daya
an suatu wilayah dalam mendukung tampung lingkungan hidup ini untuk
kebutuhan hidup manusia dan makhluk menentukan daya dukung dan daya tampung
hidup lainnya. Oleh karena itu dalam lingkungan hidup
penentuan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dilakukan melalui a. Nasional dan pulau/kepulauan
pendekatan indikatif berdasarkan unit b. Provinsi dan ekoregion lintas
analisis, parameter, indikator dan tolok ukur kabupaten/kota
pada masing-masing unit analisis tersebut. c. Kabupaten/kota dan ekoregion di
Mengingat daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten/kota
bersifat dinamis dan kompleks dan sangat d. Lingkungan tematik (sektor kehutanan,
tergantung kepada karakteristik geografi pertambangan, pertanian, perkebunan
suatu wilayah, jumlah penduduk dan kondisi dan perikanan, dll)
eksisting sumber daya alam di wilayahnya
masing-masing.
3.2. Metode Analisis

Adapun metode unit analisis yang dapat


digunakan untuk menentukan daya dukung

.31.
dan daya tampung lingkungan hidup seperti misalnya pengkayaan spirit,
diantaranya adalah: tradisi pengalaman batin, nilai-nilai
a. Stock dengan menghitung ketersediaan estetika dan pengetahuan.
sumber daya alam yang ada, untuk - Layanan pendukung kehidupan
metode ini dapat digunakan dalam (supporting services): jasa
menentukan daya dukung dan daya ekosistem yang diperlukan
tampung pada level nasional maupun manusia, seperti misalnya produksi
pulau/kepulauan biomasa, produksi oksigen, nutrisi,
b. Supply-demand dengan menghitung air, dll.
berapa kebutuhan yang diperlukan d. Valuasi ekonomi dengan melakukan
(berdasarkan ecological foot print) perhitungan ekonomi dari suatu
untuk memenuhi kebutuhan manusia kebijakan/rencana/program (KRP) di
pada suatu wilayah dan berapa suatu wilayah terhadap berapa biaya
kemampuan lingkungan mampu men kerugian (potensial dampak) yang harus
supply kebutuhan tersebut (daya dikeluarkan dari KRP tersebut untuk
dukung lingkungan hidup) dibayarkan dalam rangka untuk
c. Jasa ekosistem merupakan layanan atau memenuhi DDDTLH yang ideal.
fungsi ekosistem dalam suatu wilayah
yang dikategorikan dalam 4 (empat) Sebagaimana diuraikan di atas daya dukung
jenis layanan, yaitu: lingkungan hidup adalah kemampuan
- Layanan fungsional (provisioning lingkungan hidup untuk mendukung
services): Jasa/produk yang didapat perikehidupan manusia, makhluk hidup lain,
dari ekosistem, seperti misalnya dan keseimbangan antar keduanya. Dalam
sumberdaya genetika, makanan, air konteks ini kondisi eksisting suatu wilayah
dll. akan ditunjukkan dengan status kondisi
- Layanan regulasi (regulating lingkungan baik secara fisik, kimia dan/atau
services): manfaat yang didapatkan hayati lingkungan telah terjadi kerusakan
dari pengaturan ekosistem, seperti atau tidak. Oleh karena itu dibutuhkan baku
misalnya aturan tentang kerusakan lingkungan hidup untuk menilai
pengendalian banjir, pengendalian status kondisi lingkungan tersebut.
erosi, pengendalian dampak
perubahan iklim dll. Sedangkan daya tampung lingkungan hidup
- Layanan kultural (cultural services): adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
manfaat yang tidak bersifat menyerap zat, energi, dan/atau komponen
material/terukur dari ekosistem, lain yang masuk atau dimasukkan ke

.32.
dalamnya. Dalam konteks ini daya tampung Wilayah 1. Kawasan Data
Fungsional Lindung Spasial
lingkungan dihubungkan dengan (Tata Ruang) 2. Kawasan
pencemaran lingkungan akibat dari suatu Budidaya
kegiatan, oleh karena itu dibutuhkan baku 3. Kawasan
Rawan
mutu lingkungan hidup untuk menilai status Bencana
pencemaran lingkungan tersebut. 4. Kawasan
Startegis
Wilayah Ekologis
1. Daerah Alisan 1. Daerah hulu Data
Sungai 2. Daerah Spasial
3.3. Unit analisis tengah Data
3. Daerah hilir Adminis
trasi
a. Unit analisis adalah satuan analisis 2. Ekoregion 1. Bentuk lahan Data
untuk mengukur kemampuan wilayah (Pendekatan asal proses spasial
landform) vulkanik
baik pada level nasional, pulau/ 2. Bentuk lahan
kepulauan, provinsi, ekoregion lintas asal proses
kabupaten/kota, kabupaten/kota dan structural
3. Bentuk lahan
ekoregion di wilayah kabupaten/ kota asal proses
serta lingkungan tematik dalam konteks fluvial
4. Bentuk lahan
daya dukung dan daya tampung asal proses
lingkungan hidup solusional
Dalam menentukan daya dukung, unit 5. Bentuk lahan
asal proses
analisis ini bisa terbagi atas unit denudasional
adminsistrasi maupun unit ekoregion 6. Bentuk lahan
asal proses
dengan kebutuhan data yang berbeda. eolian
Berikut ini adalah Tabel yang 7. Bentuk lahan
menggambarkan unit analisis daya asal proses
marine
dukung dan data yang diperlukan: 8. Bentuk lahan
asal proses
Tabel 1. Unit analisis daya dukung dan data glasial
9. Bentuk lahan
yang diperlukan asal proses
Unit Analisis Klasifikasi Sumber organic
(Wilayah) Wilayah Data 10. Bentuk
Wilayah 1. Nasional Data lahan asal
Administrasi 2. Provinsi Adminis proses
3. Kabupaten/ trasi antropo-
Kota Data genik
4. Kecamatan spasial Sumber: Muta’alai, 2014
5. Desa

.33.
b. Parameter DDDTLH adalah merupakan
komponen penentuan DDDTLH
berdasarkan unit analisis.
c. Indikator adalah metode analisis yang
akan digunakan untuk mengukur
kemampuan wilayah dalam konteks
daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
d. Tolok ukur adalah satuan analisis
berdasarkan parameter DDDTLH

3.4. Penentuan DDDTLH

Secara umum teknik perhitungan daya


dukung dan daya tampung tergantung dari
fungsi atau tujuan yang akan diukur apakah
menyangkut aspek ekonomi, demografi dan
sebagainya. Setiap tujuan ini memiliki
formulasi tersendiri karena karakteristik
unit dan ukuran yang berbeda. Muta’ali
(2014) telah merangkum beberapa teknik
pengukuran dan penentuan daya dukung
berdasarkan fungsi dan tujuan sebagaimana
tertera pada Tabel berikut:

Tabel 2. Teknik pengukuran dan penentuan daya


dukung berdasarkan fungsi dan tujuan

.34.
Selain penentuan daya dukung berdasarkan
fungsi atau tujuan tersebut, penentuan daya
dukung juga dapat diukur berdasarkan
tipologi media seperti lahan hutan dan air
serta beberapa sector ekonomi baik pada
tingkat nasional, regional maupun
ekoregion.

Daya dukung lahan.

Daya dukung lahan pada dasarnya


ditentukan oleh adanya ketersediaan
dan kebutuhan atau demand dan supply
side. Muta’ali (2014) menentukan bahwa
daya dukung berdasarkan kedua sisi
tersebut dapat dilihat pada Tabel
berikut:

Tabel 3. Daya dukung lahan ditentukan oleh


adanya ketersediaan dan kebutuhan

.35.
Daya dukung Air

Penentuan daya dukung air secara


prinsip hampir sama dengan penentuan
daya dukung lahan yakni dengan Daya dukung hutan dan kawasan hutan
memperbandingkan ketersediaan air
dan kebutuhan air. Dengan melihat Sebagaimana telah dikemukakan pada
kedua kriteria di atas, Muta’ali (2014) bab terdahulu, penentuan daya dukung
menentukan daya dukung air sebagai hutan dan kawasan didasarkan pada
berikut: konsep yang kompleks karena adanya
interaksi dari berbagai faktor seperti
Tabel 4. Daya dukung air ditentukan oleh tingkat keseusian lahan, kemiringan
adanya ketersediaan dan kebutuhan lahan, faktor pembatas, tutup lahan dan
hutan dan berbagai faktor lainnya.
Disamping itu interaksi antar daerah
aliran sungai juga menyebabkan
perhitungan daya dukung hutan relative
lebih kompleks karena menyangkut
batas adminsitrasi dan batas ekosistem.
Di bawah ini hanya diberikan ilustrasi
perhitungan daya dukung hutan
berdasarkan kajian Barkey (2014).
Ilustrasi yang digunakan adalah dari
Daerah Aliran Sungai Jeneberang di
Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan
Hutan pada DAS Jeneberang terdiri atas
Kawasan Hutan Lindung dengan luas
7.724,39 ha, Kawasan Hutan Produksi

.36.
Terbatas dengan luas 7.544,62 ha, penentuan daya dukung untuk
Kawasan Hutan Produksi dengan luas pertanian dan perkebunan juga relative
4.666,96 ha dan Kawasan Taman Wisata kompleks. Hal ini karena didasari pada
Alam dengan luas 3.408,13 ha. Total interaksi ruang dan karakteristik atau
luas kawasan hutan mencapai 23.344,10 jenis ekosistim yang dimanfaatkan.
ha atau 23% dari total luas DAS. Sebaran Untuk kawasan gambut misalnya akan
daya dukung kawasan hutan dapat berbeda dengan kawasan daerah aliran
dilihat pada Tabel di bawah ini. sungai. Secara umum penilaian DDDT LH
untuk pertanian dan perkebunan sama
Tabel 5. Contoh perhitungan Daya Dukung dengan penentuan kawasan hutan dan
Lahan Kawasan Hutan DAS Jeneberang. lahan yakni berdasarkan kemampuan
Fungsi Kawasan Daya Luas
Dukung (ha) lahan dan kesesuaian lahan serta neraca
Hutan Lindung Rendah 5.261 lahan. Dengan demikian formula umum
Sedang 3 untuk penentuan daya dukung dan daya
Tinggi 2.460
tampung sector pertanian dan
Total Hutan Lindung 7.724
Hutan Produksi Not perkebunan adalah (Barus, 2014)
23
applicable
Rendah 1.407 DD = f(ruang, kualitas lahan)
Sedang 1.025
Tinggi 2.212
Total Hutan Produksi 4.667
Dimana ruang untuk air merupakan
Hutan Produksi Not fungsi dari karakter ruang, tipe
3
Terbatas applicable penggunaan dan fisik tanah. Sementara
Rendah 3.484
kualitas lahan ditentukan oleh sifak
Sedang 507
Tinggi 3.551 kimia, fisik dan biologi. Dengan
Total Hutan Produksi Terbatas 7.545 diketahuinya daya dukung maka daya
Taman Wisata Rendah 1.157 tampung merupakan selisih dari daya
Alam Sedang 1.233 dukung atau
Tinggi 1.018
Total Taman Wisata Alam 3.408
Grand Total 23.344 DT = DD1 – DD2

Penentuan Daya Dukung dan Daya Dimana D1 adalah daya dukung periode
Tampung Pertanian dan Perkebunan 1 dan DD2 adalah daya dukung periode
2. Jika selisih negative maka perlu upaya
Sama halnya dengan penentuan daya perbaikan dan jika positif perlu
dukung hutan dan kawasan hutan, dipertahankan.

.37.
Selain itu jenis komoditas pertanian hidrologi dan DAS dan KHG (kawasan
yang ditanam juga akan menentukan hutan gambut)
kesesuain lahan dan berimplikasi pada
penentuan daya dukung dan daya
tampung. Sebagai contoh untuk jagung,
kesesuain lahan mengikuti kriteria
berikut.
Tabel 6. Kesesuain lahan untuk komoditas
jagung.

Gambar 4.
Ilustrasi Daya dukung
kawasan gambut dan daerah
aliran sungai (Barus, 2014)

Penentuan Daya Dukung dan


Daya Tampung kawasan
tambang

Secara umum dapat


dikatakan bahwa belum ada
formulas khusus untuk
menentukan DDDTLH
pertambangan. Hal ini karena
aktifitas pertambangan yang
berada di wilayah hutan atau
daratan DDDTH akan
mengikuti kaidah DDDTH
lahan atau hutan serta air yag
digunakannya. Tambang
merupakan aktifitas ekonomi
yang akan menggunakan
Berikut ini disajikan ilustrasi konsep media lahan dan air, sehingga tekanan
daya dukung dan daya tampung berbasis aktifitas dari kegiatan penambangan

.38.
akan menyebabkan berubahnya DDDTH makro nilai ini akan membantu dalam
lahan dan air. Fokus penentuan DDDTLH menentukan neraca sumber daya alam
untuk kegiatan penambangan lebih dan PDB/PDRB (Produk Domestik Bruto
diarahkan pada kegiatan kondisi setelah dan Produk Domestik Regional Bruto).
tambang di tutup karena dari sinilah
Salah satu metode sederhana dalam
perubahan biofisik lahan dan air akan
menghitung deplesi adalah denga
terjadi.
mengurangi ekstraksi SDA terhadap
Penentuan Daya dukung dan Daya nilai Maximum Sustainable Yield nya
Tampung berdasarkan Valuasi Ekonomi atau produksi lestarinya, yakni tingkat
produksi yang dapat dipertahankan
Selain dengan metode yang berbasis dalam jangka panjang tanpa harus
perhitungan unit fisik (seperti hekta, merusak ketersediaan sumber daya itu
orang ataupun indeks), penentuan di masa mendatang. Dengan kata lain
DDDTLH juga dapat dilakukan melalui Deplesi dihitung dengan rumus;
pendekatan Valuasi Ekonomi. Prinsip ini
D = Pengambilan (Y) – Produksi lestasi (SY)
didasarkan pada kaidah “Service-to-
Value” yang terjadi pada sumber daya Jika pengambilan atau pemanenan
alam. Dengan kata lain pemanfaatan sudah melebihi produksi lestari (Y > SY)
sumber daya alam yang melewati daya maka dapat dikatakan sudah melewati
dukung akan mengubah layanan sumber daya dukung. Nilai deplesi kemudian
daya alam tersebut. Layanan ini bisa di bisa dihitung dengan
proxy dari nilai ekonomi sumber daya
VD = VE (Nilai Ekonomi SDA) x D (Deplesi)
yang dihasilkan maupun dari sumber
daya yang hilang. Deplesi dan degradasi Nilai ini kemudian dapat digunakan
dari sumber daya alam akan mengurangi untuk menghitung PDB/PDRB yang
manfaat dari sumber daya alam dan sudah disesuaikan atau Adjusted
sekaligus menggambarkan penurunan PDB/PDRB dengan menggurangi nilai
DDDTH itu sendiri. Dengan diketahui- PDB terhadap Deplesi sumber daya
nya nilai ekonomi dari sumber daya alam alam.
akan diketahui seberapa besar deplesi
Adjusted PDB/PDRB = PDB/PDRB – VD
dan degradasi sumber daya alam. Nilai
deplesi ini akan membantu menentukan Jika nilai Adjusted PDB/PDRB ini
apakah sumber daya alam sudah tereduksi dari deplesi lebih dari 25%
melewati daya dukung dan daya misalnya, maka ektraksi sumber daya
tampungnya. Jika dihitung pada skala

.39.
alam dapat dikatakan tidak optimal dan lingkungan dengan yang tidak memiliki
telah melewati daya dukungnya. amenity lingkungan. Nilai property yang
tinggi menggambarkan adanya nilai
Oleh karena penentuan nilai dari
tambahan dari lingkungan di sekitar
sumber daya alam harus didasarkan
yang dapat dijadikan sebagai proxy
pada kaidah valuasi ekonomi, maka
dalam menentukan nilai lingkungan.
penentuan nilai berdasarkan valuasi
ekonomi ini dapat dilakukan dengan Pendekatan lain yang digunakan adalah
beberapa metode. Fauzi (2014)1 secara melalui Contingent Valuation Method
rinci menjelaskan beberapa metode (CVM) atau Choice modeling yang
valuasi ekonomi untuk sumber daya berupaya menghitung kesanggupan
alam. Secara umum pendekatan membayar masyarakat akan perbaikan
tersebut dapat digambarkan dalam lingkungan. Pendekatan bukti
Gambar di bawah ini. didasarkan pada biaya yang dibutuhkan
untuk menilai jasa lingkungan
yang hilang akibat
pembangunan atau ekstraksi
yang melewati DDDTLH.
Jika kemudian ketiga
pendekatan di atas tidak
dimungkinkan, maka nilai
ekonomi dapat didekati dengan
menggunakan Benefit
Transfer, yakni menggunakan
Gambar 5. Pendekatan Valuasi ekonomi untuk menghitung nilai ekonomi yang sudah
DDDTLH dihitung dari penelitian-
penelitian sebelumnya sebagai
Seperti terlihat pada Gambar 5 di atas, basis perhitungan. Tabel di bawah ini
perhitungan valuasi ekonomi dapat menyajikan beberapa nilai ekonomi
dihitung baik melalui pendekatan pasar yang dapat digunakan sebagai basis
maupun non-pasar dan bukti kerusakan dalam perhitungan Benefit Transfer.
(evidence). Pendekatan pasar umumnya
1
digunakan melalui pasar titipan Fauzi, A. 2014. Valuasi Ekonomi dan
Penilaian Kerusakan Sumber Daya alam
(surrogate) seperti nilai rumah yang
dan Lingkungan. IPB Press. Bogor
berbeda antar rumah dengan amienties

.40.
Tabel 7. nilai ekonomi yang dapat digunakan berbeda pula. Dengan demikian
sebagai basis dalam perhitungan Benefit diperlukan kehati-hatian dalam
Transfer menghitung nilai ekonomi dari sumber
daya alam sehingga tidak menghasilkan
nilai yang bias.
Penentuan ambang kritis DDDTLH

Salah satu hal yang krusial dalam


menentukan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup adalah
menyangkut ambang batas atau critical
threshold yakni nilai (dalam satuan unit
analisis seperti hektar atau nilai
kuantitatif lainnya) dimana ketika nilai
Secara prinsip, dalam konteks
kritis tersebut dilalui maka DDDTLH
perhitungan DDDTLH, valuasi ekonomi
sudah terlampau. Secara teoritis oleh
hanya memberikan rambu-rambu
karena kompeksitas interaksi alam dan
ekstraksi sumber daya alam yang
lingkungan, memang tidak ada ukuran
berkelanjutan dengan membandingkan
yang universal untuk menentukan
nilai ekonomi yang diperoleh dari
ambang kritis tersebut karena adanya
ekstraksi dengan yang sebenarnya dari
daya lenting (resilience) dari lingkungan
sumber daya alam itu sendiri. Dengan
itu sendiri. Oleh karenanya dalam
kata lain jika nilai kerusakan yang
menentukan ambang kritis,
dihasilkan dari ekstraksi sumber daya
sebagaimana dikemukakan oleh
alam lebih besar dari nilai ekonomi SDAL
Nijkamp (1999), digunakan kisaran
maka dapat dikatakan sudah melewati
ambang kritis minimum dan ambang
daya dukungnya.
kritis maksimum.
Nilai DDDTLH = Nilai kerusakan – nilai
Pendekatan Nijkamp (1999) dalam
ekonomi SDAL
mementukan ambang kritis
Namun demikian rumus di atas tentu menggunakan pendekatan FLAG (atau
saja memerlukan penyesuaian
karena setiap ekosistim memiliki
karakteristik yang berbeda
dengan nilai ekonomi yang
Gambar 6.

.41.
bendera) dapat diilustrasikan pada 120, maka jika ekstraksi saat ini sebesar
Gambar berikut: 121, maka nilai S(x) = (121 – 100)/(120 –
100) = 1.05. Karena kisaran pita berada
Sebagaimana terlihat pada Gambar 6 di
antara -1 sampai 1, maka nilai 1.05 sudah
atas, Nijkamp (1999) menggunakan
melewati CTVmax dan akan berada pada
“pita” (band) yang menggambarkan
pita hitam yang berarti daya dukung
critical threshold value (CTV) dalam
sudah jauh terlampaui.
rentang kisaran ambang batas kritis
minimum (CTVmin) dan ambang batas Penentuan ambang kritis di atas
maksimum (CTVmax). CTVmin meng- hanyalah salah satu pendekatan yang
indikasikan dugaan konservatif ambang dapat dilakukan disamping banyak
batas kritis yang bisa ditolelir sementara pendekatan lain yang lebih kompleks.
CTVmax merupakan ambang batas kritis Namun demikian setiap pendekatan
maksium dimana ketika titik ini dilewati memiliki kelebihan dan kekurangannya
maka daya dukung sudah melampaui masing-masing dan tergantung dari
batas maksimumnya dan dinyatakan kondisi sumber daya alam dan
dalam zona bahaya (warna hitam). lingkungan yang dianalisis.
Berdasarkan kriteria di atas, maka titik Matriks Penentuan daya dukung dan
kritis daya dukung dapat dihitung daya tampung LH
menurut rumus berikut (Nijkamp, 1999)
Selanjutnya, Matriks di bawah ini
S(x) = (CTV – x) / (CTVmin – CTV) menyajikan kriteria pengukuran atau
untuk x < CTV penentuan DDDTLH dengan komponen
kajian dan indikator pengukurannya.
S(x) = (x – CTV ) / (CTVmax –CTV) untuk x Sebagaimana terlihat pada Matrix di
> CTV bawah ini, penentuan daya dukung
nasional dan kepulauan bisa didasarkan
Dimana nilai X adalah nilai indikator pada komponen kajian kerawanan dan
yang diukur dan S(x) merupakan kerentanan bencana, fungsi hidroogis,
indikator sustainability yang produksi hayati, sumber daya mineral,
menggambarkan wilayah hijau sampai keunikan ekosistem dan kapasistas
kuning (apakah masih aman atau sudah sekuestrian karbon. Komponen-
melewati daya dukung). Sebagai contoh komponen ini kemudian bisa diukur dari
jika nila CTV adalah 100 (status ekstraksi berbagai indikator seperti ketersedian
misalnya) adalah 100 dengan CTVmax atau potensi sumber daya,nilai ekonomi,

.42.
ketahanan ekologi maupun kapasitas melintasi batas wilayah ecoregion,
menyimpan karbon. Sebagaiamna telah provinsi maupun kabupaten kota.
dijelaskan pada pengkuran DDDTLH Selain itu data luasan hutan pada
pada bagian sebelumnya, tolok ukur dari tingkat nasional relative lebih
beberapa indikator ini kemudian tersedia. Dengan demikian baik
dilakukan dengan berbagai metode tutupan lahan maupun kesesuaian
yang telah diuraikan di atas. lahan dapat digunakan sebagai
tolok ukur dalam menentukan
a. Penentuan DDDTLH Nasional dan
DDDTLH pada unit nasional.
Pulau/Kepulauan
Tabel 8. Penentuan DDDTLH Nasional
Unit pengukuran pada skala yang
dan Pulau/Kepulauan
makro adalah skala
nasional dak kepulauan.
Padas skala ini memang
relative lebih rumit
karena luasan
komponen kajian dan
besaran unit yang di
analisis menyebabkan
pengukuran menjadi
lebih kompleks. Secara
prinsip, penentuan
DDDTLH bisa saja
merupakan kompilasi
atau kumulasi dari skala
yang lebih kecil di
bawahnya seperti skala
regioanal/ecoregion
atau skala
kabupaten/kota.
b. Penentuan DDDTLH Provinsi dan
Dalam penentuan unit analisis
Ekoregion Lintas Kabupaten/Kota
nasional, kawasan hutan mungkin
dapat dijadikan sebagai baseline
Sama seperti penentuan DDDTLH
dalam menentukan DDDTLH, hal ini
pada unit nasional, penentuan
karena skala luasan kawasan

.43.
DDDTLH pada unit provinsi maupun lebih rinci dalam skala yang lebih
ecoregion pada prinsipnya hampir baik. Dengan demikian pengukuran
sama, hanya memerlukan scaling DDDTLH sebagaimana yang telah
down pada unti pengukuran (tolok diuraikan di atas dapat dilakukan
ukur) atau indikator. Pada unit secara lebih rinci berdasarkan
analisis ekoregion, beberapa komponen kajian yang telah
indikator seperti tingkat kerusakan ditentukan sebelumnya.
hutan kerawanan geologi maupun
ketersedian cadangan sumber daya Tabel 9. Penentuan DDDTLH Provinsi
mungkin bisa lebih diukur secara dan Ekoregion Lintas Kabupaten/Kota

.44.
kajian seperti ekstraksi sumber
c. Penentuan DDDTLH Kabupaten/ daya mineral dalam wilayah
Kota dan Ekoregion di Wilayah kabupaten/kota (izin usaha
Kabupaten/Kota pertambangan) atau tingkat
pencemaran sungai yang berada di
Penentuan DDDTLH pada unti wilayah kabupaten/kota maupun
analisis Kabupaten/kota dan wilayah ecoregion yang melintasi
Ekoregion di wilayah kabupaten/ kabupaten/kota tersebut.
kota secara prinsip juga sama
dengan pada tingkat di atasnya. Tabel 10. Penentuan DDDTLH
Yang diperlukan adalah scaling Kabupaten/ Kota dan Ekoregion di
down pada deliniasi komponen Wilayah Kabupaten/Kota

.45.
d. Penentuan DDDTLH Lingkungan misalnya kabupaten/kota, provinsi
Tematik maupun nasional. Dengan demikian
jika yang dihitung adalah daya
Penentuan DDDTLH dalam konteks dukung pertanian di Kabupaten A,
lingkungan tematik lebvih maka sisi suplai (ketersediaan
diarahkan pada sektor ekonomi sumber daya alam sebagai baisis
yang berkaitan dengan ekstraksi perhitungan daya dukung) dan sisi
sumber daya alam seperti permintaan, yakni jumlah sumber
pertanian, perikanan, perkebunan, daya yang diambil atau diekstraksi
pertambangan dan sejenisnya. Pada juga didasarkan besaran tingkat
skala tematik ini data ekstraksi kabupaten A tersebut. Demikian
yang ada pada sektor dapat juga pada tingkat di atasnya.
dijadikan sebagai basis ukuran
penggunaan sumber daya alam Tabel 11. Penentuan DDDTLH
sementara data sisi suplai dapat Lingkungan Tematik
diperoleh pada tingkatan di atasnya

.46.
Sumber daya alam dan lingkungan Dengan berpijak pada prinsip tersebut maka
merupakan salah satu modal penting dalam diperlukan kematangan konsep tentang
pembangunan baik pada tingkat nasional DDDT LH sebagai acuan dasar implementasi
maupun regional. Namun demikian modal operasional pada KRP baik di tingkat pusat
alam ini sering dikondisikan sebagai “used” maupun di daerah. Berikut ini adalah
and “abused” sehingga menimbulkan beberapa catatan terkait dengan konsep dan
“ongkos” pembangunan berupa kerusakan implementasi pengukuran DDDT LH baik
lingkungan yang harus dibayar bukan saja secara umum maupun secara tematik.
oleh generasi kini namun juga generasi
mendatang. Fenomena “used” and “abused” Pertama. Terkait dengan konsep DDDTLH,
ini terjadi karena kurangnya perhatian maka selain diperlukan konsep dan alat ukur
terhadap daya dukung dan daya tampung yang bersifat generik sebagaimana tertuang
lingkungan hidup itu sendiri dalam dalam UU 32/2009, diperlukan pula konsep
menunjang pembangunan. Dengan dan pengukuran yang bersifat thematic atau
diberlakukannya UU 32/2009, maka daya topical sesuai dengan kondisi sumber daya
dukung dan daya tampung, selanjutnya alam yang dihitung. DDDTH untuk air, lahan
disingkat DDDT LH, menjadi salah satu unsur gambut, kawasan hutan, perikanan, dan
pengendali penting dalam pembangunan, berbagai jenis sumber daya alam dan
dimana sebagai unsur KLHS, akan menjadi lingkungan lainnya memerlukan konsep dan
instrumen penting dalam menentukan alat ukuran yang sangat topical. Hal ini
apakah Kebijakan, Rencana dan/atau disebabkan karena beberapa sumber daya
Program harus direvisi, dilanjutkan, atau alam memiliki karakteristik yang unik dan
bahkan dihentukan sama sekali. berbeda.

.47.
Kedua, DDDTLH sebagai instrument pembangunan wilayah lainnya yang
pengendalian dan sifatnya yang generik- menggunakan dan berkaitan dengan sumber
spesific, akan menghadapi kendala ukuran daya alam dan jasa lingkungan.
kualitatif versus kuantitatif. Dengan
demikian perlu difahami bahwa selain Keempat. Dalam menentukan DDDTH harus
ukuran yang bersifat “indikatif” (seperti diperhatikan apakah didasarkan pada
kesesuain lahan), maka diperlukan pula demand side (seperti pertumbuhan
ukuran yang bersifat “benchmark” atau pemukiman, pertumbuhan penduduk dan
threshold. Ukuran ini diperlukan karena sebagainya) atau didasarkan pada “supply
sebagian sumber daya alam dan lingkungan side” (ketentuan batas berdasarkan
bersifat lenting dimana tekanan terhadap karakteristik SDAL). Oleh karena
SDAL dalam batas tertentu masih bisa kompleksitas yang dihadapi dalam
ditolelir, namun ketika melewati threshold- menentukan demand side DDDTH, maka
nya kemungkinan terjadi ketidak pulihan untuk memudahkan perencanaan
(irreversible) harus diperhatikan. Selain itu pembangunan dan implementasinya
patut pula diperhatikan pentingnya safe disepakati DDDTH yang lebih didasarkan
index dari DDDTH yang terkait dengan pada supply side.
luasan dan jenis sumber daya alam dan
lingkungan (seperti keaneka- ragaman Kelima, DDDTH memerlukan kriteria
hayati). pengukuran sebagai acuan apakah RKP
direvisi, dibatalkan atau dilanjutkan.
Ketiga, isu terkait dengan baseline atau Dengan demikian diperlukan kriteria
kerangka waktu dimana DDDTH akan pengukuran pemanfaatan sumber daya alam
diterapkan. Hal ini penting mengingat dan jasa lingkungan. Dari beberapa kriteria
interaksi DDDTH harus sejalan dengan pengukuran seperti kinerja, efisiensi,
rentang waktu pembangunan itu sendiri. kerentanan dan daya lenting (resilience),
FGD menyepakati bahwa baseline rentang maka FGD menyepakati ukuran efisiensi dan
waktu adalah tahapan RPJM baik di tingkat keretanan menjadi prioritas yang kemudian
pusat maupun daerah (RPJMPD). Dengan dilengkapi dengan daya lenting (resilience).
demikian ketika pemerintah pusat maupun Hal ini dikarenakan pengukuran efisiensi
daerah merencakan pembangunan lima relatif lebih mudah dan terukur dalam
tahun berikutnya, indikator DDDTH harus implementasinya, dan kerentanaan akan
menjadi acuan utama dalam menentukan membantu mengindikasikan seberapa besar
target-target pembangunan yang berbasis threshold (titik kritis) daya dukung dan daya
eksploitasi sumber daya alam maupun tampun terlewati.

.48.
Keenam, konsep DDDTLH merupakan konsep
yang tidak bersifat statis dan berdiri di ruang
vakum. Dengan kata lian diperlukan
integrasi dengan aspek lainnya seperti aspek
sosial ekonomi dan teknologi. Karena bisa
saja DDDTH di perbaiki melalui rekayasi
teknik (engineering), namun bisa juga
DDDTH ini menurun secara cepat manakala
aspek sosial dan ekonomi cenderung bersifat
eksploitatif tanpa memperdulikan
kemampuan alam untuk menopang
pembangunan. Dengan demikian perlu
diberikan ruang untuk perubahan DDDTH
manakala integrasi sosial-ekonomi dan
teknologi memungkinkan.

Ketujuh. Terkait dengan unit analisis. Tidak


dipungkiri memang sumber daya alam dan
jasa lingkungan melintasi batas-batas
adiministrasi. Meski secara ideal unit analisis
yang terbaik adalah berbasis ekoregion,
namun karena konteks KRP adalah unit
administrasi maka disepakati unit analisis
yang berbasis administrasi merupakan hal
yang sangat feasible untuk dilakukannya
kuantifikasi DDDTH. Dengan rekayasa
ilmiah, konteks unit ekoregion kemudian
dapat pula dilakukan setalah unit analisis
pada tingkat administrasi dilakukan.

.49.
.50.
REFERENSI

Alcamo, Joseph et al.,ed. 2003. Ecosystems and Human Well-being : a Framework for
Assessment/Millenum Ecosystem Assessment. Island Press.

Barus, B. 2011. Penentuan Daya Dukung berdasarkan Kemampuan Lahan : Pengalaman Kajian
Untuk Pemanfaatan Ruang di Aceh, Kabupaten Garut dan Kota Banjarmasin. Disampaikan
pada pertemuan awal Kajian Daya Dukung Lingkungan Hidup Pulau Sumatra Hotel
Aryaduta, Pekanbaru, Riau, 15 Agustus 2011.

Barus, B and DO. Pribadi, 2009. Development of Ecovillage in Regional Development and Planning
Framework, in Academic Document for Ecovillage Development, IPB.

Barus, B, LS. Iman, DR. Panuju, and BH.Trisasongko. 2011. Sustainable Rice Field to Assure Food
Security in Garut Regency, West Java. Proceeding of Interseminar : Geospatial and Human-
Dimensions on Natural Resource Management. Crespent IPB.

Burkhard, B.,Kroll, F., Muller, F. dan Windhorst,W. 2009. Landscapes Capacities to Provide
Ecosystem Services – a Concept for Land-Cover Based Assessment, Landscape Online, 15,1-
22.

De Groots R, Wilson M, Boumans R. 2002. A Typology for The Classification, Description, and
Valuation of Ecosystem Functions, Goods and Services, Ecologycal Economics, 41,393-408

De Groots, R., Alkamade, R., Braat, L., Willemen, L. 2010. Challenges in Integrating The Concept of
Ecosystem Services and Values in Landscape Planning, Management and Decision Making,
Ecologycal Complexity, 7, 260-272.

Eigenbrod,F.,Armsworth,P.R, Anderson, B.J.,Heinemeyer, A., Gillings, S.,Roy,D.B.,Thomas,C.D., dan


Gaston,K. 2010. The Impact of Proxy-based methods on Mapping The Distribution of
Ecosystem Services. Journal of Applied Ecology, 47,377-385.

.ix.
Fauzi, A. 2014. Valuasi Ekonomi dan penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Bogor
: IPB Press.

Firdian, A.B.Barus, and DO.Pribadi. 2010. Study of Spatial Pattern of Environmental Carrying
Capacity in Garut, Journal ITSL, 12(2):40-46.

Forman, R. 1995. Land Mosaics : The Ecology of Landscapes and Regions. Harvard University,
Massachutes.

Hockensmith, R.D. and Steele J.B. 1943. Recent Trend in Use of Land Capability Classification. Proc
Soil Am 14.

Muta’ali, Luthfi.2011. Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah.


Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.

Muta’ali, Luthfi. 2013. Hubungan Tekanan Penduduk dan Daya Dukung Lingkungan di Wilayah
Perdesaan Provinsi Yogyakarta. Laporan Penelitian. LPPM UGM.

Muta’ali Lutfhi. 2011. Environmental Carrying Capacity Based on Spatial Planning. Indonesian
Journal of Geography. Vol 43, No 2 (2011).

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Permen PU Nomor 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan,
Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

Permen LH Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup
dalam Penataan Ruang Wilayah

Permen LH 28/2009 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air
Danau/Waduk

Permen LH No. 1/2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air

Rustiandi, E., B.Barus, Prastowo, dan La Ode S.I.,2010. Kajian Daya Dukung Lingkungan Hidup
Provinsi Aceh. Crespent Press.

Sitanala Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB. Bogor

.x.
Singh, V.K. and Singh, R.D. 2007. Agriculture Development and Regional Carrying Capacity
Measurement of Agro-Ecosystem in Jhabua Tribal District in Madhya Pradesh, Barkatullah
University, Bhopal.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral Energi dan Batubara

.xi.
.xii.

Anda mungkin juga menyukai