Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS DISPNEA

DI RUANG RAWAT INAP KENANGA


RUMAH SAKIT TINGKAT II DUSTIRA
CIMAHI

Disusun Oleh:
MUHAMAD OPI HAFIIZH, S. Kep
NPM : 2350321108

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
A. PENGERTIAN

Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Melena adalah
keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan lengket yang menunjukkan
perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus.
Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri
setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna atas.
BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah berwarna
merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja.
Sebagian besar BAB darah berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna
darah pada tinja tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber
perdarahan dengan anus, semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan
di anus, rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan
dengan perdarahan di kolon transversal dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang
berwarna merah gelap atau merah tua.

B. ETIOLOGI
Terdapat beberapa penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas adalah :
1. Kelainan esofagus
a. Varises esophagus
Penderita dengan melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak
pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dikeluarkan melalui feses
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur
dengan asam lambung.
b. Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan pada penderita melena.
Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali
penderita muntah darah dan itupun tidak massif.
c. Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau
kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih timbul melena. Tukak di
esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan
tukak lambung dan duodenum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-
obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita
mengeluh nyeri ulu hati.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang
berhubungan dengan makanan.
3. Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili,
rombositopenia purpura.
4. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik seperti golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol.

C. PATOFISIOLOGI

Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen anterior yang
lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik
menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut
menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises. Varises dapat
pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan
penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh
melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi.
Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala- gejala utama yang terlihat pada saat
pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan
mengakibatkan disfungsi selular. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada
seluruh system tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan
mengalami kegagalan.
Pathway :
Infeksi Hepatitis Viral tipe B/C

Peradangan hati&nekrosis sel-sel hati

Sel hati kolaps secara ekstensi Meluasnya jaringan fibrosis

Distorsi pembuluh darah hati Hipertensi portal

Ostrobsi vena portal Terbentuknya varises


eksofagus,lambung,
pembesaran limfe dan
Sirosis hepatitis

Gangguan rasa nyaman


Pembuluh luptur
NYERI AKUT

Perdarahan dilambung
DEFISIT VOLUME CAIRAN

Muntah darah dan berak darah

Hb menurun anemis Mual, muntah dan nafsu makan Kurangnya informasi yang didapat
menurun

RISIKO DEFISIT ANSIETAS


Plasma darah menurun NUTRISI

DEFISIENSI / KURANG
HIPOVOLEMIA PENGETAHUAN
D. PENGKAJIAN
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik pada sasaran yang dituju. Selain itu pengumpulan data dapat
diperoleh dari klien, keluarga, tenaga kesehatan, catatan medis, medical record, dan
literature. Hal-hal yang dikaji pada klien antara lain :
Adapun pengkajian pada pasien melena antara lain :
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat mengidap :
Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum
2. Kanker saluran pencernaan bagian atas
3. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC
4. Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik
5. Kebiasaan/gaya hidup seperti Alkoholisme, kebiasaan makan

Pengkajian Umum

1. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.


2. Eliminasi :
3. BAB : konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi
pekat, jumlahnya)
4. BAK : warna gelap, konsistensi pekat
5. Neurosensori : adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).
6. Respirasi : sesak, dyspnoe, hypoxia
7. Aktifitas :lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot

Pengkajian Fisik

1. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi


2. Inspeksi :
Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)
Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah
Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat
Kulit : dingin
3. Auskultasi :
Paru
Jantung : irama cepat atau lambat
Usus : peristaltik menurun
4. Perkusi :
Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak
Reflek patela : menurun

Adapun pengkajian pasien melena menurut Doenges adalah :

1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah darah kronis, mis : GI kronis, ektremitas pucat
pada kulit dan membran mukosa, pengisian kapiler melambat.
3. Eliminasi
Gejala : hematemesis, feses dengan darah segar, melena, distensi abdomen.
4. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, mual.
5. Neurosensori
Gejala : penurunan kesadaran, sakit kepala.
6. Nyeri
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
7. Pernafasan
Gejala : pernafasan pendek pada istirahat dan aktivitas.
8. Integumen
Gejala : kulit dingin, kering dan pucat, pengisian kapiler
≥3 detik
E. ANALISA DATA

DATA PENYEBAB MASALAH


DS: Faktor Penyebab Hipovolemia (D.0023)
- klien mengatakan
perutnya sakit
DO: Ruftur Pembuluh Darah
- konstipasi terdapat
melena(keluaran
warna darah hitam Perdarahan Lambung
konsistensi pekat
- Akral pucat
- Konjungtiva tidak Muntah Darah dan Berak
anemis darah
- Pasien muntah
bercampur darah
Hipovolemia

DS: Faktor Penyebab Risiko Defisit Nutrisi


- Pasien mengatakan (D.0032)
perutnya sakit
- Pasien Mengatakan Ruftur Pembuluh Darah
Mual Muntah
DO:
- konstipasi terdapat Perdarahan Lambung
melena(keluaran
warna darah hitam
konsistensi pekat Muntah Darah dan Berak
- Akral pucat darah

- Konjungtiva tidak
enemis
Pasien muntah bercampur Mual Muntah Nafsu

darah Makan turun


Risiko Defisit Nutrisi

DS: Faktor Penyebab Nyeri Akut (D.0077)


- Pasien mengatakan
perutnya sakit
DO: Ruftur Pembuluh Darah
- konstipasi terdapat
melena(keluaran
warna darah hitam Perdarahan Lambung
konsistensi pekat
- Akral pucat
Nyeri Akut
- Konjungtiva tidak
enemis
Pasien muntah bercampur
darah

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Tahun 2018 diagnosa yang
sering muncul pada pasien hematemesis melena, adalah :
1. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
2. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan.
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.
G. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan
b.d kehilangan cairan aktif
keperawatan selama 1x24 jam, (1.03098)
diharapkan, keseimbangan cairan - Observasi
dapat terpenuhi. 1. Monitor status hidrasi (mis:
turgor kulit, tekanan darah,
Kriteria Hasil: (L.03020)
frekuensi nadi)
1. Asupan cairan meningkat 2. Monitor berat badan harian
3. Monitor hasil pemeriksaan
2. Asupan makanan meningkat
laboratorium
3. Dehidrasi menurun
- Terapeutik
4. Tekanan darah membaik
1. Catat intake-output dan
5. Turgor kulit membaik hitung balance cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan,
6. Berat badan membaik
sesuai kebutuhan

- Kolaborasi
1. Kolaborasikan pemberian
diauretik, jika perlu
2. Risiko defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang BB setiap hari.
ketidakmampuan mencerna keperawatan selama 1x24 jam, 2. Berikan makanan dalm
makanan diharapkan, kebutuhan nutrisi porsi kecil tapi sering.
dapat diatasi. 3. Bantu pasien dan dorong
Kriteria hasil: pasien untuk makan.
1. 4. Awasi pemasukan diet.
5. Kolaborasikan dengan ahli
gizi dan dokter mengenai
obat antiemetic.
3. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1.08238)
pencedera fisiologis keperawatan selama 1x24 jam, - Observasi
diharapkan nyeri dapat berkurang / 1. Identifikasi skala nyeri
hilang. 2. Identifikasi lokasi, durasi,
Kriteria hasil: (L.08066) frekuensi, intensitasi nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi faktor
2. Meringis menurun memperberat dan
3. Gelisah menurun memperingan nyeri
4. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi pengaruh nyeri
5. Muntah menurun pada kualitas hidup
6. Mual menurun 5. Monitor keberhasilan terapi
7. Pola tidur membaik komplementer yang
8. Fingsi berkemih membaik diberikan
9. Nafsu makan membaik
- Terapeutik
1. Berikan terapi non-
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur

Anda mungkin juga menyukai