RII.4
15 Agustus 2019
1. Jelaskan definisi anak berbakat versi amerika (francoya gangen) dan versi indonesia !
1. Definisi anak berbakat versi Amerika (Francoya Gangen) dan versi Indonesia:
Versi Amerika (Francoya Gangen): Anak berbakat versi Amerika, yang dikenal dengan
istilah "gifted child", mengacu pada individu yang menunjukkan potensi atau kemampuan
yang luar biasa dalam satu atau beberapa bidang tertentu. Anak berbakat sering kali
memiliki kecerdasan yang tinggi, kreativitas yang kuat, dan kemampuan untuk mencapai
prestasi yang tinggi dalam bidang akademik, seni, olahraga, atau lainnya. Di Amerika, anak
berbakat sering diidentifikasi melalui tes kecerdasan dan penilaian khusus lainnya, dan
mereka mungkin mendapatkan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi
mereka.
Versi Indonesia: Di Indonesia, konsep anak berbakat juga dikenal dengan istilah "anak
berprestasi". Anak berprestasi adalah individu yang menunjukkan kemampuan atau
prestasi yang luar biasa dalam bidang akademik, seni, olahraga, atau lainnya. Anak
berprestasi sering kali memiliki kecerdasan yang tinggi, motivasi yang kuat, dan
kemampuan untuk mencapai prestasi yang diakui oleh masyarakat atau lembaga terkait. Di
Indonesia, anak berprestasi sering diidentifikasi melalui penilaian akademik, partisipasi
dalam kompetisi, atau pengakuan dari lembaga pendidikan atau organisasi terkait. Perlu
dicatat bahwa definisi anak berbakat atau anak berprestasi dapat bervariasi di setiap negara
atau budaya. Namun, pada dasarnya, kedua definisi tersebut mengacu pada individu yang
menunjukkan kemampuan atau prestasi yang luar biasa dalam bidang tertentu.
Banyak ahli mengemukakan pengertian mengenai tunarungu antara lain sebagai berikut:
➢ Murni Winarsih (2007: 23), menyatakan tunarungu merupakan orang yang
mengalami kehilangan atau kekurangan kemampuan mendengar baik sebagian atau
seluruhnya yang diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran,
sehingga anak tersebut tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut berdampak pada kehidupannya secara kompleks utamanya
kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting.
➢ Iwin Suwarman (Edja Sadjaah. 2005: 75), pakar medik, mempunyai pandangan yang
sama bahwa anak tunarungu dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama Hard of
hearing yakni seseorang yang masih mempunyai sisa pendengaran sedemikian rupa
sehingga masih cukup untuk digunakan sebagai alat penangkap proses mendengar sebagai
bekal primer penguasaan kemahiran bahasa dan komunikasi dengan yang lain baik dengan
maupun tanpa mengguanakan alat
bantu dengar. Kedua Deaf yakni seseorang yang tidak mempunyai indera
dengar sedemikian rendah sehingga tidak mampu berfungsi sebagi alat
penguasaan bahasa dan komunikasi, baik dengan ataupun tanpa menggunakan alat bantu
dengar.
➢ Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1995: 27) menyebut bahwa anak tunarungu
adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar
baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya seluruh alat
pendengaran atau sebagian , sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya
dalam kehidupan sehari-hari yang berdampak pada kehidupananya secara kompleks.
➢ Mohammad Efendi (2006: 57), anak berkelainan pendengaran atau tunarungu merupakan
anak yang mengalami kerusakan atau gangguan pada satu atau lebih organ telinga bagian
luar, organ telinga bagian tengah, dan organ telinga bagian dalam
yang disebabkan kecelakaan, penyakit, atau sebab lainnya yang tidak diketahui
sehingga organ tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.
➢ Murni Winarsih (2007: 23) mengungkapkan bahwa tunarungu yakni seseorang yang
mengalami kekurangan atau kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang
diakibatkan oleh tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia
tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-
hari, yang berdampak pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi yang sangat
penting.
➢ Tin Suharmini (2009: 35) mengemukakan bahwa tunarungu adalah keadaan dimana
seorang individu yang mengalami kerusakan pada indera pendengaran sehingga
berdampak tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain melalui
indera pendengaran.
➢ Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati Somantri, 1996: 74) berpendapat seseorang
yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan
dibedakan menjadi dua kategori, antara lain tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of
hearing). Tuli
adalah seseorang yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat
sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar, indera
pendengarannya mengalami kerusakan, tapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik
dengan maupun tanpa alat bantu dengar (hearing aids).