Makalah Evolusi
Makalah Evolusi
Disusun Oleh:
Kelompok 7
REGULER B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah
yang kami susun ini dapat selesai tepat waktu. Kemudian tidak lupa shalawat serta
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah SAW dan kepada kita semua selaku
umatnya.
Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan
Karakter. Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Hj. Herliani, M.pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Evolusi yang telah memberikan tugas untuk
menambah pengetahuan dan wawasan kami tentang Jenis-jenis Fosil yang ada di
Indonesia.
Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin dari berbagai sumber bacaan
yang telah kami dapat, baik dari buku maupun internet yang mengandung informasi
mengenai Jenis-jenis Fosil yang ada di Indonesia. Kami sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
sehingga kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan, dan informasi yang kami dapatkan.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, berbagai jenis fosil manusia purba telah ditemukan,
memberikan wawasan mendalam tentang evolusi manusia di wilayah ini.
Penemuan seperti Meganthropus Paleojavanicus, yang memiliki gigi dan rahang
besar, menunjukkan adaptasi unik untuk lingkungan hidupnya sekitar 1,5 juta
tahun yang lalu. Selanjutnya, Pithecanthropus Mojokertensis, ditemukan di
Mojokerto, Jawa Timur, memberikan petunjuk penting tentang hubungan antara
spesies manusia purba. Di samping itu, Pithecanthropus Erectus, atau Homo
erectus, yang pertama kali ditemukan di Jawa Tengah oleh Eugene Dubois,
dianggap sebagai nenek moyang manusia modern dan hidup sekitar 1,8 juta
tahun yang lalu. Kemudian, Homo Soloensis, menambahkan lapisan
pemahaman yang lebih dalam tentang variasi spesies manusia purba di
Indonesia, dengan usia fosil-fosil antara 500.000 hingga 50.000 tahun yang lalu.
Di sisi lain, Homo Wajakensis, ditemukan di Wajak, Jawa Timur, memberikan
gambaran lain tentang keragaman manusia purba, dengan usia fosil-fosil sekitar
1,5 juta tahun. Terakhir, Homo Floresiensis, atau "Manusia Hobbit," ditemukan
di Pulau Flores dan merupakan contoh unik adaptasi manusia terhadap
lingkungan yang terbatas, dengan usia fosil antara 100.000 hingga 60.000 tahun
yang lalu. Dengan keberagaman jenis fosil manusia purba ini, Indonesia
memainkan peran penting dalam memahami sejarah evolusi manusia di Asia
Tenggara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa itu fosil Meganthropus Paleojavanicus?
2. Apa itu fosil Pithecanthropus Mojokertensis?
1
3. Apa itu fosil Pithecanthropus Erectus?
4. Apa itu fosil Homo Soloensis?
5. Apa itu fosil Homo Wajakensis?
6. Apa itu fosil Homo Floresiensis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fosil Meganthropus Paleojavanicus.
2. Untuk mengetahui fosil Pithecanthropus Mojokertensis.
3. Untuk mengetahui fosil Pithecanthropus Erectus.
4. Untuk mengetahui fosil Homo Soloensis.
5. Untuk mengetahui fosil Homo Wajakensis.
6. Untuk mengetahui fosil Homo Floresiensis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
6. Tidak terlihat memiliki dagu, tetapi bagian mulutnya menonjol.
7. Tulang pada ubun-ubun nampak pendek.
8. Bentuk hidungnya melebar.
9. Gigi dan rahang sangat besar sehingga otot kunyahnya sangat kuat.
10. Bentuk geraham menyerupai manusia.
11. Volume otaknya sebesar 900 cc.
12. Tingginya sekitar 2,5 meter.
13. Tangannya berukuran lebih panjang daripada kakinya.
14. Memakan jenis tumbuh-tumbuhan.
15. Cara berjalannya mirip dengan orang utan, yaitu agak membungkuk dengan
tangan yang menyangga tubuh.
16. Menggunakan peralatan memasak yang masih sangat kasar, karena dibuat
dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan membenturkan batu
dengan yang lain. Pecahan dari benturan batu akan menyerupai kapak. Alat
inilah yang kemudian digunakan untuk mengumpulkan makanan dan
memasak.
17. Meganthropus Paleojavanicus hidupnya hanya mengandalkan hasil alam,
sehingga kehidupannya tergantung pada alam.
18. Cara hidup Meganthropus Paleojavanicus selalu berpindah tempat karena
bertahan hidup dengan mengumpulkan makanan. Ketika sumber makanan
di suatu tempat sudah habis, maka mereka akan berpindah mencari lokasi
lainnya.
4
Fosil Pithecanthropus Mojokertensis (manusia kera berahang besar)
ditemukan di Sangiran, Solo. Oleh sarjana Weidenreich, manusia purba itu
dinamakan Pithecanthropus Robustus, sedang Von Koenigswald
menamakannya Pithecanthropus Mojokertensis. Karena beliau telah Iebih
dahulu menemukan fosil yang serupa di Mojokerto. Penemuan nya pada lapisan
Pleistosen Bawah yang ditemukan di Mojokerto antara tahun 1936-1941.
Pithecanthropus Mojokertensis artinya manusia kera dari Mojokerto. Fosilnya
berupa tengkorak anak berumur 5 tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar
2,5 sampai 2,25 juta tahun yang lalu (Banindro, 2022: 9), (Mustakim, 2023: 26).
5
C. Fosil Pithecanthropus Erectus
6
D. Fosil Homo Soloensis
7
ini adalah penyebaran penyakit secara berkala, kemampuan sosial yang rendah,
badai meteor yang jatuh ke bumi, dijadikan mangsa oleh predator, dan kalah
bersaing dengan manusia modern. Namun, ini hanya sebuah perkiraan yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Beberapa ahli juga menganggap bahwa Homo
Soloensis adalah subspesies dari Homo Neanderthal dan punah karena alasan yang
sama dengan Homo Neanderthal. (Fandy, 2018: 11-13).
8
11. Bentuk fisiknya menyerupai manusia saat ini dengan berat badan berkisar
antara 30 hingga 150 kg.
9
aborigin (Lazuardi, et al., 2023: 149-150).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah kami kumpulkan untuk melengkapi makalah
ini, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis fosil yang ada di Indonesia yaitu
meliputi:
1. Meganthropus Paleojavanicus merupakan fosil dengan besar rahang
bawahnya melebihi rahang gorilla laki-laki. Fosilnya ditemukan di
Sangiran, Solo oleh Von Koenigswald pada tahun 1936-1941.
2. Pithecanthropus Mojokertensis (manusia kera berahang besar) ditemukan di
Sangiran, Solo. Von Koenigswald menamakannya Pithecanthropus
Mojokertensis. Karena beliau telah Iebih dahulu menemukan fosil yang
serupa di Mojokerto. Penemuan nya pada lapisan Pleistosen Bawah yang
ditemukan di Mojokerto antara tahun 1936-1941.
3. Pithecanthropus Erectus (Phitekos berarti kera dan Anthropus berarti
manusia) ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada
tahun 1890-an. Fosil jenis ini berasal dari lapisan Plestosen Tengah.
4. Homo Soloensis adalah subspesies manusia purba yang berasal dari daerah
Solo, Jawa Tengah. Karena itu, manusia purba ini juga sering disebut
dengan sebutan “Manusia dari Solo” atau “Solo Man”.
5. Fosil manusia kuno (wajak manusia) ditemukan di goa-goa sekitar situs
Homo Wajakensis. Situs Wajakensis sendiri terletak di desa gamping,
daerah campuragung, Kabupaten Tulungagung, dan goa mencakup goa
Wajak, goa Song Gentong, dan goa Tenggar. Seorang ahli geologi belanda
bernama B.D. van Rietschoten yang bekerja di sana pada 24 oktober 1888,
menemukan Homo Wajakensis.
6. Pada tahun 2004, tim peneliti gabungan Australia-Indonesia mengumumkan
penemuan fosil dan perkakas batu dari gua Liang Bua di pulau Flores yang
terpencil di Indonesia. Fosil tersebut mewakili hominin bertubuh kecil dan
berotak kecil, bernama Homo floresiensis, atau dikenal sebagai "Hobbit".
11
B. Saran
Kami sadar masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari segi
penulisan, maupun bahasa yang kami sajikan dan gunakan. Oleh karena itu,
kami memohon saran agar dapat mengembangkan makalah yang akan kami
buat kedepannya menjadi semakin baik lagi, dan semoga makalah yang kami
buat dapat memperluas wawasan kita semua mengenai Jenis-jenis Fosil yang
ada di Indonesia.
12
Daftar Rujukan
Banindro, B. S., dan Fransisca, S. T. 2022. Sejarah Seni Rupa Indonesia. Sewon
Bantul: BP ISI Yogyakarta. pp. 6-7, 9.
Baab, K.L. 2012. Homo floresiensis Memahami Fosil hominin Berbadan Kecil.
Dapertemen Atrpologi. https://www-nature-com.translate.goog/scit
able/knowledge/library/. Vol 2. No 9, pp 4.
Lazuardi, D., Budi, S., dan Anggoro, P. 2012. Utilization of the Homo Wajakensis
Site and Regional MuseumTulungagung as a History Learning
Media. Indonesian Journal of History Education. https://journ
al.unnes.ac.id/sju/index.php/ijhe/article/view/72145. Vol. 08 No. 2,
pp. 149-150.
13