Anda di halaman 1dari 2

NAMA : KGS GUSTIANSYAH W

NIM : 048495516
PRODI : S1 HUKUM
UPPBJ : PALEMBANG

1. Dalam kasus demonstrasi buruh yang menuntut terbitnya Perppu sebagai pengganti UU Omnibus Law Cipta
Kerja, terdapat beberapa alasan yang dapat dihubungkan dengan pembentukan Perppu :

a. Keadaan Mendesak dan Urgens


Krisis Pekerjaan dan Dampak UU Omnibus Law: Demonstrasi buruh mengindikasikan bahwa UU Omnibus
Law Cipta Kerja berpotensi menimbulkan krisis pekerjaan dan dianggap merugikan hak-hak pekerja. Keadaan
ini dianggap mendesak dan membutuhkan solusi cepat.
b. Penutupan Kekosongan Hukum
Tidak Terpenuhinya Hak-hak Pekerja: Menurut pandangan para demonstran, UU Omnibus Law tidak
memperhatikan hak-hak pekerja dengan baik. Pembentukan Perppu menjadi solusi untuk mengisi kekosongan
atau kelemahan dalam perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja yang dirasakan tidak tercakup dengan
baik dalam UU tersebut.
c. Implementasi Kebijakan Pemerintah
Tuntutan untuk Kebijakan yang Lebih Pro-Pekerja: Demonstrasi tersebut mencerminkan aspirasi untuk
kebijakan yang lebih progresif dan melindungi hak-hak pekerja. Maka dari itu, tuntutan untuk Perppu bisa
dipandang sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan yang lebih seimbang dan berpihak pada kepentingan
pekerja.
d. Respon atas Tuntutan Publik
Reaksi terhadap Tuntutan Masyarakat: Demonstrasi buruh menjadi respons terhadap tuntutan dan aspirasi
masyarakat, terutama dari kalangan pekerja, yang merasa tidak terwakili oleh UU Omnibus Law.

Penyelesaian dengan Perppu


Solusi Alternatif : Tuntutan terbitnya Perppu oleh para demonstran menunjukkan bahwa mereka melihat
kebutuhan akan sebuah solusi alternatif yang segera diterapkan untuk mengatasi masalah yang dianggap
mendesak terkait UU Omnibus Law.

Dalam konteks kasus demonstrasi buruh menuntut terbitnya Perppu, pembentukan Perppu menjadi sebuah
langkah yang diharapkan akan memberikan solusi cepat dan efektif atas masalah yang dianggap mendesak,
seperti meredakan kekhawatiran pekerja terhadap hak-hak mereka yang mungkin terabaikan dalam UU Omnibus
Law. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan Perppu dipandang sebagai salah satu upaya mendesak untuk
menyelesaikan permasalahan yang muncul dari pengesahan UU tersebut.
2. Naskah Akademik (NA) merupakan dokumen yang berisi kajian mendalam dan analisis terhadap suatu
permasalahan hukum atau kebijakan tertentu. Dalam konteks kasus revisi Undang-Undang Kehutanan, terdapat
tujuan dan landasan dalam pembentukan NA yang dapat dikaitkan:

Tujuan Pembentukan Naskah Akademik:

1. Kajian Mendalam Permasalahan: NA bertujuan untuk melakukan kajian mendalam terkait permasalahan
hukum dan implementasi Undang-Undang Kehutanan. Ini mencakup permasalahan seperti berkurangnya luas
hutan, alih fungsi kawasan hutan, kebakaran hutan, perubahan hutan, serta konflik dengan masyarakat hukum
adat.

2. Penyusunan Rekomendasi Perubahan Hukum: NA disusun untuk memberikan rekomendasi konkret terkait
perubahan dalam Undang-Undang Kehutanan, sehingga dapat mengakomodasi tantangan dan
perkembangan terkini dalam pengelolaan hutan.

3. Penyesuaian dengan Prinsip Konstitusi: Salah satu tujuan utama NA adalah memastikan bahwa regulasi
yang disusun atau direvisi sejalan dengan prinsip-prinsip konstitusi, khususnya dalam konteks keberlanjutan
pengelolaan hutan, kerakyatan, dan keadilan.

Landasan Pembentukan Naskah Akademik:

1. Analisis Mendalam dan Berbasis Fakta: NA didasarkan pada analisis fakta, data, dan informasi yang
mendalam terkait tantangan dan permasalahan aktual yang ada dalam pengelolaan kehutanan.

2. Sinkronisasi dengan Regulasi yang Ada: Dokumen ini juga berupaya melakukan sinkronisasi dengan
regulasi yang ada, termasuk putusan Mahkamah Konstitusi yang memerlukan penyesuaian dalam
pelaksanaan UU Kehutanan.

3. Memberikan Rujukan pada Pembuat Kebijakan: NA menjadi rujukan bagi pembuat kebijakan dalam
merumuskan langkah-langkah perubahan dalam kebijakan hukum terkait kehutanan yang dapat memberikan
solusi bagi permasalahan yang dihadapi

Pembentukan NA dalam kasus revisi UU Kehutanan menjadi langkah awal yang penting untuk menggali masalah
secara lebih mendalam, memberikan solusi yang efektif, serta memberikan arahan dan panduan yang
komprehensif bagi proses perubahan hukum guna menjawab tantangan dan perubahan dalam pengelolaan
kehutanan.

Referensi :

 BMP Ilmu Perundang – undangan HKUM4403

Anda mungkin juga menyukai