Perb Darah Iii PT 9
Perb Darah Iii PT 9
DARAH 3
Disusun Oleh:
Partner 9
Nama NIM
Nadia Fadillah Hasibuan 210805009
Fadhilah Khairani Nainggolan 220805012
Salsabila 220805030
Amalia Mulya Pratiwi 220805049
Desriwani N. Turnip 220805061
Rumondang Rotua Mauliate Br Manurung 220805066
Johannes Suryanto Ritonga 220805088
DARAH 3
Disusun Oleh:
Partner 9
Nama NIM
Nadia Fadillah Hasibuan 210805009
Fadhilah Khairani Nainggolan 220805012
Salsabila 220805030
Amalia Mulya Pratiwi 220805049
Desriwani N. Turnip 220805061
Rumondang Rotua Mauliate Br Manurung 220805066
Johannes Suryanto Ritonga 220805088
Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan jumlah sel darah merah (eritrosit) hewan
yang paling banyak terdapat pada Homo sapiens yaitu sebesar 931 x 104 sel/mm3
kemudian Bos sp. 560 x 104 sel/mm3, Rattus novergicus 285 x 104 sel/mm3 dan Capra
aegrasgrus hircus 200 x 104 sel/mm3.
Menurut Fails et al. (2018), jumlah eritrosit total dinyatakan sebagai jumlah sel
per mikroliter darah utuh, dan sebagian besar hewan memiliki sekitar 7 juta per mikroliter.
Jumlah leukosit dan trombosit total juga dinyatakan per mikroliter darah. Protein
hemoglobin adalah konstituen intraseluler utama penyusun eritrosit. Sel darah merah
tersusun atas protein kompleks berupa hemoglobin yang merupakan protein yang tersusun
atas rantai rantai polipeptida. Hemoglobin adalah molekul kompleks yang mengandung
empat. rantai asam amino (bagian globin) disatukan oleh interaksi nonkovalen. Setiap
rantai asam amino mengandung gugus heme (pigmen porfirin merah), dan setiap gugus
heme mengandung atom besi.
Menurut Syawal et al. (2021), faktor-faktor yang memengaruhi jumlah eritrosit
adalah spesies, jenis kelamin, umur, nutrisi pakan, ukuran, aktivitas fisik, dan umur. Umur
dan ukuran akan memengaruhi kebutuhan oksigen. Oksigen dibutuhkan dalam proses
kimiawi dalam tubuh seperti respirasi, sirkulasi darah dan metabolisme. Adapun
peningkatan kadar eritrosit dalam darah menunjukkan kandungan oksigen dalam darah
meningkat dan menunjukkan mulai beradaptasi dengan lingkungan. jumlah eritrosit
bertambah bila kandungan oksigen dalam darah rendah. Kandungan oksigen dapat
menstimulir penambahan jumlah eritrosit. Peningkatan Hb juga kaitannya dengan
peningkatan jumlah eritrosit, dimana jika kadar Hb meningkat maka kadar eritrosit juga
meningkat dan ini disebabkan meningkatnya kandungan zat besi di darah.
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari kelima sampel darah yaitu
darah Homo sapiens, darah Rattus novergicus, darah Capra aegrasgrus hircus, dan
darah Bos sp. Hal tersebut dikarenakan kondisi dan konsentrasi sel serta sifat dari
membran sel. Dimana sel sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal
membran sel. Setiap sel sangat dipengaruhi oleh konsentrasi larutannya baik
hipotonis maupun hipertonis.
Menurut Soesilawati (2020), pada keadaan normal, terjadi keseimbangan
ostomik antara sel darah dan plasma. Apabila konsentrasi plasma menjadi lebih pekat
akibat penguapan atau pada kondisi hipertonik, maka sel darah mengalami krenasi
akibat air keluar dari sel sehingga sel mengerut dan dengan demikian menghasilkan
bentuk sel seolah berduri. Krenasi ditandai dengan munculnya 10–30 tonjolan pendek
pada permukaan eritrosit yang disebut echinosit.
Menurut Dewi et al. (2023), dampak hemolisis pada hasil tes laboratorium
dapat menjadi tidak tepat karena pengaruh sampel darah hemolisis. Salah satunya
interferensi hemolisis yaitu terhadap pengaruh pengenceran (hemolisis berat yang
melepaskan cairan sel) yang mengarah ke hasil yang salah. Darah hemolisis dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi, darah hemolisis akan menjadi pertikel
kecil seukuran trombosit, sehingga menyebabkan hasil pemeriksaan diduga tidak
sesuai dengan hasil yang sebenarnya. Selain itu juga, darah dengan hemolisis ringan
dan hemolisis sedang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hemoglobin. Hemolisis
sering terjadi dilapangan, maka jika terdapat sampel hemolisis sebaiknya dilakukan
pengambilan sampel ulang. Namun, yang terjadi di lapangan banyak sampel hemolisis
yang digunakan dalam pengujian laboratorium. Penyebab terjadinya hemolisis salah
satunya karena kesulitan dalam mendapatkan akses pengambilan darah.
No Sampel Hematokrit
1. Homo sapiens -
2. Rattus novergicus -
3. Capra aegragus hircus -
4. Bos sp. -
Berdasarkan Tabel 4.9 tidak didapatkan hasil nilai perhitungan dikarenakan
tidak dilakukannya parameter pada praktikum.
Menurut Fitria (2019), nilai hematokrit pada hewan normal berkisar pada
30,8% hingga 45,5%. Dalam perhitungan kadar hematokrit dapat dilihat bahwa
jumlah eritrosit yang tinggi akan diikuti dengan persentase hematokrit yang
meningkat. Presentase kadar hematokrit berhubungan dengan jumlah sel darah
merah. Adanya peningkatan nilai hematokrit pada darah menunjukkan adanya
keterkaitan dengan banyaknya jumlah sel darah merah yang terbentuk oleh jaringan
haemapoesis. Dimana jumlah sel darah merah berbanding lurus dengan nilai
hematokrit.
Menurut Rasyada (2014), nilai hematokrit adalah konsentrasi (dinyatakan
dalam persen) eritrosit dalam 100 ml darah lengkap. Nilai hematokrit akan
meningkat (hemokonsentrasi) karena peningkatan kadar sel darah atau penurunan
volume plasma darah. Sebaliknya nilai hematokrit akan menurun (hemodilusi)
karena penurunan seluler darah atau peningkatan kadar plasma darah. Trombosit
merupakan sel darah yang berfungsi dalam hemostasis. Sel ini tidak memiliki nukleus
dan dihasilkan oleh megakariosit dalam sumsum tulang.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
a. Dari hasil perbandingan sel darah merah pada setiap sampel diperoleh bahwa
sel darah merahnya tidak memiliki inti, bentuk bikonkaf namun yang
membedakannya adalah warna sel yang dipengaruhi oleh kadar Hb.
b. Capra aegragus hircus memiliki waktu beku darah yang sangat lama yaitu
selama 42 menit 50 detik, sedangkan waktu beku darah tersingkat terdapat
pada Bos sp. yaitu selama 30 menit.
c. Pada penentuan golongan darah dengan menggunkan sistem ABO didapati
Homo sapiens memiliki golongan darah AB dan Rattus novergicus, Capra
aegragus hircus dan Bos sp. memiliki golongan darah O.
d. Jumlah sel darah merah (eritrosit) dari setiap sampel diperoleh jumlah eritrosit
terbanyak terdapat pada Homo sapiens, sedangkan jumlah yang paling sedikit
terdapat pada Capra aegragrus hircus.
e. Jumlah sel darah putih (leukosit) dari setiap sampel yang terbanyak terdapat
pada Homo sapiens sedangkan yang paling sedikit Bos sp.
f. Kadar Hb (hemoglobin) terbanyak terdapat pada Homo sapiens sebesar 15,9
% sedangkan yang terendah pada Bos sp. sebesar 6,4%.
g. Pada pengamatan kristal hemin setiap sel pada setiap sampel darah hewan
terdapat kristal hemin yang dihasilkan berwarna kuning hingga kuning
kemerahan.
h. Pada proses hemolisa dan krenasi sel terhadap konsentrasi NaCl didapatkan
bahwa sel yang paling mudah mengalami hemolisa Homo sapiens dan Capra
aegragrus hircus sedangkan sel yang paling mudah mengalami krenasi atau
penegrutan sel karena kondisi hipertonik yaitu pada Rattus novergicus dan Bos
sp.
i. Pada percobaan menghitung nilai hematokrit tidak diperoleh data apapun
dikarenakan tidak dilaksanakannya praktikum dimana alat mikrosentrifugge
rusak atau dalam proses perbaikan.
j. Pada penentuan laju endap darah dalam waktu 1 jam sel darah terbanyak
terdapat pada Capra aegragrus hircus sebesar 97% sel darah dan 3% plasma
darah.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih memahami prosedur percobaan.
b. Sebaiknya praktikan selanjutnya memahami materi yang akan dipraktikumkan.
c. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih teliti saat praktikum berlangsung agar
data yang diperoleh dapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adila N, Ruth SPT, Wafiyah, Raranta A, Wahyudin, Indah S, Rijki PS, Elvina D,
Vilia R, Lalu PA, Trei RM, 2023. Menekan Angka Stunting Dengan
Pencegahan Anemia Pada Remaja di Kelurahan Tanjung Kec. Labuhan Baji.
Prosiding Seminar Nasional Gelar Wicara Volume 1. Mataram: 23-24
Februari 2023. Hal: 378-385.
Arviananta R, Syuhada, Aditya, 2020. Perbedaan Jumlah Eritrosit Antara Darah
Segar dan Darah Simpan di UTD RSAM Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada. 9 (2): 686- 694.
Dewi NA, Ganjar N, Adang D, Nina M, 2023. Pengaruh Lama Simpan dan Tingkat
Hemolisis Darah K2edta Resipien Terhadap Hasil Crossmatch Metode Gel.
Jurnal Kesehatan Siliwangi. 4(1): 446-452.
Fagan MB, 2013. Philosophy of Stem Cell Biology Knowledge in Flesh and Blood.
Palgrave Macmillan. United Kingdom.
Fails AD, Christianne M, 2018. Anatomy and Physiology of Farm Animals. John
Wiley & Sons, Inc. Hoboken.
Fitria N, Tjong DH, Zakaria IJ, 2019. Fisiologi Darah Ikan Baung (Hemibagrus
nemurus). Jurnal Metamorfosa. 6(1): 33.
Hardyansa, Ariyadi T, Sukeksi A, 2020. Perbedaan Nilai Laju Endap Darah (LED)
Menggunakan Larutan NA Sitrat 3,8% Dan Dextrosa 5%. Jurnal Labora
Medika. 4(1):12-15.
Hariri FR, Pamungkas DP, 2018. Klasifikasi Jenis Golongan Darah Menggunakan
Fuzzy C-Means Clustering (FCM) dan Learning Vector Quantization (LVQ).
Jurnal Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi. 10(1):26-29.
Jabar M, Shifa R, Sisilia P, Wulan C, 2023.Analisis Perbandingan Kadar
Hemoglobin, Jumlah dan Struktur Eritrosit pada Lima Kelas Vertebrata. Life
Science.12(2)
:1-9.
Marcelisa S, Asni E, 2015. Kristal Hemoglobin pada Bercak Darah Yang Terpapar
oleh Beberapa Deterjen Bubuk Menggunakan Tes Teichmann Dan Tes
Takayama. JOM. 2(2):1-10.
Mulyadi, Khairul F, Moh R, 2020. Identifikasi Golongan Darah Sistem ABO
Menggunakan K-Nearest Neighbors. Jurnal Informatika dan Teknologi
Komputer. 1(1):51-59.
Nugrahena NP, Sudarson TA, Wijayanti L, 2021. Pengaruh Hemolisis Terhadap Nilai
Trombosit Dengan Menggunakan Metode Direct Counting. Jurnal Analis
Medika Biosains. 8(2):108-113.
Pocock G, Christoper DR, David AR, 2013. Human Physiology. Oxford University
Press. United Kingdom.
Pritanti R, Paulus BN, 2019. Perbedaan Nilai LED Pada Penderita Demam Berdarah
Dengan Hemokonsentrasi Dan Tidak Hemokonsentrasi. Journal of
Vocational Health Studies. 3(12): 63-66.
Rasyada A, Nasrul E, Edward Z, 2014. Hubungan Nilai Hematokrit Terhadap Jumlah
Trombosit pada Penderita Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan
Andalas. 3(3): 343-347.
Riana A, Adang D, Eem R, Nina M, 2023. Pengaruh Suhu Ruangan Dan Lama
Simpanan Darah Sitrat Terhadap Nilai Laju Endap Darah Metode Westergen.
Jurnal Kesehatan Siliwangi. 4(1): 300-307.
Ridwan IA, Utama IH, Dharmawan NS, 2019. Gambaran Ulas Darah Kodok Lembu
(Rana catesbeiana). Jurnal Indonesia Medicus Veterinus. 8(6): 836 – 843
Romdonah, Radha Z, Mohammad T, Fridayenti dan Enikarmila A, 2017. Kristal
Hemoglobin Pada Bercak Darah yang Dipaparkan Sodium Hipoklorit
(NaOCl) Menggunakan Tes Teichmann Dan Tes Takayama. Journal of
medical science.1(1):43-53.
Septriani AAIA, Suwiti NK, Suartini GAA, 2020. Nilai Hematologi Total Eritrosit
dan Kadar Hemoglobin Sapi Bali dengan Pakan Hijauan Organik. Buletin
Veteriner Udayana. 12(2):145.
Soesilawati P, 2020. Histologi Kedokteran Dasar. Airlangga University Press. Jawa
Timur.
Sonjaya H, 2013. Dasar Fisiologi Ternak. IPB Press. Bogor.
Suryani E, Wiharto, Katarina NW, 2015. Identifikasi Anemia Thalassemia Betha (B)
Mayor Berdasarkan Morfologi Sel Darah Merah. Scientific Journal of
Informatics. 2(1):15-27.
Syawal H, Effendi I, Kurniawan R, 2021. Perbaikan Profil Hematologi Ikan Patin
(Pangasius hypophthalmus) Setelah Penambahan Suplemen Herbal pada
Pakan. Jurnal Veteriner. 22(1): 16 – 25.
Tambayong J, 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC. Jakarta.
LAMPIRAN
Bunsen Mancis
Jarum Stopwatch
Cover glass
Lampiran 2: Foto Bahan
Darah
Dihomogenkan
Hasil
5.3 Menentukan golongan darah dengan sistem ABO
Dihomogenkan
Hasil
5.4 Menghitung Jumlah Eritrosit
Dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit sampai tanda
Darah angka 0,5 atau 1,0 lalu ujung pipet dibersihkan dengan
tissue
Dihisap larutan pengencer (Hayem) sampai tanda 101
dengan cepat dan tanpa menimbulkan gelembung udara
Dilepaskan pipa penghisap (aspirator)
Dilakukan Gerakan mengaduk sampai bagian yang
tercampur hanya bagian yang membesar dari pipet, cairan
pada ujung pipet yang tidak ikut terkocok dibuang
Hasil
5.5 Menghitung Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit)
Hasil
5.6 Menghitung Kadar Hb (Hemoglobin)
Tabung Sahli
Darah
Hasil
5.8 Melihat Proses Hemolisa dan Krenasi
Tabung Reaksi
Darah
Hasil
Hasil