Anda di halaman 1dari 102

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA

TN. G DENGAN INTERVENSI PEMBERIAN TERAPI


BAWANG PUTIH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH DI WILAYAH KELURAHAN CIPETE
KOTA TANGERANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


DISUSUN OLEH

Rochani Ambarwati., S.Kep


2021107067

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMC BINTARO


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TANGERANG SELATAN
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA


TN. G DENGAN INTERVENSI PEMBERIAN TERAPI
BAWANG PUTIH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH DI WILAYAH KELURAHAN CIPETE
KOTA TANGERANG

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini telah disetujui dan di periksa oleh
pembimbing dan Tim Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Ichsan Medical Centre Bintaro.

Tangerang Selatan, Agustus 2022


Menyetujui pembimbing

Oom Komalasari, M.Kep

Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKES IMC Bintaro

Ns. Dyah Juliastuti, M.Kep, Sp. Mat, PhD

i
LEMBAR PENGESAHAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Akhir Ners (KIA-N)
dengan judul :

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA


TN. G DENGAN INTERVENSI PEMBERIAN TERAPI
BAWANG PUTIH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH DI WILAYAH KELURAHAN CIPETE
KOTA TANGERANG

Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan


pada Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro. Karya
Tulis Akhir Ners (KIA-N) ini sudah melewati proses bimbingan, diperiksa dan
disetujui sebagai KIA-N pada Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan IMC Bintaro

Tangerang Selatan, Agustus 2022

Menyetujui

Mengetahui Mengetahui
Penguji Pembimbing

Ns. Dyah Juliastuti, M.Kep, Sp. Mat, PhD Oom Komalasari, M.Kep

Mengetahui Mengesahkan
Ketua Program Studi Ners Ketua STIKes IMC Bintaro
STIKES IMC Bintaro

Ns. Dyah Juliastuti, M.Kep, Sp. Mat, PhD Jefri M H, S.H, M.M, CLA, Med

ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
Karya Tulis Akhir Ners ini , saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai
peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro.

Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro kepada saya.

Tangerang Selatan, Agustus 2022

Rochani Ambarwati., S.Kep


NPM 2021107067

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS AKHIR NERS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Akhir Ners dengan
judul :

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA


TN. G DENGAN INTERVENSI PEMBERIAN TERAPI
BAWANG PUTIH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH DI WILAYAH KELURAHAN CIPETE
KOTA TANGERANG

Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan


pada Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC BINTARO, sejauh
yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari karya tulis akhir
ners yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar
profesi ners di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC BINTARO
maupun diperguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Tangerang Selatan, Agustus 2022

Rochani Ambarwati., S.Kep


NPM 2021107067

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rochani Ambarwati., S.Kep

NPM : 2021107067

Program Studi : Ners

STIKes : Ichsan Medical Centre (IMC) Bintaro

Jenis Karya : Karya Tulis Akhir Ners (KIA-N)

Dengan ini menyetujui untuk memberikan izin kepada pihak STIKes IMC Bintaro
Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exlusve Royalty-Free Right) atas
karya tulis akhir ners saya yang berjudul :

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA


TN. G DENGAN INTERVENSI PEMBERIAN TERAPI
BAWANG PUTIH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH DI WILAYAH KELURAHAN CIPETE
KOTA TANGERANG

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), STIKes IMC Bintaro berhak
menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan dan menampilkan atau mempublikasikan di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Tangerang Selatan, Agustus 2022

Rochani Ambarwati., S.Kep


NPM 2021107067

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir Ners
(KIA-N) dengan judul “Aplikasi Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Tn. G
Dengan Intervensi Pemberian Terapi Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Di Wilayah Kelurahan Cipete Kota Tangerang”.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir yang merupakan salah
satu syarat didalam menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners di STIKes IMC
Bintaro.
Selama dalam penyusunan KIA-N ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan serta dukungan moril dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
penulis dedikasikan dan menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Ani Yuliani selaku Pembina Yayasan Ichsan Medical Center Bintaro.
2. Bapak Jefri selaku ketua yayasan Ichsan Medical Center Bintaro
3. Bapak Dr. H. Rahmat Salam, M.Si selaku wakil ketua umum STIKes IMC
Bintaro.

4. Bapak Yusuf Setiady, SE selaku wakil ketua 2 STIKes IMC Bintaro’


5. Ibu Rahayu Tri Utami, S.Sos, M.Si selaku wakil ketua 3 STIKes IMC Bintaro

6. Ibu Oom Komalasari, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah


memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan KIA-N ini.
7. Ibu Ns. Dyah Juliastuti, M.Kep, Sp. Mat, PhD selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners STIKes IMC Bintaro.
8. Ibu Oryza Intan Suri selaku ketua program studi S1 Keperawatan STIKes IMC
Bintaro
9. Ibu Ns. Royani, M.Kep, selaku Wakil Ketua I STIKes IMC Bintaro.
10. Seluruh dosen pengajar tetap maupun luar, karyawan dan staff STIKes IMC
Bintaro, khususnya Program Studi Profesi Ners yang telah memberikan
bantuan dan informasi pada peneliti dalam penyusunan KIA-N ini.

vi
11. Seluruh keluargaku atas perhatian, kasih sayang, motivasi, serta do’a yang
senantiasa mengiringi langkah penulis dalam menyelesaikan KIA-N ini.
12. Teman-teman ekstensi program studi profesi NERS 2020-2022 atas
dukungan dan motivasinya.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan KIA-N.
Penulis sangat menyadari di dalam penyusunan KIA-N ini masih terdapat
kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik membangun untuk menyempurnakan penyusunan KIA-N ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta
membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
KIA-N ini. Akhir kata, semoga KIA-N ini bermanfaat bagi peneliti khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.

Tangerang Selatan, Agustus 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Contents
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME..........................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS AKHIR NERS........................................iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS...........................................................................................v

KATA PENGANTAR........................................................................................................vi

DAFTAR ISI.....................................................................................................................viii

DAFTAR TABEL..............................................................................................................xii

BAB I...................................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan......................................................................................................4

1. Tujuan Umum......................................................................................................4

2. Tujuan Khusus.....................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian....................................................................................................5

BAB II..................................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................6

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga........................................................6

1. Definisi Keperawatan Keluarga...........................................................................6

2. Definisi Keluarga.................................................................................................6

3. Tipe / Bentuk Keluarga........................................................................................6

4. Struktur Keluarga.................................................................................................7

5. Peran Keluarga.....................................................................................................8

6. Fungsi Keluarga...................................................................................................9

viii
7. Tahapan dan tugas perkembangan keluarga.......................................................10

8. Tiga tugas keluarga dalam bidang kesehatan (Setiadi, 2008)............................13

9. Konsep dasar Keperawatan Keluarga................................................................14

c. Intervensi Keperawatan......................................................................................21

B. Konsep Dasar Hipertensi........................................................................................28

1. Definisi Hipertensi.............................................................................................28

2. Etiologi...............................................................................................................28

3. Faktor Risiko......................................................................................................30

4. Patofisiologi........................................................................................................32

5. Tanda dan Gejala................................................................................................33

6. Komplikasi.........................................................................................................33

C. Konsep Dasar Bawang putih..................................................................................38

1. Definisi Bawang Putih.......................................................................................38

2. Komposisi Kimia Bawang Putih........................................................................40

3. Manfaat Bawang Putih.......................................................................................41

D. Penelitian terkait.....................................................................................................42

1. Ida Untari (2010)................................................................................................42

2. Abdi Iswahyudi Yasril (2020)............................................................................43

4. Ulvi Susanti, Ratna Kurniawati (2020)..............................................................44

5. Widyastuti Widyastuti dan Fithrina Yudha Utama (2019)................................44

BAB III...............................................................................................................................46

TINJAUAN KASUS..........................................................................................................46

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA...........................................46

A. Pengkajian..............................................................................................................46

1. Data Umum........................................................................................................46

2. Susunan Anggota Keluarga................................................................................46

3. Kebutuhan Dalam Hidup Sehari-Hari................................................................48

4. Istirahat dan Tidur..............................................................................................49

ix
5. Aktifitas Olahraga..............................................................................................49

6. Status Sosial Ekonomi........................................................................................49

9. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga....................................................50

10. Data Lingkungan.................................................................................................50

11. Pengolahan Sampah............................................................................................51

12. Pembuangan Limbah..........................................................................................52

13. Karakteristik Tetangga dan Komunitasnya.........................................................52

14. Mobilitas Geografis Keluarga.............................................................................52

15. Hubungan Keluarga dengan Masyarakat............................................................52

16. Struktur Keluarga................................................................................................53

17. Nilai atau Norma Keluarga.................................................................................53

18. Pola Komunikasi Keluarga..................................................................................53

19. Struktur Kekuatan Keluarga.................................................................................54

20. Fungsi Keluarga...................................................................................................54

21. Fungsi Pemenuhan (perawatan/ pemeliharaan ) Kesehatan.................................54

22. Fungsi Religius Keluarga....................................................................................55

23. Fungsi Reproduksi...............................................................................................55

24. Fungsi Afeksi......................................................................................................55

25. Stress dan koping Keluarga................................................................................55

B. Pengkajian Khusus ( Format Terlampir )...............................................................57

1. Status fungsional (Katz Indeks ), modifikasi.....................................................57

2. Apgar Score keluarga.........................................................................................58

C. Analisa Data...........................................................................................................59

D. Prioritas Masalah Dalam Keluarga........................................................................61

E. Diagnosa Kperawatan.............................................................................................61

F. Intervensi Keperawatan..........................................................................................62

G. Implementasi dan Evaluasi.....................................................................................66

BAB IV.............................................................................................................................75

x
PEMBAHASAN................................................................................................................75

A. Analisis masalah keperawatan dengan Konsep kasus terkait.................................75

B. Masalah utama.......................................................................................................77

C. Analisa salah satu intervensi keperawatan dengan konsep penelitian terkait........77

D. Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan..........................................................78

BAB V................................................................................................................................80

PENUTUP..........................................................................................................................80

A. Kesimpulan.............................................................................................................80

B. Saran.......................................................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................82

LAMPIRAN......................................................................................................................I

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Pengkajian APGAR Keluarga (Tabel APGAR Keluarga)....................19


Tabel 2. 2 Indeks Massa Tubuh (IMT) Supariasa et al, 2012................................31
Tabel 2. 3 Kandungan gizi pada bawang putih......................................................41
Tabel 3. 1 Susunan anggota Keluarga....................................................................46
Tabel 3. 2 Jenis Makanan dan persediaan makanan di Rumah Klien...................48
Tabel 3. 3 Pengkajian Status Fungsional...............................................................57
Tabel 3. 4 Afgar Score Keluarga............................................................................58
Tabel 3. 5 Analisa Data.........................................................................................59
Tabel 3. 6 Prioritas Masalah Dalam Keluarga......................................................61
Tabel 3. 7 Intervensi Keperawatan........................................................................62
Tabel 3. 8 Implementasi dan Evaluasi..................................................................66
Tabel 4. 1 Hasil Tekanan Darah Tn. G.................................................................78

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009, keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami istri, atau suami, istri
adan anaknya, atau ayah dengan anak (duda) atau ibu dengan anaknya
(janda). merupakan salah satu penyakit degeneratif, umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Resiko untuk
menderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya
pra hipertensi sebelum mereka didiagnosis hipertensi terjadi pada umur
diantara dekade ketiga dan dekade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun,
laki- laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan dari umur
55-74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang
menderita hipertensi.

Di kawasan Asia Tenggara, negara Indonesia merupakan negara


dengan prevalensi hipertensi terbanyak nomor dua setelah Myanmar sebesar
41% (World Health Organization, 2013). Hasil penelitian dari Badan
Litbangkes Kemenkes, stroke menyebabkan kematian sebesar 17,7% dan
Ischaemic Heart Disease menyebabkan kematian sebesar 10,0%. Soulmate
factor dari dua penyakit tersebut adalah hipertensi. Berdasarkan data dari
Riskesdas tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8% yang
didapat melalui pengukuran pada usia ≥18 tahun. Adapun kota yang memiliki
prevalensi hipertensi di kota Indonesia tertinggi yaitu di Bangka Belitung
(30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa
Barat (29,4%) (Riskesdas, 2013). Sementara itu, data dari Riskesdas tahun
2018, prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran
pada usia
≥ 18 tahun naik menjadi 34,1 persen, di mana prevalansi tertinggi terjadi di
Kalimantan Selatan sebesar 44,1% dan terendah di Papua sebesar 22,2%
(Riskesdas, 2018).

DKI Jakarta merupakan ibukota Indonesia dengan kepadatan penduduk

1
tertinggi di Indonesia dengan nilai 15.328 jiwa/km (Badan Pusat Statistik,
2015). Seiring dengan padatnya penduduk, resiko terjadinya hipertensi dapat
mengalami peningkatan. Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2013 dan
2018, prevalensi hipertensi di Provinsi DKI Jakarta meningkat dari 25%
menjadi 34,1% (Riskesdas, 2018), berdasarkan data Dinas Kesehatan kota
Banten penderita hipertensi di kota banten tahun 2018-2020 yaitu 10.652
dengan jumlah kepadatan 12.041 jiwa/km.
Melihat potensi dikalangan masyarakat umum, bawang putih sudah
lazim dikonsumsi untuk sekedar pelengkap hidangan dan juga dapat
dimanfaatkan untuk akternative pengobatan penurunan tekanan darah, maka
penulis ingin mengaplikasikan seberapa besar pengaruh bawang putih dalam
penurunan tekanan darah. Aplikasi ini bertujuan untuk mengidentifikasikan
penurunan tekanan darah yang ditimbulkan oleh pemberian bawang putih.
Tekanan darah tinggi (Hipertensi) merupakan salah satu faktor resiko
terpenting yang dapat mengakibatkan penyakit cerebrovaskuler, gagal
jantung congestive, stroke, penyakit jantung koroner dan penyakit ginjal yang
memiliki angka morbiditas dan mortalitas tinggi. Obat anti hipertensi telah
lama terbukti efektif digunakan untuk mengontrol tekanan darah, akan tetapi
sumber daya alam nabati juga memiliki peranan yang penting dan dapat
dimanfaatkan untuk mengontrol tekanan darah antara lain buah-buahan,
sayur-sayuran yang tinggi serat mineral serta rempah-rempah khas Indonesia,
salah satunya adalah bawang putih (Wulandari, 2011) dalam Prakoso (2014).
Penyakit hipertensi sifatnya menahun terapi herbal mengalami
peningkatan peminat yaitu salah satunya adalah manfaat bawang putih
terhadap penurunan tekanan darah yang dilakukan selama tujuh hari dengan
frekuensi konsumsi dua kali sehari terhadap pasien hipertensi rawat jalan,
dilaporkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah setelah mengkonsumsi
bawang putih dengan tetap mengkonsumsi obat antihipertensi selama
perlakuan. Bawang putih merupakan bahan alam yang sering digunakan
sebagai alternatif pengobatan darah tinggi atau hipertensi. Bawang putih
mempunyai sifat antibakterial, antijamur, mengobati gastritis, dan mampu
untuk menurunkan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh. Menurut riset,

2
bawang putih dapat menurunkan hipertensi hingga 7-8%. Kandungan zat
allicin dalam bawang putih yang telah dihaluskan berkhasiat untuk
menghancurkan darah beku dalam arteri dan mengurangi gejala darah tinggi.
Selain itu, di dalam bawang putih terdapat zat aliin yang dapat mengaktifkan
pertumbuhan sel-sel baru dan mencegah penyakit degeneratif. Biarpun aroma
bawang putih menyengat dan rasanya panas di lidah, banyak orang
mengonsumsinya dalam kondisi mentah untuk mengatasi hipertensi.
(Wulandari, 2011) dalam Prakoso (2014).
Berdasarkan hasil pemberian bawang putih pada responden dengan
hipertensi didapatkan adanya perbedaan antara pasien Tn. G yaitu tekanan
darah pada Tn. G sebelum makan bawang putih adalah TD 150/120 mmhg
dan setelah makan bawang putih menjadi 140/100 mmhg pada hari pertama,
dan hari ketiga turun menjadi 130/80 mmhg. Saat diberikan bawang putih dan
tidak tetap mengkonsumsi obat farmakologi. Tn. G adalah TD 140/100 mmhg
dan setelah makan bawang putih menjadi 130/90 mmhg pada hari pertama,
dan hari ketiga turun menjadi, 130/80 mmhg. Hipertensi merupakan faktor
resiko utama banyak penyakit kardiovaskuler, faktor resiko terjadinya
hipertensi meliputi, obesitas, diabetes, usia lanjut, pengunaan pil KB,
konsumsi alkohol yang berlebihan (Tao & Kendall , 2014).
Berdasarkan fenomena tersebut dan disertai dengan data-data peneliti
sebelumnya yang berhasil membuktikan pengaruh bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, maka penulis tertarik
untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut dengan judul “Aplikasi
Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Tn.G Dengan Intervensi
Pemberian Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Di
Wilayah Cipete Pinang Tangerang”.
Berdasarkan hasil penelitian dengan mengunakan bawang putih pada
responden dengan hipertensi didapatkan adanya perbedaan antara pasien Tn.
G dan Tn.H yaitu. Tekanan darah pada Tn. G sebelum makan bawang putih
adalah TD 150/120 mmhg dan setelah minum jus turun menjadi 140/100
mmhg pada hari pertama, dan hari ketiga turun menjadi 130/80 mmhg. Pada
Tn. H tekanan darah tinggi juga disebabkan karena faktor pola makan
dan pola

3
istirahat. Saat diberikan makan bawang putih dan tidak mengkomsumsi obat
farmakologi. Tn. H adalah TD 140/100 mmhg dan setelah makan bawang
putih turun menjadi 130/90 mmhg pada hari pertama, dan hari ketiga turun
menjadi 130/80 mmhg. Hipertensi merupakan faktor resiko utama banyak
penyakit kardiovaskuler, faktor resiko terjadinya hipertensi meliputi, obesitas,
diabetes, usia lanjut, pengunaan pil kb, konsumsi alkohol yang berlebihan
(Tao & Kendall, 2014).
Berdasarkan fenomena tersebut dan disertai dengan data-data peneliti
sebelumnya yang berhasil membuktikan pengaruh bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, maka penulis tertarik
untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut dengan judul “Aplikasi
Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Tn.G Dengan Intervensi
Pemberian Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Di
Wilayah Cipete Pinang Tangerang”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah “Aplikasi Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Tn.G
Dengan Intervensi Pemberian bawang putih Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada pasien Di Wilayah Cipete Pinang Tangerang”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan hipertensi.
b. Membuat masalah / diagnosa keperawatan pada pasien dengan
hipertensi.
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
d. Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
Mengaplikasikan terapi komplementer bawang putih pada pasien
dengan hipertensi.

4
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi Klien dan Keluarga
a. Diharapkan penerapan aplikasi ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan klien yang menderita hipertensi serta keluarganya dalam
memberikan Asuhan Keperawatan Hipertensi Dengan Intervensi
Pemberian bawang putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah.
b. Dapat megurangi tekanan darah klien secara terus-menerus dengan
mengkonsumsi bawang putih setiap hari.
2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan mahasiswi dalam
memberikan aplikasi asuhan keperawatan hypertensi dengan intervensi
pemberian bawang putih terhadap penurunan tekanan darah serta dapat
menambah referensi terapi komplementer.
3. Manfaat bagi penulis
Dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis
dalam aplikasi asuhan keperawatan hipertensi dengan intervensi pemberian
bawang putih terhadap penurunan tekanan darah.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Definisi Keperawatan Keluarga
Asuhan Keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia (KDM), dengan menggunakan metodologi
proses keperawatan dan berpedoman pada standar keperawatan,dilandasi
kode etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung
jawab keperawatan. (DPP PPNI, 1999).
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang
menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan
melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010).
2. Definisi Keluarga
a. Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.(WHO,
1969).
b. Keluarga merupakan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi
dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan
emosional dan social dari individu-individu yang ada didalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai
tujuan bersama (Friedman, 1998).
3. Tipe / Bentuk Keluarga
Menurut Allender dan Spradley (2001), membagi tipe keluarga
berdasarkan:
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family) yaituy keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak kandung atau anak angkat.

6
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, paman dan bibi.
3) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiir dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
5) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa saja.
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
2) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
4) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah e) Pasanagan
yang memiliki anak tanpa menikah
5) Pasangan kumpul kebo ; pasangan yang hidup bersama tanpa
menikah.
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-
macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

7
beberapa generasi diamana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matriloka
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilocal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
5. Peran Keluarga
Peran adalah sesuatu yang di harapkan secara normative dari seorang
dalam situasi social tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan.Peran
keluarga adalah tingkah laku spesifik yang di harapkan oleh seseorang
dalam konteks keluarga. Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal
5 menyebutkan “setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan
lingkungan”. Setiap keluarga memiliki peran masing-masing antara lain :

a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah,pendidik,pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap
anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan
keluarga dan juga sebagai anggoota masyarakat kelompok sosial
tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan
fisik, mental, social, dan spiritual.

8
6. Fungsi Keluarga
Keberadaan keluarga pada umumnya adalah untuk memenuhi
fungsi-fungsi keluarga.Fungsi keluarga, berbeda sesuai dengan sudut
pandang terhadap keluarga.Akan tetapi, dari sudut kesehatan keluarga yang
sering digunakan adalah fungsi keluarga, yang disusun oleh Friedman.
Berikut ini beberapa fungsi keluarga, UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21
tahun 1994, Friedman dan Effendy.
Menurut , UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994 fungsi keluarga :
a. Fungsi keagamaan
1) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup
seluruh anggota keluarga.
2) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam
pengalaman dari ajaran agama, menerjemahkan agama ke dalam
tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga.
b. Fungsi budaya
1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan
norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin di
pertahankan
2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring
norma dan budaya asing yang tidak sesuai.
c. Fungsi cinta kasih
1) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar
anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal
2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota
keluarga secara kuantitatif dan kualitatif.
d. Fungsi perlindungan
1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa
tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang dating dari luar.
e. Fungsi reproduksi
Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi

9
sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
f. Fungsi sosialiasi
1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama
2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai pusat tampak anak dapat mecari pemecahan dari berbagai
konflik.
g. Fungsi ekonomi
Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan
keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan
kehidupan keluarga - Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi
keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran keluarga.

Menurut Friedman (1998), Secara umum fungsi keluarga adalah :

a. Fungsi afektif
Fungsi keluarga keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.
c. Fungsi ekonomi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.

7. Tahapan dan tugas perkembangan keluarga


Sebagaimana tertulis dalam buku Suprajitmo 2008 menurut Duvall
(1985) keluarga dibagi menjadi delapan tahap perkembangan yaitu:

a. Keluarga baru (berganning family).

10
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan


2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain teman dan kelompok sosial
4) Mendiskusikan rencanamemiliki anak atau KB
5) Persiapan menjadi orangtua
6) Memahami prenatal care (pengertian, persalinan, dan menjadi
orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan
krisis keluarga, tugas perkembangan tahap ini antara lain adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab.
4) Bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB postpartum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya/dana child bearing.
8) Memfasilitasi rol learing anggota keluarga i) Mengadakan kebiasaan
keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan anak prasekolah
Tugas perkembangan adalah menyelesaikan pada kebutuhan pada anak
pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang proses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga
2) Membantu anak bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir
4) Mempertahankan hubungan didalam maupun diluar keluarga
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
6) Pembagian tanggung jawab

11
7) Merencanakan kegiatan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Keluarga dan anak dengan usia sekolah (6-13th) Tugas perkembangan


keluarga:
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah,
dan lingkungan lebih luas
2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
3) Menyediakan aktifitas untuk anak
4) Menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikuti sertakan
anak
5) Memenuhi dan kesehatan anggota keluarga

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20th) tugas perkembangan keluarga


pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan tanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
yang dewasa mulai memiliki otonomi.
2) Memelihara komunikasi terbuka.
3) Memelihara hubungan intim keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada dalam keluarga berperan sebagai suami, istri, kakek,
nenek.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Memelihara keluarga intim dalam keluarga
3) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga baru dimasyarakat.
4) Mempersiapkan anak hidup mandiri dan menerima kepergian anak

12
5) Menata kembali fasilitas sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan suami istri kakek nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya
g. Keluarga usia pertengahan (midle age family) Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengelolah
minat sosial dan waktu santai.
2) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakraban dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontrak dengan anak keluarga.
5) Persiapan masa tua atau pensiun.
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah :
1) Penyelesaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakrapan pasangan dan saling merawat.

8. Tiga tugas keluarga dalam bidang kesehatan (Setiadi, 2008) :


a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan seberapah besar perubahannya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
mengambil keputusan untuk menentukan tindakan keluarga agar
masalah kesehatan dapat dikurangi atau teratasi.
c. Memberi keperawatan anggotanya yang masih sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.

13
9. Konsep dasar Keperawatan Keluarga
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan,
mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk
mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga. Oleh karena itu
perawat keluarga diharapkan memahami betul lingkup, metode, alat
bantu dan format.
Pengkajian yang digunakan.
1) Wawancara berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik
aspek fisik,mental, social-budaya,ekonomi,lingkungan
2) Observasi ; pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan
karna dianggap cukup dengan pengamatan saja.
3) Data sekunder ; studi yang berkaitan dengan perkembangan
kesehatan diantaranya kartu keluarga dan catatan kesehatan lainnya.
4) Pemeriksaan fisik ; dilakukan terhadap seseorang yang mempunyai
masalah kesehatan yang berkaitan dengan fisik.
Hal-hal yang perlu di kaji dalam keluarga penjajakan :
1) Data umum : data yang mencakup nama, umur, jenis kelamin,
agama,hubungan dengan kk, pendidikan, pekerjaan, keterangan :
Laki-laki atau perempuan, meninggal atau pasien dan garis
keturunannya.
2) Tipe keluarga
3) Suku bangsa
a) Asal suku bangsa keluarga
b) Bahasa yang di pakai keluarga
c) Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat
mempengaruhi kesehatan
4) Agama
a) Agama yang dianut keluarga
b) Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
5) Status sosial ekonomi keluarga
a) Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga

14
b) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
c) Tabungan khusus kesehatan
6) Aktifitas rekreasi keluarga
7) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak
tertua)
b) Tahap perkambangan keluarga yang belum terpenuhi
8) Riwayat keluarga inti
a) Riwayat terbentuknya keluarga inti\
b) Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit
menular atau penyakit menular di keluarga)
9) Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri)
a) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular dikeluarga
b) Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
10) Lingkungan
a) Karakteristik rumah
(1) Ukuran rumah (luas rumah)
(2) Kondisi dalam dan luar rumah
(3) Kebersihan rumah
(4) Ventilasi rumah
(5) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
(6) Air bersih
(7) Pengelolaan sampah
(8) Kepemilikan rumah
(9) Kamar mandi/wc
(10) Denah Rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal:
(1) Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja
(2) Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
(3) Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan
c) Mobilitias geografis keluiarga
(1) Apakah keluarga sering pindah rumah

15
(2) Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah
menyebabkan stress).
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
(1) Perkumpulan/organisasi social yang diikuti oleh anggota
keluarga
(2) Digambarkan dalam ecomap
e) Sistem pendukung keluarga
Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami
masalah.
11) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
(1) Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga
(2) Cara keluarga memecahkan masalah
b) Struktur kekuatan keluarga
(1) Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalaman
masalah
(2) Power yang dilakukan keluarga
c) Struktur peran (formal dan informal) Peran seluruh anggota
keluarga
d) Nilai dan norma keluarga
12) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
(1) Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih
sayang
(2) Perasaan saling memiliki
(3) Dukungan terhadap anggota keluarga
(4) Saling menghargai, kehangatan
b) Fungsi sosialisasi
(1) Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia
luar
(2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga
c) Fungsi perawatan kesehatan

16
(1) Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan
hanya kalau sakit diapakan tetapi bagaimana prevensi/promosi)
(2) Bila ditemui data maladaptif, langsung lakukan penjajakan tahap
II (berdasar tugas keluarga seperti Bagaimana keluarga
mengenal masalah, Mengambil keputusan, Merawat anggota
keluarga, Memodifikasi lingkungan dan Memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan)
13) Stress dan Koping keluarga
a) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta
kekuatan keluarga
b) Respon keluarga terhadap stress
c) Strategi koping keluarga
d) Strategi adaptasi yang disfungsional : adakah cara keluarga
mengatasi masalah secara maladaptive
14) Pemeriksaan fisik (head to toe)
a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c) Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata,
mulut, THT, Leher, Thorax, abdomen, ekstermitas atas dan
bawah, sistem genital.
d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
15) Harapan keluarga
a) Terhadap masalah kesehatan keluarga
b) Terhadap petugas kesehatan yang ada
16) Kesehatan keluarga menjelaskan tentang jenis rumah pasien, fasilitas
yang ada di keluarga serta denah rumah.
17) Pengelolaan sampah menjelaskan tentang bagaimana keluarga dalam
pengelolaan sampah di rumahnya
18) Sumber air menjelaskan tentang jenis air yang di gunakan
19) Fasilitas sosial dan kesehatan menjelaskan sosial yang ada pada
pasien dan bagaimana pasien memanfaatkan fasilitas tersebut untuk
kesehatan.

17
Hal-hal yang ada dalam Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya
pengumpulan data-data yang berkaitan dengan nutria pada keluarga
dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan
diagnosa keperawatan keluarga.
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi:
(1) Persepsi terhadap keparahan penyakit
(2) Pengertian
(3) Tanda dan gejala
(4) Faktor penyebab
(5) Persepsi keluarga terhadap masalah
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:
(1) Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah
(2) Masalah dirasakan keluarga
(3) Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami
(4) Sikap negative terhadap masalah kesehatan
(5) Kurang percaya tehadap tenaga kesehatan
(6) Informasi yang salah
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
meliputi:
(1) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
(2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
(3) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
(4) Sikap keluarga terhadap yang sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi:
(1) Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan
(2) Pentingnya hygiene sanitasi
(3) Upaya pencegahan penyakit
e) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga,
meliputi:
(1) Keberadaan fasilitas kesehatan

18
(2) Keuntungan yang didapat
(3) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
(4) Pengalaman keluarga yang kurang baik
(5) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga Setelah
dilakukan skoring menggunakan skala prioritas, maka
didapatkan diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan
NANDA (2015) dengan etiologi menurut Friedman (2010)
sesuai dengan prioritas masalah.

Tabel 2. 1 Pengkajian APGAR Keluarga (Tabel APGAR Keluarga)

No Item Penilaian Selalu Kadang- Tidak


kadang Pernah
(2) (1) (0)
1 A : adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman-teman) saya untuk membantu apa
bila saya mengalami
kesulitan (adaptasi)
2 P : Partner ship
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dan
mengungkapkan
masalah dengan saya (hubungan
3 G : Growth
Saya puas bahwa keluarga (teman-
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk
melakukan aktivitas (partum buhan)
4 A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi saya seperti,
marah
sedih, atau mencintai
5 R : Resolve
Saya puas dengan cara teman dan
keluarga saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama
mengekspresikan afek dan berespon

19
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
individu, keluarga atau masyarakat melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan keperawatan dimana perawat bertanggung jawab
untuk melaksanakannya.
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari pengkajian
terhadap masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan
keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, koping keluarga bersifat
actual, resiko, maupun potensial.
Diagnosa keperawatan ditegakkan dengan menggunakan PES
(problem, etiologi, sign).
1) Masalah problem merupakan suatu peryataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami keluarga maupun anggota
keluarga.
2) Penyebab (etiologi) merupakan suatu peryataan yang dapat
menyebabkan masalah.
3) Sign/pemeriksaan fisik di dapatkan dari keluarga secara langsung
maupun tidak langsung.
Diagnosa keperawatan keluarga di susun berdasarkan jenis diagnosis
seperti berikut :
1) Diagnosa aktual dari hasil pengkajian di dapatkan data mengenai
tanda dan gejala dari gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan
yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera di
tangani dengan cepat, hanya terdiri dari komponen problem (P) atau
P (problem) dan S (symptom/sign), tanpa komponen etiologi (E).
2) Diagnosa resiko tinggi/ancaman kesehatan sudah ada data yang
menunjang namun belum ada gangguan tetapi tanda tersebut dapat
menjadi masalah actual apabila tidak segera mendapatkan bantuan
pemecahan dari tim kesehatan, perumusan diagnosis keperawatan
keluarga resiko tinggi/ancaman terdiri problem (P) etiologi (E) dan S

20
(symptom/sign).
3) Diagnosa potensial suatu keadaan keluarga dalam keadaan sejahtera
tidak mencakup factor-faktor yang berhubungan dengan perawat
dapat memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat di
tingkatkan ke arah yang lebih baik dengan di dukung oleh
perumusan diagnosis keperawatan keluarga terdiri problem (P)
etiologi (E) dan S (symptom/sign).
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik,
edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018).
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis : iskemia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
nyeri menurun
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)
(a) Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2.
(b) Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang.
(c) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238).
(a) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri
(b) Identifikasi skala nyeri
(c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
(d) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis: akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik
imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin)
(e) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu

21
ruangan, pencahaya an,kebisingan)
(f) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
(g) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
(h) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi
perifer meningkat
Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)
(a) Nadi perifer teraba kuat
(b) Akral teraba hangat
(c) Warna kulit tidak pucat
Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )
(a) Memonitor tekanan darah
(b) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
(c) Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
(d) Memonitor suhu tubuh
(e) Memonitor oksimetri nadi
(f) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
(g) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
(h) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

3) Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan meningkat.
Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)
(a) Terbebas dari edema
(b) Haluaran urin meningkat
(c) Mampu mengontrol asupan cairan
Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)
(a) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea,
edema, JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan)

22
(b) Monitor intake dan output cairan
(c) Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik,
hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
(d) Batasi asupan cairan dan garam
(e) Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
(f) Ajarkan cara membatasi cairan
(g) Kolaborasi pemberian diuretic

4) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
toleransi aktivitas meningkat.
Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)
(a) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
(b) Pasien mampu berpindah tanpa bantuan
(c) pasien mengatakan keluhan lemah berkurang
Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)
(a) Monitor kelelahan fisik dan emosional
(b) Monitor pola dan jam tidur
(c) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis:
cahaya, suara, kunjungan)
(d) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
(e) Anjurkan tirah baring
(f) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
(g) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
(h) meningkatkan asupan makanan

5) Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat
Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111)
(a) Pasien melakukan sesuai anjuran.
(b) Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang

23
disampaikan
(c) Pasien mengajukan pertanyaan
Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan ( I.12383)
(a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
(b) Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
(c) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
(d) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(e) Berikan kesempatan untuk bertanya
(f) Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
(g) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
(h) Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

6) Ansietas b.d kurang terpapar informasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
ansietas menurun
Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)
(a) Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
(b) Pasien tampak tenang
(c) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
Rencana Tindakan : Reduksi ansietas (I.09314 )
(a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
(b) Kondisi, waktu, stressor)
(c) Gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman
(d) Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan ,
dan prognosis

7) Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah
jantung meningkat.
Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)

24
(a) Tanda vital dalam rentang normal
(b) Nadi teraba kuat
(c) Pasien tidak mengeluh lelah
Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)
(a) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis:
dispnea, kelelahan, edema,ortopnea, paroxymal nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)
(b) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (mis :
pening katan berat badan, hepatomegali,distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
(c) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis:
dispnea, kelelahan, edema,ortopnea, paroxymal nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)
(d) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis:
dispnea, kelelahan, edema,ortopnea, paroxymal nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)
(e) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (mis :
pening katan berat badan, hepatomegali,distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
(f) Monitor tekanan darah
(g) Monitor intake dan output cairan
(h) Monitor keluhan nyeri dada
(i) Berikan diet jantung yang sesuai
(j) Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika
perlu Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
(k) Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
(l) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

8) Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
jatuh menurun.
Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138)

25
(a) Risiko jatuh dari tempat tidur menurun
(b) Risiko jatuh saat berjalan menurun
(c) Risiko jatuh saat berdiri menurun
Rencana Tindakan : Pencegahan jatuh ( I.14540)
(a) Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan tingkat
kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik. Gangguan
keseimbangan, gangguan peng lihatan, neuropati)
(b) Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai
dengan kebijakan institusi
(c) Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan risiko jstuh
(mis. Morse scale, humpty dumpty)
(d) Pasang handrail tempat tidur
(e) Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah.
d. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah di
susun sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan
keluarga antara lain :
1) Implementasi mengacu pada rencana keperawatan yang di buat.
2) Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas
masalah.
3) Kekuatan keluarga berupa motivasi dan sumber-sumber pendukung
lainnya.
4) Pendokumentasi keperawatan keluarga menyertakan tanda tangan
petugas sebagai bentuk tanggung jawab profesi.
e. Evaluasi keperawatan

1) Sifat evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari proses keperawatan keluarga
serta menentukan tujuan yang dapat tercapai
2) Kriteria dan standar
Kriteria akan memberikan gambaran tentang factor-faktor tidak tetap
yang memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai

26
3) Evaluasi kualitatif dan kualitatif
Dalam evaluasi kuantitatif dan kualitatif menekankan pada jumlah
pelayanan atau kegiatan yang tekah di berikan
Evaluasi kuanlitatif dapat dilihat pada ;
(a) Evaluasi struktur
berhubungan dengan bahan yang di perlukan dalam suatu
kegiatan
(b) Evaluasi proses
Evaluasi yang di lakukan selama proses berlangsung
(c) Evaluasi hasil
Merupakan hasil dari penelitian pemberian asuhan keperawatan
4) Metode-metode evaluasi
(d) Observasi langsung
b) Memeriksa laporan
c) Wawancara
d) Latihan
5) Catatan perkembangan
Catatan perkembangan merupakan keberhasilan tindakan
keperawatan yang diberikan kepada keluarga oleh petugas
kesehatan. Karakteristik evaluasi pedoman SOAP memberikan
tuntunan pada perawat sebagai berikut ;
(a) Subjektif
Pernyataan tentang perubahan yang di rasakan baik kemajuan
ataupun kemunduran setelah di berikan tindakan keperawatan
(b) Objektif
Data yang bisa diamati melalui teknik observasi sehingga di
lihat kemajuan atau kemunduran pada sasaran keperawatan.
(c) Analisa
Pernyataan yang menunjukan sejauh mana masalah keperawatan
dapat menanggulangi
(d) Planning
(e) Pernyataan yang ada dalam catatan perkembangan atau hasil

27
evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga
memerlukan modifikasi bagi perawat.

B. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas (Trianto,
2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A.
Price, 2015) dalam Sakinah Siwi Mulyani (2019).
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang
memengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016) dalam Novia Puspita Sari
(2020)

28
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh karena itu, penelitian dan
pengobatan lebih ditunjukan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :
(a) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
(b) Ciri perseorangan
adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan
ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
(c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan
atau makan berlebih,stress, merokok, minum alkohol,minum obat-
obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi
adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih
banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial (Sakinah Siwi
Mulyani, 2019)
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
(1) Elastisitas dinding aorta menurun
(2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
(3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah

29
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
(4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
(5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
3. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor yang
tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah (Sakinah Siwi Mulyani,
2019) :
a. Faktor yang dapat diubah :
(i) Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa
kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu
berbagai penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung
dan hipertensi. Gaya hidup modern cenderung membuat
berkurangnya aktivitas fisik (olah raga). Konsumsi alkohol tinggi,
minum kopi, merokok. Semua perilaku tersebut merupakan
memicu naiknya tekanan darah.
(j) Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan
dan mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan,
tekanan darah akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan
bertambahnya volume darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari
kebiasaan menyantap makanan instan yang telah menggantikan
bahan makanan yang segar.
(k) Obesitas
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat
membuangnya melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat,
karena kurang minum air putih, berat badan berlebihan, kurang
gerak atau ada keturunan hipertensi maupun diabetes mellitus.
Berat badan yang berlebih akan membuat aktifitas fisik menjadi
berkurang. Akibatnya jantung bekerja lebih keras untuk memompa
darah.Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks massa tubuh

30
(IMT).
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk
orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan
pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan (Supariasa,
2012).

Tabel 2. 2 Indeks Massa Tubuh (IMT) Supariasa et al, 2012

Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB Tingkat Berat < 17,0
Sedang Kekurangan BB Tingkat Ringan 17,0 – 18,4
Normal Sesuai IMT 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan BB Tingkat Ringan 25,1 – 27,0
Obesitas Kelebihan BB Tingkat Berat >27,0

b. Faktor yang tidak dapat diubah :


(1) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar Sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara Potassium terhadap Sodium, individu
dengan orang tua yang menderita hipertensi mempunyai resiko
dua kali lebih besar daripada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi (Anggraini dkk, 2009) dalam
(Sakinah Siwi Mulyani, 2019).
(2) Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah
usia seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin
meningkat. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan– perubahan pada, elastisitas dinding
aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap

31
tahun sesudah

32
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan
elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Smeltzer, 2009)
dalam (Sakinah Siwi Mulyani, 2019).
(3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan
tetapi wanita pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya
lebih terlindung daripada pria pada usia yang sama. Wanita yang
belum menopause dilindungi oleh oleh hormone estrogen yang
berperan meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis yang dapat
menyebabkan hipertensi (Price & Wilson, 2006) dalam (Sakinah
Siwi Mulyani, 2019).
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis.Pada titik ini, neuron pre- ganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

33
terangsang,mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebab kan pelepasan
renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokontriktor kuat, yang
pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut
cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016) dalam Novia Puspita
Sari (2020).
5. Tanda dan Gejala
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis
h. Kesadaran menurun
6. Komplikasi
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri- arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya

34
berkurang.

35
Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah,
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala
terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang
bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu
bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak
sadarkan diri secara mendadak.

b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
membrane glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih
berat untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot
jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran
pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk memompa
darah.
e. Kerusakan pada Mata
f. Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan

36
pembuluh darah dan saraf pada mata.
7. Pemeriksaan Penunjang (Aspiani, 2016)
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) skemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim dan Vasculer ginjal
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg.
Penatalaksanaan hipertensi dapat di bagi menjadi 2 yaitu farmakologi dan
non farmakologi (Danang Gumelar Wicaksana, 2019) :
a. Penatalaksanaan farmakologi
Menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan penanganan menggunakan
obat-obatan, antara lain :
1) Golongan Diuretik
Obat anti hipertensi diuretik digunakan untuk membantu ginjal
mengeluarkan cairan dan garam yang berlebih dari dalam tubuh
melalui urin. Hal inilah yang dapat menyebabkan volume cairan
tubuh berkurang dan pompa jantung lebih ringan sehingga
menurunkan tekanan darah. Contoh obat diuretik yaitu Chlortalidone

37
dan Hydrochlorothiazide.
2) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang terdiri
dari alfa- blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah
sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap
stress, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
3) Angiotensin Converting Enzyme (ACE-inhibitor)
4) Obat ini mengurangi pembentukan angiotensin II sehingga terjadi
vasodilatasi dan penurunan skresi aldosteron yang menyebabkan
terjadinya ekskresi natrium, air dan retensi kalsium. Akibatnya
terjadi penurunan tekanan darah.
5) Vasodilator
Vasodilator digunakan untuk menimbulkan relaksasi otot pembuluh
darah sehingga tidak terjadi penyempitan pembuluh darah dan
tekanan darah pun berkurang. Berapa contoh obat antihipertensi
vasodilator yaitu Prazosin dan Hidralazin.
b. Penatalaksanaan Non-farmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat
penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan non-
farmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index
dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan
rumus membagi berat badan dengan tinggi badan yang telah
dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi
dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan serat.
Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat menurunkan tekanan
darah diastolik sebesar 5 mmHg (Dalimartha, 2008).
2) Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah

38
garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau
2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai
dengan 2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya.
Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah
diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan dengan cara
mengurangi asupan garam menjadi 1⁄2 sendok teh/hari (Dalimartha,
2008).
3) Batasi konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih
dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah
sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat
membantu dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
4) Makan Kalium dan Calsium yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan
jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi
buah- buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat
membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara mempertahankan
asupan diet potasium (> 90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah
dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah
tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung
bekerja lebih keras karena mempersempit pembuluh darah dan
meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah
(Dalimartha, 2008) dalam (Sakinah Siwi Mulyani, 2019).
6) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat
dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau
meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan
tekanan darah yang tinggi
7) Pemberian bawang putih

39
Bawang putih sangat baik di konsumsi untuk penderita hipertensi.
Kandungan zat allicin dalam bawang putih yang telah dihaluskan
berkhasiat untuk menghancurkan darah beku dalam arteri dan
mengurangi gejala darah tinggi. Selain itu, di dalam bawang putih
terdapat zat aliin yang dapat mengaktifkan pertumbuhan sel-sel baru
dan mencegah penyakit degeneratif.

C. Konsep Dasar Bawang putih


1. Definisi Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah satu tanaman
sayuran umbi yang banyak ditanam diberbagai negara di dunia. Di
Indonesia bawang putih memiliki banyak nama panggilan seperti orang
manado menyebutnya lasuna moputi, orang Makasar menyebut lasuna
kebo dan orang Jawa menyebutnya bawang (Wibowo, 2007). Masyarakat
pada umumnya hanya memanfaatkan bagian umbi saja, utamanya hanya
sebagai bumbu dapur. Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa
bawang putih memiliki potensi sebagai bahan baku obat-obatan untuk
menyembuhkan berbagai penyakit (Samadi, 2000).
Klasifikasi Bawang Putih Menurut Samadi (2000) sistematika
tanaman bawang putih adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliales atau Liliaceae
Genus : Allium
Spesie : Allium sativum L
Morfologi Bawang Putih Morfologi bawang putih terdiri atas akar, batang,
daun, bunga dan umbi.
a. Akar
Tanaman bawang putih memiliki sistem perakaran dangkal yang
berkembang dan menyebar disekitar permukaan tanah sampai pada
kedalaman 10 cm. Bawang putih memiliki akar serabut dan terbentuk di

40
pangkal bawah batang sebenarnya (discus). Akar tersebut tertanam
dalam tanah sebagai alat untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah.
Sistem perakaran bawang putih menyebar ke segala arah, namun tidak
terlalu dalam sehingga tidak tahan pada kondisi tanah yang kering
(Samadi, 2000).
b. Batang
Batang bawang putih merupakan batang semu dan berbentuk cakram.
Batang tersebut terletak pada bagian dasar atau pangkal umbi yang
terbentuk dari 9 pusat tajuk yang dibungkus daun-daun. Ketinggian
batang semu bawang putih dapat mencapai 30 cm (Samadi, 2000).
c. Daun
Daun tanaman bawang putih memiliki ciri morfologis yaitu berbentuk
pita, pipih, lebar dan berukuran kecil serta melipat ke arah dalam
sehingga membentuk sudut pada pangkalnya. Satu tanaman bawang
putih biasanya memiliki 8-11 helai daun. Permukaan daun bagian atas
berwarna hijau muda dengan kelopak daun yang tipis, kuat, dan
membungkus kelopak daun yang yang lebih muda (Samadi, 2000).
d. Bunga
Tanaman bawang putih dapat berbunga namun hanya pada varietas
tertentu saja. Bunga bawang putih berupa bunga majemuk yang
berbentuk bulat seperti bola, berwarna merah jambu, berukuran kecil,
tangkainya pendek, dan bentuknya menyerupai umbi bawang. Bunga
yang tumbuh dapat menghasilkan biji. Umumnya pada sebagian besar
varietas, tangkai bunga tidak tumbuh keluar melainkan hanya sebagian
bunga saja yang tampak keluar bahkan tidak sedikitpun bagian bunga
yang keluar karena sudah gagal sewaktu masih berupa tunas (Wibowo,
2007). Pembungaan pada bawang putih dapat mengganggu
perkembangan umbi dan tidak memiliki nilai ekonomi sehingga
biasanya para petani akan membuangnya. Pada bagian tangkai bunga
terbentuk umbi kecil yang menyebabkan pembengkakan sehingga umbi
terlihat seperti bunting. Umbi-umbi 10 kecil tersebut dapat digunakan
sebagai bahan perbanyakan secara vegetative dengan cara ditanam
berulang-

41
ulang selama + 2 tahun (Rukmana, 1995).
e. Umbi
Umbi bawang putih tersusun dari beberapa siung yang masing-masing
terbungkus oleh selaput tipis yang sebenarnya merupakan pelepah daun
sehingga tampak seperti umbi yang berukuran besar (Rukmana, 1995).
Ukuran dan jumlah siung bawang putih bergantung pada varietasnya.
Umbi bawang putih berbentuk bulat dan agak lonjong. Siung bawang
putih tumbuh dari ketiak daun, kecuali ketiak daun paling luar. Jumlah
siung untuk setiap umbi berbeda tergantung pada varietasnya. Bawang
putih varietas lokal biasanya pada setiap umbinya tersusun 15-20 siung
(Samadi, 2000).
2. Komposisi Kimia Bawang Putih
Merupakan salah satu tanaman dengan kandungan senyawa aktif
yang tinggi. Senyawa aktif tersebut berdampak positif dan bermanfaat
besar bagi tubuh diantaranya seperti allicin, protein, vitamin B1, B2, C,
dan D (Hembing, 2007). Senyawa aktif yang berfungsi sebagai
antioksidan pada bawang putih adalah allicin. Bawang putih yang
dipotong atau dihancurkan akan menyebabkan allinase mengkonversi
alliin menjadi allicin (diallylthiosulphinate atau 2- prophenyl-2-
propenethiol sulphinate). Allicin bersifat tidak stabil sehingga mudah
terurai. Kemampuan allicin menekan produksi nitrat oksida (NO)
dengan cara mengendalikan iNOS mRNA pada konsentrasi rendah dan
mengendalikan CAT-2 mRNA pada konsentrasi tinggi. Melalui
mekanisme tersebut allicin mampu mencegah reaksi akibat radikal
bebas (Schwat et al., 2002). Komposisi kimia 11 yang terkandung
dalam setiap 100 gram bawang putih antara lain seperti pada tabel 2.1

42
Tabel 2.3 Kandungan gizi pada bawang putih

No Kandungan Gizi Jumlah


1 Energi 122 kal
2 Protein 7g
3 Lemak 0,3 g
4 Karbphidrat 24,9 g
5 Serat 1,1 g
6 Abu 1,6 g
7 Kalsium 12 mg
8 Fosfor 109 mg
9 Zat besi 1,2 mg
10 Natrium 13 mg
11 Kalium 13 mg
12 Vitamin A 346 mg
13 Vitamin B1 0,023 mg
14 Vitamin C 0,8 mg
15 Niacin 0,4 mg
(Sumber: Food and Nutrition Research Center, Handbook No.1
Manila dalam Rukmana, 1995)

3. Manfaat Bawang Putih


Bawang putih memiliki manfaat dan kegunaan yang besar bagi
kehidupan manusia, yaitu diantaranya anti oksidan dan anti radang. Bagian
utama dan paling penting dari bawang putih adalah umbinya yang
biasanya digunakan sebagai bumbu dapur. Kandungan senyawa yang
sudah ditemukan dalam bawang putih diantaranya adalah allicin dan sulfur
amino acid alliin. Sulfur ammonia acid alliin ini oleh enzim allicin liase
diubah menjadi allicin yang akan mengalami perubahan menjadi diallil
sulfide. Bawang putih yang dikenal sebagai bumbu dapur mempunyai efek
anti hipertensi yang sudah dapat dibuktikan oleh penelitian medis. Efek
anti vasospastik bawang putih dapat mengurangi spasme arteri kecil serta
mencegah pembentukan dan perkembangan bekuan darah. Bawang putih

43
juga mempunyai efek anti mikroba, anti karsinogenik, dan hipolipidemik.
Bawang putih mengandung banyak kandungan kimia (Meilina, 2013).
Pada bawang putih setelah dikonsumsi, komponen allicin (didapatkan
setelah alliin berinteraksi dengan enzim alliinase) dilepas ke pembuluh
darah, pada beberapa studi, allicin mampu mencetuskan sel darah merah
untuk menghasilkan H2S yang mempunyai efek vasodilator. Suplementasi
bawang putih berhubungan dengan penurunan tekanan darah yang cukup
signifikan pada pasien hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan penurunan
rata-rata 2,8 – 8,4 mmHg tekanan darah sistolik dan penurunan 1,5 – 7,3
mmHg tekanan darah diastolik di kelompok bawang putih dibandingkan
plasebo (Cruz, Rotter, Gonzalez, et al, 2007). Penelitian lain menunjukkan
bahwa kandungan allicin dalam ekstrak bawang putih juga memiliki
aktivitas anti jamur dengan cara bergabung dengan protein sehingga akan
menyerang protein mikroba dan akhirnya akan membunuh mikroba
tersebut (Kulsum, 2014).

D. Penelitian terkait
1. Ida Untari (2010)
Ida Untari mengidentifikasi Upaya kesehatan untuk menanggulangi
berbagai macam penyakit yang harus didahulukan adalah upaya promotif
(meningkatkan kesehatan), preventif (mencegah datangnya penyakit) baru
kemudian disusul dengan tindakan kuratif (pengobatan) maupun
rehabilitataif (pemulihan). Bawang putih atau Allium sativum di kenal
sebagai bumbu dapur di semua masakan dapat sebagai pilihan alternatif
untuk suatu penyakit. Setiap masakan pasti menggunakan bawang putih
sebagai penyedap rasa. Masyarakat Indonesia belum mengetahui banyak
tentang khasiat bawang putih. Dunia kesehatan luar negeri, bawang putih
merupakan obat alternatif yang sangat mujarab dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit. Penyakit yang dapat disembuhkan maupun
dicegah oleh bawang putih adalah penyakit menular, sedangkan beberapa
penyakit tidak enular atau penyakit degeneratif diantaranya adalah
hipertensi, hiperkolesterol, aterosklerosis dan banyak yang lainnya.
Bawang putih yang dikenal tidak hanya sebagai bumbu dapur
memasak, namun
44
dapat bermanfaat bagi kesehatan dimana dapat digunakan sebagai obat
penyembuh berbagai penyakit manusia.
2. Abdi Iswahyudi Yasril (2020)
Abdi Iswahyudi Yasril (2020) mengidentifikasi Peningkatan
tekanan darah merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung
koroner dan iskemik serta stroke hemoragik. Selain penyakit jantung
koroner dan stroke, komplikasi peningkatan tekanan darah termasuk gagal
jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, perdarahan
retina, dan gangguan penglihatan. Penyembuhan dengan herbal merupakan
salah satu alternatif untuk mengatasi hipertensi. Selain sebagai rempah
dapur yang terkenal, kepopuleran bawang putih sebagai herba tidak
diragukan lagi. Salah satu khasiat umbi bawang putih adalah untuk
menurunkan tekanan darah. Tujuan Kegiatan Ingin mengetahui apakah
bawang putih menurunkan tekanan darah. Metode Kegiatan Penelitian ini
menggunakan desain eksperimental kuasi dengan subjek penelitian
sebanyak 10 orang. Data yang dinilai adalah tekanan darah sistolik dan
diastolik. Hasil Hasil rerata tekanan darah sistolik sesudah mengonsumsi
bawang putih adalah sebesar 133 mmHg (SD = 6,749), lebih rendah
daripada rerata sebelum mengonsumsi bawang putih sebesar 149 mmHg
(SD = 7,379) (p<0, 05) kesimpulan : bawang putih menurunkan tekanan
darah.

3. Dwi Christina Rahayuningrum, Andika Herlina (2020)


Dwi Christina Rahayuningrum, Andika Herlina (2020)
mengidentifikasi Hipertensi mempunyai dampak lanjut Penyakit Jantung
Koroner (PJK) serta dapat menimbulkan komplikasi penyakit lain yang
berbahaya jika dibiarkan tanpa perawatan yang tepat. Penanganan
hipertensi dapat dilakukan dengan teknik farmakologi dan non
farmakologi salah satunya dengan pemberian air perasan bawang putih.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian air perasan
bawang putih (allium sativum) terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi. Penelitian ini menggunakan rancangan desain Quasy
Exsperiment design dengan rancangan Two Group Posttest With
Control Design. Hasil penelitian
45
didapatkan rata- rata tekanan darah sistolik (pretest kontrol) 151.50 dan
diastolik (pretest kontrol) 99.75. Rata-rata tekanan darah sistolik (pretest
intervensi) 152.88 dan diastolik (pretest intervensi) 101.25. Rata-rata
tekanan darah sistolik (postest kontrol) 151.50 dan diastolik (postest
kontrol) 99.75. Rata-rata tekanan darah sistolik (postest intervensi) 144.25
dan diastolik (postest intervensi) 91.88. Ada pengaruh pemberian air
perasan bawang putih (allium sativum) terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi.
(syedzasaintika.ac.id/index.php/meditory/article/view/510).
4. Ulvi Susanti, Ratna Kurniawati (2020)
Ulvi Susanti, Ratna Kurniawati (2020) mengidentifikasi Hipertensi
merupakan salah satu bentuk penyakit kardiovaskuler, penyakit ini
dicirikan tekanan darah penderita yang mengalami kenaikan diatas normal
(Koya dan King, 1998). Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolic diatas 90 mmHg (NIH,2003). Penyakit hipertensi digolongkan
sebagai the silent killer karena umumnya tidak memiliki gejala awal tetapi
dapat menyebabkan penyakit jangka panjang dan komplikasi yang
berakibat fatal seperti timbulnya penyakit jantung, stroke, dan ginjal
(Sheps,2005).

5. Widyastuti Widyastuti dan Fithrina Yudha Utama (2019)


Widyastuti Widyastuti dan Fithrina Yudha Utama(2019)
mengidentifikasi Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan
pada pelayanan kesehatan primer. Menurut Riset Kesehatan Dasar Tahun
2013, hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang
tinggi yaitu sebesar 25,8% dan menjadi penyebab sekitar 45 % kematian
karena penyakit jantung dan 51% karena stroke. Untuk provinsi Kepulauan
Bangka Belitung pada tahun 2016 jumlah kasus baru hipertensi mencapai
15.998 kasus. Untuk wilayah kerja Puskesmas Rias pada tahun 2014 kasus
hipertensi berjumlah 260 kasus, sebanyak 245 kasus pada tahun 2015 dan
meningkat menjadi 368 kasus pada tahun 2016. Pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat (Perkesmas) merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan yang dapat mendukung terciptanya kemandirian keluarga dalam
46
mengatasi masalah kesehatan. Pelaksana utama kegiatan keperawatan
kesehatan masyarakat (Perkesmas) adalah semua perawat fungsional
keperawatan di Puskesmas. Perawat minimal mempunyai enam peran dan
fungsi, yaitu sebagai case finder, pemberi pelayanan (care giver), educator,
colaborator; counselor, dan role model.Penelitian dilakukan menggunakan
desain deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif fenomenologi.
Pengumpulan data didapatkan melalui wawancara mendalam dan
observasi dengan 3 orang perawat dan 2 orang keluarga binaan sebagai
informan kunci. Serta dokter umum, kepala puskesmas dan pengelola data
dan informasi sebagai informan pendukung.Hasil penelitian diketahui
bahwa perawat tim Perkesmas telah melaksanakan perannya secara
optimal sebagai case finder, colaborator, counselor namun kurang optimal
dalam perannya sebagai care giver, educator, dan role model.Rekomendasi
dari penelitian ini adalah agar perawat tim Perkesmas dapat
mengoptimalkan perannya dalam pelayanan kesehatan, penyuluhan, dan
menggerakkan masyarakat untuk hidup sehat Delima Bangka Belitung.

47
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

(1) Pengkajian
Pengkajian tanggal : 09 Mei 2022
Nama Mahasiswi : Rochani
Ambarwati NPM 2021107067

1. Data Umum
Kepala Keluarga (KK) : Tn. G
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur/ tanggal lahir : 41 tahun/ 11 Desember 1981
Agama : Islam
Pendidikan : S1 Hukum
Pekerjaan : Anggota Polri

Alamat : Jl Hr Rasunasaid Gg H Taih no 48 Rt


001/Rw 005 Kelurahan Cipete Kecamatan
Pinang, kota Tangerang

2. Susunan Anggota Keluarga

Tabel 3. 1 Susunan anggota Keluarga

No Nama Umur Sex Pendidikan Pekerjaan Status


Imunisasi
1. Tn. G 41 tahun L S1 Hukum Anggota Tidak
Polri Lengkap
2. Ny. A 40 tahun P S1 Karyawan Tidak
Keperawatan swasta Lengkap
3. An. N 12 tahun P SLTP - Lengkap

4. An. M 7 tahun P SD - Lengkap

48
Genogram

Keterangan :

: : Tn. G (Klien)

: Ny. A

: An. N dan An. M

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal dunia

: Tinggal satu rumah

49
Tipe Keluarga : keluarga inti
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam

3. Kebutuhan Dalam Hidup Sehari-Hari


a. Kebutuhan Nutrisi

1) Pengadaan makanan keluarga sehari-hari : ( ) Membeli (v ) Memasak


sendiri ( ) Lain-lain
5) Komposisi jenis makanan
6)

Tabel 3. 2 Jenis Makanan dan persediaan makanan di Rumah Klien

Jenis makanan Tidak Selalu Kadang-


pernah ada kadang
Makanan pokok v
Lauk pauk v
Protein nabati v
Sayur, buah, susu v

7) Cara penyajian makanan


( ) Terbuka (v ) Tertutup ( ) Kadang-kadang tertutup
8) Pantangan terhadap makanan dalam keluarga
( ) Tidak ada (v) Ada, sebutkan ( ) makanan rendah garam
9) Kebiasaan keluarga dalam mengelola air minum
( ) Tidak dimasak ( ) Kadang-kadang dimasak (v) Dimasak
10) Kebiasaan keluarga dalam mengolah makanan

( ) Tidak dicuci ( ) Dipotong-potong baru dicuci (v) Dicuci baru


dipotong
11) Bagaimana kebiasaan makan dalam keluarga
(v ) Bersama ( ) Sendiri-sendiri ( ) Lain-lain.

50
4. Istirahat dan Tidur
1. Apakah setiap anggota keluarga mempunyai kebiasaan tidur pada siang
hari ?

(v ) Ya ( ) Tidak

2. Apakah setiap anggota keluarga memiliki kamar tidur masing-msing ?

(v ) Ya ( ) Tidak Bila tidak, bagaimana cara pembagian kamarnya

5. Aktifitas Olahraga
a. Apakah keluarga senang olah raga ?
( ) Tidak (v) Ya, Sebutkan jenisnya ( ) Joging

b. Kapan olah raga biasa dilakukan ?

( ) Setiap hari (v) Tidak tentu ( ) Setiap minggu ( ) Lain-lain.

c. Apakah sumua anggota keluarga mengikutinya

( ) Ya (v) Tidak, alasannya: Karena saat olahraga ada anggota keluarga


yg masih beraktivitas diluar

6. Status Sosial Ekonomi


a. Apakah setiap anggota keluarga sudah mempunyai penghasilan
sendiri ( ) Ya (v ) Tidak
b. Apakah penghasilan digunakan untuk kepentingan
keluarga (v ) Ya ( ) Tidak
c. Bila digabung pendapatan keluarga sebulan
( ) Kurang dari Rp. 500.000,- ( ) Rp. 500.000,- s/d Rp. 8.000.000,- (v )
Lebih dari Rp. 8.000.000,-
d. Apakah penghasilan keluarga mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari
(v ) Ya ( ) Tidak
e. Bila tidak apa yang dilakukan.....................
f. Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai tabungan
( ) Tidak (v) Ya, Siapa ?

51
7. Siapakah Pengelola Keuangan Dalam Keluarga
( ) Ayah (v ) Ibu ( ) Lain-lain.
8. Aktivitas Rekreasi Anggota Keluarga
a. Apakah keluarga mempunyai kebiasaan rekreasi yang teratur ?
( ) Ya, frekwensi perbulan......... (v ) Tidak, Karena setiap hari libur
anggota keluarga masih ada yang bekerja
b. Lokasi yang sering dikunjungi keluarga untuk rekreasi
(v ) Luar Kota ( ) Dalam kota ( ) Lain-lain, sebutkan...............
c. Apakah setiap anggota keluarga menggunakan waktu senggangnya
dengan hal yang bermanfaat
(v ) Ya ( ) Tidak, siapa : ibu , berapa usianya, 40 tahun
kegiatan apa yang dilakukannya memasak
d. Apakah kegiatan tersebut berpengaruh tidak baik untuk
dirinya (v ) Tidak ( ) Ya, terhadap aspek apa...............
e. Apakah kegiatan tersebut berpengaruh tidak baik terhadap kehidupan
keluarganya?
(v ) Tidak ( ) Ya, apa bentuknya...............

9. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini: dengan anak sekolah (families
with preschoolers)
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :Membantu anak
untuk beradaptasi dengan lingkungan dan menjaga keintiman dengan
pasangan
c. Riwayat kesehatan keluarga inti: keluarga Tn. G khususnya Tn. G
memiliki riwayat sakit Hipertensi
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya: Keluarga Tn. G, khususnya
Tn. G memiliki riwayat hipertensi dari ayahnya Tn. G

10. Data Lingkungan


a. Rumah
1) Jenis rumah
( ) Paviliun ( ) Petak (v ) Tersendiri ( ) Lain – lain
2) Jenis bangunan

52
( ) Non permanen (v ) semi permanen ( ) Permanen
3) Luas pekarangan : 91m2 Luas bangunan : 91m2
4) Status rumah :
( ) Sewa bulanan (v ) Milik pribadi ( ) Kontrakan ( ) Lain -lain.......
5) Adakah ventilasi dirumah
(v ) Ya ( ) Tidak

Bila ya berapa luasnya

( ) > 10% luas lantai ( ) < 10% luas lantai (v ) Cukup

11. Pengolahan Sampah


a. Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah
(v) Ya dan tertutup ( ) Ya, terbuka ( ) Tidak ( ) Lain – lain .......
b. Bila ya bagaimana kondisi tempat sampah tersebut
( ) Terbuka (v) Tertutup
c. Bila tidak bagaimana pengolahan tempat sampah rumah tangga
( ) Dibuang ke kali (v) Diambil Petugas ( ) Ditimbun ( ) dibakar ( )
Lain- lain...
d. Apakah keluarga mempunyai sumber air
( ) Tidak (v) Ya, jenisnya : air tanah
Bila tidak darimana sumber airnya ?.........
e. Jika ya apa jenis sumber airnya ?
( ) Sumur gali (v) Pompa listrik ( ) SPT ( ) PAM ( ) Sungai ( ) Lain-lain
f. Apakah air untuk minum diambil dari sumber air tersebut
( ) Ya (v) Tidak ( ) Bila tidak bagaimana memperolehnya ? membeli air
mineral
g. Bagaimana keadaan fisiknya (perlu diobservasi)
( ) Berasa (v )Tidak berasa ( ) Berbau ( ) Tidak berbau ( ) Berwarna ( )
Tidak berwarna ( ) Ada pengendapan ( ) Tidak ada pengendapan
h. Apakah keluarga mempunyai WC sendiri?
(v) Ya ( ) Tidak Bila tidak, dimana tempat BAB keluarga.......
i. Bila ya apa jenis jambannya
( ) Leher angsa ( ) Cemplung (v) Lain-lain ......

53
j. Berapa jarak tempat penampungan dengan sumber air?
( ) < 10 meter (v ) > 10 meter

12. Pembuangan Limbah


Apakah rumah ini mempunyai saluran pembuangan air kotor ?

(v) Ya, bagaimana kondisinya : langsung mengalir keselokan


Kemana pembuangannya: keselokan, ( ) Tidak, dimana pembuangannya.

13. Karakteristik Tetangga dan Komunitasnya


Tn. G tinggal dilingkungan tempat tinggal yang padat penghuni, Tn. G
tinggal tepat di pinggir jalan gang yang dapat dilewati mobil, samping
kanan adalah masih keluargafamily. Interaksi antara warga banyak
dilakukan pada sore dan malam hari.

14. Mobilitas Geografis Keluarga


Keluarga Tn. G sudah menempati rumah yang ditempatinya saat ini sejak
berumah tangga sampai sekarang ± 16 tahun, berdasarkan keterangan dulu
daerah sekitar lingkungan tempat tinggal masih jarang ditempati
penduduk. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Selama
ini keluarga Tn. G sering mengikuti kegiatan formal maupun informal di
lingkungan seperti perkumpulan pengajian dan gotong royong yang
didakan di daerah.
C. Sistem pendukung keluarga Keluarga Tn. G saat ini tinggal bersama
istri dan anak – anak yang masih sekolah. Fasilitas penunjang kesehatan
yang dimiliki keluarga cukup baik bila sakit biasanya pergi ke dokter atau
rumah sakit untuk memeriksakan diri.

15. Hubungan Keluarga dengan Masyarakat


a. Apakah anggota keluarga ikut dalam organisasi kemasyarakatan
khususnya dalam bidang kesehatan
(v ) Tidak, alasannya karena keluarga Tn. G khususnya Tn. G bekerja (
) Ya, Sebutkan.....
b. Adakah penghargaan yang diterima dari masyarakat karena
keikutsertaannya dalam kegiatan kesehatan dimasyarakat
(v ) Tidak ada ( ) Ada, sebutkan.....

54
c. Apakah keluarga cukup berpengaruh
dimasyarakat (v ) Tidak ( ) Ya, contohnya.....
d. Adakah konflik keluarga dengan masyarakat (v ) Tidak ada ( ) Ada,
sebutkan........…

16. Struktur Keluarga


a. Struktur Peran

1) Ayah memiliki peran sebagai kepala keluarga. Ayah bertanggung


jawab mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga.
2) Ibu bertugas mengurus rumah tangga.
3) Anak mempunyai peran yaitu sebagai anggota keluarga.

17. Nilai atau Norma Keluarga


a. Suku Ayah : Jawa
Suku Ibu : Jawa
b. Budaya yang dominan dalam keluarga: Gotong royong
c. Adakah nilai-nilai tertentu yang dianut yang bertentangan dengan
kesehatan
(v) Tidak ( ) Ya, sebutkan mengapa.....
d. Apakah keluarga mengikuti kegiatan keagamaan :
( ) Tidak (v) Ya, sebutkan:Ikut pengajian di masjid setiap hari senin

18. Pola Komunikasi Keluarga


a. Cara komunikasi yang sering diterapkan dalam
keluarga (v ) Langsung ( ) Tidak langsung
b. Sifat komunikasi yang sering diterapkan dalam keluarga
(v ) Terbuka ( ) Tertutup
c. Siapa anggota keluarga yang paling dominan
berbicara ( ) Ayah (v ) Ibu ( ) Anak ( ) Mertua
d. Bahasa yang sering digunakan aleh anggota keluarga
( ) Bahasa ibu (v ) Bahasa Indonesia ( ) Lain – lain, sebutkan..
e. Kapan paling sering terjadi interaksi dalam keluarga
( ) Pagi hari ( ) Siang hari (v) Malam hari ( ) Tidak tentu

55
f. Dalam situasi apa interaksi terjadi ?
(v) Makan bersama ( ) Nonton TV ( ) Rekreasi ( ) Lain-lain

19. Struktur Kekuatan Keluarga


Di dalam keluarga Tn G, pengambil keputusan utama adalah Tn. G.

20. Fungsi Keluarga


a. Fungsi ekonomi
Pencari nafkah utama dalam keluarga Tn. G adalah Tn. G dan Ny. A
membantu dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Tn. G.
b. Fungsi sosial
Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar
berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan serta mempelajari adat-
istiadat yang berlaku di masyarakat .
c. Fungsi pendidikan
Pendidikan informal dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam
proses pembentukan karakter seseorang. Hal itu
disebabkan, keluarga merupakan lingkungan tumbuh dan
berkembangnya anak sejak usia dini hingga menjadi dewasa.
Melalui pendidikan dalam keluargalah karakter seorang anak terbentuk.

21. Fungsi Pemenuhan (perawatan/ pemeliharaan ) Kesehatan


a. Mengenal masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sedang dialami keluarga Tn. G, khususnya Tn.
G yaitu Hipertensi
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan
Pengambil keputusan dalam perawatan kesehatan pada keluarga Tn. G
khususnya Tn. G adalah Tn. G
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn. G khususnya Tn. G, mampu merawat anggota keluarga
yang lain.

56
d. Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat Keluarga Tn. G, mampu menciptakan lingkungan yang sehat
dan nyaman bagi Tn. G
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan Keluarga Tn.
G, khususnya Tn. G dapat memanfaatkan fasilitas kesehatn yang ada di
lingkungan tempat tinggal, seperti Rumah Sakit

22. Fungsi Religius Keluarga


Tn. G ikut aktif dalam kegiatan pengajian di Masjid yang ada dilingkungan
tempat tinggal Tn. G

23. Fungsi Reproduksi


Keluarga Tn.G Memiliki dua orang anak dan keluarga Tn. G dapat
menciptakan lingkungan yang nyaman bagi Ny. A dan kedua anaknya.

24. Fungsi Afeksi


Keluarga Tn.G mengajarkan anak-anak untuk saling menyayangi dan
saling membantu, sehingga terbentuk perasaan saling peduli dan
membantu.

(2) Stress dan koping Keluarga


a. Stress jangka pendek dan panjang strs jangka
Stress jangka pendek: Keluarga Tn. G khususnya Tn. G stress
memikirkan sakit Hipetensi yang di derita Stres jangka panjang:
Keluarga Tn. G, khususnya Tn. G terus memikirkan akibat tekanan
darah yang sangat susah turun dan kembali ke tekanandarah normal
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor Keluarga Tn. G
memanfaatkan terapi komplementer dalam upaya membantu
menurunkan tekanandarah
c. Strategi koping yang digunakan keluarga Tn. G memanfaatkan terapi
komplemter bawang putih untuk membantu menurunkan tekanan
darahnya
d. Strategi adaptasi disfungsional Keluarga Tn. G memanfaatkan terapi
bawang putih untuk membantu menurunkan tekanan darah
Pemeriksaan Fisik pada keluarga Tn. G, khususnya Tn. G dengan
menggunakan metode “head to toe “
57
1) Tanda-tanda vital
TD : 150 / 100 mmHg

Nadi : 84 kali / menit


Suhu : 36,5 C
Respirasi : 20 kali / menit
Berat Badan : 72 Kg
IMT : 24,85

2) Kepala : klien mengeluh pusing jika tekanan darah nya


naik, tidak memiliki riwayat trauma kepala pada masa lalu.

3) Rambut : rambut ikal berwarna hitam dan sedikit


4) Mata : Klien mengatakan masih dapat melihat dengan jelas.

5) Telinga : tidak ada gangguan pendengaran, infeksi, vertigo, maupun


tinnitus.

6) Mulut & tenggorokan : klien tidak mengalami masalah seperti sakit


tenggoro kan, serak, perubahan suara, kesulitan menelan, riwayat
infeksi dan klien 2x sehari menggosok gigi pagi dan sore hari ketika
mandi.

7) Dada: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid


8) Abdomen: tidak ada nyeri tekan, peristaltic usus 12x/mnt
9) Kulit: tekstur normal

10) Ekstremitas: rentang gerak tidak bermasalah

Harapan Keluarga keluarga Tn. G, khususnya Tn. G berharap tekanan


darahnya stabil, dan neri yang dirasakan berkurang dan hilang

58
(3) Pengkajian Khusus ( Format Terlampir )
1. Status fungsional (Katz Indeks ), modifikasi
Tabel 3. 3 Pengkajian Status Fungsional
Pengkajian status fungsional
No Kriteria Bantuan Mandiri Keterangan
1 Makan 10 3x/hari sebanyak 1
porsi +
Lauk
2 Minum 10 1500 Ml/hari
3 Berpindah dari kursi roda 10 Mandiri
ke tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 10 Setiap mandi
muka, menyisir rambut,
gosok
gigi)
5 Keluar masuk toilet 10 Mandiri
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 10 Mandiri
7 Jalan di permukaan datar 8
8 Naik turun tangga 8 Terkadang lelah
9 Mengenakan pakaian 10 Mandiri
10 Kontrol Bowl (BAB) 10 Tidak bermasalah
1x/hari,
Lunak
11 Kontrol Bladder (BAK) 10 5-6x/hari, kuning
jernih
12 Olah raga atau latihan 10 Bersepeda keliling
kom
Plek
13 Rekreasi atau pemanfaatan 10 Menonton TV
waktu luang
Jumlah 126

Keterangan :
≥ 130 : Mandiri
65-125 : Ketergantungan Sebagian
≥ 60 : Ketergantungan Total

59
Kesimpulan :

Berdasarkan dari hasil yang di dapat berjumlah 126, ini menandakan


bahwa dalam kesehariannya melakukan aktivitas untuk kebutuhan dasar
klien dapat melakukan secara mandiri.
2. Apgar Score keluarga
Tabel 3. 4 Afgar Score Keluarga
No Item Penilaian Selalu Kadang- Tidak
kadang pernah
(2) (1) (0)
1 A : adaptasi (v)
Saya puas bisa kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu apa bila saya mengalami
kesulitan (adaptasi)
2 P : Partner ship (v)
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya membicarakan
sesuatu dan mengungkapkan masalah
dengan saya
(hubungan)
3 G : Growth (v)
Saya puas bahwa keluarga (teman-
teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas (partum
buhan)
4 A : Afek (v)
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi
saya seperti, marah sedih, atau
mencintai
5 R : Resolve (v)
Saya puas dengan cara teman dan
keluarga saya dan saya menyediakan
waktu bersama-
sama mengekspresikan afek dan
berespon
Total 10

Keterangan :

- Total nilai < 3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi

- Total nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang

60
- Total nilai 7 – 10 : tidak ada disfungsi keluarga
Kesimpulan :

Dapat di tarik kesimpulan bahwa di dalam keluarga dan bersosialisasi


klien tidak mempunyai masalah (tidak ada disfungsi keluarga).

(4) Analisa Data


Tabel 3. 5 Analisa Data
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1 Data Subjektif :
Tekanan Nyeri Kronis
- Klien mengatakan memiliki emosional (D.0078)
riwayat tekanan darah tinggi
sejak 3 tahun yang lalu
- Klien mengatakan nyeri
dibagian kepala dan terasa
berat di tengkuk atau leher
bagian belakang
P : tekanan darah tinggi
Q : terasa berat
R : nyeri dibagian kepala dan
terasa berat di tengkuk
atau leher bagian
belakang,
T : terus menerus terutama
saat tekanan darah
sedang naik/tinggi
Data Objektif :

- Klien terlihat memegangi


kepalanya sambil sesekali
memijit tengkuknya
Terlihat sesekali meringis
kesakitan
- Skala nyeri : 4
- TD : 150/100 mmhg
- Nadi : 84 x/mnt
- Suhu : 36,5 c
- RR : 20 x/mnt

61
2 Data Subjektif : Kondisi klinis Gangguan Pola
- Klien mengatakan semalam terkait nyeri Tidur
tidak bisa tidur karena (D.0055)
sakit/nyeri pada kepala dan
bahu

Data Objektif :
- Klien tampak sempoyongan
saat berjalan Klien tampak
mengantuk (sering menguap)

- KU : Lemah Sedang
- TD : 150/100 mmhg
- Nadi : 84 x/mnt
- Suhu : 36,5 c
- RR : 20 x/mnt
3 Data Subjektif :
Kurang Pengetahuan
- Klien mengatakan ia tak pernah terpaparnya (D.0111)
diberi pendidikan Kesehatan informasi
mengenai penyakitnya dan
hanya diberikan obat saja.
Klien mengatakan tidak
mengetahui makanan apa yang
boleh dan yang tidak boleh di
makan.
Data Objektif :
- Klien banyak bertanya, Klien
makan ikan asin dan sayur
bersantan

4 Data Subjektif : Konflik Manajemen


- Klien mengatakan senang pengambilan Kesehatan tidak
makan ikan asin dan sayur keputusan efektif (D.0116)
bersantan, Klien mengatakan
mudah marah
Data Objektif :
- Klien sedang makan siang
dengan ikan asin dan sayur
lodeh, Klien sering marah-
marah Tekanan Darah :
150/100 mmhg

62
(5) Prioritas Masalah Dalam Keluarga

Tabel 3. 6 Prioritas Masalah Dalam Keluarga

No Kriteria Nilai Bobot


1 Sifat Masalah
Skala : Aktual 3
Resiko 2 2
1
Keadaan Sejahtera

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala : Mudah
Sebagian 3 2
2
Tidak Dapat
1
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi 3 3
Cukup 2
1
Rendah
4 Menonjolnya Masalah
Skala : Masalah berat harus segera 3
ditangani
1
Ada masalah tetapi tidak perlu 2
ditangani
Masalah tidak dirasakan 1

(6) Diagnosa Kperawatan


1. Nyeri kronis pada keluarga G, khususnya Tn. G berhubungan dengan
tekanan emosional (D.0078)
2. Gangguan Pola Tidur pada keluarga G khususnya Tn. G berhubungan
dengan kondisi klinis terkait nyeri (D.0055)
3. Defisit pengetahuan tentang penyakitnya pada keluarga G khususnya Tn. G
berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi (D.0111).
4. Manajemen Kesehatan tidak efektif pada keluarga G khususnya pada Tn.
G berhubungan dengan konflik pengambilan keputusan (D.0116).

63
(7)Intervensi Keperawatan

Tabel 3. 7 Intervensi Keperawatan


Tanggal DX Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
9-5-2022 Nyeri akut pada
1
Tn. G intervensi selama Observasi :
khususnya Tn. 5x pertemuan 1. Identifikasi lokasi,
G berhubungan tingkat nyeri karakteristik nyeri,
dengan tekanan menurun durasi, frekuensi,
emosional (L.08066) intensitas nyeri
(D.0078) Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
• Keluhan 3. Identifikasi faktor yang
nyeri memperberat dan
meringis memperingan nyeri
menurun Terapeutik :
• Kesulitan tidur
1. Berikan terapi non
menurun
farmakologis dengan
pemberian bawang putih
untuk menurunkan
tekanan darah 1x/hari
selama 5 hari.
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis : suhu
ruangan, pencahayaan,
kebi singan)
Kolaborasi :
Amlodipine Basilate 0,5 mg
1 x 1 setiap pagi
pemberian analgetik bila di
perlukan

64
9-5-2022 2 Gangguan Pola Setelah dilakukan Dukungan tidur (I.05174)
Tidur pada intervensi selama Observasi :
keluarga G 3x pertemuan 1. Identifikasi pola aktifitas
khususnya Tn.G Pola tidur dan tidur
berhubungan membaik 2. Identifikasi faktor
dengan kondisi (L.05045), pengganggu tidur (fisik
terkait nyeri dengan kriteria atau psikologis).
(D.0055) hasil : 3. Identifikasi obat tidur
• keluhan sulit yang dikonsumsi.
tidur menurun
Terapeutik :
skala 4
1. Modifikasi lingkungan
• keluhan
(mis : pencahayaan,
sering terjaga
kebisingan, suhu, matras,
menurun
dan tempat tidur).
keluhan pola
tidur berubah 2. Batasi waktu tidur siang,
menurun jika perlu.

3. Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur.

4. Tetapkan jadwal tidur


rutin.

5. Lakukan prosedur untuk


meningkatkan
kenyamanan (mis : pijat,
pengaturan posisi, terapi
akupresure)
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit.
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur.
3. Anjurkan menghindari
makanan atau minuman

65
yang mengganggu tidur.
(mis: minum kopi)
4. Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur (mis : psikologis,
gaya hidup, sering
berubah shift bekerja).
9-5-2022 3 Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
pengetahuan intervensi selama (I.12383) Observasi :
tentang 3x pertemuan Identifikasi kesiapan dan
penyakitnya tingkat kemampuan menerima
keluarga G pengetahuan informasi
khususnya Tn. meningkat Terapetik :
G berhubungan (L.12111) dengan
1. Sediakan materi dan
dengan kurang kriteria hasil :
media Pendidikan
terpaparnya • Prilaku sesuai
Kesehatan
informasi anjuran
2. Jadwalkan Pendidikan
(D.0111) meningkat
kesehatan sesuai
• Prilaku sesuai
kesepakatan Berikan
dengan
kesempatan untuk
pengetahuan
bertanya
meningkat
Edukasi :
. Pertanyaan
tentang masalah 1. Jelaskan faktor resiko
yang dihadapi yang dapat
mempengaruhi Kesehatan
menurun
. Persepsi yang 2. Jelaskan manfaat bawang
keliru terhadap putih sebagai

masalah therapi komplementer


hipertensi

66
9-5-2022 4 Manajemen Setelah dilakukan Dukungan pengambilan
Kesehatan tidak intervensi selama Keputusan (I.09265)
efektif pada 1x pertemuan Observasi :
keluarga G Manajemen Identifikasi persepsi
khususnya Tn. G Kesehatan mengenai masalah dan
berhubungan meningkat informasi yang memicu
dengan konflik (L.12104), dengan konflik.
pengambilan kriteria hasil : Terapeutik :
keputusan Melakukan
1. Fasilitasi mengklarifikasi
(D.0116) Tindakan untuk
nilai dan harapan yang
mengurangi faktor
membantu membuat
resiko meningkat
pilihan.

2. Diskusikan kelebihan dan


kekurangan dari setiap
solusi.

3. Fasilitasi melihat situasi


secara realistik.

Edukasi :

1. Informasikan alternatif
solusi secara jelas

2. Berikan informasi yang


diminta pasien
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan tenaga
Kesehatan lain dalam
memfasilitasi pengambilan
keputusan

67
(8) Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3. 8 Implementasi dan Evaluasi


Hari DX Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
Tanggal
Jam
Senin, 1 1. Melakukan identifikasi Subjektif : RA
9-5-2022 lokasi, karakteristik nyeri,
• Klien mengatakan nyeri
18.30- durasi, frekuensi, intensitas
dibagian kepala dan terasa
20.00 WIB nyeri
berat di tengkuk atau leher
2. Melakukan identifikasi bagian belakang serta tidak
skala nyeri
bisa tidur karena sering
3. Mengidentifikasi faktor terbangun dari semalam
yang memperberat dan • Klien mengatakan mempunyai
memperingan nyeri penyakit hipertensi sejak 3
4. Memberikan terapi non tahun yang lalu
farmakologis dengan P : tekanan darah tinggi
terapi komplementer Q : terasa berat
pemberian bawang putih R : nyeri dibagian kepala dan
untuk menurunkan terasa berat di tengkuk
tekanan darah 1x/hari atau leher bagian belakang
selama 5 hari sebanyak
skala : 4
3-5 siung
T : terus menerus.
5. Mengontrol lingkungan
Objektif :
yang memperberat rasa
nyeri (mis : suhu ruangan, • Klien terlihat memegangi
pencahayaan,kebisingan) kepalanya sambil sesekali
Menganjurkan agar tetap memijit tengkuknya.
meminum obat hipertensi • Terlihat sesekali meringis
nya selama pemberian kesakitan
terapi komplementer • Klien tampak kurang tidur
• Skala nyeri : 4
TTV :
• KU : Lemah Sedang

68
• TD : 150/100 mmhg
• Nadi : 84 x/mn
• Suhu : 36,5 ºC
• RR : 20 x/mnt

Analisa :

Tingkat nyeri belum menurun


menepati kebiasaan waktu tidur.

Senin, 2 1. Melakukan identifikasi


9-5-2022 pola aktifitas dan tidur
18.30- 2. Melakukan identifikasi
20.00 WIB faktor pengganggu
tidur (fisik atau
psikologis).
3. Melakukan modifikasi
lingkungan (mis :
pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat
tidur).
4. Menganjurkan untuk
membatasi waktu tidur
siang, jika perlu.
5. Menetapkan jadwal tidur
rutin.
6. Menganjurkan untuk
melakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis : pijat,
pengaturan posisi, terapi
akupresure)
7. Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit.
8. Menganjurkan agar

69
Planing : perawatan Dx I • Klien mengatakan tidak
I masih dilanjutkan mengetahui makanan apa yang
n Subjektif : boleh dan yang tidak boleh di
t • Klien makan.
e mengatakan ia Objektif :
r tak pernah
• Klien banyak bertanya
v diberi
• Klien makan ikan asin
e pendidikan
dan sayur bersantan
n kesehatan
s Analisa : Tingkat
mengenai
i pengetahuan belum
penyakitnya
meningkat
dan hanya
k diberikan obat Planing : intervensi

e saja. keperawatan Dx III diteruskan

70
9. Menganjurkan untuk
menghindari makanan atau
minuman yang mengganggu
tidur.
10. Mengajarkan faktor-faktor
yang berkotribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis :
psikologis, gaya hidup,
sering
berubah shift bekerja).
Senin, 3 1. Melakukan identifikasi Subjektif : RA
9-5-2022 persepsi mengenai
• klien mengatakan sudah
18.30- masalah dan informasi
mengerti tentang pantang an
20.00 WIB yang memicu konflik.
makan ikan asin serta
2. Melakukan klarifikasi
resikonya
nilai dan harapan
• klien mengatakan akan
yang membantu
mencoba menahan emosi
membuat pilihan.
nya dengan cara menarik
3. Mendiskusikan kelebihan
nafas dalam.
dan kekurangan dari setiap
Objektif :
solusi.
• Klien mulai mencoba makan
4. Memfasilitasi dalam
siang dengan lauk sayur
melihat situasi secara
bayam dan ayam goreng
realistic.
• Klien mulai Latihan menarik
5. Memberikan informasi
nafas dalam untuk menahan
alternatif solusi secara
emosinya
jelas
6. Memberikan informasi yang Analisa :

diminta pasien Manajemen Kesehatan

7. Melakukan kolaborasi meningkat

dengan tenaga kesehatan Planing : intervensi

lain dalam memfasilitasi keperawatan DX IV di stop

pengambilan keputusan

71
Hari DX Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
Tanggal
Jam
Selasa, 1
1. Melakukan identifikasi Subjektif : RA
10-5-2022 lokasi, karakte -ristik nyeri, • Klien mengatakan masih
18.30- durasi, frekuensi, intensitas nyeri dibagian kepala dan
19.00 WIB nyeri terasa berat di tengkuk atau
2. Mengukur tanda-tanda vital leher bagian belakang
3. Melakukan identifikasi • Klien mengatakan masih
skala nyeri sering terbangun semalam
4. Melakukan identifikasi P : tekanan darah tinggi Q :
faktor yang mem perberat terasa berat
dan memperingan nyeri R : nyeri dibagian kepala dan
5. Memberikan terapi non terasa berat di tengkuk atau
farmakologis dengan terapi leher bagian belakang skala :
komplementer pemberian 4
bawang putih T : masih terus menerus.

Objektif :

• Klien terlihat memegangi


kepalanya sambil sesekali
memijit tengkuknya.
• Terlihat sesekali meringis
kesakitan
• Klien tampak
kurang tidur
• Skala nyeri : 5

• TTV :

- KU : Lemah Sedang
- TD : 140/90 mmhg
- Nadi : 84 x/mnt
- Suhu : 36,5 ºC
- RR : 20 x/mnt
Analisa : Tingkat nyeri

72
masih belum menurun
Planing :
Intervensi keperawatan Dx I
nomer 1, 2, 3, 5, dan 6 masih
di lanjutkan
Selasa, 2
1. Selalu memberikan Subjektif: RA
10-5-2022 dukungan tidur dengan Klien mengatakan semalam
18.30- manajemen nyeri selama masih belum bisa tidur nyenyak
19.00 WIB nyeri masih mengganggu di karenakan sakit/nyeri pada
tidur klien kepala dan bahu masih ada dan
2. Melakukan proses hanya berkurang sedikit
identifikasi pola aktifitas Objektif :
dan tidur • Klien tampak
3. Melakukan proses identi sempoyongan saat
fikasi faktor pengganggu berjalan
tidur (fisik dan/atau • Klien tampak mengantuk
psikolo gis).
(sering menguap)
4. Melakukan terapi pemijatan • TTV :
pada kepala dan bahu bila
terasa sakit/nyeri
- KU : Lemah Sedang

5. Selalu menciptakan suasana - TD : 150/100 mmhg

yang sepi bebas dari bising - Nadi : 84 x/mnt


sebelum tidur. - Suhu : 36,5 ºC
6. Mengatur pencahayaan
- RR : 20 x/mnt
kamar sebelum tidur
7. Menganjurkan menepati Analisa : Pola tidur masih
kebiasaan waktu tidur. belum membaik

8. Menganjurkan menghindari Planing : intervensi keperawatan

makanan atau minuman Dx II nomer 1, 3, 4, 5, dan 6 di

yang mengganggu tidur. teruskan

73
Selasa, 3
1. Memberikan penjelasan Subjektif : RA
10-5-2022 tentang penyakit hipertensi
• Klien mengatakan ia mulai
18.30- dan penyebabnya
mengerti tentang penyakit
19.00 WIB 2. Memberikan penjelasan hipertensi
tentang tanda dan gejala
• Klien mengatakan sudah
hypertensi
mengetahui makanan apa
3. Menjelaskan pencegahan
yang boleh dan yang tidak
dan pengobatan hipertensi
boleh di makan.
dengan terapi
Objektif :
komplementer
menggunakan jus mentimun • Klien dapat menjawab
4. Memberikan penjelasan pertanyaan
tentang kandungan • Klien selalu menganggukan
mentimun serta manfaatnya kepala saat di berikan
5. Memberikan penjelasan pembelajaran
tentang mengkonsumsi
bawang putih mentimun. Analisa :
6. Memberikan kesempatan Tingkat pengetahuan mulai
klien untuk bertanya meningkat
Planing :
Intervensi keperawatan Dx III
diteruskan pada nomer 5 dan 6.

74
Hari DX Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
Tanggal
Jam
Rabu, 1
1. Melakukan identifikasi Subjektif : RA
11-5-2022 lokasi, karakte ristik nyeri, • Klien mengatakan nyeri
09.00- durasi, frekuensi, intensitas dibagian kepala dan
11.00 nyeri terasa berat di tengkuk
WIB 2. Mengukur tanda-tanda vital atau leher bagian bela
3. Melakukan identifikasi kang sedikit berkurang.
skala nyeri P : Tekanan darah tinggi
4.Melakukan identifikasi Q : Rasa berat pada tengkuk
faktor yang
atau belakang leher sedikit
memperberat dan
berkurang
memperingan nyeri
R : Nyeri dibagian kepala
5. Memberikan terapi non
dan terasa berat di
farmakologis dengan terapy
tengkuk atau leher bagian
komplementer pemberian
belakang skala : 4
bawang putih 3-5siung/
T : Frekuensi mulai berkurang
hari

Objektif :

• Klien tampak lemah


sedang
• Klien terkadang masih
terlihat sedikit meringis
menahan sakit
• Skala nyeri : 4

• TTV :
• KU : Lemah Sedang
• TD: 130/90 mmhg
• Nadi : 80 x/mnt
• Suhu : 36,7 ºC
• RR : 18 x/mnt

75
Analisa :

• Tingkat nyeri mulai menurun

• Planing :
Intervensi keperawatan Dx
I nomer 1, 2, 3, dan 5
di lanjutkan

Kamis, 2
1. Selalu memberikan Subjektif : RA
12-5-2022 dukungan tidur dengan • Klien mengatakan sudah
18.30- manajemen nyeri bisa tidur dan sudah
19.00 WIB selama nyeri masih tidak sering terjaga lagi
menggangu tidur klien pada malam hari
2. Melakukan therapi
pemijatan pada kepala Objektif :
dan bahu bila terasa • Klien tampak lebih segar
sakit/nyeri
• TTV :
3. Selalu menciptakan
suasana yang sepi bebas - KU : Lemah Sedang
dari bising sebelum tidur. - TD : 130/80 mmhg
4. Mengatur pencahayaan - Nadi : 84 x/mnt
kamar sebelum tidur
- Suhu : 36,3 ºC

- RR : 18 x/mnt

Analisa :

Pola tidur sudah membaik


Planing :
Intervensi keperawatan di stop
Jumat, 3 1. Melakukan identifikasi Subjektif : RA
13-5-2022 lokasi, karakte ristik nyeri, • Klien mengatakan
18.30- durasi, frekuensi, nyeri dibagian kepala
19.00 intensitas nyeri. dan terasa berat di
WIB 2. Mengukur tanda-tanda tengkuk atau leher
vital bagian belakang

76
77
3. Melakukan identifikasi sudah hilang
skala nyeri P : Tekanan darah tinggi
4. Memberikan terapi non Q : Rasa berat pada bahu
farmakologis dengan
dan belakang leher sudah
terapy komplementer
mulai hilang
pemberian bawang putih.
R : nyeri kepala dan tengkuk
nya, skala : 0
T : frekuensi jarang

Objektif :

Klien tampak lebih segar

• Klien sudah tidak


meringis
kesakitan
• Skala nyeri : 0

• TTV :

- KU : compos mentis
- TD : 130/80 mmhg
- Nadi : 78 x/mnt
- Suhu : 36,5 ºC

- RR : 18 x/mnt

- Skala nyeri : 0

Analisa :

Masalah teratasi
Planing :
Intervensi keperawatan DX I di
diselesaikan dengan kondisi
klien / dikurangi

78
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis masalah keperawatan dengan Konsep kasus terkait


Pada bab ini penulis membahas tentang masalah kesehatan yang
terjadi pada pasien dengan hipertensi secara teori dan membandingkan
dengan masalah keperawatan yang terjadi pada Tn. G berusia 41 tahun
dengan diagnosa medis hipertensi. Masalah keperawatan secara teori dengan
hipertensi dan masalah keperawatan pada pada keluarga Tn. G, khususnya
Tn. G dengan diagnose hipertensi dilakukan sejak tanggal 09-13 Mei 2022.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014). Hipertensi adalah sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya ( Price, 2015) dalam Mulyani (2019). Pada umumnya
hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :

1. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau


transport Na.
2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
Dari hasil beberapa penelitian yang telah diteliti dengan melakukan
penatalaksanaan nonfarmakologi salah satu tindakan yang dapat diberikan
untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi adalah terapi
komplementer bawang putih. Beberapa penelitian terkait diantaranya:

79
1. Bawang putih dapat menurunkan tekanan darah karena dalam bawang
putih memiliki senyawa bioaktif utama seperti allin, allisin, ajoene,
kelompok allil sulfida, dan allil sistein.( Ulvi Susanti, Ratna Kurniawati
(2020)
2. Selain sebagai rempah dapur yang terkenal, kepopuleran bawang putih
sebagai herba tidak diragukan lagi. Salah satu khasiat umbi bawang putih
adalah untuk menurunkan tekanan darah. (Abdi Iswahyudi Yasril (2020)
3. Penyakit yang dapat disembuhkan maupun dicegah oleh bawang putih
adalah penyakit menular, sedangkan beberapa penyakit tidak enular atau
penyakit degeneratif diantaranya adalah hipertensi, hiperkolesterol,
aterosklerosis dan banyak yang lainnya. ( Ida Untari (2010)
4. Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan teknik farmakologi dan non
farmakologi salah satunya dengan pemberian air perasan bawang putih.
Ada pengaruh pemberian air perasan bawang putih (allium sativum)
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. (Dwi Christina
Rahayuningrum, Andika Herlina (2020).
5. Masalah keperawatan secara teori dengan hipertensi dan masalah
keperawatan pada kasus keluarga Tn. G khususnya Tn. G dengan
hipertensi
a. Nyeri Akut berhubungan dengan tekanan emosi D.0078)
b. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kondisi klinis terkait nyeri
(D.0055)
c. Defisit pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi (D.0111).
d. Manajemen Kesehatan tidak efektif pada berhubungan dengan Konflik
pengambilan keputusan (D.0116)
Sedangkan masalah keperawatan yang muncul khususnya pada Tn. G, usia
41 tahun dengan hipertensi ada 4 masalah keperawatan yang ditemukan
oleh penulis, yaitu sebagai berikut:
1) Nyeri Akut pada keluarga G, khususnya Tn. G berhubungan dengan
ketidak seimbangan neuro transmitter, neuromodulator, dan pada saat
pengkajian Klien mengatakan nyeri dibagian kepala dan terasa berat di
tengkuk atau leher bagian belakang

80
2) Gangguan Pola Tidur pada keluarga G khususnya Tn. G berhubungan
dengan kondisi klinis terkait nyeri.Pada saat pengkajian Klien
mengatakan :Semalam tidak bisa tidur karena sakit/nyeri pada kepala
dan bahu
3) Defisit pengetahuan tentang penyakitnya pada keluarga G khususnya
Tn. G berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi. Pada saat
pengkajian klien mengatakan ia tak pernah diberi pendidikan Kesehatan
mengenai penyakitnya dan hanya diberikan obat saja..
4) Manajemen Kesehatan tidak efektif pada keluarga G khususnya pada
Tn. G berhubungan dengan Konflik pengambilan keputusan. Pada saat
dilakukan pengkajian klien mengatakan senang makan ikan asin dan
sayur bersantan, Klien mengatakan mudah marah.

B. Masalah utama
Masalah utama yang terjadi pada kasus Tn. G dengan hipertensi
adalah ketidak stabilan tekanan darah, ini sejalan dengan hasil data penunjang
yaitu pemeriksaan tekanan darah pada Tn. G yang dilakukan sebelum
diberikan terapi komplementer bawang putih selama 5 hari berturut-turut
dengan hasil tertinggi150/100 mmhg selain itu faktor genetik merupakan
salah satu faktor lain yang dapat menyebabkan resiko menderita hipertensi.
C. Analisa salah satu intervensi keperawatan dengan konsep penelitian
terkait
Dari hasil evaluasi pengukuran tekanan darah yang di dapatkan
penulis dengan memberikan terapi komplementer bawang putih selama 4 hari
berturut- turut, didapatkan hasil tekanan darah pada Tn. G menurun yang
dapat kita lihat dari tabel, hasil tekanan darah pada Tn.G sebagai berikut:

81
Tabel 4. 1 Hasil Tekanan Darah Tn. G

Hari tanggal Tekanan darah


No
Senin, 9 Mei 2022 150/100 Mmhg
1
2 Selasa, 10 Mei 2022 140/90 Mmhg
3 Rabu, 11Mei 2022 130/80 Mmhg
4 Kamis, 12 Mei 2022 120/80 Mmhg
5 Jum’at 13 Mei 2022 110/70 Mmhg

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Abdi Iswahyudi Yasril (2020) dengan judul Pengaruh Pemberian Air Perasan
Bawang Putih (Allium Sativum) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi mendapatkan hasil bahwa bawang putih dapat
menurunkan tekanan darah.

D. Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan


Setelah penulis mengaplikasikan asuhan keperawatn terhadap Tn. G
dengan hipertensi dengan terapi komplementer yaitu konsumsi bawang putih
selama 5 hari secara berturut-turut di dapatkan hasil:

1. Penurunan tekanan darah pada klien dengan ditunjukan hasil tekanan


darah dari 150/100 mmhg menjadi 110/70 Mmhg
2. Keluhan klien sering nyeri kepala dan tengkuk sudah tidak ada ini sesuai
dengan penatalaksanaan pada klien Hipertensi yang salah satunya edukasi
dengan demikian kita sebagai tenaga kesehatan agar jangan bosan untuk
memberikan edukasi (pendidikan kesehatan) untuk meningkatkan
kesadaran klien untuk menerapkan prilaku hidup sehat bagi pasien
hipertensi yaitu:
a. Rutin control tekanan darah
b. Rutin menjaga pola makan (diet)
c. Rutin olahraga
d. Rutin minum obat dan berobat
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Abdi Iswahyudi Yasril (2020) dengan judul Pengaruh Pemberian Air

82
Perasan Bawang Putih (Allium Sativum) terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Penderita Hipertensi mendapatkan hasil bahwa bawang putih
dapat menurunkan tekanan darah.
3. Kemandirian dalam beraktivitas klien walaupun dengan riwayat
Hipertensi, ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widyastuti
Widyastuti dan Fithrina Yudha Utama(2019) yaitu dengan judul Analisa
Peran Perawat Tim Perawatan Kesehatan Masyarakat Terhadap Tingkat
Kemandirian Keluarga Binaan Dalam Merawat Penderita Hipertensi

83
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bawang putih memiliki manfaat membantu menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi, artinya dengan mengkonsumsi bawang putih 1-2
siung/hari dapat mengontrol tekanan darah
2. Bawang putih Merupakan salah satu tanaman dengan kandungan senyawa
aktif yang tinggi. Senyawa aktif tersebut berdampak positif dan
bermanfaat besar bagi tubuh diantaranya seperti allicin, protein, vitamin
B1, B2, C, dan D (Hembing, 2007). Senyawa aktif yang berfungsi sebagai
antioksidan dan apabila dikonsumsi terbukti dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
3. Standar Operasional prosedur untuk konsumsi bawang putih tidak ada
rekomendasi resmi, studi menunjukkan bahwa makan 1-2 siung bawang
putih per hari mungkin memberikan manfaat kesehatan. Jika dirasa ada
efek samping setelah mengonsumsi bawang putih lebih dari jumlah
ini, pertimbangkan untuk mengurangi asupannya.
(https://www.google.com/search?q=standar+operasional+konsumsi+bawa
ng+putih)
4. Keluhan yang dirasakan klien yaitu nyeri pada kepala dan tengkuk sudah
hilang atau membaik.

B. Saran
1. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan dapat melengkapi buku-buku, referensi
terkait dengan keperawatan komplementer sebagai bahan ilmiah untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang manfaat bawang putih yang dapat
membantu menurunkan tekanan darah.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan penerapan aplikasi konsumsi bawang putih ini dapat
membantu masyarakat yang menderita hipertensi menurunkan dan
menstabilkan

84
tekanan darah secara kontinyu dengan mengkonsumsi bawang putih setiap
hari.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan hasil ini dapat dijadikan referensi terapi komplementer,
berguna bagi mahasiswa dan dapat memotivasi mahasiswa untuk
melakukan aplikasi-aplikasi dari penelitian lainnya yang dapat diterapkan
pada masyarakat dan klien.

85
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. 2012 . Medikal Bedah. Jogjakarta : Diva Press


Aspiani Yuli Reny. (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Brunner & Suddarth, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8. Volume 2. Jakarta : EGC
Dewi, S dan Familia. D. 2010. Hidup Bahagia Dengan Hipertensi. Yogyakarta:
A- Plus
Hasanah, H. (2016). Teknik-Teknik Observasi. 2-46.(Sebuah Alternatif Metode
Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu Sosial).Universitas Islam Negeri
Semarang
Khairunnisa, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi di Ruang
Angsoka di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda (Vol. 53).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.
https://doi.org/10.1177/109019817400200403
Kementrian Kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Hipertensi.
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatinhipertens.pdf. Diunduh pada tanggal 9 November 2018
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Balitbangkes.
Misbach, J. (2013). Aspek diagnostik, Patofisiolofi, Managemen.Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP
PPNI.
Novia Puspita Sari (2020), Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Hipertensi Yang Di Rawat Di Rumah Sakit

Nursalam, 2014. Buku Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika

Potter, P. A dan A. G. Perry. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan


Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

86
Riskesdas (2018). Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Triyanto ,Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Jogjakarta : Graha Ilmu

Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: CV Andi


Offset. World Health Organization 2013, ‘A Global Brief On
Hypertension’, Geneva, World Health Organization.

(https://www.google.com/search?q=standar+operasional+konsumsi+bawang+p
utih

https://ojs.fdk.ac.id/index.php/ESJ/article/download/1022/pdf

https://www.lppm.poltekmfh.ac.id/index.php/JPKIK/article/download/275/195

87
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PENELITIAN

I
II

Anda mungkin juga menyukai