Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sindrom kompartemen adalah sebuah kondisi yang mengancam anggota tubuh dan
jiwa yang dapat diamati ketika tekanan perfusi dibawah jaringan yang tertutup mengalami
penurunan. Saat sindrom kompartemen tidak teratasi maka tubuh akan mengalami nekrosis
jaringan dan gangguan fungsi yang permanen, dan jika semakin berat dapat terjadi gagal
ginjal dan kematian.1,2

Lokasi yang dapat mengalami sindrom kompartemen telah ditemukan di tangan,


lengan bawah, lengan atas, perut, pantat, dan seluruh ekstremitas bawah. Hampir semua
cedera dapat menyebabkan sindrom ini, termasuk cedera akibat olahraga berat.1

Hal yang paling penting bagi seorang dokter adalah untuk selalu waspada ketika
berhadapan dengan keluhan nyeri pada ekstremitas. Konsekuensi dari terlewatnya
pemeriksaan dapat meningkatkan tekanan intra-kompartemen.2

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
senior di Departemen Orthopaedi & Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Medan.

1
BAB II
ISI

2.1 Definisi

Sindrom kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan


interstitial dalam sebuah ruangan terbatas yakni kompartemen osteofasial yang tertutup. Hal
ini dapat mengawali terjadinya kekurangan oksigen akibat penekanan pembuluh darah,
sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan diikuti dengan kematian
jaringan.2,3

2.2. Anatomi

Secara anatomik, sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak.


Kompartemen osteofasial merupakan ruangan yang berisi otot, saraf dan pembuluh darah
yang dibungkus oleh tulang dan fasia serta otot-otot yang masing-masing dibungkus oleh
epimisium. Berdasarkan letaknya, kompartemen terdiri dari beberapa jenis, antara lain:2

1. Anggota gerak atas


a. Lengan atas:
1. Kompartemen volar, berisi otot flexor pergelangan tangan dan jari tangan, nervus
ulnar dan nervus median.
2. Kompartemen dorsal, berisi otot ekstensor pergelangan tangan dan jari tangan,
nervus interosseous posterior.

b. Lengan bawah:
a. Kompartemen volar, berisi otot flexor pergelangan tangan dan jari tangan, nervus
ulnar dan nervus median.
b. Kompartemen dorsal, berisi otot ekstensor pergelangan tangan dan jari tangan,
nervus interosseous posterior.
c. Mobile wad, berisi otot ekstensor carpi radialis longus, otot ekstensor carpi
radialis brevis, otot brachioradialis.

2
c. Wrist joint:
1. Kompartemen I, berisi otot abduktor pollicis longus dan otot ekstensor pollicis
brevis.
2. Kompartemen II, berisi otot ekstensor carpi radialis brevis, otot ekstensor carpi
radialis longus.
3. Kompartemen III, berisi otot ekstensor pollicis longus.
4. Kompartemen IV, berisi otot ekstensor digitorum communis, otot ekstensor indicis.
5. Kompartemen V, berisi otot ekstensor digiti minimi.
6. Kompartemen VI, berisi otot ekstensor carpi ulnaris.

2. Anggota gerak bawah


a. Tungkai atas : terdapat tiga kompartemen, yaitu: anterior, medial dan posterior
b. Tungkai bawah (regio cruris):
1. Kompartemen anterior, berisi otot tibialis anterior dan ekstensor ibu jari kaki,
nervus peroneal profunda.
2. Kompartemen lateral, berisi otot peroneus longus dan brevis, nervus peroneal
superfisial.
3. Kompartemen posterior superfisial, berisi otot gastrocnemius dan soleus, nervus
sural.
4. Kompartemen posterior profunda, berisi otot tibialis posterior dan flexor ibu jari
kaki, nervus tibia.

3
Sindrom kompartemen paling sering terjadi pada daerah tungkai bawah (yaitu
kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial dan posterior profundus) serta lengan
atas (kompartemen volar dan dorsal).2

2.3. Etiologi

Terdapat berbagai penyebab dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang


kemudian memicu timbulnya sindrom kompartemen, yaitu antara lain:
1. Penurunan volume kompartemen. Kondisi ini disebabkan oleh:
- Penutupan defek fascia
- Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitas

2. Peningkatan tekanan pada struktur komparteman


Beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini antara lain:
- Pendarahan atau Trauma vaskuler

4
- Peningkatan permeabilitas kapiler
- Penggunaan otot yang berlebihan
- Luka bakar
- Operasi
- Gigitan ular
- Obstruksi vena

3. Peningkatan tekanan eksternal


- Balutan yang terlalu ketat
- Berbaring di atas lengan
- Gips

Sejauh ini penyebab sindroma kompartemen yang paling sering adalah cedera,
dimana 45 %kasus terjadi akibat fraktur, dan 80% darinya terjadi di anggota gerak bawah.3

Dalam keadaan kronik, gejala juga timbul akibat aktifitas fisik berulang seperti
berenang, lari ataupun bersepeda sehingga menyebabkan exertional compartment
syndrome. Namun hal ini bukan merupakan keadaan emergensi.4

2.4. Patofisiologi

Fasia merupakan sebuah jaringan yang tidak elastis dan tidak dapat meregang,
sehingga pembengkakan pada fasia dapat meningkatkan tekanan intra-kompartemen dan
menyebabkan penekanan pada pembuluh darah, otot dan saraf. Pembengkakan tersebut
dapat diakibatkan oleh fraktur yang kompleks ataupun cedera jaringan akibat trauma dan
operasi. A ktifitas fisik yang dilakukan secara rutin juga dapat menyebabkan
pembengkakan pada fasia, namun umumnya hanya berlangsung selama aktifitas.5

Patofisiologi sindrom kompartemen mengarah pada suatu ischemic injury. Dimana


struktur intra-kompartemen memiliki batasan tekanan yang dapat ditoleransi. Apabila cairan
bertambah dalam suatu ruang yang tetap, maupun penurunan volume kompartemen
dengan komponen yang tetap, akan mengakibatkan pada peningkatan tekanan dalam
kompartemen tersebut.1

Perfusi pada jaringan ditentukan oleh Tekanan Perfusi Kapiler atau Capillary
Perfusion Pressure (CPP) dikurangi tekanan interstitial. Metabolisme sel yang normal
memerlukan tekanan oksigen 5-7 mmHg. Hal ini dapat berlangsung baik dengan CPP rata-
rata 25 mmHg dan tekanan interstitial 4-6 mmHg. Apabila tekanan intra-kompartemen

5
meningkat, akan mengakibatkan peningkatan tekanan perfusi sebagai respon fisiologis serta
memicu mekanisme autoregulasi yang mengkibatkan ‘cascade of injury’.1

Terdapat tiga teori yang menyebabkan hipoksia pada kompartemen sindrom yaitu,
antara lain:
a. Spasme arteri akibat peningkatan tekanan kompartemen
b. Theori of critical closing pressure.
Hal ini disebabkan oleh diameter pembuluh darah yang kecil dan tekanan mural arteriol
yang tinggi.Tekanan trans mural secara signifikan berbeda (tekanan arteriol-tekanan
jaringan), ini dibutuhkan untuk memelihara patensi aliran darah. Bila tekanan jaringan
meningkat atau tekanan arteriol menurun maka tidak ada lagi perbedaan tekanan.
Kondisi seperti ini dinamakan dengan tercapainya critical closing pressure. Akibat
selanjutnya adalah arteriol akan menutup.
c. Tipisnya dinding vena.
Karena dinding vena itu tipis, maka ketika tekanan jaringan melebihi tekanan vena maka
ia akan kolaps. Akan tetapi bila kemudian darah mengalir secara kontinyu dari
kapiler, maka tekanan vena akan meningkat lagi melebihi tekanan jaringan, sehingga
drainase vena terbentuk kembali. McQueen dan Court-Brown berpendapat bahwa
perbedaan tekanan diastolik dan tekanan kompartemen yang kurang dari 30 mmHg
mempunyai korelasi klinis dengan sindrom kompartemen.2

Sindrom kompartemen menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan


aliran darah kapiler, dan nekrosis jaringan lokal. Peningkatan tekanan jaringan
menyebabkan obstruksi vena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus
menerus menyebabkan tekanan arteriolar intra-muskuler bagian bawah meninggi. Pada titik
ini, tidak ada lagi darah yang akan masuk kekapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke
dalam kompartemen, yang diikuti oleh meningkatnya tekanan dalam kompartemen.3

Perfusi darah melewati kapiler yang terhenti akan menyebabkan hipoksia jaringan.
Hipoksia jaringan akan membebaskan substansi vasoaktif (histamin, serotonin) yang akan
meningkatkan permeabilitas kapiler yang meningkatkan eksudasi cairan dan mengakibatkan
peningkatkan tekanan dan cedera yang lebih hebat. Akibatnya konduksi saraf akan
melemah, pH jaringan akan menurun akibat dari metabolisme anaerobik, dan kerusakan
jaringan sekitar yang hebat. Bila berlanjut, otot-ototakan mengalami nekrosis dan
membebaskan mioglobin. Akhirnya, fungsi ekstremitas akan hilang dan dalam keadaan
terburuk dapat mengancam jiwa.1

Penekanan terhadap saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat.


Metsen mempelihatkan bahwa bila terjadi peningkatan intra-kompartemen, tekanan vena

6
meningkat. Setelah itu, aliran darah melalui kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini
penghantaran oksigen juga akan terhenti, sehingga terjadi hipoksia jaringan (pale). Jika hal
ini terus berlanjut, maka terjadi iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan
kerusakan ireversibel komponen tersebut.1,2

Pada keadaan aktivitas berat yang dilakukan secara rutin, kontraksi otot berulang
dapat meningkatkan tekanan pada komponen intra-muskular. Hal ini disebabkan otot dapat
membesar sekitar 20% selama latihan, dan akan menambah peningkatan dalam tekanan
intra-kompartemen untuk sementara. Sindroma kompartemen kronik terjadi ketika tekanan
kontraksi yang terus-menerus tetap tinggi dan mengganggu aliran darah. Sebaliknya, aliran
arteri selama relaksasi otot akan semakin menurun, dan pasien akan mengalami kram otot.
Bagian yang sering mengalami gejala adalah kompartemen anterior dan lateral dari tungkai
bagian bawah. 2

2.5. Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang terjadi pada sindrom kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu:
1. Pain (nyeri)
Nyeri yang hebat terjadi saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena, ketika ada
trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling penting. Terutama jika
munculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan klinik (pada anak-anak tampak
semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak dari biasanya). Otot yang
tegang pada kompartemen merupakan gejala yang spesifik dan sering.
2. Pallor (pucat), diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daerah tersebut.
3. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi )
4. Parestesia (rasa kesemutan)
5. Paralysis
Merupakan tanda lambat akibat menurunnya sensasi saraf yang berlanjut dengan
hilangnya fungsi bagian yang terkena sindrom kompartemen. Sedangkan pada sindrom
kompartemen akan timbul beberapa gejala khas, antara lain:
a. Nyeri yang timbul saat aktivitas, terutama saat olehraga. Biasanya setelah berlari
atau beraktivitas selama 20 menit.
b. Nyeri bersifat sementara dan akan sembuh setelah beristirahat 15-30 menit.
c. Terjadi kelemahan atau atrofi otot.2

2.6. Diagnosis

Selain melalui gejala dan tanda yang ditimbulkannya, penegakan diagnosa sindrom
kompartemen dilakukan dengan pengukuran tekanan kompartemen. Pengukuran intra-

7
kompartemen dini diperlukan pada pasien-pasien yang tidak sadar, pasien yang tidak
kooperatif seperti anak-anak, pasien yang sulit berkomunikasi dan pasien-pasien dengan
multiple trauma seperti trauma kepala, medulla spinalis atau trauma saraf perifer. Tekanan
kompartemen normalnya adalah 0. Perfusi yang tidak adekuat dan iskemia relatif terjadi
ketika tekanan meningkat antara 10-30 mmHg dari tekanan diastolik dan tidak ada perfusi
yang efektif ketika tekanannya sama dengan tekanan diastolik.2

Pemeriksaan lainnya dapat dilakukan dengan Pulse oximetry sangat membantu


dalam mengidentifikasi hipoperfusi ekstremitas. Namun tidak cukup sensitif untuk
mendiagnosa sindrom kompartemen.3

2.7. Diagnosis Banding

- Selulitis
- Deep Venous Trombosis dan Thrombophlebitis
- Gas Ganggrene
- Necrotizing Fasciitis
- Peripheral Vascular Injuries
- Rhabdomyolis 3

2.8. Penanganan

Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi


neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah dekompresi.
Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yang terbaik, namun beberapa hal seperti
penentuan waktu masih diperdebatkan. Semua ahli bedah setuju bahwa adanya disfungsi
neuromuskular adalah indikasi mutlak untuk melakukan fasciotomi. Penanganan
kompartemen secara umum meliputi:2

1. Terapi non bedah


Pemilihan terapi ini adalah jika diagnosis kompartemen masih dalam bentuk dugaan
sementara. Berbagai bentuk terapi ini meliputi:
d. Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian
kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan aliran
darah dan akan lebih memperberat iskemia
e. Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan pembalut
kontriksi dilepas.
f. Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat
perkembangan sindrom kompartemen.

8
g. Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah.
h. Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakainan manitol dapat
mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler,dengan
memproduksi kembali energi seluler yang normal dan mereduksi selotot yang
nekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas
i. HBO ( Hyperbaric oxygen).
Merupakan pilihan yang logis untuk kompartemen sindrom berkaitan dengan
ischemic injury. HBO memiliki banyak manfaat, antara lain dapat mengurangi
pembengkakan melalui vasokonstriksi oleh oksigen dan mendukung penyembuhan
jaringan. Mekanismenya ialah ketika tekanan perfusi rendah, oksigen dapat diterima
sehingga dapat terjadi penyembuhan jaringan.1,2

2. Terapi Bedah

Fasciotomi dilakukan jika tekanan intra-kompartemen mencapai >30 mmHg. Tujuan


dilakukan tindakan ini adalah menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot. Jika
tekanannya <30 mm Hg maka tungkai cukup diobservasi dengan cermat dan diperiksa lagi
pada jam-jam berikutnya. Kalau keadaan tungkai membaik, evaluasi terus dilakukan hingga
fase berbahaya terlewati. Akan tetapi jika memburuk maka segera lakukan fasciotomi.
Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah 6 jam. Terdapat dua teknik dalam
fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal dan insisi ganda .Insisi ganda pada tungkai bawah
paling sering digunakan karena lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi tunggal
membutuhkan diseksi yang lebih luas dan resiko kerusakan arteri dan vena peroneal.1,2

2.9. Prognosis

Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat, umumnya menberikan hasil yang
baik. Namun umumnya prognosis ditentukan oleh trauma penyebab. Diagnosis yang
terlambat dapat menyababkan kerusakan saraf yang permanen serta malfungsi dari otot
yang terlibat. Hal ini sering terjadi pada penderita dengan penurunan kesadaran atau
dengan pemberian sedasi yang menyebabkan penderita tidak mengeluhkan nyeri. Umunya
kerusakan permanen dapat timbul setelah 12-24 jam setelah terjadi kompresi.5

2.10. Komplikasi

Sindrom kompartemen jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera, akan


menimbulkan berbagai komplikasi antara lain:

9
1. Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen.
2. Kontraktur volkman, merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh terlambatnya
penanganan sindrom kompartemen sehingga timbul deformitas pada tangan, jari, dan
pergelangan tangan karena adanya trauma pada lengan bawah.
3. Trauma vascular
4. Gagal ginjal akut
5. Sepsis
6. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)2,3

10
BAB III

KESIMPULAN

 Sindrom kompartemen adalah sebuah kondisi emergensi yang mengancam anggota


tubuh dan jiwa yang paling sering terjadi pada daerah tungkai bawah.
 Penyebab sindroma kompartemen yang paling sering adalah cedera, dimana 45%
kasus terjadi akibat fraktur, dan 80% darinya terjadi di anggota gerak bawah.
 Gejala klinis yang terjadi pada sindrom kompartemen dikenal dengan 5-P yaitu:
Pain (nyeri) , Pallor (pucat), Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi),
Parestesia (rasa kesemutan), Paralysis.
 Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi
neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah
dekompresi dan dilakukan jika tekanan intra-kompartemen mencapai >30 mmHg.
 Prognosis ditentukan oleh trauma penyebab. Diagnosis dan pengobatan yang tepat,
umumnya menberikan hasil yang baik dan diagnosis yang terlambat dapat
menyababkan kerusakan saraf yang permanen serta malfungsi dari otot yang
terlibat.
 Hal yang paling penting bagi seorang dokter adalah untuk selalu waspada ketika
berhadapan dengan keluhan nyeri pada ekstremitas. Konsekuensi dari terlewatnya
pemeriksaan dapat meningkatkan tekanan intra-kompartemen.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Paula, Richard. 2009. Compartment Syndrome in Emergency Medicine. Diunduh dari:


http://emedicine.medscape.com/article/828456-overview [Access on July, 16th 2011]

2. Syilvianti. 2010. Sindrom Kompartemen. Diunduh dari:


http://en.netlog.com/syilvianti/blog/blogid=3756199 [Access on July, 16th 2011]

3. Abukalyadi. 2010. Sindrom Kompartemen. Diunduh dari:


http://www.scribd.com/doc/44029028/sindrom-kompartemen [Access on July, 16th 2011]

4. American Acedemy of Orthopaedic Surgeons. 2009. Compartement Syndrome. Diunduh


dari: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00204 [Access on July, 16th 2011]

5. Medlineplus. 2011. Compartement Syndrome. Diunduh dari:


th
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001224.htm [Access on July, 16 2011]

12

Anda mungkin juga menyukai