Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BUMI SEBAGAI BENDA LANGIT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPA SD 2

Dosen Pengampu: Tursinawati, S,pdi., M.pd

Disusun oleh:

Nama : Fida Nisrina Mutia

Npm : 2306104040056

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan topik “Bumi Sebagai Benda Langit” dengan tepat
waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Konsep Dasar IPA SD
2. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada ibu Tursinawati, S,pdi., M.pd . selaku
dosen Mata Kuliah Konsep Dasar IPA SD 2.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai bumi sebagai benda langit
khususnya bagi penulis. Akhir kata, mungkin dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan.

Aceh, 10 April 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah............................................................................4

B. Tujuan..........................................................................................................4

C. Manfaat........................................................................................................4

BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................................6

A. Bumi..............................................................................................................6

B. Penciptaan Bumi Menurut Al-Qur’an.......................................................8

C. Anatomi Bumi.............................................................................................10

D. Peran Manusia Sebagai Khalifah di Bumi………………………………12


BAB II PENUTUP........................................................................................................14

A. Kesimpulan.................................................................................................14

B. Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bumi, sebagai planet yang kita huni, memiliki karakteristik yang unik dibandingkan
dengan planet lain di luar angkasa. Saat dilihat dari jauh, Bumi menonjolkan warna biru
yang dominan, yang berasal dari banyaknya permukaannya yang tertutup oleh air,
terutama lautan dan samudra.
Kehadiran air di Bumi adalah sesuatu yang istimewa di alam semesta ini,
sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, Surah Al-Anbiya ayat 30, "Dan Kami jadikan
segala yang hidup itu berasal dari air. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman
(kepada hari berbangkit)?" Hal ini menegaskan bahwa air adalah asal dari kehidupan, dan
pemberian air oleh Allah SWT kepada Bumi menjadi bukti kebesaran-Nya.
Hal ini karena kebanyakan planet lain tidak memiliki air, atau jika pun ada, jumlahnya
sangat sedikit dibandingkan dengan keberlimpahan air di Bumi. Air, dengan sifat-sifatnya
yang unik, memungkinkan berbagai proses kehidupan untuk berlangsung di Bumi.
Interaksi air dengan unsur-unsur lainnya, seperti tanah, batu, udara, dan sebagainya,
menciptakan lingkungan yang mendukung kehidupan bagi berbagai jenis makhluk hidup.
Proses-proses ini juga menjadi landasan bagi terjadinya berbagai keajaiban alam lainnya.
Meskipun Bumi dipenuhi dengan keajaiban dan memberikan kita sumber daya air
yang melimpah, sayangnya, seringkali kita lupa untuk menghargainya. Kita jarang
menyadari bahwa kita hidup di atas sebuah planet yang sangat besar, yang terus berputar
dengan cepat di sekitar sumbunya.

B. Tujuan

1. Menjelaskan tentang penciptaan Bumi menurut Al-Quran.


2. Membahas ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan penciptaan Bumi.
3. Membahas peran manusia sebagai khalifah di bumi

C. Manfaat
1. Memperdalam pemahaman tentang penciptaan Bumi menurut perspektif Al-Qur'an.
2. Menumbuhkan keimanan kepada Allah SWT melalui pemahaman tentang kebesaran-
Nya sebagai Pencipta.
3. Memperluas pengetahuan tentang ilmu alam, terutama dalam hal geologi dan
astronomi.
4. Mendorong pemikiran kritis dan analitis dalam menghubungkan antara pengetahuan
agama dan sains.
5. Menyebarkan pemahaman yang benar tentang konsep penciptaan Bumi sesuai dengan
ajaran Islam.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Bumi

Bumi secara ilmiah diartikan sebagai planet ketiga di sistem solar, yang berbentuk
bulat dan memiliki sekitar 70% dari massa total sistem solar. Bumi berputar sekitar
sumbu yang berada di sekitar tengahnya, dengan pemukulan yang berfokus pada sumbu
tersebut. Peristiwa ini disebut sebagai rotasi yang merupakan perputaran bumi pada
porosnya. Bumi juga berputar sekitar sumbu yang berada di sekitar tengahnya, dengan
pemukulan yang berfokus pada sumbu tersebut atau yang disebut juga revolusi yang
mana peristiwa bumi berputar terhadap titik acuannya yaitu matahari. Bumi memiliki
atmosfer, yang terdiri dari campuran gas, yang memiliki sifat yang berbeda-beda, dan
memiliki beberapa lapisan, termasuk troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan
ionosfer.
Bumi merupakan planet yang terbentuk secara bertahap oleh Allah. Bumi terbentuk
sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, dan tanah di planet bumi terbentuk sekitar 3 miliar
tahun yang lalu sebagai kerak di atas magma. Proses penciptaan bumi ini terjadi secara
berangsur-angsur, dimulai dari material panas yang dipadatkan hingga terbentuk menjadi
planet biru yang memiliki atmosfer. Pada awalnya, bumi dalam keadaan mati, namun
kemudian Allah menurunkan air sebagai prasyarat terciptanya makhluk hidup, dan
menyebarkan segala jenis hewan untuk hidup di sana.
Dari segi etimologi, kata "al-ardh" memiliki makna "bumi", yakni salah satu planet
yang termasuk dalam tata surya. Dalam Al-Quran, kata "ardh" (‫ )ض ْر أ‬disebutkan
sebanyak 351 kali, semuanya dalam bentuk tunggal, tidak pernah dalam bentuk jamak.
Dalam Al-Quran, kata "ardh" biasanya diartikan sebagai "bumi". Namun, tidak semua
kemunculan kata tersebut merujuk pada bumi tempat tinggal kita. Beberapa kali, kata
"ardh" digunakan untuk menyebut penciptaan alam semesta beserta sistem tata surya yang
belum terbentuk seperti sekarang.
Menurut Al-Qur'an, bumi didefenisikan sebagai sebuah planet yang memiliki bentuk
bulat. Konsep ini dapat ditemukan dalam beberapa ayat Al-Qur'an yang menggambarkan
alam semesta dan penciptaan Bumi. Penjelasan ini didasarkan pada interpretasi ayat-ayat
Al-Qur'an serta pemahaman ilmiah modern yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Bentuk bulat bumi tercantum dalam ayat Al-Zumar 5, yang berfirman,

‫َخ َلَق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض ِباْلَح ِّۚق ُيَك ِّو ُر اَّلْيَل َع َلى الَّنَهاِر َو ُيَك ِّو ُر الَّنَهاَر َع َلى اَّلْيِل َو َس َّخ َر الَّش ْمَس َو اْلَقَم َۗر‬
٥ ‫ُك ٌّل َّيْج ِرْي َاِلَج ٍل ُّمَس ًّمۗى َااَل ُهَو اْلَع ِزْيُز اْلَغ َّفاُر‬

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia memasukkan malam
atas siang dan memasukkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan,
masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Maha
Mulia, Maha Pengampun". Q.S. Al-Zummar (5).

Dalil lain yang mendukung bentuk bulat bumi adalah ayat Al-Anbiyaa' 33 dan Al-
Baqarah 164, yang menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan, yang masing-masing berjalan di dalam garis edarnya.
 Surah Al-Anbiyaa' ayat 33:

‫َو ُهَو اَّلِذ ْي َخ َلَق اَّلْيَل َو الَّنَهاَر َو الَّش ْمَس َو اْلَقَم َۗر ُك ٌّل ِفْي َفَلٍك َّيْس َبُحْو َن‬

Ayat ini menyatakan, "Dan Dia-lah Yang menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan; masing-masing dari keduanya beredar di dalam garis edarnya sendiri." (Q.S. Al-
Anbiyaa' : 33)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan,
dengan setiap satunya memiliki jalannya sendiri di dalam garis edar yang telah
ditetapkan-Nya. Pada konteks pembahasan tentang bentuk Bumi, pengertian ini
menunjukkan bahwa Bumi haruslah memiliki bentuk bulat agar dapat menjelaskan
konsep malam dan siang, serta gerakan matahari dan bulan di sekitar Bumi.
 Surah dan Al-Baqarah 164:

‫ِاَّن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِض َو اْخ ِتاَل ِف اَّلْيِل َو الَّنَهاِر َو اْلُفْلِك اَّلِتْي َتْج ِرْي ِفى اْلَبْح ِر ِبَم ا َيْنَفُع الَّناَس َو َم ٓا‬
‫ۤا ٍۖة‬ ‫ۤا‬ ‫ۤا‬
‫َاْنَز َل ُهّٰللا ِم َن الَّس َم ِء ِم ْن َّم ٍء َفَاْح َيا ِبِه اَاْلْر َض َبْع َد َم ْو ِتَها َو َبَّث ِفْيَها ِم ْن ُك ِّل َد َّب َّو َتْص ِر ْيِف الِّر ٰي ِح‬
١ ‫َو الَّس َح اِب اْلُمَس َّخ ِر َبْيَن الَّس َم ۤا ِء َو اَاْلْر ِض ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيْع ِقُلْو َن‬
Ayat ini menyatakan, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa barang-barang
yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (Q.S.
Al-Baqarah (164))
Ayat ini menunjukkan kebesaran Allah dalam penciptaan langit dan bumi, serta
menekankan pada perputaran malam dan siang yang menjadi salah satu tanda-tanda
kebesaran-Nya. Pengertian ini juga menegaskan bahwa bumi adalah tempat berpijak bagi
kehidupan, dan proses hidup-mati-hidup kembali yang terjadi di dalamnya menunjukkan
bahwa bumi memiliki bentuk bulat yang mendukung perputaran dan siklus alaminya.
Bumi diciptakan secara berangsur-angsur mulai dari material panas yang dipadatkan
sampai terbentuk planet biru yang memiliki atmosfer. Sebelum memiliki atmosfer,
keadaan bumi tidak dapat dijadikan tempat hidup bagi makhluk ciptaan Allah. Dikatakan
bahwa pada awalnya bumi mati.

B. Penciptaan Bumi Menurut Al-Qur’an

Pencipta langit dan bumi beserta isinya adalah Allah SWT. Proses penciptaan ini
terjadi dalam "enam hari" yang kemudian diinterpretasikan sebagai "enam masa" atau
"enam periode", yang tidak selalu berarti periode 24 jam, seperti yang terdapat dalam Al-
Qur'an dengan penjelasan waktu yang berbeda-beda, seperti 1.000 tahun (Surah Al-Hajj:
47) bahkan 50.000 tahun (Surah Al-Ma'arij: 4). Menurut Ahmad Musafā al-Marāgi dalam
Tafsirul-Marāgi, penciptaan langit, bumi, dan segala isinya terjadi dalam enam periode
yang panjangnya mungkin ribuan tahun.
Proses penciptaan dalam enam masa atau periode ini meliputi pembentukan alam
semesta dari awal hingga penciptaan manusia sebagai makhluk terakhir. Namun, hal ini
bukan berarti Allah memerlukan waktu untuk menciptakan sesuatu, karena dengan
ucapan "kun" (jadilah), segala sesuatu yang dikehendaki-Nya akan terjadi (Surah YaSin
36/:82). Penciptaan langit dan bumi beserta isinya dalam enam masa atau periode
bertujuan untuk memberikan petunjuk kepada manusia bahwa segala sesuatu memerlukan
proses dan waktu. Semakin besar nilai yang diciptakan, semakin panjang proses dan
waktu yang dibutuhkan.
Para ilmuwan saat ini telah melakukan banyak penelitian untuk memahami enam
tahapan pembentukan alam semesta hingga mencapai bentuknya yang sekarang, mulai
dari Big Bang atau dentuman besar dari Singularity, hingga terbentuknya tata surya dan
planet-planet. Meskipun demikian, para ilmuwan masih berbeda pendapat dalam memberi
nama kepada tahapan-tahapan ini. Beberapa ilmuwan berusaha menghubungkan konsep
enam masa penciptaan langit dan bumi dengan informasi yang terdapat dalam firman
Allah:

)29( ‫) َو َأْغَطَش َلْيَلَها َو َأْخ َر َج ُض َح اَها‬28( ‫) َر َفَع َسْم َك َها َفَس َّو اَها‬27( ‫َأَأْنُتْم َأَشُّد َخ ْلًقا َأِم الَّس َم اُء َبَناَها‬
‫) َم َتاًعا َلُك ْم‬32( ‫) َو اْلِج َباَل َأْر َس اَها‬31( ‫) َأْخ َر َج ِم ْنَها َم اَء َها َو َم ْر َعاَها‬30( ‫َو اَأْلْر َض َبْع َد َذ ِلَك َد َح اَها‬
)33( ‫َو َأِلْنَع اِم ُك ْم‬
“Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah
membangunnya. Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia
menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan
bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancarkan-Nya dengan
teguh, (semua itu) untuk kesenangan kalian dan untuk binatang-binatang ternakmu.”
(Q.S An-Nazi’at :27-33)

Menurut para astronom, ayat tersebut mengarahkan pada kronologi enam proses
penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya. Masa Pertama, yang diindikasikan dari
ayat 27, menunjukkan penciptaan alam semesta dengan peristiwa Big Bang, yakni
ledakan besar sebagai asal muasal terbentuknya ruang dan waktu bersama dengan materi.
Masa Kedua, dijelaskan dari ayat 28, mengarah pada pengembangan alam semesta yang
menyebabkan benda-benda langit menjauh satu sama lain (secara sederhana, langit
semakin meluas). "…lalu menyempurnakannya…" menunjukkan bahwa proses
pembentukan benda langit adalah evolusi, dari awan antarbintang menjadi bintang,
kemudian mengalami kematian dan digantikan oleh generasi bintang baru. Masa Ketiga
diperoleh petunjuk dari ayat 29 yang menyinggung tata surya yang berlaku juga untuk
bintang-bintang lain. Masa ini melibatkan penciptaan matahari yang bersinar dan bumi
(serta planet lain) yang berputar, menyebabkan peristiwa malam dan siang. Masa
Keempat, diambil dari ayat 30, sepertinya menggambarkan evolusi di bumi, termasuk
pembentukan bulan dari sebagian lapisan bumi karena tumbukan benda langit dan
kemungkinan pemisahan lempeng benua besar Pangea, meskipun bisa lebih tua dari
Pangea. Masa Kelima, diinterpretasikan dari ayat 31, menandakan awal munculnya
kehidupan di bumi (dan mungkin di planet lain yang disiapkan untuk kehidupan) dengan
ketersediaan air. Masa Keenam, diperoleh petunjuk dari ayat 32 dan 33, menjelaskan
munculnya gunung-gunung karena evolusi geologi dan dimulainya penciptaan hewan,
yang kemudian diikuti oleh manusia.

C. Anatomi Bumi

Anatomi bumi merujuk pada pembahasan mengenai bentuk, dimensi, dan struktur
bumi. Topik ini tidak dijelaskan secara spesifik oleh Allah dalam Al-Qur'an. Hal ini
karena masalah tersebut dapat dieksplorasi oleh manusia secara independen, baik melalui
penelitian empiris maupun pemikiran yang mendalam.

1. Bentuk dan Ukuran Bumi


Ayat 22 Surah Al-Baqarah menjelaskan bahwa Allah menciptakan bumi sebagai
tempat yang luas untuk kehidupan manusia dan makhluk-Nya, dengan langit sebagai
atapnya. Allah juga menurunkan hujan dari langit untuk menghasilkan berbagai
tumbuhan, sayuran, dan buah-buahan yang menjadi rezeki bagi manusia dan makhluk
lainnya. Meskipun bumi memiliki bentuk yang mendekati bulat, permukaannya
terlihat datar dan luas bagi manusia karena ukurannya yang sangat besar. Manusia
umumnya menempati dataran yang subur, yang terbentuk melalui proses geologi yang
berlangsung selama jutaan tahun. Proses ini dimulai dari pembentukan pegunungan,
diikuti dengan pelapukan dan erosi, serta pengendapan material hasil pelapukan dan
erosi di dataran yang lebih rendah, seperti hamparan kipas endapan sungai. Wilayah
tersebut menjadi subur karena melimpahnya air, baik yang turun dari langit maupun
yang mengalir dari sungai, yang mengatur Allah dengan sistem yang terpadu dan
harmonis.
Ayat 5 Surah Az-Zumar memberikan gambaran tentang sifat dan gerak bumi.
Allah menutupkan malam atas siang dan siang atas malam, menunjukkan adanya
proses peralihan yang gradual antara kedua fenomena tersebut. Hal ini hanya dapat
dijelaskan jika bumi berbentuk bulat dan berotasi di hadapan matahari. Fenomena ini
dapat dilihat pada wilayah terminator, yaitu wilayah batas antara malam dan siang,
yang terlihat ketika magrib gelap perlahan menutupi wilayah terang, dan sebaliknya
pada pagi hari.
Bentuk bulat bumi dapat diperkuat oleh pengamatan terhadap kapal yang berlayar
di laut, yang semakin jauh terlihat semakin mengecil hingga menghilang di horizon.
Meskipun ada beberapa ahli yang menganggap bahwa bumi tidak bulat sempurna,
tetapi agak pepat pada bagian kutub-kutubnya. Luas permukaan bumi sekitar 510 juta
km2, dengan 71% berupa lautan dan 29% berupa daratan. Eratosthenes, seorang ahli
dari Yunani Kuno, berhasil menghitung keliling bumi dengan tepat menggunakan alat
sederhana, seperti galah dan sumur. Dengan informasi tersebut, manusia dapat
mengembangkan teknik eksplorasi untuk menemukan sumber daya yang diperlukan
bagi kelangsungan hidupnya, berdasarkan sifat-sifat fisik yang dimiliki bumi.

2. Struktur Bumi
Allah tidak menjelaskan dengan rinci tentang struktur bumi, mungkin karena
hal tersebut dapat dipahami manusia melalui berbagai penelitian. Beberapa ayat Al-
Qur'an memberikan isyarat dan petunjuk tentang hal ini, seperti yang terdapat dalam
Surah At-Talaq (65): 12

‫ُهّٰلل اَّلِذ ْي َخ َلَق َس ْبَع َس ٰم ٰو ٍت َّو ِم َن اَاْلْر ِض ِم ْثَلُهَّۗن َيَتَنَّز ُل اَاْلْم ُر َبْيَنُهَّن ِلَتْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء‬
‫ࣖ َقِد ْيٌر ۙە َّو َاَّن َهّٰللا َقْد َاَح اَط ِبُك ِّل َش ْي ٍء ِع ْلًم ا‬

“Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (Q.S. At-
Talaq (65): 12)

‫َو َاْلٰق ى ِفى اَاْلْر َر َو اِس َي َاْن َتِم ْيَد ِبُك ْم َو َاْنٰه ًرا َّوُس ُباًل َّلَع َّلُك ْم َتْهَتُد ْو َۙن‬
‫ِض‬
“Dan Dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama
kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat
petunjuk.” (Q.S. An-Nahl/16:15)

Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa penciptaan langit, bumi, serta segala
sesuatu yang menjadi kebutuhan manusia di permukaan bumi adalah untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita
memperhatikan, memahami, dan merenungkan semua itu. Dengan demikian,
diharapkan kita dapat meningkatkan keimanan kepada Allah dan memperluas
pengetahuan kita tentang ciptaan-Nya. Kita juga diharapkan dapat memanfaatkan
segala sesuatu dengan benar sesuai dengan kehendak-Nya.

Bentuk bumi yang bundar dan informasi tentang struktur bumi, termasuk
komponen-komponen yang ada di dalamnya, tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-
Qur'an karena hal tersebut dapat dipahami oleh manusia yang menggunakan akalnya
untuk melakukan penelitian dan survei. Menurut beberapa ahli geologi, struktur bumi
dapat dibayangkan seperti "bawang", meskipun bentuk bumi itu sendiri mendekati
bundar. Bumi terdiri dari serangkaian lapisan bola (concentric shell) yang secara
berturut-turut terdiri dari inti bumi bagian dalam, inti bumi bagian luar, mantel bumi
bagian dalam, mantel bumi bagian luar, astenosfer, litosfer, dan kerak bumi. Setiap
lapisan memiliki sifat fisik tertentu yang umumnya dapat diamati melalui penjalaran
gelombang seismik yang terjadi saat terjadi gempa bumi.

D. Peran Manusia Sebagai Khalifah di Bumi

Sebagai Khalifah di bumi, manusia memunyai peranan penting yang dijalankan


samapai akhir zaman, diantaranya :
a) Memakmurkan Bumi (al-'imarah)
Pembangunan materi, dengan memanfaatkan kekayaan alam yang telah disediakan
Allah di muka bumi tercinta ini dengan arahan dan syariat yang lurus. Khalifah
jugaharus berupaya untuk menjadikan manusia pada zamannya memiliki peradaban
yang baik.
b) Memelihara Bumi (ar-ri'ayah)
Khalifah menjaga bumi dari kerusakan atau kehancuran alam, baik itu yang
disebabkan alam sendiri maupun oleh tangan-tangan jahil para manusia.
c) Perlindungan (al-hifdh)
Khalifah memiliki fungsi untuk melindungi bumi dan seisinya, yang terkandung atas
lima pokok kehidupan yaitu, agama (aqidah), jiwa manusia, harta kekayaan, akal
pikiran, dan keturunan (kehormatan).
Melihat betapa besarnya peran manusia diatas, maka para Malaikat bersujud kepada
Nabi Adam sebagai penghormatan betapa besarnya peranan dari makhluk baru yang
diciptakan oleh Allah swt, sujud yang menandakan betapa besarnya jati diri manusia itu
dari para malaikat, sujud yang menandakan betapa identitas manusia itu sangat
dimuliakan oleh Allah swt.

)50 :‫َو ِإْذ ُقْلَنا ِلْلَم اَل ِئَك ِة اْسُجُدوا آِل َد َم َفَسَج ُدوا ِإاَّل ِإْبِليَس َك اَن ِم َن اْلِج ِّن َفَفَس َق َع ْن َأْم ِر َر ِّبِه (الكهف‬

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada
Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia
mendurhakai perintah Tuhannya."(Q.S. Al-Kahfi: 50)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang penciptaan Bumi menurut Al-Qur'an, dapat disimpulkan
bahwa Al-Qur'an memberikan pandangan yang menginspirasi tentang proses penciptaan
Bumi dalam enam periode. Meskipun tidak memberikan detail yang lengkap, Al-Qur'an
memberikan landasan untuk memahami bahwa penciptaan Bumi adalah bagian dari
kebesaran Allah SWT. Penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an tentang penciptaan Bumi juga
memberikan dorongan untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang sains, terutama geologi
dan astronomi, untuk memahami lebih dalam tentang ciptaan Allah SWT dan fenomena
alam. Kesimpulan ini menekankan pentingnya menggabungkan pengetahuan agama dan
sains untuk mendapatkan pemahaman yang lebih holistik tentang penciptaan Bumi dan
alam semesta.

B. Saran
Terus menggali dan mendalami ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan penciptaan
Bumi serta mempelajari lebih lanjut tentang sains alam seperti geologi dan astronomi.
Mengintegrasikan pengetahuan agama dan sains akan membantu dalam memperluas
pemahaman tentang ciptaan Allah SWT dan fenomena alam.
.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Agama RI. (2010). PENCIPTAAN BUMI Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains.
Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an.
Hendra, M. (2020). KONSEP PENCIPTAAN BUMI DALAM ALQURAN (STUDI
TERHADAP QS. AL-ANBIYA’[21]: 30) MENURUT HAMKA DALAM TAFSIR AL-
AZHAR. Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. 8(2). 109-137.
Merdeka.com. (2023,17 Oktober). Bentuk Bumi Menurut Al-Qur’an Pahami Dalilnya.
Diakses pada 12 April 2023, dari https://www.merdeka.com/jateng/bentuk-bumi-
menurut-al-quran-pahami-berbagai-dalilnya-36486-mvk.html?screen=1

Anda mungkin juga menyukai