DISUSUN OLEH :
DEPARTEMEN : REFINERY
BULAN : JUNI
Dengan Judul :
DI PLANT REFINERY
Disusun Oleh:
Anry Simamora
Pimpinan Unit Pabrik
Belawan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
Berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan magang proses untuk
perkenalan pada unit Refinery. Laporan ini merupakan hasil pembelajaran selama magang
di PT. Permata Hijau Palm Oleo guna memenuhi persyaratan dalam penilaian dan
pengembangan diri peserta magang proses.
Selama melakukan proses magang sampai pembuatan laporan ini, penulis banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Anry Simamora selaku pimpinan unit pabrik PT. PHPO BELAWAN yang
selalu mendukung, mendidik, mengarahkan para staff, karyawan, dan penulis.
2. Bapak Akbar Gustawa sebagai Superintendent Refinery yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis.
3. Bapak Juaris, Rohandi dan Budi selaku SPV Proses Refinery yang telah
memberikan arahan dan bimbingan pada penulis.
4. Bapak Taufik, Adi Waluyo, Ali Imran, Herman, Marsudi dan Gus Eka - sebagai
ASV Proses Refinery yang telah membimbing dan arahan kepada penulis terkait
Plant Refinery.
5. Staff dan karyawan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan mengarahkan penulis.
6. Teman-teman Management Trainee yang selalu memberikan semangat.
Evander Saragi
ii
DAFTAR ISI
2.6 Bleaching..............................................................................................................8
iii
2.6.3 Buffer Tank .................................................................................................... 10
3.2 Saran..................................................................................................................... 15
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Demi mendapatkan kualitas dan kuantitas yang optimal dalam proses produksi
Refinery, yaitu dengan cara mempertahankan mutu pada setiap tahapan proses dengan
tindakan dan perlakuan yang benar terhadap bahan baku, alat, dan mesin serta hasil.
Pelaksanaan monitoring yang maksimal dengan tingkat analisa yang baik untuk pencapaian
prses produksi, sehingga hasil akhir yang didapatkan adalah pencapaian kapasitas olah yang
maksimal, mutu yang optimal, losses yang minimal dan biaya olah yang serendah mungkin.
Pabrik PT. Permata Hijau Palm Oleo Belawan yang merupakan unit dari Permata
Hijau Group yang bergerak dalam industri minyak sawit yang memproduksi minyak goreng
dan turunannya. Refinery merupakan pabrik pemurnian dari minyak nabati sawit atau CPO
(Crude Palm Oil) yang dimana tujuannya itu adalah untuk meningkatkan kualitas dan mutu
dari CPO melalui empat proses utama yaitu proses heating, degumming, bleaching, filtration
dan deodorizing. Adanya kerusakan pada mesin produksi mengakibatkan terjadinya
gangguan pada proses produksi, yang berpengaruh terhadap pencapaian target produksi.
Seperti namanya, crude palm oil merupakan minyak kelapa sawit mentah yang nantinya
akan dilakukan pemurnian. Produk ini diperoleh dari hasil ekstrkasi atau proses pengempaan
daging buah (mesocarp) kelapa sawit umumnya dari spesies Elaeis guineensis dan belum
mengalami pemurnian. Salah satu pemanfaatan dari minyak nabati hasil pengolahan CPO
yang paling umum adalah sebagai bahan baku minyak goreng. Maka dari itu pelaksanaan
pabrik Plant Refinery sangat diutamakan dalam menghasilkan kesempurnaan minyak
tersebut, terutama untuk perindustrian PT. Permata Hijau Palm Oleo (Belawan).
1
1.2 Tujuan Penulisan
• Mengetahui kriteria bahan baku dan produk hasil olah di Refinery Plant
• Mengetahui dan memahami flow proses produksi dan fungsi setiap equipment yang
ada pada Refinery Plant.
• Memahami input bahan baku dan outpun produk hasil yang terdapat pada Refinery
Plant
• Memahami prinsip kerja dan fungsi pada Proses pemurnian CPO hingga menjadi
PFAD dan RBDPO.
Visi :
Misi :
2
BAB II
Refinery adalah proses pemurnian minyak nabati CPO (Crude Palm Oil) dari hasil
pengolahan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
mutu dari minyak agar dapat diolah menjadi produk bahan jadi sebagai kebutuhan
masyarakat. Ada banyak kotoran yang tidak terlihat dan berbahaya dalam minyak sawit
mentah, seperti moisture, solids (Insolubles), gum (Lecithins), Free-Fatty Acids (FFA), dan
logam lainnya. Kotoran ini harus dihilangkan untuk meningkatkan fungsionalitas minyak.
Karakteristik lain dari minyak (seperti warna, bau, dan rasa) juga dianggap sebagai kotoran
oleh konsumen modern. Ini akan mempengaruhi stabilitas penyimpanan minyak, warna
minyak dan rasa minyak. namun semua pengotor tersebut dapat dihilangkan dipabrik
khususnya untuk unit Refinery minyak sawit melalui serangkaian langkah, seperti
degumming (untuk menghilangkan gum), neutralizing (untuk menghilangkan FFA),
bleaching (untuk menghilangkan warna), deod orizing (untuk menghilangkan bau dan rasa),
Akhirnya Anda akan mendapatkan warna cerah standar, rasa masakan yang enak dan minyak
goreng.
PRE HEATER
CPO TANK FARM DUPLEX STRAINER
(HE 311AL, HE 311BL)
FILTRASI FILTRASI
BUFFER TANK
(NIAGARA FILTER) (FILTER BAG)
3
COLLING DOWN RBDPO HEAT EXCHANGER HEATER
(HE 742 L) (HE 711L, HE 712L, HE 721L (HE 722AL, HE 722L)
FILTRASI
(FILTER BAG FL 741AL, RBDPO TANK FARM
741 BL)
PRE HEATER
CPO TANK FARM DUPLEX STRAINER
(E 001B, E 001A)
4
2.4 Heating Process
CPO tank farm adalah tempat atau wadah untuk penyimpanan CPO (Crude Palm
Oil) yang dimana CPO ini akan ditransfer / didistribusikan ke proses Refinery dengan
menggunakan Pump.
5
Gambar 2.2 Duplex Strainer
Sebelum masuk pada tahap proses heating, pada awalnya minyak CPO dilakukan
perlakuan panas, dengan mengalirkan CPO dari tangki penampungan (tank farm) melewati
duplex strainer menuju alat penukar panas (heat exchanger). Pre Heat Exchanger (PHE)
merupakan sebuah alat dengan konsep menukarkan panas (kalor) diantara dua fluida
(media), dimana fluida dingin menerima panas dan fluida panas melepaskan panas, Terdapat
beberapa plat tipis berbahan stainless steel yang tersusun dalam gasketed okate heat
exchanger sehingga memungkinkan terjadinya banyak kontak antara fluida panas dengan
fluida dingin. Pada pre-heat exchanger proses pertukaran panas yang terjadi adalah
pertukaran panas dari RBDPO dengan CPO. Perambatan panas dari RBDPO terjadi ketika
panas mengalir dari tempat dengan suhu yang tinggi ke tempat dengan suhu yang lebih
rendah menggunakan media penghantar panas tetap yaitu plat – plat ruang RBDPO dan
CPO.
6
dengan menggunakan bantuan dari steam dengan penentuan control valve steam sesuai
dengan kebutuhan pencapaian target temperatur CPO.
Heat Exchanger adalah equipment yang berfungsi untuk menaikkan temperatur dari
CPO yang dimana tujuannya adalah untuk mempermudah CPO dalam proses
degumming,bleaching, filtration serta deodorization.
2.5 Degumming
Degumming adalah roses pencampuran dari asam phospat (Phosporic Acid) dengan
CPO yang bertujuan untuk mengikat gum – gum , lendir - lendir ataupun impurities yang
terdiri dari komponen utama yaitu, phospatidies, resin, begitu juga pigment – pigment yang
terkandung pada CPO. Faktor suhu, kecepatan pengadukan dan konsentrasi asam fosfat
berpengaruh terhadap proses penghilangan getah (degumming) pada CPO.
Berdasarkan penelitian dan analisa, pada suhu 95⁰ – 110⁰ C pada proses degumming,
maka gum yang terikat dari minyak akan semakin besar sehingga konsentrasi gum semakin
berkurang. Hal ini dikarenakan asam fosfat akan bereaksi dengan gum dan terpisah dari
minyak. Namun jika penggunaan asam fosfat yang terlau banyak dapat juga merusak
7
minyak, karena sisa asam fosfat yang tidak bereaksi mengakibatkan kenaikan nilai FFA pada
minyak, sehingga penggunaan asam fosfat untuk proses degumming ini harus diperhatikan.
Selain itu jika dosis asam fosfat kekurangan atau kelebihan dapat memicu warna hitam pada
minyak saat proses deodorisasi. Semakin tinggi kecepatan pengadukan, maka konsentrasi
sisa gum yang terdapat pada minyak akan semakin berkurang.
2.6 Bleaching
8
Gambar 2.5 Bleacher
Bleaching time atau disebut juga dengan periode proses bleaching adalah salah
satu parameter yang dapat dikontrol pada saat proses bleaching berlangsung. Warna dan
jumlah kadar FFA menurun seiring dengan penambahan dosis bleaching earth, tetapi untuk
teknologi lipico PFAD dari pre-stripper yang masih mengandung RPO disirkulasikan lagi
ke bleacher sehingga kadar FFA BPO sedikit meningkat. Namun bilangan peroksida
berkurang setelah proses bleaching berlangsung dari ketentuan dosing yang dilakukan.
Dosis bleaching earth merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada
efisiensi dan cost pada proses bleaching. Hubungan antara dosis bleaching earth dengan
pengurangan warna merah. Warna dari minyak cenderung menurun seiring dengan
penambahan dosis bleacing earth. Dosis bleacing earth optimal sangat bergantung pada
kuantitas dan jumlah bahan pengotor alami dari suatu minyak kelapa sawit.
Standarisasi Operasional
Buffer Tank adalah sebuah tangki untuk penyimpanan sementara dari proses
degumming dan bleaching yang ada pada teknologi Lipico, serta membantu
menghomogenkan pencampuran tersebut. Sedangkan untuk teknologi Oiltek, tidak
menggunakan buffer tank, setelah proses bleaching maka langsung dilanjutkan untuk proses
filtrasi pada niagara filter.
2.7 Filtration
Filtrasi yang terjadi di Niagara filter secara umum yaitu proses pemisahan zat
padat (Spent Earth) dengan zat cair (BPO). Filtrasi adalah proses penyaringan BPO
(bleached palm oil) dari hasil gum yang telah terikat dengan asam fosfat dan sisa – sisa yang
masih terdapat pada bleaching earth. Niagara filter merupakan mesin filtrasi dengan
menggunakan filter berbentuk daun (leaf) yang dilapisi dengan membrane semipermeable
sebagai filter cloth. Pada Niagara filter, filter leaf tersusun secara vertical, minyak mengalir
melalui celah leaf filter yang disusun dan turun kebawah tangka terkumpul pipa kolektor
minyak dalam bentuk BPO. Sementara spenth earth akan melekat dipermukaan leaf filter.
Standarisasi operasional tekanan pada Niagara filter yaitu tekanan : 3,5 bar maks
10
Gambar 2.8 Niagara Filter
Filter Bag adalah salah satu sistem filtrasi untuk menyaring sisa sisa spenth earth
yang masih terikut pada BPO. Standarisasi operasional tekanan yaitu 3,5 bar maks. Jika
tekanan sudah mencapai tekanan maksimal ataupun melebihinya, maka dimungkinkan sisa
kotoran sudah tebal pada filterbag yang membuat tekanan BPO tinggi, dan filterbag harus
dilakukan pergantian agar operasional filtrasi kembali normal. Maka monitong berkala
sangat diperlukan untuk memaksimalkan keberlangsungan operasional terutama pada
filterbag.
11
2.7.3 Filter Catridge
Filter catridge adalah untuk memaksimalkan penyaringan spenth earth yang masih
terikut didalam BPO setelah proses filtrasi yang terjadi pada filterbag. Standarisasi
operasional tekanan yaitu 3,5 bar maks, jika sudah tercapai maksimal atau melebihi dari
standarisasi maka dilakukan pergantian untuk filter catridge untuk memaksimalkan
keberlangsungan operasional dari filter catridge.
2.8 Daerator
Daerator adalah tempat untuk menghilangkan kadar O2 dan juga kadar uap air yang
terkandung dari BPO. Pada daerator steam akan masuk melalui steam coil untuk melakukan
pemerataan distribusi dari BPO. Pada bagian bawah tray steam dari saluran extraksi dispray
agar bercampur dengan O2 dan uap air serta system vakum akan menghisap kadar O2 dan
uap air yang akan disirkulasikan kembali kesistem vakum. Perlu diperhatikan volume BPO
pada daerator apakah High dan Low, untuk mengantisipasi terjadinya over high ataupun over
flow.
12
Gambar 2.11 Daerator VE 701
Final oi lheater merupakan heat exchanger yang terdiri dari shell and tube. Minyak
BPO akan dipanaskan lagi sampai 260-270o C dengan pemanas steam dry saturated dari HP
boiler. Temperatur BPO 200 – 230oC mengalami pernaikan panas dengan RBDPO
bertemperatur 240 – 260o C.
Distilasi adalah proses pemisahan dari zat asam (FFA,volatile, matter, Aldehide,
keton), oxidasi produk atau biasa disebut dengan PFAD dan zat cair (RPO) serta penurunan
warna produk setelah menaikkan temperatur dari BPO, agar mempermudah pemisahan RPO
dengan zat asam (PFAD). Pemisahan PFAD yang sudah terjadi melalui uap yang menjadi
cair akan disirkulasikan kembali dijalur sirkulasi PFAD, dan juga menurunkan temperatur
PFAD yang nantinya siap akan ditransfer ke tangki farm.
13
Gambar 2.13 Pre-Stripper PR 731
2.11 Deodorization
Secara umum, deodorisasi merupakan proses untuk memisahkan aroma dan bau dari
minyak. Prinsip dari proses deodorisasi yaitu distilasi dengan penculutan stripping agent
dalam keadaan hampa udara (vakum) dan suhu tinggi (>200 ℃). Stripping agent yang
digunakan pada plant Refinery adalah superheated steam. Tujuan menggunakan stripping
agent adalah untuk memudahkan penguapan semua komponen-komponen volatile pada
minyak dan mencegah hidrolisis pada minyak.
14
BAB III
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan magang yang dipelajari pada bulan Mei dapat diambil
kesimpulan bahwa :
• Proses produksi minyak CPO diplant Refinery PT.Permata Hijau Palm Oleo
Belawan dilingkupi dari beberapa tahap utama yaitu, heating, degumming,
bleaching, filtration dan deodorization. Tujuan dari proses refinery ini adalah
untuk menghilangkan asam lemak bebas (FFA), bau, menurunkan warna, serta
menambah stability atau dengan kata lain untuk meningkatkan kualitas dan mutu
dari minyak dengan cara menghilangkan komponen minor yang dapat
mempengaruhi kualitas dan stabilitas minyak sehingga aman untuk dikonsumsi
manusia
3.2 Saran
• Sebaiknya untuk setiap peralatan sebelum atau setelah digunakan disimpan dan
dirapikan ditempat yang lebiih baik agar lebih mudah digunakan kembali dan
meminimalisir kecelakaan kerja yang tidak disengaja.
15
DAFTAR PUSTAKA
Naibaho,P.M. 2012. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Medan
Nadhifatul Latifah dan Teti Estiasih. 2016. Mikroenkapsulasi Fraksi Tidak Tersabunkan
(Ftt) Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Menggunakan Metode Pengeringan
Taylor, D. R. (2005). Bleaching. In: Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. 6th ed. (Ed. F.
Strayer, D., Maury B., Tom D., Bob D., Jeffrey F., Brent F., Pete F., Carl H., Jan Hughes.,
Frank K., Linsen L., Thomas M., Don M., Gerald M., Mark N., Ed P., Phil R., Tom T..,
Bob W., and Jeff W. (2006). Food Fats and Oils. 9th ed. Institute of Shortening and
Gibon, V., Wim D. Greyt, and M. Kellens. (2007). Palm Oil Refining. European Journal of
Basiron, Y. (2005). Palm Oil. In: Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. 6th ed. (Ed. F.
https://www.lipico.com/processes_glycerine-refining.html
https://rakhman.net/power-plants-id/deaerator/
https://www.lipico.com/processes_glycerine-refining.html
https://aprilpanjaitan.wordpress.com/2012/02/02/high-pressure-heater/
16