Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EVOLUSI

“Jenis-jenis Fosil yang ada di Indonesia”


Dosen Pengampu: Dr. Hj. Herliani, M.pd

Disusun Oleh:
Kelompok 7

Aura Anastacia Aldany (2205016047)

Rahmattullah Gea (2205016049)

Adnan Nur Jailani (2205016056)

Sara Maria Magdalena Agong (2205016070)

Mesi Tita Oktavia (2205016072)

REGULER B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah
yang kami susun ini dapat selesai tepat waktu. Kemudian tidak lupa shalawat serta
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah SAW dan kepada kita semua selaku
umatnya.
Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan
Karakter. Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Hj. Herliani, M.pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Evolusi yang telah memberikan tugas untuk
menambah pengetahuan dan wawasan kami tentang Jenis-jenis Fosil yang ada di
Indonesia.
Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin dari berbagai sumber bacaan
yang telah kami dapat, baik dari buku maupun internet yang mengandung informasi
mengenai Jenis-jenis Fosil yang ada di Indonesia. Kami sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
sehingga kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan, dan informasi yang kami dapatkan.

Samarinda, 21 Maret 2024

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................. Error! Bookmark not defined.


Daftar Isi ....................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
A. Fosil Meganthropus Paleojavanicus ....................................................... 3
B. Fosil Pithecanthropus Mojokertensis .................................................. 4
C. Fosil Pithecanthropus Erectus ............................................................ 6
D. Fosil Homo Soloensis ........................................................................ 7
E. Fosil Homo Wajakensis ..................................................................... 9
F. Fosil Homo Floresiensis ................................................................... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................ 11
Kesimpulan ........................................................................................ 11
Saran…………………………………………………………………...12
Daftar Pustaka ............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, berbagai jenis fosil manusia purba telah ditemukan,
memberikan wawasan mendalam tentang evolusi manusia di wilayah ini.
Penemuan seperti Meganthropus Paleojavanicus, yang memiliki gigi dan rahang
besar, menunjukkan adaptasi unik untuk lingkungan hidupnya sekitar 1,5 juta
tahun yang lalu. Selanjutnya, Pithecanthropus Mojokertensis, ditemukan di
Mojokerto, Jawa Timur, memberikan petunjuk penting tentang hubungan antara
spesies manusia purba. Di samping itu, Pithecanthropus Erectus, atau Homo
erectus, yang pertama kali ditemukan di Jawa Tengah oleh Eugene Dubois,
dianggap sebagai nenek moyang manusia modern dan hidup sekitar 1,8 juta
tahun yang lalu. Kemudian, Homo Soloensis, menambahkan lapisan
pemahaman yang lebih dalam tentang variasi spesies manusia purba di
Indonesia, dengan usia fosil-fosil antara 500.000 hingga 50.000 tahun yang lalu.
Di sisi lain, Homo Wajakensis, ditemukan di Wajak, Jawa Timur, memberikan
gambaran lain tentang keragaman manusia purba, dengan usia fosil-fosil sekitar
1,5 juta tahun. Terakhir, Homo Floresiensis, atau "Manusia Hobbit," ditemukan
di Pulau Flores dan merupakan contoh unik adaptasi manusia terhadap
lingkungan yang terbatas, dengan usia fosil antara 100.000 hingga 60.000 tahun
yang lalu. Dengan keberagaman jenis fosil manusia purba ini, Indonesia
memainkan peran penting dalam memahami sejarah evolusi manusia di Asia
Tenggara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa itu fosil Meganthropus Paleojavanicus?
2. Apa itu fosil Pithecanthropus Mojokertensis?

1
3. Apa itu fosil Pithecanthropus Erectus?
4. Apa itu fosil Homo Soloensis?
5. Apa itu fosil Homo Wajakensis?
6. Apa itu fosil Homo Floresiensis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fosil Meganthropus Paleojavanicus.
2. Untuk mengetahui fosil Pithecanthropus Mojokertensis.
3. Untuk mengetahui fosil Pithecanthropus Erectus.
4. Untuk mengetahui fosil Homo Soloensis.
5. Untuk mengetahui fosil Homo Wajakensis.
6. Untuk mengetahui fosil Homo Floresiensis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fosil Meganthropus Paleojavanicus

Gambar 1. Gambaran Fosil Meganthropus Paleojavanicus


Meganthropus Paleojavanicus (Mega berarti besar dan Anhtopus berarti
manusia) merupakan jenis fosil yang dianggap tertua dan merupakan fosil
dengan besar rahang bawahnya melebihi rahang gorilla laki-laki. Fosilnya
ditemukan di Sangiran, Solo oleh Von Koenigswald pada tahun 1936-1941
(Banindro, 2022: 6), (Mustakim, 2023: 27).

Gambar 2. Gambaran Meganthropus Paleojavanicus


Menurut Banindro (2022, 6-7); Mustakim (2023, 27) ciri-ciri dari
Meganthropus Paleojavanicus sebagai berikut:
1. Memiliki rahang bawah yang tebal dan kuat.
2. Tubuhnya sangat tegap.
3. Kening pada Meganthropus Paleojavanicus juga tebal dan menonjol.
4. Tulang pipi juga tebal dan menonjol tampak sangat dominan.
5. Punya otot yang sangat kuat.

3
6. Tidak terlihat memiliki dagu, tetapi bagian mulutnya menonjol.
7. Tulang pada ubun-ubun nampak pendek.
8. Bentuk hidungnya melebar.
9. Gigi dan rahang sangat besar sehingga otot kunyahnya sangat kuat.
10. Bentuk geraham menyerupai manusia.
11. Volume otaknya sebesar 900 cc.
12. Tingginya sekitar 2,5 meter.
13. Tangannya berukuran lebih panjang daripada kakinya.
14. Memakan jenis tumbuh-tumbuhan.
15. Cara berjalannya mirip dengan orang utan, yaitu agak membungkuk dengan
tangan yang menyangga tubuh.
16. Menggunakan peralatan memasak yang masih sangat kasar, karena dibuat
dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan membenturkan batu
dengan yang lain. Pecahan dari benturan batu akan menyerupai kapak. Alat
inilah yang kemudian digunakan untuk mengumpulkan makanan dan
memasak.
17. Meganthropus Paleojavanicus hidupnya hanya mengandalkan hasil alam,
sehingga kehidupannya tergantung pada alam.
18. Cara hidup Meganthropus Paleojavanicus selalu berpindah tempat karena
bertahan hidup dengan mengumpulkan makanan. Ketika sumber makanan
di suatu tempat sudah habis, maka mereka akan berpindah mencari lokasi
lainnya.

B. Fosil Pithecanthropus Mojokertensis

Gambar 3. Gambaran Fosil Pithecanthropus Mojokertensis

4
Fosil Pithecanthropus Mojokertensis (manusia kera berahang besar)
ditemukan di Sangiran, Solo. Oleh sarjana Weidenreich, manusia purba itu
dinamakan Pithecanthropus Robustus, sedang Von Koenigswald
menamakannya Pithecanthropus Mojokertensis. Karena beliau telah Iebih
dahulu menemukan fosil yang serupa di Mojokerto. Penemuan nya pada lapisan
Pleistosen Bawah yang ditemukan di Mojokerto antara tahun 1936-1941.
Pithecanthropus Mojokertensis artinya manusia kera dari Mojokerto. Fosilnya
berupa tengkorak anak berumur 5 tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar
2,5 sampai 2,25 juta tahun yang lalu (Banindro, 2022: 9), (Mustakim, 2023: 26).

Gambar 4. Gambaran Pithecanthropus Mojokertensis


Menurut Banindro (2022, 9); Mustakim (2023, 26) ciri-ciri dari
Pithecanthropus Mojokertensis sebagai berikut:
1. Hidung lebar.
2. Gigi mayoritas berupa geraham.
3. Rahang mulut yang sangat kuat.
4. Memiliki tulang pipi yang kuat.
5. Tidak memiliki dagu.
6. Tubuhnya tinggi.
7. Berbadan tegap.
8. Muka menonjol kedepan dengan kening yang tebal.
9. Volume otak sekitar 750 cc hingga 1.300 cc.
10. Hidupnya masih dari mengumpulkan makanan (food gathering).

5
C. Fosil Pithecanthropus Erectus

Gambar 5. Gambaran Fosil Pithecanthropus Erectus


Fosil Pithecanthropus Erectus ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil,
Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1890-an. Phitekos berarti kera dan Anthropus
berarti manusia. Fosil jenis ini berasal dari lapisan Plestosen Tengah.
Pithecanthropus Erectus hidup sekitar satu juta sampai satu setengah juta tahun
yang lalu (Mustakim, 2023: 21).

Gambar 6. Gambaran Fosil Pithecanthropus Erectus


Menurut Mustakim (2023, 21) ciri-ciri dari Pithecanthropus Erectus sebagai
berikut:
1. Tinggi badan sekitar 165-180 cm.
2. Berjalan tegak dengan badan yang tegap.
3. Memiliki geraham yang besar.
4. Rahang yang kuat.
5. Tonjolan kening tebal
6. Berhidung besar
7. Volume otak mencapai 900 cc. Volume otak manusia modern lebih dari
1000 cc, sedangkan volume otak kera hanya 600 cc.

6
D. Fosil Homo Soloensis

Gambar 7. Fosil Homo Soloensis


Homo Soloensis pertama kali ditemukan oleh pakar purbakala Belanda, G.H.R
von Koenigswald, Ter Haar, dan Oppenoorth yang telah lama mempelajari
kehidupan purba. Mereka menemukan hominid ini sekitar tahun 1931 hingga 1933
di Desa Ngandong, Sangiran yang saat ini berada di wilayah Kabupaten Blora dan
Sragen. Homo Soloensis adalah salah satu jenis manusia purba yang diperkirakan
hidup pada zaman Paleolitik. Spesies ini termasuk dalam genus Homo Erectus, atau
manusia berdiri tegak. Homo Soloensis adalah subspesies manusia purba yang
berasal dari daerah Solo, Jawa Tengah. Karena itu, manusia purba ini juga sering
disebut dengan sebutan “Manusia dari Solo” atau “Solo Man”. Para ahli
memperkirakan bahwa subspesies ini sudah hidup di sekitar wilayah Sungai
Bengawan Solo pada masa Paleolitikum atau zaman batu. Beberapa ahli
menganggap bahwa subspesies ini termasuk dalam kelompok Homo sapiens,
namun beberapa lainnya menganggapnya sebagai bagian dari spesies Homo
erectus. Ada juga yang berpendapat bahwa Homo Soloensis adalah satu golongan
dengan spesies Homo neanderthalensis yang dahulu hidup di Eropa, Afrika, dan
Asia. Namun, pendapat ini masih diperdebatkan dalam komunitas ilmuwan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sejarawan Belanda, Homo Soloensis
diduga hidup sekitar 300.000 hingga 900.000 tahun yang lalu dan memiliki budaya
yang cukup maju dan berkembang. Namun, jenis manusia ini sudah punah sejak
50.000 tahun yang lalu. Hanya ada peninggalan-peninggalannya saja yang
ditemukan saat ini. Beberapa faktor yang dipercaya menjadi penyebab kepunahan

7
ini adalah penyebaran penyakit secara berkala, kemampuan sosial yang rendah,
badai meteor yang jatuh ke bumi, dijadikan mangsa oleh predator, dan kalah
bersaing dengan manusia modern. Namun, ini hanya sebuah perkiraan yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Beberapa ahli juga menganggap bahwa Homo
Soloensis adalah subspesies dari Homo Neanderthal dan punah karena alasan yang
sama dengan Homo Neanderthal. (Fandy, 2018: 11-13).

Gambar 8. Visual Homo Soloensis


Menurut Fendy (2018, 14) bahwa ciri-ciri Homo Soloensis adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki tulang rahang dan gigi yang lebih besar dan kuat.
2. Memiliki bentuk tulang belakang yang lebih panjang dan lurus.
3. Memiliki tangan yang memiliki jari-jari yang lebih panjang dan fleksibel.
4. Memiliki cara berjalan yang lebih tegak dan stabil.
5. Memiliki kaki yang lebih panjang dan kuat, yang memungkinkan untuk
melangkah lebih jauh dan cepat.
6. Memiliki fisik yang lebih kompak dan proporsional.
7. Memiliki rasio tinggi badan dan berat badan yang lebih seimbang
dibandingkan dengan spesies lain dari manusia purba.
8. Memiliki volume otak sekitar 1000 hingga 1200 cc yang lebih besar
dibanding otak manusia Pithecanthropus Erectus.
9. Tinggi badan Homo Soloensis berkisar antara 130 hingga 210 cm, dan
memiliki otot pada bagian tengkuk yang mengalami penyusutan.
10. Bentuk muka tidak menonjol ke depan, benjolan pada kening agak terputus di
tengah, di atas hidung.

8
11. Bentuk fisiknya menyerupai manusia saat ini dengan berat badan berkisar
antara 30 hingga 150 kg.

E. Fosil Homo Wajakensis

Gambar 9. Gambaran Homo Wajakensis


Fosil manusia kuno (wajak manusia) ditemukan di goa-goa sekitar situs
Homo Wajakensis. Situs Wajakensis sendiri terletak di desa gamping, daerah
campuragung, Kabupaten Tulungagung, dan goa mencakup goa Wajak, goa
Song Gentong, dan goa Tenggar. Seorang ahli geologi belanda bernama B.D.
van Rietschoten yang bekerja di sana pada 24 oktober 1888, menemukan Homo
Wajakensis. Kerangka manusia kuno ditemukan sekitar 37,400-6,500 tahun
yang lalu. Mulutnya sedikit menjorok, hidungnya lebar, dan wajahnya rata dan
lebar, memiliki alis melengkung di atas matanya dan dahi sedikit miring,
tengkorak dengan volume otaknya 1.630 cc. Homo Wajakensis dapat
digambarkan sebagai memiliki tubuh tinggi dan kepala besar dan Homo
Wajakensis memiliki banyak karakteristik yang sama dengan Homo Sapiens.
Penemuan Homo Wajakensis menunjukkan bahwa Homo Sapiens, yang rasnya
sulit untuk bersaing dengan ras yang dominan saat ini, menduduki Indonesia
sekitar 40.000 tahun yang lalu. Sebagai hasilnya, Homo Wajakensis dapat
dianggap ras yang berbeda. Fosil Homo sapiens tertua ditemukan di Indonesia,
dikenal sebagai Homo Wajakensis (wajak man). Paleoantropolog
menyimpulkan bahwa wajak manusia memiliki karakteristik Australomelanesid
yang mirip dengan manusia yang sekarang menghuni Australia yaitu suku

9
aborigin (Lazuardi, et al., 2023: 149-150).

F. Fosil Homo Floresiensis

Gambar 10. Gambaran Homo Florensiesis


Pada tahun 2004, tim peneliti gabungan Australia-Indonesia mengumumkan
penemuan fosil dan perkakas batu sederhana ( seperti Oldowan ) dari gua Liang
Bua (yang berarti "gua keren") di pulau Flores yang terpencil di Indonesia. Fosil
tersebut mewakili hominin bertubuh kecil dan berotak kecil , bernama Homo
floresiensis, namun lebih dikenal sebagai "Hobbit". Posisi fosil-fosil ini pada
pohon evolusi manusia masih belum jelas. Faktanya, sejak penemuannya pada
tahun 2004, terdapat serangkaian kontroversi yang tak ada habisnya seputar
spesimen ini. Yang mungkin paling mengejutkan adalah usia geologis fosil-fosil
ini yang masih muda. Usia fosil-fosil tersebut berkisar antara 74 hingga 17 ka,
yang termasuk dalam rentang usia manusia modern di tempat lain di Dunia Lama
dan mungkin Dunia Baru. Namun, hanya lapisan muda di atas fosil Homo
floresiensis yang menunjukkan bukti adanya pendudukan manusia modern di
Liang Bua (Baab, 2012 :4).
Menurut Baab (2012 : 4) ciri-ciri dari Homo Floresiensis terbagi sebagai
berikut:
1. Tinggi badannya mencapai satu meter.
2. Bentuk dahi sempit dan tidak menonjol.
3. Tengkorak kepala kecil.
4. Tulang rahang yang menonjol.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah kami kumpulkan untuk melengkapi makalah
ini, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis fosil yang ada di Indonesia yaitu
meliputi:
1. Meganthropus Paleojavanicus merupakan fosil dengan besar rahang
bawahnya melebihi rahang gorilla laki-laki. Fosilnya ditemukan di
Sangiran, Solo oleh Von Koenigswald pada tahun 1936-1941.
2. Pithecanthropus Mojokertensis (manusia kera berahang besar) ditemukan di
Sangiran, Solo. Von Koenigswald menamakannya Pithecanthropus
Mojokertensis. Karena beliau telah Iebih dahulu menemukan fosil yang
serupa di Mojokerto. Penemuan nya pada lapisan Pleistosen Bawah yang
ditemukan di Mojokerto antara tahun 1936-1941.
3. Pithecanthropus Erectus (Phitekos berarti kera dan Anthropus berarti
manusia) ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada
tahun 1890-an. Fosil jenis ini berasal dari lapisan Plestosen Tengah.
4. Homo Soloensis adalah subspesies manusia purba yang berasal dari daerah
Solo, Jawa Tengah. Karena itu, manusia purba ini juga sering disebut
dengan sebutan “Manusia dari Solo” atau “Solo Man”.
5. Fosil manusia kuno (wajak manusia) ditemukan di goa-goa sekitar situs
Homo Wajakensis. Situs Wajakensis sendiri terletak di desa gamping,
daerah campuragung, Kabupaten Tulungagung, dan goa mencakup goa
Wajak, goa Song Gentong, dan goa Tenggar. Seorang ahli geologi belanda
bernama B.D. van Rietschoten yang bekerja di sana pada 24 oktober 1888,
menemukan Homo Wajakensis.
6. Pada tahun 2004, tim peneliti gabungan Australia-Indonesia mengumumkan
penemuan fosil dan perkakas batu dari gua Liang Bua di pulau Flores yang
terpencil di Indonesia. Fosil tersebut mewakili hominin bertubuh kecil dan
berotak kecil, bernama Homo floresiensis, atau dikenal sebagai "Hobbit".

11
B. Saran
Kami sadar masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari segi
penulisan, maupun bahasa yang kami sajikan dan gunakan. Oleh karena itu,
kami memohon saran agar dapat mengembangkan makalah yang akan kami
buat kedepannya menjadi semakin baik lagi, dan semoga makalah yang kami
buat dapat memperluas wawasan kita semua mengenai Jenis-jenis Fosil yang
ada di Indonesia.

12
Daftar Rujukan

Mustakim. 2023. Bangkalan dalam Lintasan Enam Zaman: Dari Prasejarah


sampai Kemerdekaan. Gresik: Inspirasi Pustaka Media. pp. 21, 26-
27.

Banindro, B. S., dan Fransisca, S. T. 2022. Sejarah Seni Rupa Indonesia. Sewon
Bantul: BP ISI Yogyakarta. pp. 6-7, 9.

Fendy, A. N. 2018. Fosil-Fosil. Yogyakarta: UBS Press. pp. 11-14.

Baab, K.L. 2012. Homo floresiensis Memahami Fosil hominin Berbadan Kecil.
Dapertemen Atrpologi. https://www-nature-com.translate.goog/scit
able/knowledge/library/. Vol 2. No 9, pp 4.

Lazuardi, D., Budi, S., dan Anggoro, P. 2012. Utilization of the Homo Wajakensis
Site and Regional MuseumTulungagung as a History Learning
Media. Indonesian Journal of History Education. https://journ
al.unnes.ac.id/sju/index.php/ijhe/article/view/72145. Vol. 08 No. 2,
pp. 149-150.

13

Anda mungkin juga menyukai