Anda di halaman 1dari 78

i

Daftar Isi

Cerita di Balik "Parcel" .................................................................iii


Start yang Menentukan Finish ..................................................... 1
Cek Kejujuran! .............................................................................. 3
Mewaspadai "Gajah" di Bulan Ramadan ..................................... 7
Jangan Pernah Sandarkan kepada Diri Sendiri!............................ 9
Tiap Hari, lho!! ........................................................................... 11
Mau dilapangkan rezeki? ........................................................... 13
Doa Favorit Nabi......................................................................... 17
Kita Bukan Para Pecundang! ...................................................... 19
Pahala Kamu Sama dengan Pahala Donatur! ............................. 21
Tiga Kunci Mencetak Generasi Hebat* ...................................... 23
Kamu Pilih yang Mana? .............................................................. 25
Belum Saatnya Beristirahat, Kawan! .......................................... 31
Murni Karunia Allah ................................................................... 33
Malas Membaca dan Menghafal Al-Qur’an? Yuk, Disimak
Nasehat Beliau! .......................................................................... 37
Berapa Ukuran Fidyah? .............................................................. 41
Karunia Allah yang Maha Luas ................................................... 43
Masih Mencari Kenyamanan? .................................................... 45
Hambar Saat Beribadah ............................................................. 49
Bukan Pengunjung Biasa ............................................................ 51
Kebutuhan Terpenuhi Tanpa Meminta ...................................... 53

i
Asal Jujur .................................................................................... 55
Karunia Allah yang Maha Luas ................................................... 59
Menghidupkan Malam Lailatulqadar ......................................... 61
Jangan ada waktu sia-sia!........................................................... 63
Salam Perpisahan ....................................................................... 65
Kawan, Kita Belum Finis! ............................................................ 67
Telepon Langsung kepada Allah ................................................. 69

ii
Cerita di Balik "Parcel"
Awalnya hanya corat-coret dari apa yang terlintas di pikiran,
respons kejadian di sekitar, atau jawaban sederhana dari sebuah
pertanyaan. “Parcel” ditulis di aplikasi catatan handphone (HP)
seperti kebiasaan sebelumnya—maklum, sudah bertahun-tahun
tidak “pegang” laptop, kemudian di-share setiap malam ba'da
terawih di grup WhatsApp internal Markaz Al-Ittihad.
Harapannya, tulisan yang sedikit ini dapat dibaca juga oleh ikhwah
yang lain. Walaupun hanya sedikit ilmu yang bisa dicicipi, tetapi
dengan senang hati kalau sekiranya ada koreksi dan tanggapan.
Tema-temanya ringan dan tidak selalu identik dengan Ramadhan.
Sejatinya, tidak ada kata basi untuk nilai-nilai Islam yang selalu
update dan tak pernah usang di setiap zaman. Karena belum bisa
memberikan parcel yang isinya beragam makanan dan minuman,
ya, parcel pdf ini saja yang dapat dikirim di hari lebaran.

Semoga amal ibadah kita diterima. Mohon maaf lahir dan batin.

Ramadhan 1445 H

Pembantu Markaz Al Ittihad

iii
Start yang Menentukan Finish
Hari 1

Kebaikan dan ketaatan sejatinya adalah sebuah perlombaan.


Allah Ta'ala berfirman,

ِ ‫ٱْل َٰي‬ ۟ ِ
‫ت‬ َ َْْ ‫ٱستَب ُقوا‬
ْ َ‫ف‬
Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.
(QS al-Baqarah: 148)

Ingat, setiap bidang perlombaan pasti ada yang menang dan ada
yang kalah, kecuali lomba kebaikan. Khusus lomba kebaikan, kita
semua pasti menang apa pun kondisi dan keadaannya,
sebagaimana ungkapan Syekh 'Amr Khalid,

،‫كل ميادين السباق فيها رابح وخاسر‬


‫إال ميدان اْلي أنت رابح فيه يف كل األحوال‬

“Setiap perlombaan pasti ada yang menang dan yang


kalah, kecuali jenis perlombaan dalam kebaikan. Kamu
pasti akan beruntung dalam setiap keadaan.”

Lalu, apa untungnya berlomba-lomba dalam kebaikan?


Bukankah yang penting adalah mencapai titik finis; tak perlu jadi
pemenang?!

Imam As-Sa'di menjawab,

1
‫فالسابقون يف الدنيا إىل اْليات هم السابقون يف اآلخرة إىل اجلنات‬.
“Orang-orang yang berlomba di dunia menuju kebaikan,
merekalah yang berlomba di akhirat menuju surga.”

Ibarat sebuah perlombaan yang ada start dan finish-nya, maka


start kita di dunia akan menentukan finish kita di akhirat.

Hari ini adalah hari pertama Ramadhan. Jika start kita bagus,
pujilah Allah, mudah-mudahan perjalanan menuju finish lebih
mudah dilakukan. Namun, jika sebaliknya, maka perbanyaklah
istighfar dan perbaharui niat. Semoga dengan istighfar, beban
berat selama perlombaan menjadi lebih ringan. Dan dengan
memperbaharui niat, semoga jasad sekaligus ruhani kita selama
menempuh perjalanan taat menjadi lebih kuat. Amiin ya rabbal
'alamien.

2
Cek Kejujuran!
Hari 02

Alangkah indah dan berharganya setiap detik di bulan Ramadan.


Bagaimana tidak, baginda Nabi saw. pernah bersabda,

“Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang


diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa.
Pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu Jahim ditutup,
setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah
malam yang lebih baik dibandingkan seribu bulan. Siapa
yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia
terhalangi.”
(HR. Ahmad)

Dalam riwayat yang lain disebutkan,

“Jika telah datang awal malam bulan Ramadan, diikatlah


para setan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu -pintu
neraka, tidak ada satu pintu pun yang dibuka; dibukalah
pintu-pintu surga, tidak ada satu pintupun yang
tertutup. Berseru seorang penyeru, ‘wahai orang yang
ingin kebaikan, lakukanlah; wahai orang yang ingin
kejelekan, kurangilah. Dan bagi Allah membebaskan
sejumlah orang dari neraka. Hal itu terjadi pada setiap
malam.’” (HR. Tirmidzi)

Berkenaan dengan keistimewaan Ramadan ini sampai-sampai


Imam Ibnul Jauzi berkata,

3
“Demi Allah, seandainya dikatakan kepada penghuni
kubur, ‘Berangan-anganlah!’ Niscaya mereka berangan-
angan berada pada satu hari di bulan Ramadan.”

Dengan beragam keistimewaan dan keutamaaan tersebut, maka


tentu tidak selayaknya Ramadan disia-siakan.

Bukankah jauh-jauh hari kita meminta dan memohon kepada-


Nya agar dipertemukan dengan bulan Ramadan seraya berdoa.

‫اللهم ابرك لنا يف رجب و شعبان و بلغنا رمضان‬


“Ya Allah, berkahi kami pada bulan Rajab dan Sya’ban,
serta sampaikan kami ke bulan Ramadan.”

Namun, saat Allah berkenan memberikan kesempatan itu,


ternyata secara kualitas dan kuantitas ketaatan kita tidak jauh
berbeda dengan di luar Ramadan. Jangan-jangan kita belum
jujur kepada Allah.

‫إن تصدق هللا يصدقك‬


“Jika engkau jujur kepada Allah, niscaya Allah pun akan
jujur kepadamu.”

Jika kamu jujur, niscaya Allah akan bantu kamu. Lihatlah


bagaimana Allah menyebutkan sifat ibadah orang-orang yang
tidak jujur (baca: munafiq)
۟ ۟
َّ ‫ٱَّللَ َوُه َو ََٰخ ِدعُ ُه ْم َوإِذَا قَ ُامٓوا إِ َىل‬
َٰ َ ‫ٱلصلَ َٰوةِ قَ ُاموا ُك َس‬
‫اىل‬ َّ ‫ني ُ َٰيَ ِدعُو َن‬ ِِ
َ ‫إِ َّن ٱلْ ُم َٰنَفق‬
‫ٱَّللَ إَِّال قَلِ ًيل‬
َّ ‫َّاس َوَال يَ ْذ ُك ُرو َن‬
َ ‫يَُرآءُو َن ٱلن‬

4
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah,
dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila
mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di
hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali. (QS An-Nisa: 143)

Dan sejatinya, kejujuran membutuhkan keseriusan sekaligus


pengorbanan. Kisah berikut pantas menjadi bahan renungan
tentang pentingnya kejujuran.

Dari Syaddad bin Al-Had bahwa seorang laki-laki dari


seorang badui datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, lalu ia beriman dan mengikuti beliau.
Kemudian dia berkata, “Aku akan berhijrah bersama
engkau?” Beliau berwasiat dengan orang tersebut
kepada sebagian sahabat beliau. Setelah terjadi perang,
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendapatkan
ghanimah (harta rampasan perang) berupa tawanan.
Beliau membagikan dan membagi untuknya, lalu beliau
memberikan kepada para sahabat beliau sesuatu yang
beliau bagi untuknya dan ia sendiri sedang mengatur
urusan mereka. Setelah ia datang, ia memberikannya
kepada orang itu, lalu ia berkata; “Apa ini?” Mereka
menjawab, “Bagian yang telah Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bagi untukmu.” Kemudian ia mengambilnya
dan membawanya menemui Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, lalu bertanya, “Apa ini?” Beliau bersabda,
“Aku telah membaginya untukmu.” Ia berkata, "Bukan
untuk hal ini aku mengikuti engkau, tapi aku mengikuti
engkau agar aku dilemparkan ke sini—ia

5
mengisyaratkan tombaknya ke tenggorokannya—lalu
aku mati dan masuk surga.” Beliau bersabda, “Jika jujur
kepada Allah, niscaya Allah akan membalas sikap
kejujuranmu.” Lalu mereka diam sejenak, kemudian
bangkit melawan musuh, orang tersebut dibawa ke
tempat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan cara
diangkut, ia terkena tombak yang diisyaratkan, lalu Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Apakah ia
orangnya?!” Mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda,
"Dia benar dalam berjanji kepada Allah, Allah
membalasnya dengan kebenaran." Kemudian Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam mengkafaninya dengan
jubah beliau shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
mengajukan dan menshalatkannya. Do'a yang nampak
dalam shalat beliau yaitu, "Ya Allah, inilah hamba-Mu,
ia telah keluar jihad di jalan-Mu, lalu ia terbunuh dalam
keadaan Syahid, aku menjadi saksi atas hal tersebut."
(HR An-Nasai)

6
Mewaspadai "Gajah" di Bulan Ramadan
Hari 03

Imam Az-Zahabi, seorang pakar sejarah, di dalam kitabnya Siyar


'alami nubala halaman 521 menyebutkan kisah ulama besar
yang menjadi contoh dan teladan dalam ilmu dan ibadah. Beliau
adalah Imam Yahya bin Yahya bin Katsir Al-Laitsi. Berkat taufiq
dari Allah, kemudian kegigihan dan kesabarannya sang Imam
berhasil melewati beragam tantangan, rintangan dan godaan
dalam perjalanan menuju kemuliaan. Sang Imam berhasil
menahan godaan dari "dalam" sebelum berhasil menahan
godaan dari "luar". Ada harga yang harus dibayar mahal untuk
sebuah kesuksesan.

‫الس ِفينَةَ َال ََْت ِر َعلَى اليَ بَس‬


َّ ‫ك َم َسالِ َك َها إِ َّن‬
ْ ُ‫َّجاةَ َوََلْ تَ ْسل‬
َ ‫تَ ْر ُجو الن‬
"Kau mengharapkan keselamatan/kesuksesan, tapi kau
tidak mau menempuh jalan-jalannya. Sungguh, perahu
tidak akan berlayar di tengah padang tandus"

Diceritakan bahwa suatu ketika Imam Malik duduk di Masjid


Nabawi sedang meriwayatkan hadis-hadis Rasulullah di
hadapan murid-muridnya. Tiba-tiba terdengar suara orang
berteriak kencang, “Seekor gajah besar telah datang ke
Madinah!” Masyarakat Madinah yang saat itu belum pernah
melihat gajah sebelumnya tentu saja tergoda untuk melihatnya.

Lalu apa yang terjadi dengan majelis Imam Malik? Ternyata,


semua murid Imam Malik bergegas keluar meninggalkan majelis

7
gurunya untuk melihat gajah itu, kecuali hanya tinggal seorang
saja. Dialah Imam Yahya bin Yahya Al-Laitsi.

Lantas Imam Malik bertanya kepadanya, “Mengapa engkau


tidak pergi keluar bersama mereka? Apakah kau pernah melihat
gajah sebelumnya?” Dengan penuh keyakinan Yahya menjawab,

‫إمنا قدمت املدينة ألرى مالكاً ال ألرى الفيل‬


“Aku datang ke Madinah untuk menemui Imam Malik,
bukan untuk melihat gajah.”

Yahya tidak terganggu sama sekali dengan apa yang terjadi di


luar. Dirinya tidak mau menyia-nyiakan waktu dengan perkara
yang tidak berkaitan dengan tujuan dan targetnya. Ternyata,
perjuangannya membuahkan hasil. Para ulama menyebutkan
bahwa riwayat Imam Yahya bin Yahya bin Katsir Al-Laitsi untuk
kitab gurunya, Al-Muwatha, adalah riwayat yang paling populer
dan paling valid. Sebagaimana diketahui bahwa kitab Al-
Muwatha adalah kitab hadis pertama yang disusun jauh
sebelum kitab Sahih Bukhari dan Muslim, memuat enam puluh
satu bab dengan jumlah hadis lebih dari seribu sembilan ratus.

Di zaman kita, gajah itu menjelma dalam gambaran dan model


yang berbeda-beda. Ada beragam acara, kegiatan, kumpulan
dan aktivitas pada bulan Ramadan yang berpotensi menjadi
"gajah". Jangan sampai keutamaan dan kebaikan Ramadan tidak
bisa kita raih karena kita dilalaikan dengan "gajah-gajah".
Tetaplah fokus untuk meraih tujuan dan abaikan hal-hal yang
mengganggu konsentrasi ibadah kita!

8
Jangan Pernah Sandarkan kepada Diri
Sendiri!
Hari 04

Pernah merasa berat dan lelah saat melakukan ketaatan


padahal masih berada di awal-awal perjalanan? Butuh energi
dan kekuatan ekstra agar tetap bertahan dalam kebaikan?

Sumber masalah dari semua itu adalah karena kita


menyandarkan urusan pada kemampuan, kekuatan dan
kecerdasan diri kita. Boleh jadi kita terlalu PEDE dengan diri
sendiri, bahkan lupa bahwa Allahlah sumber kekuatan. Orang
terbaik di muka bumi ini saja selalu berujar,

ٍ ْ ‫الَ تَ ِكْل ِِن إِ َىل نَ ْف ِسي طَرفَةَ َع‬


‫ني أَبَ ًدا‬ ْ ْ ْ
“Janganlah diserahkan kepadaku sekali pun sekejap
mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu
selamanya.”

Karenanya, perbanyaklah lisan kita mengucapkan hauqalah,


ucapan La haula wala quwwata illa billah sembari hati dan
pikiran merenungi maknanya. Sebab, sejatinya Dialah sumber
dari segala kekuatan.

Dengarkan nasihat Syaikh Ibnu Utsaimin, "Jika ada perkara yang


membuatmu lelah dan lemah, maka ucapkanlah Laa Haula
Walaa Quwwata Illaa Billah, sungguh Allah akan menolong dan
membantumu atas perkara itu."

Lalu, hari ini, sudah berapa kali kita ber-hauqalah?

9
10
Tiap Hari, lho!!
Hari 05

Sering kali kita mendengar hadis tentang keutamaan bulan


Ramadan. Di antara yang paling populer adalah potongan hadis
yang berbunyi,

‫ وآخره عتق من النار‬،‫ وأوسطه مغفرة‬،‫أوله رمحة‬


"Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya
adalah ampunan, sedangkan akhirnya adalah terbebas
dari neraka.”

Walillahilhamdu, para ulama hadis sudah menjelaskan derajat


hadis tersebut di kitab-kitab mereka. Kesimpulan akhirnya,
hadis tersebut lemah. Namun, berkaitan dengan meriwayatkan
hadis yang lemah, mari simak pendapat Syaikh Dr Mahmud al-
Thahhan dalam kitabnya yang sangat populer khususnya di
kalangan santri pengkaji hadis yang berjudul Taysir Mustalah al-
Hadis,

"Boleh meriwayatkan hadis lemah dalam hal nasihat,


anjuran, ancaman, kisah, dan semacamnya. Di antara
beberapa ulama yang lebih bersikap toleran
meriwayatkan hadits dhaif adalah Sufyan al-Tsauri,
Abdurrahman bin al-Mahdi, dan Ahmad bin Hanbal."

Terlepas dari semua itu, ada catatan yang menarik tentang hadis
ini dari syaikh Dr Utsman bin Muhammad Al Khamis dalam
sebuah ceramahnya,

11
"Hadis sepuluh hari awal Ramadan adalah rahmat,
pertengahannya ampunan, dan akhirnya adalah
dibebaskan dari api neraka adalah hadis batil. Yang
benar, Ramadan semuanya rahmah, Ramadan
seluruhnya ampunan, Ramadan segenap harinya
pembebasan dari api neraka. Setiap hari. Dan hadis
tentang hal ini tidak valid dari Nabi."

Rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka itu


sejatinya terjadi di setiap hari di bulan Ramadan. Kemarin, hari
ini, besok, dan besoknya lagi. Yuk, tetap semangat di setiap hari-
hari Ramadan. Pasang kuat-kuat husnuzhan kepada Allah,
kitalah yang akan terpilih mendapatkan semuanya itu. Amiin, ya
rabbal 'alamiin

12
Mau dilapangkan rezeki?
Hari 06

Puasa itu penting, tapi salat jauh lebih penting. Menyegerakan


berbuka itu utama, tapi menyegerakan shalat saat tiba
waktunya juga lebih utama. Kalau ditanya mana yang lebih
berat? Butuh penjelasan panjang untuk menjawabnya. Survey
sederhana membuktikan bahwa kita dengan mudah mendapati
banyak orang yang kuat puasa tapi tidak shalat. Jarang kita
dapati orang yang shalat tidak puasa. Coba perhatikan anak-
anak yang masih kecil di sekitar. Banyak yang tamat puasa, tapi
shalat wajibnya bolong-bolong bahkan tidak shalat sama sekali.
Kadang tidak disuruh pun anak kecil pun mau puasa. Beda
dengan shalat, anak harus disuruh-suruh, bahkan tidak cukup
sekali. Wajar kalau Allah menyebutkan dengan lafaz ‫ط ِب ْر‬َ ‫اص‬
ْ ‫َو‬
bukan ْ‫ َواص ِبر‬saat memerintahkan shalat. Bukan sekedar sabar,
tapi sabar yang ekstra. Tentu yang pernah belajar sharaf dasar
tahu perbedaannya. Kaidahnya:

‫تدل على زايدة املعاين‬


ّ ‫زايدة املباين‬
“Tambahan huruf menunjukan tambahan makna.”

Silahkan renungkan firman Allah berikut,

ُ‫ك ۗ َوالْ َعاقِبَة‬ َ ُ‫اصطَِ ِْب َعلَْي َها ۖ َال نَ ْسأَل‬


َ ُ‫ك ِرْزقًا ۖ ََْن ُن نَْرُزق‬ ِ َّ ‫ك ِاب‬
ْ ‫لص َلة َو‬ َ َ‫َوأْ ُمْر أ َْهل‬
‫لِلتَّ ْق َو َٰى‬

13
Perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan
bersabarlah dengan sungguh-sungguh dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu.
Kesudahan (yang baik di dunia dan akhirat) adalah bagi
orang yang bertakwa. (QS Thaha: 132)

Nabi menyebutkan,

‫اجلََز ِاء َم َع ِعظَِم الْبَلَِء‬


ْ ‫إِ َّن ِعظَ َم‬
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk
ujian yang berat.”

Berdasarkan hal ini maka shalat tetap lebih besar pahalanya.


Bukan menyepelekan puasa. Coba bayangkan, kalau shalat
terawih saja yang dihukumi sunnah kalau dilakukan karena
dasar iman dan ihtisab pahalanya bisa menghapus dosa-dosa
yang telah lalu, apalagi shalat wajib lima waktu.

Lalu apa hubungannya shalat dengan rezeki?

Al-Hafiz Ibn Katsir saat menafsirkan ayat di atas beliau berkata,

َ ُ‫اصطَِ ِْب َعلَْي َها ۖ َال نَ ْسأَل‬


‫ك ِرْزقًا‬ ِ َّ ‫ك ِاب‬
َ َ‫ َوأْ ُمْر أ َْهل‬:ُ‫و قَ ْولُه‬
ْ ‫لص َلة َو‬

ُ ‫الرْز ُق ِم ْن َحْي‬
‫ث ال حتتسب‬ ِّ ‫الصلةَ أ َََت َك‬
َّ ‫ت‬َ ‫يَ ْع ِِن إِذا أَقَ ْم‬.
Dan firman-Nya, “Dan ajaklah keluargamu untuk shalat
dan bersabar di dalamnya. Kami tidak meminta
rezekimu, Kami yang memberi rezeki untukmu.” Artinya
jika kamu menunaikan shalat, maka rezeki akan datang
kepadamu dari tempat yang tidak kamu duga.

14
Masih belum yakin? Coba disimak ucapan Abu Khallad
sebagaimana dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari berikut
ini,

‫ إال كان أول‬،‫ما من قوم فيهم من يتهاون ابلصلة وال أيخذون على يديه‬
‫عقوبتهم أن ينقص من أرزاقهم‬
“Tidaklah suatu kaum menyepelekan shalat kecuali
sangsi pertama yang akan menimpa mereka adalah
dikuranginya rezeki mereka.”

Imam Al Qurtubi berkata:

‫الصلة سبب للرزق‬


“Shalat adalah sebab turunnya rezeki.”

Betul, shalat itu mesti lirabbika, tapi Allah kasih "bonus dunawi"
melalui ibadah shalat sebelum balasan surga di Akhirat kelak.

15
16
Doa Favorit Nabi
Hari 07

Ramadan adalah saat dan waktu di mana lantunan doa-doa


diijabah. Tiga kelompok yang disebutkan oleh Nabi doanya akan
dikabul, salah satu di antaranya adalah doa orang yang sedang
berpuasa.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan ucapan Anas bin


Malik tentang doa Nabi.

‫ ويف‬،‫ اللهم آتنا يف الدنيا حسنة‬:‫كان أكثر دعاء النيب صلى هللا عليه وسلم‬
. ‫ وقنا عذاب النار‬،‫اآلخرة حسنة‬
“Bahwasanya doa yang paling sering diucapkan
Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam adalah, ‘Ya Allah,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat,
dan jagalah kami dari siksa api neraka.’”

Tidak dijelaskan apakah doa ini sering dibaca Nabi di bulan


Ramadan atau di luar Ramadan. Selama belum ada keterangan
yang membatasi maka berlaku umum. Disebutkan dalam kaidah
usul:

‫يبقي العموم على عمومه و املطلق على على إطلقه‬


‫ما َل يثبت ما يقيد املطلق أو يصص العام‬

17
Sesuatu yang umum tetap berada pada keumumannya,
dan yang mutlaq tetap ada pada kemutlaqannya
selama belum ada yang mentaqyid atau mentakhsis.

Apa makna kebaikan di dalam doa ini? Imam Hasan Al Basri


menafsirkan maknanya dengan singkat tapi padat sebagaimana
dinukil oleh Ibnu Abi Hatim dalam kitab tafsirnya:

‫احلسنة يف الدنيا العلم والعبادة‬


.‫اجلنة‬ ‫واحلسنة يف اآلخرة‬

Kebaikan di dunia itu ilmu dan ibadah. Sedangkan


kebaikan di akhirat adalah surga.

Ternyata, ukuran kebaikan kita di dunia itu cuma dua: bisa


ibadah dan tambah ilmu. Dan kebaikan di akhirat adalah saat
kita menginjakan kaki di surga.

Pertanyaannya: sudah berapa kali hari ini kita berdoa dengan


"doa favorit" Nabi ini?

18
Kita Bukan Para Pecundang!
Hari 09

Tak terasa sudah malam teraweh yang kesepuluh. Berarti kita


sudah melewati sepertiga bulan Ramadhan. Kalau bukan karena
pertolongan Allah, tentu kita tidak akan melewati ragam ibadah
dan ketaatan di bulan yang mulia ini. Bukan kita yang hebat, tapi
karena semata-mata kemudahan yang dikaruniakan Allah yang
Maha Hebat.

ِ
َ ‫ت ََْت َع ُل احلَْز َن إِذَا شْئ‬
ً‫ت َس ْهل‬ َ ْ‫اللَّ ُه َّم الَ َس ْه َل إِالَّ َما َج َعلْتَهُ َس ْهلً َوأَن‬
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau
buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan
(kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi
mudah.”

Keyakinan inilah yang membuat kita tetap bertahan menempuh


jalan kebaikan. Bukan berarti perjalanan ini sepi dari godaan,
halangan, ataupun rintangan. Justru kita menyadari dan
meyakini bahwa jalan menuju kebahagian yang abadi tidak
semudah jalannya para pecundang.

ِ ‫َّت النَّار ِابلشَّهو‬


‫ات‬ ِ ‫َّت ا ْجلنَّةُ ِابلْم َكا ِرِه وحف‬
ِ
ََ ُ ُ َ َ َ ‫ُحف‬
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh
jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang
disukai syahwat.”

19
Pasti kebaikan itu bermanfaat untuk diri kita sendiri tapi
mengapa kita tidak bersemangat melakukannya? Jika kebaikan
itu berfaidah untuk dunia dan akhirat kita kenapa kita lemah?

‫َّلل َوالَ تَ ْع ِج ْز‬


َِّ ‫اح ِرص علَى ما ي ْن َفعك واستعِن ِاب‬
ْ َْ َ َ ُ َ َ َ ْ ْ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu.
Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.”

20
Pahala Kamu Sama dengan Pahala Donatur!
Hari 10

Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan


kebaikan. Dalam masalah ibadah harta misalnya, kesempatan
mendapatkan pahala bukan monopoli orang kaya. Orang yang
tidak berharta bisa mendapatkan pahala yang sama. Kok, bisa?

Ingat, Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.


Allah Maha Luas karunia-Nya. Sekedar menunjukkan "donatur"
untuk ikut berpartisipasi dalam proyek kebaikan, maka si
penunjuk itu juga akan mendapatkan bagian pahala yang sama.
Nabi bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim:

‫َج ِر فاَعِلِ ِه‬ ِ


ْ ‫ فَلَهُ مثْ ُل أ‬،‫َم ْن َد َّل َعلَى َخ ٍْي‬
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan,
maka bagi dia pahala yang orang yang mengerjakan
kebajikan tersebut.”

Ustaz Firanda pernah menulis,

“Jika seseorang membuat iklan, membagikan (share)


informasi dimana tempat kajian sehingga ada orang lain
yang tahu tempat kajian tersebut gara-gara membaca
share yang dia tebarkan atau iklan yang dia tempelkan
kemudian orang itu datang ke pengajian, maka dia juga
mendapatkan pahala karena dia yang menunjukkan
kepada kebaikan.”

21
Kalau orang lain berani men-share kebatilan, keburukan, bahkan
mengajak melakukan kemaksiatan kenapa kita malah malu
bahkan takut share kebenaran dan kebaikan. Kenapa kita masih
ragu-ragu mengajak orang lain untuk melakukan ketaatan?

Kawan, kita bukan generasi pengecut yang ciut saat men-share


kebaikan!

22
Tiga Kunci Mencetak Generasi Hebat*
Hari 11

Generasi hebat itu tidak dilahirkan oleh zaman, tapi diusahakan


dan diikhtiarkan. Arrijaalu laa yuwalladun wa innamarrijalu
yusna'un. Mencetak orang-orang hebat adalah proyek besar
peradaban Islam. Perlu keseriusan dan kesinambungan. Proses
panjang yang membutuhkan keikhlasan sekaligus kesabaran.
Ada tiga kunci yang menjadi pembuka pintu-pintu menuju
kejayaan Islam setelah taufiq dan pertolongan dari Rabb
semesta alam.

Pertama, selektif memilih calon ibu bagi anak-anak pelanjut


perjuangan. Ikhtiyar al umm li al-aulad.

Para "Laki-laki" dilahirkan dari rahim-rahim madrasah


peradaban. Mereka adalah wanita-wanita solehah yang
memahami urgensi pendidikan bagi anak-anak zaman.

Kedua, berikan nama terbaik bagi anak-anak. Tahsinu


asma'aihim.

Sejatinya memberi nama yang terbaik adalah bentuk


penghormatan kepada mereka disamping merupakan doa dan
optimisme akan lahirnya generasi pelanjut peradaban.

Ketiga, didik dan ajarkan mereka al-Qur’an. 'Allimhum al-Qur’an.

Kenapa harus al-Qur'an? Sebab al-Qur’anlah satu-satunya buku


panduan yang menjadi referensi pertama dan utama mencetak
generasi hebat.

23
‫علمهم القرآن والقرآن يعلمهم كل شيء‬
"Ajari mereka Al-Qur’an, niscaya Al-Qur’an mengajari mereka
segalanya."

*Disarikan dari khutbah yang disampaikan Syaikh DR Mun'im,


Masjid Sayyidina Amr bin Ash -Radhiallahu'anhu- Old Cairo,
Mesir. 16 Februari 2024

24
Kamu Pilih yang Mana?
Hari 12

Kalo ditanya, mana yang kamu pilih: bersyukur saat


mendapatkan kecukupan atau bersabar saat mendapatkan
ujian? Bersyukur ketika sehat atau bersabar saat sakit?
Bersyukur karena kekayaan atau bersabar karena kefakiran?
Bersyukur dikarunia wajah rupawan atau bersabar dengan
wajah pas-pasan? Demikian seterusnya. Mari kita simak
jawaban Imam Sufyan bin 'Uyainah saat ditanya pertanyaan
yang sama sebagaimana disebutkan oleh Abu Nu'aim al-
Asbahani di dalam kitabnya Al Hilyah.

‫ فقام إليه رجل‬، ‫ كنت عند سفيان بن عيينة‬:‫ ال‬، ‫عن عمر بن السكن‬
‫ ألن أعاىف‬:‫ أخِبين عن قول مطرف‬، ‫ اي أاب حممد‬:‫ فقال‬، ‫من أهل بغداد‬
‫ أهو أحب إليك أم قول أخيه أيب‬، ‫فأشكر أحب إيل من أن أبتلى فأصِب‬
‫ مث‬، ‫ فسكت سكتة‬:‫ اللهم رضيت لنفسي ما رضيت يل ؟ قال‬:‫العلء‬
‫ كيف وقد رضي هذا لنفسه‬:‫ فقال الرجل‬. ‫ قول مطرف أحب إيل‬:‫قال‬
‫ إين قرأت القرآن فوجدت‬:‫ما رضيه هللا له ؟ فقال سفيان‬
‫ ( نعم العبد إنه‬:‫صفة سليمان عليه السلم مع العافية اليت كان فيها‬
‫ ووجدت صفة أيوب عليه السلم مع البلء الذي كان فيه‬، ) ‫أواب‬
، ‫ وهذا مبتلى‬، ‫ وهذا معاىف‬، ‫( نعم العبد إنه أواب ) فاستوت الصفتان‬

25
‫ فلما اعتدال كانت العافية مع‬، ‫فوجدت الشكر قد قام مقام الصِب‬
)٢٠٠/٢( ‫ احللية‬. ‫الشكر أحب إيل من البلء مع الصِب‬
Dari Umar bin As-Sakan berkata: aku bersama dengan
Sufyan bin ‘Uyainah, maka berdirilah laki-laki dari
penduduk Bagdad, lalu berkata: Wahai Abu Muhammad
(Sufyan), kabarkanlah kepadaku tentang ucapan
Mutharrif: Pada keadaan kecukupan lalu aku bersyukur
lebih aku sukai daripada aku diuji lalu aku bersabar.
Apakah perkataan ini lebih anda sukai ? Ataukah
perkataan saudara anda Abu Al-‘Ala: Ya Allah aku ridho
untuk diriku perkara yang Engkau ridho untukku ? Ia
berkata: Maka beliau (imam Sufyan) diam sejenak
kemudian berkata, perkataan Mutharrif lebih aku sukai.
Maka laki-laki itu berkata: bagaimana begitu padahal ia
sungguh telah ridho (ketika terkena musibah), apa yang
Allah Ta’ala juga ridho untuknya ? Maka Sufyan berkata:
aku telah membaca Al-Qur’an. Maka aku mendapati
sifat Sulaiman alaihissalam bersama dengan
kecukupannya maka keadaannya di dalam Al-Qur’an,
(Sebaik-baiknya hamba dan sesungguhnya ia orang yang
taat, kembali kepada Allah), dan aku dapati sifat Ayyub
alaihissalam bersama dengan musibah yang
menimpanya di sebutkan di dalam Al-Qur’an, (Sebaik-
baiknya hamba dan sesungguhnya ia orang yang taat,
kembali kepada Allah). Maka setara dua sifat ini, yang
satu diberi kecukupan dan yang satunya diberi ujian
musibah, dan aku dapati syukur telah menduduki
kedudukan sabar (sama kedudukannya), maka tatkala

26
keduanya sejajar keutamaannya, maka berkecukupan
dan bersyukur lebih aku sukai dari pada diuji musibah
lalu bersabar.

Kalo kita tengok hadis-hadis berkenaan dengan masalah ini


maka jawaban Imam Sufyan bin 'Uyainah cukup beralasan.
Suatu ketika paman Nabi yang bernama Abbas berkata kepada
Rasulullah:

ِ
َ :‫ قال‬،-‫تعاىل‬- ‫اي رسول هللا َعلّ ْم ِِن شيئا أسأله هللا‬
»‫«سلُوا هللاََ العافية‬
- ‫ اي رسول هللا علمِن شيئا أسأله هللا‬:‫فقلت‬ ِ ً ‫فمكثت‬
ُ ‫ت‬ ُ ‫ مث جْئ‬،‫أايما‬ ُ
‫ َسلُوا هللا العافية يف‬،‫ اي َعم رسول هللا‬،‫ «اي عباس‬:‫ قال يل‬،-‫تعاىل‬
».‫الدنيا واآلخرة‬
"Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang
aku minta kepada Allah ta’ala”. Beliau
menjawab, “Mintalah keselamatan kepada Allah.” Lalu
aku tinggal selama beberapa hari, kemudian menemui
beliau lagi, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah
aku sesuatu yang aku minta kepada Allah Ta’ala-.” Beliau
berkata kepadaku, “Wahai Abbas, wahai paman
Rasulullah, mintalah keselamatan kepada Allah di dunia
dan akhirat.” (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad)

Bahkan di dalam hadits Abu Bakar as-Siddiq radhiyallahu 'anhu,


bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh
para sahabat meminta keselamatan.

‫ط بعد اليَقني َخياً من العافية‬ َّ ،َ‫الع ْف َو والعافية‬


َ ‫فإن أحداً ََل يُ ْع‬ َ ‫َسلُوا هللا‬

27
“Mintalah keselamatan kepada Allah, karena
sesungguhnya Allah tidak memberikan sesuatu yang
paling baik kepada seorang hamba, setelah keyakinan,
daripada keselamatan.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)

Nabi mengajarkan doa meminta ampunan sekaligus


keselamatan.

ِ ‫ك الْع ْفو الْعافِيةَ ِيف الدُّنْيا و‬


َ ُ‫ اللَّ ُه َّم إِِّين أَ ْسأَل‬،ِ‫اآلخَرة‬
‫ك‬ َ َ َ َ َ َ َ ُ‫َسأَل‬ ْ ‫“اللَّ ُه َّم إِِّين أ‬
‫ َو ِآم ْن‬،‫اس ُُْت َع ْوَرِِت‬ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫ اللَّ ُه َّم‬،‫اي َوأ َْهلي َوَم ِايل‬ َ َ‫الْ َع ْف َو َوالْ َعافيَةَ يف د ِيِن َو ُدنْي‬
‫ َو َع ْن‬،‫ َو َع ْن ََيِ ِيِن‬،‫ َوِم ْن َخ ْل ِفي‬،‫ي‬ ِ َْ‫اح َفظِِْن ِم ْن ب‬
َّ ‫ني يَ َد‬ ْ ‫ اللَّ ُه َّم‬،‫َرْو َع ِاِت‬
”.‫ال ِم ْن َْحت ِيت‬ ِ ِ ِ
َ َ‫ك أَ ْن أُ ْغت‬َ ِ‫َعوذُ بِ َعظَ َمت‬ُ ‫ َوأ‬،‫ َوم ْن فَ ْوقي‬،‫ِشَ ِايل‬
"Ya Allâh, sesungguhnya aku memohon maaf serta
keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah,
sesungguhnya aku memohon maaf dan keselamatan
dalam agama, dunia, keluarga dan harta bendaku. Ya
Allah, tutupilah auratku dan tenteramkanlah aku dari
rasa takut. Ya Allah jagalah aku dari depan, belakang,
kanan, kiri dan dari atasku. Aku berlindung dengan
kebesaran-Mu, agar tidak dibenamkan ke dalam bumi”.

Kapan doa ini dibaca? Ibnu Umar menerangkan bahwa


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah
meninggalkan doa-doa tersebut setiap pagi dan petang. (HR.
Abu Dawud)

Para ulama menjelaskan bahwa Al-Aafiyah itu bermakna


keselamatan di dunia dari setiap keburukan. Keburukan badan,

28
hati, hawa nafsu, dan selainnya serta keselamatan di akhirat
berupa ampunan dari dosa dan dijauhkan dari api neraka.

Kesimpulannya: lebih baik bersyukur saat mendapatkan nikmat


daripada bersabar saat ditimpa musibat.

29
30
Belum Saatnya Beristirahat, Kawan!
Hari 13

Abu Waqid Al-Laitsi bercerita sebagian kecil gambaran saat


perang khandaq, “Pada hari itu, kaum muslimin berjumlah tiga
ribu orang. Aku melihat Rasulullah saw. sekali-kali menggali
tanah dengan menggunakan cangkul, ikut menggali tanah
dengan menggunakan sekop, serta ikut memikul keranjang yang
diisi tanah. Suatu siang, sungguh aku melihat beliau dalam
keadaan sangat lelah. Beliau lalu duduk dan menyandarkan
bagian rusuk kirinya pada sebuah batu, kemudian tertidur. Aku
melihat Abu Bakar dan Umar berdiri di belakang kepalanya
menghadap orang-orang yang lewat agar mereka tidak
mengganggu beliau yang sedang tidur. Pada waktu itu aku
berada di dekat beliau. Beliau kaget dan bangun terperanjat dari
tidurnya, lalu berkata, ‘Mengapa kalian tidak membangunkan
aku?’ Kemudian beliau mengambil kapak yang akan beliau
gunakan untuk mencangkul, lalu beliau berdoa, ‘Ya Allah, ya
Tuhanku, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat. Maka,
muliakanlah kaum Anshar dan wanita yang hijrah.’”

Hidup manusia terbaik, teladan ummat sepanjang zaman tidak


pernah sepi dari perjuangan menahan kelelahan menyebarkan
risalah kebenaran.

Hari ini dan di sini sebagian umat beliau bukan disibukkan


dengan musuh dari luar. Bukan perang fisik, tapi perang batin.
Bukan musuh dari luar tapi musuh dari dalam: kemalasan dalam
melakukan ketaatan, rasa malu melakukan kebaikan, dan lemah
semangat dalam beramal. ilallahi multaja.

31
Disebutkan di dalam kitab Tabaqat Hanabilah bahwa suatu hari
seorang lelaki bertanya kepada Imam Ahmad rahimahullah,

‫مىت جيد العبد طعم الراحة؟‬


“Kapan seorang hamba akan merasakan tenteramnya
beristirahat?”

Beliau menjawab,

‫عند أول قدم يضعها يف اجلنة‬


“Ketika pertama kali menginjakkan kaki di surga.”

32
Murni Karunia Allah
Hari 14

Anak soleh dan solehah itu benar-benar karunia Allah. Bukan


karena kita sebagai guru atau orang tua yang ahli parenting dan
pakar pendidikan. Bukan pula karena anak kita “dititipkan” di
sekolah atau lembaga pendidikan yang hebat. Sekali lagi, murni
anugerah dan hibah dari Allah.

Hibah itu sebagaimana dijelaskan Ibnu al Atsir di dalam An


Nihayah:

‫ فاهلبة منه عز وجل كمال حمض؛ ألن‬،‫ وال مثن‬،‫عطاء بل عوض‬


‫ وال مكافأة‬،‫ وابتداءً من غي استحقاق‬،ً‫اإلعطاء منه تفضل‬
“Hibah adalah pemberian tanpa ada ganti dan harga.
Hibah dari Allah adalah murni kesempurnaan-Nya.
Sebab pemberian dari-Nya adalah kebaikan dari-Nya
tanpa ada hak maupun imbalan (yang diterima).”

Karenanya, mintalah kepada Allah sebagaimana nabi-nabi pun


pernah memintanya. Nabi Ibrahim berdoa,

‫ني‬ ِ ِ ََّٰ ‫ب هب ِىل ِمن‬ِ


َ ‫ٱلصلح‬ َ ْ َ ّ ‫َر‬
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak)
yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS As-Saffat:
100)

Akhirnya beliau dikarunia Ismail.

33
Nabi Zakaria pun berdoa,

‫ُّع ِاء‬
َ ‫يع الد‬
ِ َ ‫ك ذُ ِريَّةً طَيِبةً إِن‬
ُ ‫َّك ََس‬
ِ
َّ ّ َ ْ‫ب ِيل م ْن لَ ُدن‬ ِّ ‫َر‬
ْ ‫ب َه‬
Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari
sisiMu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.
(QS Ali Imran: 38)

Akhirnya beliau dikaruniai Yahya.

Hamba-hamba Ar Rahman (Ibadu ar Rahman) juga berdoa,

‫ني إِ َم ًاما‬ ِ ِ ٍ ُ ‫ب لَنَا ِم ْن أ َْزو ِاجنَا وذُِّرَّايتِنَا قَُّرةَ أ َْع‬


َ ‫اج َعلْنَا ل ْل ُمتَّق‬
ْ ‫ني َو‬ َ َ ْ ‫َربَّنَا َه‬
Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertakwa. (QS Al Furqan: 74)

Namun, Jangan meminta anak atau keturunan saja, tapi


mintalah juga kebaikan dan kesalehannya. Sebagaimana
Ibrahim meminta anak yang saleh, dan Zakaria pun meminta
keturunan yang baik.

Syaikh Ibnu Al-‘Utsaimin dalam Syarh riyaadus shalihin berkata,

‫الصالِ َح ُه َو الَّ ِذي‬


َّ ‫الصالِ ِح الَ يَ ْدعُو لَِوالِ َديِْه َوالَ يََِبُّ ُُهَا لَكِ َن‬ َّ ‫َن َغ ْ َي‬ َّ ‫ِأل‬
‫ص‬ِ ‫ص َغايَةَ ا ْحلِْر‬ َّ ‫ َوِهلََذا يَتَأ‬،‫يَ ْدعُو لَِوالِ َديِْه بَ ْع َد َم ْوِتِِ َما‬
َ ‫َك ُد َعلَْي نَا أَ ْن ََْن ِر‬
‫ث يَ ْدعُ ْو َن‬
ُ ‫صلَ ٌح َهلُْم َو َخ ٌْي لَنا َحْي‬ َ ‫صلَ َح ُه ْم‬ َ ‫َن‬َّ ‫صلَ ِح أ َْوالَ ِد ََن ِأل‬ َ ‫َعلَى‬
‫ت‬ ِ ‫لَنَا ب ع َد الْمو‬
َْ َْ
34
“Karena anak yang tidak sholeh tidak mendoakan kedua
orangtuanya dan tidak berbakti kepada mereka. Akan
tetapi anak yang sholeh dialah yang mendoakan kedua
orang tuanya setelah wafatnya mereka. Karenanya
semakin ditekankan agar kita sungguh-sungguh
semangat untuk meraih kesolehan anak-anak kita,
karena pada kesholehan mereka ada kebaikan bagi
mereka dan juga bagi kita karena mereka mendoakan
kita setelah wafatnya kita.”

Di kitab tafsirnya, beliau juga menjelaskan bahwa keturunan


yang baik itu adalah

،‫ وكذلك يف أجسامها‬،‫ وأفعاهلا‬،‫ هي الطيّبة ((يف أقواهلا‬،‫فالذ ِّريَّة الطيّبة‬


ُّ
))‫ والطيِّب املعنوي‬،‫احلس ّي‬
ّ ‫فهي تتناول الطيب‬
“Baik dalam ucapan, perbuatan, demikian pula baik
jasadnya. Baik secara lahir maupun maknawi.”

Namun, perlu dicamkan bahwa walaupun anak saleh dan


keturunan yang baik itu perlu diminta, tetapi orang
tua/guru/pendidiklah yang lebih dahulu meminta kesalehan itu
sebelum kesalehan anak didiknya.

Ibrahim memohon kesalehan bagi dirinya sebelum memohon


dikaruniai anak yang saleh.

ِِ َّ ‫َحلِ ْق ِِن ِاب‬


‫ني‬
َ ‫لصاحل‬ ً ‫ب ِيل ُحك‬
ْ ‫ْما َوأ‬ ِّ ‫َر‬
ْ ‫ب َه‬
Doa adalah adalah bentuk ikhtiar pertama dan utama untuk
kesalehan generasi. Selanjutnya,

35
orang/tua/pendidik/sekolah/lembaga pendidikan
menyelaraskan perilaku dan sikap mereka agar selaras dengan
doanya. Inilah jalinan yang Indah antara ikhtiar langit dan bumi.

Wallahu 'alamu bisshawab

36
Malas Membaca dan Menghafal Al-Qur’an?
Yuk, Disimak Nasehat Beliau!
Hari 15

Namanya Muhammad Syaraqi. Usianya masih muda, delapan


belas tahunan. Hapal Al-Qur’an ketika menginjak usia sepuluh
tahun. Dan sudah memulai menghafal Al-Qur’an sejak usia tiga
tahun. Sudah menjadi imam & khatib di usia tiga belas tahun.
Menguasai sepuluh ragam qiraah. Sekarang duduk sebagai
mahasiswa di Universitas al-Azhar fakultas bahasa & terjemah
jurusan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Bahasa Arabnya
fusha. Saat kami meminta beliau membaca sebagian ayat, tanpa
sungkan beliau membaca beberapa ayat dengan suara yang
lantang dan indah. Tak lupa pada kesempatan itu kami pun
meminta nasehat beliau. Mari kita simak nasehat yang
disampaikan oleh beliau:

“Kita semua sudah mengetahui bahwa Al-Qur’an Al


Kariim adalah kalamullah Tabaaraka wa Ta'ala yang
diturunkan kepada rasul-Nya shalallahu
'alaihiwassallam. Dialah Al-Qur’an yang Maha Agung.
Nabi bersabda,

‫َص َحابِِه‬ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫اقْ َرءُوا الْ ُق ْرآ َن فَإِنَّهُ َأيِِْت يَ ْوَم الْقيَ َامة َشف ًيعا أل‬
‘Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi
syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat
nanti.’

37
Saya mendorong semua orang, bukan hanya orang
Indonesia atau orang Mesir, tapi kaum muslimin
semuanya di seluruh dunia untuk menghafal Al-Qur’an,
karena hidup dengan Al-Qur’an adalah kehidupan yang
agung di sisi Allah Tabaaraka wa Ta'ala. Saat kamu
mulai membaca Al-Qur’an, maka pada saat itulah kamu
sedang memulai berbicara dengan Allah Tabaaraka wa
Ta'ala.

Para pembaca dan penghafal Al-Qur’an akan diberi


mimbar dari cahaya pada hari kiamat, memakai
mahkota yang penuh wibawa, dan itu menjadi sebab
orang tuanya masuk surga. Aku wasiatkan kepada orang
yang malas membaca Al-Qur’an agar meneruskan
hafalannya karena Al-Qur’an menerangi hati sekaligus
menjaga hati dari kemaksiatan dan dosa. Al-Qur’an itu
indah dan elok. Kekasih kita bersabda,

ُ‫َخ ْيُُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم الْ ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه‬


‘Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang belajar
Al-Qur’an dan mengajarkannya.’

Ketika kamu mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an


kepada orang lain, kemudian dia mengajarkan lagi
kepada orang lain, maka hal itu akan menjadi
timbangan kebaikan pada kita sampai hari kiamat.
Rasullullah bersabda,

38
‫ أ َْو عِ ْل ٍم‬،‫ص َدقٍَة َجا ِريٍَة‬ ٍ ِ
َ :‫آد َم انْ َقطَ َع َع َملُهُ إَِّال م ْن ثََلث‬ َ ‫إِذَا َما‬
َ ‫ت ابْ ُن‬
ِ ‫ أَو ولَ ٍد‬،‫ي ْن ت َفع بِِه‬.
ُ‫صال ٍح يَ ْدعُو لَه‬ َ َ ْ ُ َُ
‘Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia,
maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara,
yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus
mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang
selalu mendoakannya.’

Ketika kamu mengajari orang lain, lalu orang lain


mengajari yang lain dan demikian seterusnya, maka
kamu mendapatkan kebaikan, sedangkan kamu sudah
berada di dalam kubur. Kamu akan mendapatkan
kebaikan yang sangat banyak karena sebab kamu
mengajarkan Al-Qur’an. Allah Tabarka wa Ta'ala
berfirman:

‫ين يَ ْع َملُو َن‬ ِ َّ ِ‫إِ َّن َٰه َذا ٱلْ ُقرءا َن ي ه ِدى لِلَِّىت ِهى أَقْ وم وي ب ِّشر ٱلْمؤِمن‬
َ ‫ني ٱلذ‬
َ ْ ُ ُ َُ َ ُ َ َ َْ َْ َ
‫َجًرا َكبِ ًيا‬ ِ ‫ٱلصلِ َٰح‬
َّ ‫ت أ‬
ْ ‫َن َهلُْم أ‬ َ ََّٰ
‘Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk
kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar
gembira kepada orang-orang Mu'min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala
yang besar.’

Saat kamu mulai membaca Al-Qur’an maka pada setiap


hurufnya ada satu kebaikan.

39
ِ ٌ ‫ف والَم حر‬ ِ
‫ف‬
ٌ ‫يم َح ْر‬
ٌ ‫ف َوم‬ ٌ ‫ف َولَ ِك ْن أَل‬
ْ َ ٌ َ ٌ ‫ف َح ْر‬ ٌ ‫حر‬
ْ ‫ول اَل‬
ُ ُ‫الَ أَق‬
‘Dan aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf,
akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan Miim
satu huruf.’

Kita memohon kepada Allah agar menganugerahkan


manfaat dengan Al-Qur’an dan menerangi kubur kita
dengan Al-Qur’an, serta memberi syafaat kepada kita
pada hari kiamat."

Selesai.

40
Berapa Ukuran Fidyah?
Hari 16

Di antara pertanyaan yang sering ditanyakan khususnya di bulan


Ramadan ialah: berapa ukuran fidyah yang harus dikeluarkan
sebagai pengganti puasa yang ditinggalkan karena uzur?

Dalam salah satu muhadharahnya, Syekh Abdul Aziiz At Tharifi,


salah seorang ulama muda pakar hadits sekaligus ahli fiqih asal
Saudi—semoga Allah membebaskan beliau—menjawab
pertanyaan di atas. Berikut jawaban beliau:

“Siapa yang memperhatikan ucapan para ahli tafsir mengenai


firman Allah 'Azza wajalla,

ٌ‫ين يُ ِطي ُقونَهُۥ فِ ْديَة‬ ِ َّ


َ ‫َو َعلَى ٱلذ‬
‘Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah.’ (Qs Al Baqarah: 144)

akan mendapati penentuan sifat (fidyah) berbeda-beda di


kalangan para ulama. Di antara mereka ada yang berpendapat
dua mud. Sebagian yang lain menyebutkan setengah sha, dan
ada juga yang berpendapat satu mud berdasarkan perbedaan
jenis makanan. Berkenaan dengan memberi makan ini, diantara
para ulama ada yang memutlakkan satu ukuran saja dan ini
termasuk kategori taglib seperti apa yang datang dari Mujahid
bin Jabr di mana beliau berkata, ‘lafaz al ith'am (memberi
makan) jika datang dalam firman Allah maka yang dimaksud
adalah setengah sha. Yakni, kaidahnya adalah setengah sha.
41
Akan tetapi berdasarkan penelitian, kami dapati bahwa makna
ucapan salaf hampir sepakat bahwa yang dimaksud dengan
ith'am adalah isyba' (mengenyangkan) bukan taqdir
(menentukan ukuran).’

Adapun ucapan para ahli tafsir dalam menentukan ukuran


dengan setengah sha atau dua mud atau satu mud, maka yang
mereka maksudkan adalah taqrib (pendekatan saja) dengan
sesuatu yang dapat mengenyangkan orang. Jika makan, lalu
kenyang maka hal itu sudah mencukupi berapa pun ukurannya.
Dan kondisi setiap orang itu berbeda-beda.”

Sebagai tambahan, Imam Ibnu Asyur di dalam kitab tafsirnya at


Tahrir wa at Tanwir menjelaskan makna ith'am:

ِ ِِ ِ ِ
ُ‫َّره‬ َ ‫عام هو ما يُ ْشبِ ُع‬
َ ‫ وقَد‬،‫عادةً م َن الطَّعام املُتَ غَ ّذى به يف البَ لَد‬ ُ ْ‫واإلط‬
‫فُ َقهاءُ امل ِدينَ ِة ُمدًّا ِِبُِّد النَِّيب ِء ﷺ ِمن بٍُّر ْأو َشعِ ٍي ْأو َتٍَْر‬.
َ
“Ith'am itu adalah makanan yang secara adat kebiasaan
dapat mengenyangkan orang yang memakannya di
suatu negeri. Para ahli fiqih Madinah menentukan
ukuran sebanyak satu mud Nabi dari gandum, jewawut,
atau kurma.”

Demikian, semoga bermanfaat.

Catatan: Mud, seukuran dua telapak tangan biasa orang


dewasa. Sha, empat mud.

42
Karunia Allah yang Maha Luas
Hari 17

Pernah lihat ka'bah secara langsung? Semua orang muslim pasti


merindukan untuk bisa melihatnya. Berdasarkan cerita
pengalaman banyak orang saat pertama kali melihat ka'bah, tak
ada yang bisa menahan air mata karena begitu terharu dan
sangat bahagia. Namun, betapa pun tingginya kehormatan
ka'bah, dia tidak melebihi kehormatan seorang mukmin. Ibnu
Abbas mengisahkan suatu kejadian sebagaimana dicatat oleh
imam al Baihaqi di dalam kitabnya syu’abul Iman:

“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


menatap Ka’bah, beliau berkata, ‘Selamat datang wahai
Ka’bah. Betapa mulianya Anda dan betapa istimewanya
kehormatan Anda. Namun, kehormatan seorang
mukmin sungguh lebih mulia di sisi Allah, dari pada
kehormatanmu. Sebab, sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan satu hal darimu, sementara dari
seorang mukmin Allah mengharamkan tiga hal:
darahnya, hartanya, dan berprasangka tidak baik
kepadanya".

Di bulan Ramadan ini, ada ibadah yang sangat dicita-citakan


oleh para pecinta dan perindu kebaikan. Ibadah yang tidak
pernah ditinggalkan baginda Nabi saat hidupnya. Dialah ibadah
i'tikaf di sepuluh terakhir di bulan yang mulia ini. Tetapi sebegitu
besarnya keutamaan i'tikaf, ternyata ada amalan yang lebih
dicintai baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa itu? Ibnu
‘Umar sebagaimana diriwayatkan oleh Imam At Tabrani di dalam

43
kitabnya, Al Mu’jam Al Kabir menyebutkan amalan apa
gerangan.

‫ور‬ َِّ ‫ب األَعم ِال إِ َىل‬ ِ ‫اىل أَنْ َفعُ ُه ْم لِلن‬ َ ‫َّاس إِ َىل ا ََّّللِ تَ َع‬
ِ ‫ب الن‬
ٌ ‫اَّلل تَ َع َاىل ُس ُر‬ َ ْ ُّ ‫َح‬ َ ‫ َوأ‬, ‫َّاس‬ ُّ ‫َح‬
َ‫أ‬
ِ ِ ِ ِ
ُ‫ أ َْو تَطُْرُد َعنْه‬, ‫ أ َْو تَ ْقضي َعنْهُ َديْنًا‬, ً‫ف َعنْهُ ُك ْربَة‬ ُ ‫ أ َْو تَ َكش‬, ‫تُ ْدخلُهُ َعلَى ُم ْسل ٍم‬
‫ف ِيف َه َذا‬ ِ ِ ََّ ِ‫ب إ‬ ٍ ‫َخ ِيف ح‬ ِ
َ ‫يل م ْن أَ ْن أ َْعتَك‬ ُّ ‫َح‬
َ ‫اجة أ‬َ َ ِ ‫ َوألَ ْن أ َْمش َي َم َع أ‬, ‫وعا‬ ً ‫ُج‬
‫الْ َم ْس ِج ِد يَ ْع ِِن َم ْس ِج َد الْ َم ِدينَ ِة َش ْهًرا‬

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang


paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun
amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat
muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari
orang lain, membayarkan utangnya atau
menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan
bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah
keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid
ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.”

Catat! Nabi tidak sedang meremehkan keagungan ka'bah. Nabi


juga tidak sedang menyepelekan keutamaan ibadah i'tikaf. Tapi
Nabi sedang membicarakan bahwa kemuliaan di sisi Allah itu
bertingkat-tingkat. Nabi sedang menerangkan bahwa sesuatu
yang dicintai oleh Allah dan beliau juga bertingkat-tingkat.
Semoga tidak salah paham.

Kita senantiasa memohon kepada Allah agar dimudahkan dalam


melakukan beragam kebaikan dan ketaatan.

44
Masih Mencari Kenyamanan?
Hari 18

Seorang gadis kecil Palestina sedang memegang mushaf kecil.


Namanya Maryam. Di depannya nampak reruntuhan gedung-
gedung. Setiap harinya Maryam membaca lima juz padahal
kondisi sedang perang. Seorang wartawan bertanya kepada
Maryam: kenapa kamu begitu fokus membaca al-Qur'an selama
masa (perang) ini? Dengan tenang Maryam menjawab:

Pertama, karena dengan membacanya aku merasa nyaman.


Kedua, karena ada banyak ayat di dalam al-qur'an yang berkata
seperti

"Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik penjaga dan


Dialah Yang Maha Penyayang di antara Yang Maha
Penyayang".

dan ada ayat seperti ini juga:

"dan Kami tempatkan di hadapan mereka suatu


penghalang dan di belakang penghalang itu" dan
menutupinya,

"sehingga mereka tidak dapat melihat"

Jadi, ayat ini bisa diimplementasikan pada kondisi dan situasi


kami saat ini. Dan sejak kita sekarang ga bisa ngapa ngapain, ga
bisa berangkat sekolah ataupun belajar, Aku mencoba
menghabiskan waktuku untuk hal hal yang bermanfaat. satu jam
(saya) merenung. Satu jam saya membaca al-qur'an. Dan satu
jam kemudian saya belajar. Dan begitu seterusnya. Aku

45
berusaha memanfaatkan waktuku untuk hal yang bermanfaat.
Dan membayangkan bagaimana Allah bisa suatu saat
melepaskan kita dari kesusahan dan menjadikan Gaza lebih
indah dari sebelumnya. Selesai.

Pertanyaan untuk kita: beberapa sering kita tersentuh dengan


Al-qur'an? Sejatinya, mukjizat al-qur'an itu bukan sekedar
berkaitan dengan keindahan lafaz dan kedalaman maknanya.
Ada hal yang sering dilalaikan oleh kebanyakan orang yaitu
sejauh mana efek al qur'an bagi pembaca dan pendengarnya.

Padahal, Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu berkata,

"Jika hati kalian bersih, niscaya kalian tidak akan pernah


kenyang dari membaca firman-firman Tuhan kalian”.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah dalam kitabnya Ash-


Shawa’iq al Mursalah menjelaskan maksud diturunkan al
qur'an:

‫فإن القرآن َل ينزل جملرد التلوة وانعقاد الصلة عليه بل أنزل ليتدبر ويعقل ويهدى‬
‫به علما وعمل ويبصر من العمى ويرشد من الغي ويعلم من اجلهل ويشفي من‬
‫الغي ويهدي إىل صراط مستقيم‬

“Sesunggunhya al-Qur’an tidak diturunkan hanya untuk


dibaca dan melaksanakan shalat saja, tapi juga
diturunkan untuk ditadabburi, dipikirkan, dijadikan
sebagai petunjuk ilmu dan amal, bisa melihat dari
keadaan buta, menjadi petunjuk dari kesesatan,
menjadi ilmu dari kejahilan, menjadi penyembuh bagi
kesesatan dan menunjukkan pada jalan yang lurus”.

46
Kita khawatir termasuk apa yang disebutkan Allah Ta'ala:

ْ‫ين‬ َ ْ‫َّْللاِْأُولَئِكَ ْفِي‬


ٍ ‫ضال ٍلْ ُم ِب‬ ‫فَ َويلٌْلِلقَا ِس َيةِْقُلُوبُ ُهمْمِ نْذِك ِر ه‬
"Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang
telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka
itu dalam kesesatan yang nyata."

Kalo bukan melalui al-Qur'an lantas melalui apa kamu mencari


kenyamanan?!

47
48
Hambar Saat Beribadah
Hari 19

Ibarat makanan, ibadah memiliki rasa yang bisa dicicipi. Laksana


hidangan, lezatnya ketaatan bisa dirasakan. Sebagaimana iman
memiliki rasa manis yang dirindukan demikian pula halnya
kebaikan. Seorang imam besar Naisabur, ahli fiqih yang zuhud
dan ahli ibadah yang bernama Ahmad bin Harb rahimahullah
ta’ala dan kisah hidupnya disebutkan oleh Imam Az Zahabi
dalam kitabnya, siyar 'alami an nubala permah mengatakan:

"Aku telah beribadah kepada Allah selama lima puluh


tahun dan aku tidak merasakan manisnya ibadah
sampai aku meninggalkan tiga hal: pertama, Aku
meninggalkan ridha manusia sampai aku mampu
mengatakan kebenaran. Kedua, Aku meninggalkan
berteman dengan orang orang fasiq sampai aku
berteman dengan orang-orang sholih. Dan Yang ketiga,
aku meninggalkan manisnya kehidupan dunia sampai
aku mendapatkan manisnya kehidupan akhirat."

Abaikan ridha manusia, selektif memilih teman akrab, dan tidak


tertipu dengan kehidupan dunia adalah kunci agar kita
merasakan manisnya ibadah.

49
50
Bukan Pengunjung Biasa
Hari 20

Alhmdulillah selama Ramadan masjid-masjid penuh dengan


jama'ah. Ada shalat lima waktu berjama'ah, shalat teraweh
berjama'ah, tadarus bersama-sama, serta pengajian dan majlis
ilmu yang begitu semarak. Apalagi di sepuluh hari terakhir ada
ibadah i'tikaf. Di bulan yang penuh berkah ini, tempat yang
paling dicintai Allah ternyata ramai dengan para "pengunjung".

Namun, ada hal yang tidak boleh dilupakan atau diabaikan saat
ketika mengunjungi masjid. Memperhatikan kebersihan dan
menjaga kerapihan masjid juga merupakan amalan yang tidak
kalah penting. Kenyamanan dan ketenangan di dalamnya harus
menjadi tanggung jawab bersama semua pengunjung masjid.

Jangan pura-pura buta saat ada kotoran atau sampah di dalam


masjid dan sekitarnya sehingga tidak mau membersihkannya.
Jangan pura-pura tidak tahu ketika karpet posisinya berantakan
sehingga malas merapihkannya. Jangan cuek saat banyak debu
menempel sehingga enggan mengelapnya. Dimana letak
pengagunganmu bagi tempat yang di dalamnya diagungkan
nama Allah?! Saatnya ketakwaan sedang diuji.

َِّ ‫ََٰذلِك ومن ي ع ِظّم َشعائِر‬


ِ ُ‫اَّلل فَِإ ََّّنَا ِمن تَ ْقوى الْ ُقل‬
‫وب‬ َ ْ َ َ ْ َُ ْ َ َ َ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa
mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya
itu timbul dari ketakwaan hati. (Qs Al Hajj: 32)

51
Seorang perempuan berkulit hitam, yang biasa menyapu masjid
di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam begitu memiliki
tempat di hati beliau. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan
kisahnya dengan apik.

‫ فَ َسأ ََل‬:‫ قَال‬-‫ت تَ ُق ُّم الْ َم ْس ِج َد‬ ِ ِ َّ ِ‫ِيف ق‬- ‫عن أَِيب هري رَة ر ِضي هللا عْنه‬
ْ َ‫صة الْ َم ْرأَة الَِّيت َكان‬ ُ َ ُ َ َ ََْ ُ ْ َ
?”‫ “أَفَلَ ُكْن تُ ْم آ َذنْتُ ُم ِوين‬:‫ فَ َق َال‬,‫ت‬ ِ
ْ َ‫ َمات‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم فَ َقالُوا‬ َ ‫َّيب‬ ُّ ِ‫َعْن َها الن‬
.‫صلَّى َعلَْي َها‬ َ َ‫ ف‬,ُ‫ فَ َدلُّوه‬,”‫“دلُّ ِوين َعلَى قَِِْبَها‬
ُ :‫ال‬ َ ‫ فَ َق‬.‫صغَُّروا أ َْمَرَها‬َ ‫فَ َكأ َََّّنُْم‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Beliau berkisah
tentang seorang wanita yang biasa membersihkan
masjid (di masa Nabi). Nabi shallallahu’alaihiwasallam,
menanyakan tentang kabar wanita itu, para sahabat
menjawab, “Ia telah meninggal.”

“Mengapa kalian tidak mengabariku?” Tanya Nabi


shallallahu’alaihiwasallam kepada sahabatnya. Para
sahabat mengira, bahwa pekerjaannya tersebut tidak
terlalu terpandang. "Tunjukkan aku makamnya” Pinta
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Merekapun
menunjukkan makam wanita tersebut, kemudian beliau
mensholatkannya".

Masih ogah-ogahan memperhatikan kebersihan dan


kenyamanan di dalam masjid?! Catat, ini rumah Allah! Tempat
yang paling dicintai-Nya di muka bumi. Semoga Allah
memberkahi setiap usaha & ikhtiar untuk memakmurkan
rumah-Nya.

52
Kebutuhan Terpenuhi Tanpa Meminta
Hari 21

Imam at Tirmizi meriwayatkan kisah Aisyah yang bertanya


kepada sang suami tercinta shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
doa apa yang dibaca di malam lailatul qadar. Lantas beliau
menyuruh untuk membaca:

‫ف َع ِّن‬
ُ ‫اع‬ ُّ ‫َّك َع ُف ٌّو ُِحت‬
ْ َ‫ب الْ َع ْف َو ف‬ َ ‫اللَّ ُه َّم إِن‬
"Ya Allah, Engkau Maha memberikan maaf dan Engkau
suka memberikan maaf, karenanya maafkanlah aku."

Ibnu al Qayyim menyebutkan satu dari sekian banyak


keutamaan al afwu sebagaimana dinukil oleh Ibnu al Jauzi di
dalam kitabnya minhaj al qasidin:

‫فإن عفا عنك أتتك حوائجك من دون مسألة‬

"Jika Allah mengampunimu maka kebutuhanmu akan


terpenuhi tanpa harus meminta".

Mari perbanyak doa ini di sepuluh hari terakhir. Alangkah


butuhnya kita kepada pengampunan Allah. Sebagaimana kita
pun ingin kalau sekiranya kebutuhan dan hajat kita juga
terpenuhi atas kuasanya Allah. Ajarkan pula kepada orang-orang
terdekat yang belum mengetahui dan ingatkan mereka yang
lupa. Semoga Allah kabulkan doa-doa kita. Amiin.

53
54
Asal Jujur
Hari 22

Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis dari Aisyah


radhiyallahu ‘anha yang menjelaskan bahwa Nabi lebih serius
beribadah di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.

ِ ِ ِ ُ ‫َكا َن رس‬
ُ‫ اَلْ َع ْش ُر اَْألَخي‬:‫َي‬
ْ ‫أ‬- ‫ول اَ ََّّلل – صلى هللا عليه وسلم – إذَا َد َخ َل اَلْ َع ْش ُر‬ َُ
ِ َ ‫ِم ْن َرَم‬
.ُ‫ظ أ َْهلَه‬ ْ ‫ َوأ‬,ُ‫ َش َّد مْئ َزَره‬-‫ضا َن‬
َ ‫ َوأَيْ َق‬,ُ‫َحيَا لَْي لَه‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika
memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-
sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-
istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut
dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk
beribadah.”

Lalu, kenapa beberapa hari terakhir begitu istimewa?

Ada dua sebab:

Yang pertama, karena setiap amalan akan dinilai dari akhirnya.


Sebagaimana disebutkan Nabi dalam riwayat Bukhari:

‫ال ِاب ْْلََواتِي ِم‬ ْ ‫َوإَِّمنَا األ‬


ُ ‫َع َم‬
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada
akhirnya.”

Syaikh Abdulaziz at Tarifi mengatakan:

55
‫من قصر يف أول رمضان وأحسن يف آخره خي ممن أحسن يف أوله وقصر يف‬
)‫ (إمنا األعمال خبواتيمها‬:‫ قال‬:‫ ففي احلديث‬،‫آخره‬

"Orang yang di awal Ramadhan lalai namun di akhirnya


memperbaiki diri maka itu lebih baik daripada orang
yang di awal Ramadan baik namun di akhir justru lalai.
Disebutkan di dalam hadis: Sesungguhnya setiap
amalan tergantung pada akhirnya."

Sebab yang kedua, ikhtiar untuk mendapatkan keutamaan dan


kebaikan lailatulqadar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

َ ‫اخ ِر ِم ْن َرَم‬
‫ضا َن‬ ِ ‫َحتَّروا لَي لَةَ الْ َق ْد ِر ِىف الْع ْش ِر األَو‬
َ َ ْ َْ
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari
bulan Ramadhan.”

Apakah lailatulqadar khusus untuk ummat Islam saja?

Ada perbedaan pandangan di kalangan para ulama, apakah


lailatulqadar adalah kekhususan untuk ummat Muhammad atau
juga selain mereka. Mayoritas ulama cenderung kepada
pendapat pertama sebagaimana hal itu disebutkan oleh Ibnu
Hajar di dalam kitabnya, Fath al Baari. Namun, terlepas dari
perbedaan itu, hal yang lebih penting adalah bagaimana agar
kebaikan dan keutaaman lailatulqadar itu dapat diraih dan tidak
terluput darinya. Rasulullah bersabda sebagaimana
diriwayatkan oleh imam an Nasai dan imam Ahmad melalui Abu
Hurairah radhiallahu’anhu:

‫خيها فقد ُح ِرَم‬ ِ ِ


َ ‫ َمن ُح ِرَم‬، ‫فيه ليلةٌ خيٌ من ألف َشه ٍر‬
56
"Pada bulan tersebut, Allah memiliki satu malam yang
lebih baik dari seribu bulan (seseorang beribadah
selama itu). Barangsiapa terhalang dari kebaikannya,
sungguh ia orang yang terhalang (dari seluruh
kebaikan)".

Lalu, apa ikhtiar yang dilakukan untuk meraih lailatulqadar?

Setelah taufiq dan pertolongan dari Allah keinginan dan cita-cita


mendapatkan lailatulqadar akan diraih bila ada kejujuran.
Kejujuran di dalam hati dan lisan yang diiringi dengan kejujuran
usaha untuk mewujudkannya. Nabi bersabda di dalam riwayat
An Nasa'i:

‫ك‬
َ ُ‫ص ُدق‬ َّ ‫ص ِّد ِق‬
ْ َ‫اَّللَ ي‬ ْ َ‫إ ْن ت‬
"Jika engkau jujur dan benar (dalam niat, maksud dan
ucapmu) kepada Allah, niscaya Allah akan
membenarkanmu (sampai kepada niat dan
maksudmu)."

57
58
Karunia Allah yang Maha Luas
Hari 23

Tidak diragukan bahwa i'tikaf merupakan ibadah yang memiliki


banyak keutamaan. Bersyukurlah orang yang dimudahkan bisa
menunaikannya. Akan tetapi i'tikaf bukan syarat untuk
mendapatkan lailatul qadar. Artinya, orang yang tidak i'tikaf
memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan kebaikan dan
keutamaan lailatulqadar. Sebab, lailatulqadar akan dialami
setiap orang. Akan tetapi, saat terjadi lailatulqadar, keadaan dan
kondisi setiap orang berbeda-beda; ada orang yang sedang
melakukan ibadah dan kebaikan, ada pula orang yang sedang
melakukan kemaksiatan dan keburukan, waliyazu billah.
Sungguh beruntung dan bahagia orang yang pertama dan
sungguh rugi dan sengsara orang yang kedua. Kata Nabi:

‫خيها فقد ُح ِرَم‬


َ ‫َمن ُح ِرَم‬
"Barangsiapa terhalang dari kebaikannya, sungguh ia
orang yang terhalang (dari seluruh kebaikan)".

Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitabnya Latha`if al Ma’arif


menyebutkan bahwa Juwaibir pernah bertanya kepada Ad-
Dahhak:

ِ ِ ِ ِ ِ ْ ‫أَرأَيت النُّ َفساء و‬


:‫ال‬ ٌ ‫ض َو الْ ُم َسافَر َو النَّائ َم َهلُْم ِيف لَْي لَة الْ َق ْد ِر نَص‬
َ َ‫يب ؟ ق‬ َ ‫احلَائ‬ َ َ َ َ َْ
‫صيبَهُ ِم ْن لَْي لَ ِة الْ َق ْد ِر‬
ِ َ‫نَعم ُك ُّل من تَ َقبَّل هللا عملَه سي ع ِط ِيه ن‬
ْ َُ ُ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ
"Bagaimana pendapatmu mengenai wanita yang
sedang nifas, haid, orang yang bepergian (musafir), dan

59
orang tidur, apakah mereka bisa memperoleh bagian
dari Lailaltul Qadar? Jawabnya, ya, mereka masih bisa
memperoleh bagian. Setiap orang yang Allah terima
amalnya maka Allah akan memberikan bagiannya dari
Lailatul Qadar."

Subhanallah, sungguh, karunia Allah begitu luas. Dia


memberikan karunia-Nya kepada orang-orang yang
dikehendaki-Nya. Kewajiban kita adalah memaksimalkan ikhtiar
agar amalan kita diterima di sisi-Nya.

Karenanya, mintalah setiap saat dan setiap hari kepada Allah


agar berkenan menerima amal-amal kita, terutama setiap kali
selesai salat subuh.

Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam selalu meminta kepada Allah Ta’ala amal yang
diterima setiap selesai salat subuh:

‫ َو َع َم ًل ُمتَ َقبَّ ًل‬،‫ َوِرْزقًا طَيِّبًا‬،‫ك ِعلْ ًما ََنفِ ًعا‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم إِِّين أ‬
َ ُ‫َسأَل‬
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang
bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima.”

Doa ini mengisyaratkan bahwa amal iakan diterima jika ilmu kita
bermanfaat dan rizki kita baik.

Pertanyaannya, sudahkah ilmu kita memberi manfaat terlebih


dahulu untuk diri kita sendiri, lalu bermanfaat pula bagi keluarga
dan orang-orang di sekitar? Benarkah rizki yang kita nikmati
diperoleh dari sumber yang halal dan cara yang dibenarkan
agama? Hati nurani kitalah yang jujur menjawab.

60
Menghidupkan Malam Lailatulqadar
Hari 24

Bisa menghidupkan malam di sepuluh hari terakhir adalah


murni karunia dan kemudahan dari Allah Ar Rahman. Tentu saja
setiap mukmin berharap dan bercita-cita mendapatkan
kebaikan dan keutaamaan laialatulqadar. Menghidupkan malam
adalah salah satu bukti nyata bahwa kita benar-benar jujur
menginginkannya.

Ada hal yang lebih penting daripada sekedar amalan badan,


yaitu amalan hati. Hendaknya menunaikan semua amalan
didasari oleh keimanan dan pengharapan kepada Ar Rahman.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu


Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasannya Nabi sallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:

‫َّم ِم ْن َذنْبِ ِه‬ ِ ِ ‫من قَام لَي لَةَ الْ َق ْد ِر إَِيَا ًَن و‬
َ ‫احت َس ًااب غُفَر لَهُ َما تَ َقد‬
ْ َ ْ َ َْ
"Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada
malam Lailatul Qadar dengan dasar iman dan
mengharapkan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah
lalu akan diampuni."

Idealnya, menghidupkan malam dengan mengurangi tidur agar


bisa memaksimalkan beragam ibadah. Dan ini tingkatan yang
paling tinggi. Sekiranya tidak bisa, maka jangan berkecil hati,
masih ada yang masih bisa dilakukan. Lakukan selagi bisa dan
memiliki kesempatan. Ibnu Rajab Al Hanbali dalam kitabnya
Lathaif Al-Ma’arif menukil perkataan Ibnu ‘Abbas:

61
ُّ ‫صلِّ َي‬
‫الصْب َح ِيف‬ ٍ ‫َن إِحياءها ََيصل ِِبَ ْن يصلِّي العِ َشاء ِيف ََج‬
َ ُ‫اعة َو يَ ْع ِزُم َعلَى أَ ْن ي‬
ََ َ َ َ ُ ُ ُ ْ ََ َْ ‫أ‬
َّ
‫اع ٍة‬
َ َ‫ََج‬
"Menghidupkan lailatul qadar bisa dengan
melaksanakan shalat isya berjamaah dan bertekad
untuk melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah.”

Beliau menukil pula perkataan Imam Syafi’i:

‫الصْب َح لَْي لَةَ ال َق ْد ِر فَ َق ْد أَ َخ َذ ِِبَ ِظِّه ِمْن َها‬


ُّ ‫َم ْن َش ِه َد العِ َشاءَ َو‬
“Siapa yang menghadiri shalat isya dan shalat subuh
pada malam Lailatulqadar, maka ia telah mengambil
bagian dari malam tersebut.”

Ya, kata kuncinya adalah konsisten menjalankan shalat isya dan


subuh secara berjama'ah.

Tentu saja banyak amalan lain selain shalat. Tilawah al qur'an,


bersedekah, memperbanyak do'a, zikir, istigfar, dan amalan-
amalan lainnya. Semoga Allah memudahkan segala urusan.
Amiin.

62
Jangan ada waktu sia-sia!
Hari 25

Sekiranya tidak sedang melakukan ibadah badan maka ibadah


pikiran dan hati sejatinya tetap terjaga dan tertunaikan. Setiap
detik waktu tidak boleh ada yang terbuang percuma. Imam Ibnu
Qayyim mengingatkan,

‫إضاعة الوقت أشد من املوت ألن إضاعة الوقت تقطعك عن هللا والدار اآلخرة‬
‫واملوت يقطعك عن الدنيا وأهلها‬

"Menyia-nyiakan waktu itu lebih dahsyat dari kematian,


karena menyia-nyiakan waktu memutuskan mu dari
Allah dan negeri akhirat sedangkan kematian hanya
memutuskan mu dari dunia dan penghuninya".

Karena itu, rencanakan apa saja yang akan dilakukan agar tidak
ada waktu yang lewat dengan kesia-siaan. Imam Al Ghazali
dalam kitabnya Bidayatul Hidayah menasehatkan tentang
urgensi perencanaan demi meraih keberkahan.

، ‫ فتشتغل يف كل وقت ِبا اتفق كيف اتفق‬، ‫وال ينبغي أن تكون أوقاتك مهملة‬
‫ وتعني لكل‬. ‫ وترتب وظائفك يف ليلك وَّنارك‬، ‫بل ينبغي أن حتاسب نفسك‬
‫ فبه تظهر بركة األوقات‬، ‫وقت شغل ال يتعداه وال تؤثر فيه سواه‬.

"Dan tidak seyogianya waktu-waktumu terbuang sia-


sia, yaitu engkau sibuk dalam setiap waktu dengan
mengerjakan perbuatan sekadarnya. Tapi seyogianya
kamu bertanggung jawab terhadap dirimu, dengan
63
mengatur tugasmu di waktu malam dan siang. Dan
engkau menentukan kesibukan untuk tiap waktu yang
tidak kamu melewatkan kesibukan itu dan kamu tidak
memilih kegiatan yang lain, dengan begitulah nyata
jelas keberkahan waktu."

Orang bilang: manusia hanya merencanakan tapi Tuhan lah yang


menentukan. Pernyataan ini benar dan tidak ada yang salah.
Sebab segalanya ada dalam kendali dan kuasa Allah Ta'ala. Tapi
mesti diingat, merencanakan kebaikan akan dicatat seolah-olah
dia telah melakukannya walaupun hal itu tidak terlaksana
karena ada uzur yang bisa diterima. Sebagaimana orang yang
merancanakan dosa dan keburukan juga tidak akan luput dari
perhitungan dan balasan.

Semua orang memiliki waktu dan kesempatan yang sama.


Bedanya, ada yang waktunya diberkahi dan ada yang justru
sebaliknya. Karenanya, mohonlah selalu keberkahan di setiap
waktu-waktu kita.

Dr. Abu an Na'im berkata:

"Jika keberkahan hadir dalam waktumu, kamu akan


produktif, walaupun waktu kamu sempit. Namun jika
hilang keberkahan, maka kamu tidak bisa mengerjakan
apa-apa padahal waktumu luang."

‫اللهم ارزقنا الِبكة يف كل أوقاتنا‬

“Ya Allah, karuniakan kami keberkahan di setiap waktu-


waktu kami.”

64
Salam Perpisahan
Hari 26

Diantara tanda dari sekian tanda akhir zaman adalah singkatnya


masa. Waktu begitu cepat berlalu dan terasa singkat dan
sebentar. Demikianlah kondisi yang sama-sama dirasakan
semua insan.

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫الزَما ُن‬
َّ ‫ب‬َ ‫اعةُ َح َّىت يَتَ َق َار‬
َ ‫الس‬
َّ ‫وم‬
ُ ‫الَ تَ ُق‬.
"Tidak akan terjadi hari Kiamat sampai waktu
berdekatan." (HR Bukhari)

Ibnu Hajar rahimahullah saat menjelaskan hadis di atas di dalam


kitabnya Fath al Baari mengatakan:

"Hal ini telah didapati pada zaman kita sekarang ini.


Karena kita telah menjumpai cepatnya waktu berlalu
yang tidak pernah kita temukan pada zaman sebelum
kita.”

Kemarin hari jumat sekarang jumat lagi. Tahun kemarin


Ramadan sekarang sudah Ramadan lagi. Barusan tanggal satu
Ramadan sekarang sudah di penghujungnya. Dan Ramadan
tahun ini akan segera meninggalkan kita.

Lalu, apa yang kita rasakan saat Ramadan yang penuh berkah ini
akan meninggalkan kita? Sedih? Semoga kesedihan kita bukan
sebuah kepura-puraan atau karena ikut-ikutan.

65
Ibnu Rajab di dalam kitabnya Lathaif al Ma'arif majelis yang
keenam tentang wada' Ramadan dengan penuh khidmat
mengingatkan dekatnya perpisahan:

‫ فمن منكم‬،‫عباد هللا! إن شهر رمضان قد عزم على الرحيل وَل يبق منه إال القليل‬
‫ فاستغنموا‬،‫ ومن فرط فليختمه ابحلسن والعمل ابْلتام‬،‫أحسن فيه فعليه التمام‬
‫ واستودعوه عمل صاحلا يشهد لكم به عند‬،‫منه ما بقي من الليايل اليسية واألايم‬
‫ وودعوه عند فراقه ِبزكى حتية وسلم‬،‫امللك العلم‬.

"Wahai hamba-hamba Allah, bulan Ramadhan telah


berniat untuk pergi. Tidak lagi yang tersisa kecuali saat-
saat yang singkat. Barangsiapa yang telah melakukan
kebaikan selama ini, hendaklah ia
menyempurnakannya.Tapi, barangsiapa yang malah
sebaliknya, hendaklah ia mengakhirinya dengan
kebaikan. Dan amalan itu dinilai dari akhirnya.
Manfaatkanlah malam-malam dan hari-hari Ramadhan
yang masih tersisa,

Serta titipkanlah amalan sholih yang menjadi saksi


untukmu di sisi Al Malikul ‘Alam. Lepaskanlah
kepergiannya dengan penghormatan dan salam yang
terbaik."

66
Kawan, Kita Belum Finis!
Hari 27

Ibarat sebuah lomba yang memiliki start dan finis, Ramadan juga
ada start dan finisnya. Sungguh tidak cerdas kalau peserta
lomba yang dari awal bergerak cepat penuh semangat, namun
mendekati garis finis malah berleha-leha dan lemah tekad.

Jangan merasa bahwa setelah malam ke 27 berlalu kemudian


grafik ibadah malah menurun. Ingat, kita belum sampai di garis
finis. Justru inilah detik-detik yang menentukan.

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah dalam kitabnya mawaiz dengan


begitu indah membuat sebuah perumpamaan.

‫ فل‬،‫إن اْليل إذا شارفت َّناية املضمار بذلت قصارى جهدها لتفوز ابلسباق‬
‫ فإنك إذا َل حتسن االستقبال‬،‫تكن اْليل أفطن منك! فإن األعمال ابْلواتيم‬
‫لعلك حتسن الوداع‬.

"Seekor kuda balap bila sudah mendekati garis finis, dia


akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk
meraih kemenangan. Jangan sampai kuda lebih berakal
darimu. Sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh
penutupnya. Karena itu, jika kamu termasuk orang yang
tidak baik dalam penyambutan, semoga kamu
melakukan yang terbaik saat perpisahan.”

Imam Hasan al Bashri menasehati:

‫ فاغتنم ما بقي فل تدري مىت تدرك رمحة هللا‬،‫أحسن فيما بقي يغفر لك ما مضى‬
67
“Perbaiki apa yang tersisa, niscaya kesalahanmu yang
telah lalu diampuni. Manfaatkan sebaik-baiknya apa
yang tersisa, karena kamu tidak tahu kapan rahmat
Allah itu bisa diraih.”

Kawan, masih ada kesempatan untuk berbenah. Dan jangan


sekali-kali menyerah, karena finis kita adalah jannah!

68
Telepon Langsung kepada Allah
Hari 28

Saat mengikuti daurah (pelatihan) metodelogi fatwa di Dar al


Ifta, Kairo, Mesir bulan februari lalu saya menyaksikan langsung
bagaimana warga di sana hilir mudik untuk berkonsultasi dan
bertanya (istifta) secara offline tentang urusan agama mereka.
Walaupun istifta juga bisa dilakukan secara online melalui
telepon atau saluran media sosial resmi. Antusiasme seperti
inilah yang mesti dicontoh dan diteladani oleh warga kita. Di
saat tidak tahu (baca: bodoh) mengenai urusan agama maka
kewajibannya adalah tidak malu bertanya kepada ahlinya.
۟
‫فَ ْسَلُٓوا أ َْه َل ٱل ِّذ ْك ِر إِن ُكنتُ ْم َال تَ ْعلَ ُمو َن‬

"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai


pengetahuan jika kamu tidak mengetahui."

Tentu saja bukan hanya warga Mesir saja yang mendapatkan


banyak faidah dan manfaat dari keberadaan lembaga yang
sekarang di bawah kepemimpinan syaikh Prof. Ibrahim Syauqi
'Allam ini. Dar al Ifta selalu membuka pintunya lebar-lebar untuk
merespon pertanyaan dan konsultasi dari kaum muslimin di
seluruh dunia sekaligus mengeluarkan fatwa yang berkaitan
dengan urusan ummat.

Sebagai lembaga fatwa yang terpercaya, Dar al Ifta diisi oleh


para ulama dan para mufti yang memiliki kompetensi dan
kapasitas di bidang ilmu agama; kapasitas ketakwaan dan

69
kapasitas ilmu yang menjadi prasyarat menjadi pewaris para
Nabi.

‫ إِ َّن اْألَنْبِياَءَ ََلْ يُ َوِّرثُ ْوا ِديْناًَرا َوالَ ِد ْرَُهاً إَِّمنَا َوَّرثُ ْوا الْعِلْ َم فَ َم ْن‬،‫إن الْعُلُ َماءُ َوَرثَةُ اْألَنْبِيَ ِاء‬
‫ظ َوافِ ٍر‬
ٍّ َ‫َخ َذ ِِب‬ ِ ‫أ‬
َ ‫َخ َذ بِه فَ َق ْد أ‬ َ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi.
Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham.
Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka
barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah
mengambil bagian yang banyak.” (HR At Tirmizi)

Karena itulah fatwa yang diputuskan harus benar-benar


memenuhi metodologi (manhajiat) yang valid sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Apalagi bila fatwa
tersebut menyangkut orang banyak. Saat menyampaikan
muhadharah di Dar al Ifta, salah satu amin fatwa syaikh Dr
Ahmad Wisam menyebutkan bahwa pernah ada fatwa yang
diterbitkan Dar al Ifta setelah melewati kurang lebih satu tahun
karena masalah yang ditanyakan membutuhkan kajian
mendalam dan melibatkan ahli dan pakar di bidang yang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa berfatwa bukan menjawab
sekenanya. Fatwa tidak boleh dikeluarkan dengan serampangan
dan ketergesaan.

Tiga hari yang lalu, tepatnya tanggal 5 April di hari jum'at kita
dikejutkan dengan kabar bahwa para jemaah Masjid Aolia di
Padukuhan Panggang III, Kelurahan Giriharjo, Panggang,
Kabupaten Gunungkidul pada pukul 06.00 WIB melakukan
shalat I'd, lima hari lebih awal dari hisab yang mu’tabar.

70
Kelompok ini dipimpin oleh Raden Ibnu Hajar Pranolo yang
dikenal dengan panggilan Mbah Benu.

Mbah Benu mempunya prinsip sendiri dalam menentukan awal


Ramadan dan Syawal.

"Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung


kepada Allah Ta'ala. Ya Allah kemarin tanggal 4 malam
4, ya Allah ini sudah 29, 1 Syawal kapan, Allah
Ta'ala hadirko, tanggal 5 Jumat, lah makanya kalau
disalahkan orang bagaimana, ya nggak apa-apa
urusannya Gusti Allah,".

Penentuan 1 Syawal versi Mbah Benu didasarkan pada


keyakinannya, di mana malam 30 Ramadan jatuh pada Kamis
tanggal 4.

Meyakini sesuatu itu benar padahal tidak benar inilah bentuk


nyata kebodohan kuadrat. Dalam kajian usul fiqih biasa disebut
dengan jahl murakkab. Kebodohan yang murakkab ini tersusun
dari dua hal:

pertama, ketidaktahuan terhadap sesuatu yang benar.

Yang kedua, meyakini dengan seyakin-yakinnya sesuatu yang


tidak benar yang menyelisihi realita dan fakta yang ada.

Alhamdulillah, di negeri kita ada Majelis Ulama Indonesia yang


menjadi rumah bagi ummat Islam bertanya tentang urusan yang
menyangkut urusan agama.

Berkenaan dengan lebaran yang jauh lebih dulu, salah seorang


ketua MUI sekaligus guru Besar Bidang Ilmu Fikih di Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

71
Jakarta, Prof. Dr. K.H. Muhammad Asrorun Ni’am Sholeh, S.Ag.,
Lc., M.A mengatakan:

"Kasus di sebuah komunitas di Gunungkidul itu jelas


kesalahan, perlu diingatkan. Bisa jadi dia melakukannya
karena ketidaktahuan, maka tugas kita memberi tahu,
kalau dia lalai, diingatkan,"

Ketua Bidang Dakwah dan Ukhwah Majelis Ulama Indonesia,


K.H. Muhammad Cholil Nafis, Lc., S.Ag., M.A., juga
mengomentari:

“Lebaran duluan tanpa ilmu syariah itu tak benar. Perlu


Mbah Banu itu diingatkan dan pengikutnya dibimbing
ke jalan yang benar,”

“Tak benar menerapkan syariah serampangan tanpa


ilmu. Masa’ telponan dengan Allah untuk menentukan
lebaran, itu pasti tak benar. Saya duga dia sedang dialog
dengan Jin,”.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengisyaratkan akan


bermunculan ru'asa juhala yang dijadikan sumber rujukan.
Diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash berkata: Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ِ ِ ‫ َولَ ِك ْن بَِقْب‬،‫ض الْعِلْ َم انْتَِزاعاً يَْن تَ ِزعُهُ ِم َن الْعِباَ ِد‬


ْ‫ َح َّىت إِ َذا ََل‬.‫ض الْعُلَماَء‬ ُ ِ‫إِ َّن هللاَ الَ يَ ْقب‬
ِ َّ ِ ِ
‫َضلُّوا‬ َ َ‫َّاس ُرُؤْوساً ُج َّهاالً فَ ُسألُوا فَأَفْ تَ ْوا بِغَ ِْي ِعلْ ٍم ف‬
َ ‫ضلُّوا َوأ‬ ُ ‫يُْبق عاَلماً اَّتَ َذ الن‬
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan
mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama
sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun,

72
maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan
orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka
pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan
menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hal ini Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan:

“Asy-Sya’bi berkata: “Tidak akan terjadi hari kiamat


sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan
kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua termasuk
dari terbaliknya gambaran kebenaran (kenyataan) di
akhir zaman dan terbaliknya semua urusan.”

Memang Mbah Benu tidak langsung mengaku Nabi, tapi


mengaku bisa berkomunikasi langsung dengan Allah adalah
kekhususan Nabi dan Rasul.

Last but not least, dalam urusan penting yang menyangkut


urusan umat kewajiban kita adalah bertanya kepada para pakar.
Dengarkan fatwa para ulama dan gak usah merasa paling pintar.
Apalagi sok merasa paling benar padahal aslinya kebelinger.
Allahul musta’an.

73
74

Anda mungkin juga menyukai