Model Komunikasi Dalam Hal Peningkatan Kepuasan Pasien Dilayanan Rawat Jalan
Model Komunikasi Dalam Hal Peningkatan Kepuasan Pasien Dilayanan Rawat Jalan
Dosen pengampu
Safari Hasan, S.Ip., M.M.R.
Oleh
Agsendo Fairuz Zaidan(10823002)
PENDAHULUAN
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting dalam menilai kualitas
pelayanan kesehatan. Pasien yang puas dengan pelayanan yang diterimanya
akan lebih cenderung untuk kembali menggunakan layanan tersebut dan
merekomendasikannya kepada orang lain. Hal ini tentu saja akan berdampak
positif bagi reputasi dan keberlangsungan institusi kesehatan.
Layanan rawat jalan memiliki karakteristik yang berbeda dengan layanan rawat
inap. Pasien rawat jalan umumnya datang dalam kondisi yang tidak darurat dan
membutuhkan informasi dan edukasi yang lebih komprehensif. Oleh karena itu,
model komunikasi yang diterapkan di layanan rawat jalan perlu disesuaikan
dengan karakteristik tersebut.
Model komunikasi yang efektif dalam layanan rawat jalan dapat membantu:
1
Yang diharapkan penulis dapat bermanfaat bagi, tenaga kesehatan khusus
dokter, perawat dan apotoker dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
mereka dengan pasien. Institusi kesehatan dalam mengembangakan stategi
kominikasi yang efektif untuk meningkatkan kepuasan pasien. Pasien dalam
memahami pentingnya kominikasi yang efektif dalam pelayanan kesehatan dan
dalam mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
Makalah ini akan focus membahas model komunikasi verbal dan non verbal yang
digunakan dalam interaksi antara tenaga kesehatan dan pasien. Makalah ini
tidak akan membahas komunikasi tertulis, seperti brosur edukasi atau intruksi
penggunaan obat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
• Kejelasan. Tenaga kesehatan harus menjelaskan informasi kepada
pasien dengan cara yang jelas, ringkas, dan mudah dimengerti.
• Akurasi. Informasi yang disampaikan kepada pasien harus akurat dan
terkini.
• Relevansi Informasi yang disampaikan harus relevan dengan
kebutuhan dan kondisi pasien.
• Kelengkapan. Tenaga kesehatan harus memberikan informasi yang
lengkap kepada pasien, termasuk tentang risiko dan manfaat dari
berbagai pilihan pengobatan.
• Empati. Tenaga kesehatan harus menunjukkan empati kepada pasien
dan memahami perasaan mereka.
• Rasa hormat. Tenaga kesehatan harus menghormati pasien dan
privasi mereka.
Model Shannon-Weaver
Model Shannon-Weaver adalah model komunikasi yang dikembangkan oleh
Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1948. Model ini
4
menggambarkan proses komunikasi sebagai proses transmisi informasi dari
pengirim (encoder) ke penerima (decoder) melalui saluran (channel).
5
• Penerima (decoder). Penerima adalah pihak yang menerima
informasi. Dalam konteks layanan rawat jalan, penerima biasanya
adalah pasien.
• Gangguan (noise). Gangguan adalah faktor-faktor yang dapat
mengganggu transmisi sinyal dari encoder ke decoder. Dalam
konteks layanan rawat jalan, gangguan dapat berupa kebisingan latar
belakang, kurangnya perhatian pasien, atau hambatan bahasa.
• Umpan balik (feedback). Umpan balik adalah informasi yang
diberikan oleh penerima kepada pengirim tentang bagaimana pesan
diterima dan dipahami. Dalam konteks layanan rawat jalan, umpan
balik dapat berupa pertanyaan yang diajukan oleh pasien, ekspresi
wajah pasien, atau pernyataan pasien tentang pemahamannya
terhadap informasi yang disampaikan.
Model Berlo
Model Berlo adalah model komunikasi yang dikembangkan oleh David K. Berlo
pada tahun 1960. Model ini menggambarkan proses komunikasi sebagai proses
6
penyampaian makna dari pengirim (source) kepada penerima (receiver) melalui
pesan (message) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat dalam diri
pengirim, penerima, dan saluran komunikasi.
Dalam konteks layanan rawat jalan, Model Berlo dapat digunakan untuk
memahami bagaimana informasi tentang kondisi kesehatan dan rencana
perawatan pasien disampaikan dari tenaga kesehatan (sumber) kepada pasien
(penerima) melalui pesan (informasi) yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
7
biasanya adalah proses pemahaman yang dilakukan oleh pasien
terhadap informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan.
• Penerima (receiver). Penerima adalah pihak yang menerima makna
yang telah ditafsirkan. Dalam konteks layanan rawat jalan, penerima
biasanya adalah pasien.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi:
o Faktor-faktor dalam diri pengirim: Kredibilitas, keahlian,
pengalaman, pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap pengirim.
o Faktor-faktor dalam diri penerima: Kredibilitas, keahlian,
pengalaman, pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap penerima.
o Faktor-faktor dalam pesan: Kejelasan, akurasi, relevansi,
kelengkapan, dan organisasi pesan.
o Faktor-faktor dalam saluran komunikasi: Gangguan, hambatan
bahasa, dan media yang digunakan.
Model Berlo dapat digunakan untuk memahami beberapa aspek penting dalam
komunikasi di layanan rawat jalan, yaitu:
8
memberikan umpan balik tentang pemahaman mereka terhadap
informasi yang disampaikan.
Model Transactional
Model Transactional adalah model komunikasi yang dikembangkan oleh W.
Schramm pada tahun 1954. Model ini menggambarkan komunikasi sebagai
proses pertukaran pesan antara dua orang atau lebih yang saling bertukar peran
sebagai pengirim dan penerima.
Dalam konteks layanan rawat jalan, Model Transactional dapat digunakan untuk
memahami bagaimana informasi tentang kondisi kesehatan dan rencana
perawatan pasien disampaikan dari tenaga kesehatan (pengirim) kepada pasien
(penerima) melalui pertukaran pesan yang dinamis.
9
• Penerima (decoder). Penerima adalah pihak yang menerima pesan
dan menafsirkan maknanya. Dalam konteks layanan rawat jalan,
penerima biasanya adalah pasien.
• Umpan balik (feedback). Umpan balik adalah informasi yang
diberikan oleh penerima kepada pengirim tentang bagaimana pesan
diterima dan dipahami. Dalam konteks layanan rawat jalan, umpan
balik dapat berupa pertanyaan yang diajukan oleh pasien, ekspresi
wajah pasien, atau pernyataan pasien tentang pemahamannya
terhadap informasi yang disampaikan.
• Pengaruh (influence). Pengaruh adalah proses di mana pengirim
berusaha untuk mengubah perilaku atau sikap penerima. Dalam
konteks layanan rawat jalan, pengaruh dapat digunakan oleh tenaga
kesehatan untuk mendorong pasien untuk mengikuti rencana
perawatan, patuh terhadap pengobatan, dan menjaga kesehatan
mereka.
10
memberikan umpan balik tentang pemahaman mereka terhadap
informasi yang disampaikan.
Sikap dan nilai-nilai: Tenaga kesehatan yang memiliki sikap yang positif dan
menghargai pasien akan lebih mudah untuk membangun kepercayaan dengan
pasien dan mendorong pasien untuk terlibat aktif dalam proses perawatan
mereka.
Beban kerja: Tenaga kesehatan yang memiliki beban kerja yang tinggi mungkin
tidak memiliki cukup waktu untuk berkomunikasi dengan pasien secara efektif.
Hal ini dapat menyebabkan frustrasi bagi pasien dan dapat berdampak negatif
pada kepuasan pasien dan hasil kesehatan.
11
Budaya dan nilai-nilai: Pasien dari budaya yang berbeda mungkin memiliki cara
komunikasi yang berbeda dan mungkin memiliki ekspektasi yang berbeda
tentang bagaimana mereka ingin diperlakukan oleh tenaga kesehatan.
Kondisi kesehatan: Pasien dengan kondisi kesehatan yang akut atau kronis
mungkin mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
karena kelelahan, nyeri, atau kecemasan.
Hambatan bahasa: Jika tenaga kesehatan dan pasien tidak berbicara bahasa
yang sama, mereka mungkin perlu menggunakan penerjemah untuk
berkomunikasi. Hal ini dapat memperlambat proses komunikasi dan membuat
sulit bagi pasien untuk membangun hubungan dengan tenaga kesehatan.
Faktor-faktor Lainnya:
12
Ketidakpercayaan: Pasien mungkin tidak mempercayai tenaga kesehatan jika
mereka merasa bahwa tenaga kesehatan tidak kompeten atau tidak peduli
dengan mereka.
Keterampilan Komunikasi:
13
dalam menangani situasi komunikasi yang sulit dan dalam membangun
hubungan yang baik dengan pasien.
Sikap yang positif: Tenaga kesehatan yang memiliki sikap yang positif dan
menghargai pasien akan lebih mudah untuk membangun kepercayaan dengan
pasien dan mendorong pasien untuk terlibat aktif dalam proses perawatan
mereka. Empati: Tenaga kesehatan yang mampu berempati dengan pasien akan
lebih mudah untuk memahami perasaan dan concerns pasien. Rasa
hormat: Tenaga kesehatan harus menghormati pasien dan privasi mereka.
Keterbukaan: Tenaga kesehatan harus terbuka untuk menerima umpan balik dari
pasien dan untuk belajar dari pengalaman mereka.
Beban Kerja:
Beban kerja yang tinggi: Tenaga kesehatan yang memiliki beban kerja yang
tinggi mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk berkomunikasi dengan pasien
secara efektif. Hal ini dapat menyebabkan frustrasi bagi pasien dan dapat
berdampak negatif pada kepuasan pasien dan hasil kesehatan. Manajemen
waktu yang efektif: Tenaga kesehatan yang mampu mengelola waktu mereka
secara efektif akan lebih mudah untuk mengalokasikan waktu yang cukup untuk
berkomunikasi dengan pasien.
Dukungan Institusi:
14
2.3.2 Faktor Eksternal (Pasien)
Kondisi Kesehatan:
15
• Keterbatasan fisik: Pasien dengan keterbatasan fisik, seperti
gangguan pendengaran atau penglihatan, mungkin memerlukan
bantuan untuk berkomunikasi dengan tenaga kesehatan.
Faktor Psikologis:
16
• Depresi: Pasien yang mengalami depresi mungkin merasa tidak
bersemangat untuk berkomunikasi dengan tenaga kesehatan dan
mungkin tidak terlibat aktif dalam proses perawatan mereka.
• Trauma: Pasien dengan riwayat trauma mungkin mengalami
kesulitan untuk mempercayai tenaga kesehatan dan mungkin enggan
untuk mengungkapkan informasi pribadi mereka.
17
perawatan mereka, mencapai hasil kesehatan yang optimal, dan
merekomendasikan layanan kesehatan tersebut kepada orang lain.
Model Berlo: Model Berlo dapat digunakan oleh tenaga kesehatan untuk
memahami bagaimana faktor-faktor dalam diri mereka sendiri, pasien, dan
saluran komunikasi dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi.
18
Model Shannon-Weaver: Model Shannon-Weaver dapat digunakan oleh tenaga
kesehatan untuk memahami bagaimana informasi tentang kondisi kesehatan dan
rencana perawatan pasien dapat disampaikan dari tenaga kesehatan kepada
pasien melalui saluran komunikasi yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi yang efektif merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan
kepuasan pasien di layanan rawat jalan. Model komunikasi yang tepat dapat
membantu tenaga kesehatan untuk memahami dan menganalisis proses
komunikasi dengan pasien, sehingga mereka dapat mengidentifikasi dan
mengatasi hambatan komunikasi dan meningkatkan efektivitas komunikasi
mereka. Penerapan model komunikasi dalam layanan rawat jalan dapat
memberikan berbagai manfaat, antara lain: (Meningkatkan efektivitas
komunikasi, Meningkatkan kepuasan pasien, Meningkatkan kualitas perawatan
kesehatan, Mengurangi biaya perawatan kesehatan, Meningkatkan kinerja
tenaga kesehatan)
Beberapa model komunikasi yang dapat diterapkan dalam layanan rawat jalan
untuk meningkatkan kepuasan pasien, antara lain:
19
Model Shannon-Weaver: Model ini membantu tenaga kesehatan memahami
bagaimana informasi tentang kondisi kesehatan dan rencana perawatan pasien
dapat disampaikan dari tenaga kesehatan kepada pasien melalui saluran
komunikasi yang berbeda.
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Salkind, M. M., & Krejcie, F. W. (2007). Research methods for the social
sciences (5th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
Jurnal:
Ha, J. S., Jin, S. Y., & Park, S. H. (2014). The effect of patient-centered
communication on patient satisfaction and quality of care: A meta-analysis.
Journal of Clinical Nursing, 23(11-12), 1406-1416.
21
Creswell, J. W. (2014). Research questions: Posing questions that lead to
good research. In J. W. Creswell (Ed.), Research design: Qualitative,
quantitative, and mixed methods approaches (4th ed.) (pp. 97-126).
Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
Situs web:
22