Anda di halaman 1dari 23

HAKIKAT DAN STRATEGI PERUBAHAN SOSIAL

Diajukan Sebagai Pengumpulan Tugas Makalah dari Mata Kuliah Difusi dan Inovasi
Pendidikan

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Dahlan, M.A


Dr. Ahdar, M.Pd.I

OLEH:

Kelompok 2:

Muhammad Afiq Siddiq


2320203886108029
Hasim
2320203886108027
Syamsul
2320203886108037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE
2024
KATA PENGANTAR

‫ﷲ اﻟﱠرْﺣَﻣِن اﻟﱠرِﺣْﯾِم‬
ِ ‫ﺳِم‬
ْ ِ‫ﺑ‬

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Hakikat dan
Strategi Perubahan Sosial." Makalah ini diajukan sebagai pengumpulan tugas mata kuliah
Fiqih Kontemporer yang kami tempuh pada semester ini.
Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan petunjuk dan kekuatan dalam perjalanan penyusunan makalah ini. Terima kasih
juga kepada dosen pengampu, Dr. Dahlan, M.A, dan Dr. Ahdar, M.Pd.I, yang telah
memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna
perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pemahaman yang
lebih mendalam terkait Hakikat dan Strategi Perubahan Sosial. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dalam pemahaman Difusi dan Inovasi Pendidikan.

Parepare, April 2024


Penyusun,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
A. Konsep Perubahan Sosial ................................................................................................... 4
B. Tipe Perubahan Sosial........................................................................................................ 6
C. Implikasi Revolusi Industri 4.0 dalam Inovasi Pendidikan ............................................... 8
D. Society 5.0 dalam inovasi pendidikan.............................................................................. 10
E. Teori Generasi dalam Pengembahan Inovasi Pendidikan ................................................ 13
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 18
B. Saran ............................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perubahan sosial merupakan fenomena yang tak terhindarkan dalam kehidupan
manusia, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu.
Fenomena ini merupakan hasil dari interaksi kompleks antara individu-individu dalam
masyarakat serta interaksi masyarakat dengan lingkungan sekitarnya. Di tengah
perubahan tersebut, penting untuk memahami hakikat perubahan sosial, yaitu proses
transformasi yang melibatkan pergeseran dalam nilai-nilai, norma-norma, struktur sosial,
dan institusi-institusi masyarakat. Pemahaman ini memungkinkan kita untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong perubahan sosial, mulai dari
perkembangan teknologi hingga perubahan dalam struktur ekonomi dan politik.
Salah satu aspek penting dalam memahami perubahan sosial adalah pengenalan
terhadap berbagai strategi yang dapat digunakan untuk mengelolanya. Strategi perubahan
sosial melibatkan langkah-langkah yang diambil oleh individu, kelompok, atau lembaga
untuk mendorong perubahan positif dalam masyarakat. Ini bisa mencakup pendekatan
politik, seperti advokasi untuk perubahan kebijakan, atau pendekatan sosial, seperti
pembentukan gerakan sosial atau organisasi non-pemerintah yang bertujuan untuk
mengatasi masalah-masalah sosial tertentu. Dengan memahami berbagai strategi ini,
masyarakat dapat lebih efektif dalam merespons perubahan sosial yang terjadi di
sekitarnya.
Pentingnya memahami hakikat dan strategi perubahan sosial menjadi semakin
nyata dalam konteks tantangan-tantangan global seperti kemiskinan, ketidaksetaraan,
perubahan iklim, dan konflik sosial. Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini,
diperlukan pemahaman yang mendalam tentang proses perubahan sosial serta
keterampilan dalam merancang dan melaksanakan strategi yang tepat untuk mencapai

1
perubahan yang diinginkan. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan dan advokasi
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu tersebut serta memobilisasi
dukungan untuk tindakan perubahan.
Perubahan sosial juga seringkali melibatkan konflik dan resistensi dari pihak-
pihak yang merasa terancam oleh perubahan tersebut. Oleh karena itu, strategi perubahan

sosial juga harus memperhitungkan bagaimana cara mengelola konflik dan mengatasi
hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses perubahan. Selain itu,
pembahasan tentang hakikat dan strategi perubahan sosial juga mempertimbangkan
pentingnya inklusi dan partisipasi semua pihak yang terlibat dalam proses perubahan,
sehingga menciptakan perubahan yang lebih berkelanjutan dan berdaya guna bagi
masyarakat secara keseluruhan.
Dalam konteks globalisasi dan kemajuan teknologi, perubahan sosial juga dapat
terjadi dengan cepat dan tidak terduga. Oleh karena itu, penting untuk terus memantau
perkembangan dalam masyarakat dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Ini
menekankan pentingnya fleksibilitas dan inovasi dalam merancang strategi perubahan
sosial yang efektif. Dengan demikian, pemahaman tentang hakikat dan strategi perubahan
sosial menjadi landasan penting bagi upaya-upaya untuk menciptakan masyarakat yang
lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan di masa depan.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dirumuskan berbagai permasalahan sebagai berikut:


1. Bagaimana konsep perubahan sosial?
2. Bagaimana tipe perubahan sosial?
3. Bagaimana implikasi revolusi industri 4.0 dalam inovasi pendidikan?
4. Bagaimana Society 5.0 dalam inovasi pendidikan?
5. Bagaimana teori generasi dalam pengembahan inovasi pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk
memahami sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep perubahan sosial.
2. Bagaimana tipe perubahan sosial.
3. Bagaimana implikasi revolusi industri 4.0 dalam inovasi pendidikan.
4. Bagaimana Society 5.0 dalam inovasi pendidikan.
5. Bagaimana teori generasi dalam pengembahan inovasi pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan yang dialami oleh setiap


masyarakat di manapun dan kapan pun. Setiap masyarakat manusia selama hidupnya pasti
mengalami perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya, yang terjadi di
tengah-tengah pergaulan (interaksi) antara sesama individu warga masyarakat, demikian
pula antara masyarakat dengan lingkungan hidupnya. Apabila Anda membandingkan
kehidupan Anda sekarang ini dengan beberapa tahun atau beberapa puluh tahun yang lalu,
pastilah Anda merasakan adanya perubahan-perubahan itu. Baik dalam tata cara
pergaulan antara sesama anggota masyarakat sehari-hari, dalam cara berpakaian, dalam
kehidupan keluarga, dalam kegiatan ekonomi atau mata pencaharian, dalam kehidupan
beragama, dan seterusnya. Semua yang kalian rasakan itu juga dirasakan oleh orang atau
masyarakat lain. Perbedaannya adalah kecepatan atau laju terjadinya perubahan itu,
demikian pula cakupan aspek kehidupan masyarakat (magnitude) perubahan yang
dimaksud.
Perubahan sosial dalam inovasi pendidikan telah menjadi ciri khas dari evolusi
masyarakat modern. Dari metode pengajaran hingga kurikulum, perubahan tersebut
mencerminkan respons terhadap tuntutan zaman. Metode pembelajaran yang lebih
interaktif dan teknologi-terintegrasi serta kurikulum yang lebih holistik dengan
penekanan pada keterampilan abad ke-21 menjadi tren yang semakin dominan. Ini tidak
hanya memengaruhi siswa dan pendidik, tetapi juga menciptakan infrastruktur
pendidikan yang lebih inklusif, meningkatkan akses untuk semua lapisan masyarakat, dan
mempersiapkan individu untuk menghadapi tantangan masa depan.
Melalui inovasi pendidikan, masyarakat berusaha untuk membangun sistem
pendidikan yang lebih dinamis, inklusif, dan relevan. Perubahan ini tidak hanya
memperkuat kemampuan individu untuk bersaing dalam era global yang berubah dengan
cepat, tetapi juga memperkuat fondasi pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.
Dengan demikian, perubahan sosial dalam inovasi pendidikan tidak hanya mencerminkan

4
respons terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan ekonomi, tetapi juga nilai-nilai
kemajuan, kesetaraan, dan inklusi dalam masyarakat yang semakin maju.
Sebagai suatu fokus atau kajian dalam ilmu sosial khususnya Sosiologi para ahli
telah memberikan beberapa pengertian konseptual tentang apa yang di sebut dengan
perubahan sosial. Beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat
diuraikan berikut ini, yaitu:
1. William F. Ogburn terhadap perubahan sosial, ia menyoroti ruang lingkup
perubahan yang meliputi unsur-unsur kebudayaan, baik yang bersifat material
maupun immaterial. Ogburn menekankan bahwa unsur kebudayaan material
cenderung memiliki pengaruh yang lebih besar dalam perubahan sosial daripada
unsur kebudayaan immaterial. Di lingkungan saya, contoh perubahan sosial yang
terjadi adalah transformasi dalam pola konsumsi masyarakat yang semakin beralih
ke arah produk-produk yang ramah lingkungan, seperti penggunaan kantong
belanja reusable dan pemilihan produk organik.
2. Kingsley Davis menafsirkan perubahan sosial sebagai perubahan dalam struktur
dan fungsi masyarakat. Contoh yang relevan adalah perubahan dalam organisasi
buruh dalam masyarakat kapitalis modern, yang mempengaruhi hubungan antara
buruh dan majikan serta menimbulkan perubahan dalam organisasi ekonomi dan
politik. Di lingkungan saya, perubahan tersebut dapat tercermin dalam gerakan-
gerakan buruh yang memperjuangkan hak-hak pekerja dan peningkatan
kesejahteraan ekonomi.
3. Gillin mendefinisikan perubahan sosial sebagai variasi dalam cita-cita hidup yang
disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideologi, dan difusi atau penemuan baru dalam
masyarakat. Contoh perubahan sosial di lingkungan saya bisa meliputi pergeseran
nilai-nilai dalam masyarakat terkait dengan kesadaran akan pentingnya pelestarian
lingkungan atau adopsi teknologi baru dalam kehidupan sehari-hari.
4. Samuel Koening menggambarkan perubahan sosial sebagai modifikasi atau
penyesuaian dalam pola kehidupan manusia yang terjadi karena faktor internal
dan eksternal masyarakat. Di lingkungan saya, contoh perubahan tersebut

5
mungkin termasuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi, serta penyesuaian terhadap perubahan dalam kebijakan pemerintah
yang memengaruhi sektor-sektor ekonomi tertentu.
5. Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan sosial mencakup semua
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem
sosial, termasuk nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku antar kelompok masyarakat.
Contoh yang relevan dalam lingkungan saya mungkin termasuk perubahan dalam
struktur keluarga, seperti semakin banyaknya keluarga yang mengadopsi pola
hidup modern dengan menekankan kesetaraan gender dan pembagian peran dalam
rumah tangga.1
Dari pemahaman terhadap konsep perubahan sosial yang diuraikan oleh para ahli
tersebut, kita dapat melihat bahwa perubahan sosial merupakan fenomena kompleks yang
mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut tidak hanya terjadi
secara sporadis, tetapi juga harus melembaga dalam kehidupan masyarakat untuk menjadi
signifikan. Oleh karena itu, pemahaman tentang proses dan faktor-faktor perubahan sosial
menjadi kunci dalam menghadapi tantangan dan menciptakan transformasi yang berarti
dalam masyarakat.
B. Tipe Perubahan Sosial

Tipe perubahan sosial merujuk pada berbagai jenis transformasi yang terjadi
dalam struktur, nilai-nilai, sistem ekonomi, politik, teknologi, demografi, dan lingkungan
suatu masyarakat. Perubahan sosial merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan
berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu tipe perubahan sosial yang umum adalah
perubahan budaya, yang mencakup pergeseran dalam nilai-nilai, norma, tradisi, dan pola-
pola kehidupan sehari-hari.
Perubahan sosial dapat terjadi dalam berbagai tipe, yang mencakup transformasi
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Berikut adalah beberapa tipe perubahan
sosial yang umum terjadi:

1
MT Kasnawi dan S Asang, “Konsep Dan Pendekatan Perubahan Sosial,” Teori Perubahan Sosial: Vol.
IPEM4439/M,014, 2014.

6
1. Perubahan Sosial Budaya
Jenis perubahan ini melibatkan perubahan dalam nilai-nilai, norma,
tradisi, dan pola-pola budaya suatu masyarakat. Contohnya adalah perubahan
dalam sikap terhadap gender, agama, atau pandangan terhadap lingkungan.
2. Perubahan Sosial Struktural
Perubahan ini terjadi dalam struktur sosial suatu masyarakat, seperti
perubahan dalam sistem politik, ekonomi, atau struktur keluarga. Contohnya
adalah perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri, atau
perubahan dalam sistem pemerintahan dari monarki menjadi demokrasi.
3. Perubahan Sosial Ekonomi
Tipe perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam pola-pola produksi,
distribusi, dan konsumsi dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah perubahan
dari ekonomi agraris menjadi ekonomi industri, atau perubahan dalam pola
kepemilikan sumber daya ekonomi.
4. Perubahan Sosial Politik
Jenis perubahan ini melibatkan transformasi dalam sistem politik suatu
masyarakat, termasuk perubahan dalam struktur pemerintahan, kebijakan publik,
dan partisipasi politik. Contohnya adalah perubahan dari rezim otoriter menjadi
rezim demokratis, atau perubahan dalam sistem pemilihan umum.
5. Perubahan Sosial Teknologi
Perubahan teknologi memiliki dampak besar dalam membentuk
masyarakat. Perubahan ini mencakup adopsi, pengembangan, dan penyebaran
teknologi baru yang memengaruhi cara hidup dan interaksi antar individu dalam
masyarakat.
6. Perubahan Sosial Demografi
Tipe perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam komposisi
penduduk suatu masyarakat, seperti pertumbuhan populasi, migrasi, atau struktur
usia penduduk. Contohnya adalah perubahan dalam pola kelahiran, angka harapan

7
hidup, atau perubahan dalam migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan.
7. Perubahan Sosial Lingkungan
Perubahan lingkungan memengaruhi cara hidup dan interaksi masyarakat
dengan lingkungannya. Contohnya adalah perubahan dalam pola penggunaan
sumber daya alam, urbanisasi, atau perubahan iklim yang memengaruhi
kehidupan sehari-hari masyarakat.2
Setiap tipe perubahan sosial memiliki dampaknya sendiri terhadap masyarakat,
dan seringkali terjadi secara bersamaan atau saling memengaruhi. Pemahaman tentang
berbagai tipe perubahan sosial ini penting untuk merancang strategi yang tepat dalam
mengelola perubahan dan membangun masyarakat yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan
adaptif terhadap tantangan zaman.-
C. Implikasi Revolusi Industri 4.0 dalam Inovasi Pendidikan

Industri 4.0, sebuah era teknologi yang disertai dengan otomatisasi dan pertukaran
data yang luas dalam sektor manufaktur, telah menandai perubahan mendasar dalam
lanskap pendidikan. Dampaknya yang signifikan memperlihatkan transisi menuju
pendekatan pembelajaran yang lebih adaptif dan individualistik. Tradisi ruang kelas
konvensional yang terbatas akan bergeser, memberikan ruang bagi siswa untuk belajar
secara mandiri sesuai dengan kecepatan dan preferensi mereka sendiri, seringkali di
lingkungan yang mereka pilih sendiri. Selain itu, pemanfaatan teknologi di dalam kelas
akan semakin meluas, berfungsi sebagai alat bantu dan peningkat pembelajaran yang
tidak hanya menyajikan informasi, tetapi juga memfasilitasi interaksi dan eksplorasi yang
lebih mendalam.3
Tidak hanya itu, kebutuhan akan keterampilan yang diperlukan di era Industri 4.0
menuntut adaptasi dalam kurikulum dan metode pengajaran. Siswa harus diberdayakan
dengan kemampuan teknologi yang solid, serta kemampuan untuk mengatasi tantangan
dan perubahan dengan cepat. Keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir

2
E Rosana, “Modernisasi Dalam Perspektif Perubahan Sosial,” Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama,
2017.
3
FE Kurniawan dan NL Aruan, “Digitalisasi Dan Pola Kerja Baru: Dampak Bagi Industrialisasi Dan
Respons Kebijakan Ketenagakerjaan,” Jurnal Sosioteknologi, 2021.

8
kritis juga menjadi semakin penting dalam menghadapi kompleksitas dunia yang
didorong oleh teknologi. Oleh karena itu, pendidikan masa depan harus menekankan pada
pengembangan keterampilan ini, memberikan landasan yang kokoh bagi siswa agar dapat
beradaptasi dan berkembang di dunia yang terus berubah dengan cepat.
Dengan demikian, pendidikan masa depan harus mengikuti perkembangan zaman,
fokus pada mempersiapkan siswa untuk menavigasi dunia yang dipenuhi oleh teknologi
dan perubahan. Hal ini membutuhkan pendekatan yang progresif dan inklusif yang
memungkinkan siswa untuk berkembang secara holistik, tidak hanya dalam hal
pengetahuan teknis, tetapi juga dalam kemampuan adaptasi, kolaborasi, dan pemikiran
kritis. Hanya dengan pendidikan yang responsif dan relevan, kita dapat memastikan
bahwa siswa siap untuk menanggapi tantangan masa depan dengan keyakinan dan
keberhasilan.
Revolusi Industri Keempat, atau Industri 4.0, merupakan fenomena yang
mengubah paradigma dalam teknologi manufaktur dengan memperkenalkan otomatisasi
dan pertukaran data yang luas. Teknologi-teknologi baru seperti pencetakan 3D, robotika,
dan kecerdasan buatan menjadi pusat dari perubahan ini, mengubah cara produksi dan
proses manufaktur secara signifikan. Namun, dampak revolusi ini tidak hanya terasa di
sektor industri, melainkan juga berpengaruh besar terhadap bidang pendidikan.
Perubahan signifikan dalam teknologi manufaktur memunculkan kebutuhan akan
penyesuaian dalam sistem pendidikan. Siswa perlu dilatih dalam teknologi baru yang
digunakan dalam proses manufaktur modern. Selain itu, dengan jumlah data yang terus
bertambah dan semakin rumit, penting bagi siswa untuk memiliki keterampilan analisis
data yang baik untuk memahami dan menginterpretasikan informasi yang diberikan.
Adopsi teknologi Industri 4.0 oleh institusi pendidikan membawa berbagai
manfaat. Teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya dalam operasi
pendidikan, sementara juga memberikan pengalaman praktis yang berharga bagi siswa.
Selain itu, penggunaan teknologi ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan
pengajaran di berbagai bidang studi, khususnya di bidang sains dan teknologi.
Dampak revolusioner Industri 4.0 juga memengaruhi peran dan tanggung jawab
pendidik. Pendidik perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang tren yang muncul dalam

9
pendidikan serta bagaimana Industri 4.0 dapat diintegrasikan ke dalam rencana
pembelajaran mereka. Selain itu, penting bagi pendidik untuk mengidentifikasi peluang
baru yang muncul, karena pemberi kerja mulai mencari karyawan yang memiliki
keterampilan yang sesuai dengan tuntutan Industri 4.0 untuk meningkatkan produktivitas
dan inovasi dalam bisnis. Dengan demikian, pendidikan harus terus beradaptasi dan
berevolusi sesuai dengan tuntutan zaman, memastikan bahwa siswa siap menghadapi
tantangan dan peluang di era Industri 4.0 yang terus berkembang.
D. Society 5.0 dalam inovasi pendidikan

Era Society 5.0, diperkenalkan oleh Pemerintah Jepang sebagai respons terhadap
tantangan revolusi industri 4.0, menggambarkan masa depan yang didorong oleh integrasi
teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pendidikan, era ini
mendorong transformasi mendalam dalam paradigma pendidikan untuk menciptakan
sumber daya manusia ya`xng siap menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian masa
depan. Pendidikan menjadi kunci dalam mempersiapkan individu untuk beradaptasi dan
berkembang dalam era yang semakin terhubung dan terotomatisasi.
Perubahan paradigma pendidikan di era Society 5.0 menuntut peran guru yang
lebih dari sekadar penyedia materi pembelajaran. Guru harus menjadi penginspirasi yang
mendorong kreativitas peserta didik dan memfasilitasi proses belajar yang mandiri dan
inovatif. Dengan demikian, pendidikan tidak lagi hanya tentang menggali pengetahuan,
tetapi juga tentang mengembangkan keterampilan seperti berpikir kritis, komunikasi,
kolaborasi, dan kreativitas yang penting dalam era digital ini.
Selain peran guru, infrastruktur pendidikan juga harus mengalami transformasi
untuk mendukung pendekatan pembelajaran yang lebih adaptif dan berbasis teknologi.
Investasi dalam teknologi dan infrastruktur pendidikan, seperti platform digital dan
perangkat pembelajaran interaktif, menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan belajar
yang memadai untuk memfasilitasi pendidikan berkualitas di era Society 5.0.
Adaptasi di era Society 5.0 juga menuntut pengembangan kompetensi baru bagi
siswa. Selain literasi dasar seperti literasi numerasi dan literasi informasi, siswa juga perlu
memiliki keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi,

10
dan berinovasi. Pendidikan harus membekali siswa dengan keterampilan ini untuk
memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang tangguh dan pemimpin yang
visioner dalam menghadapi tantangan kompleks masa depan. Dengan pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21 dan penguatan
nilai-nilai pancasila, pendidikan di era Society 5.0 memiliki potensi untuk menciptakan
SDM yang unggul dan berdaya saing tinggi. Melalui integrasi teknologi, perubahan
paradigma, dan pengembangan kompetensi baru, pendidikan dapat menjadi kekuatan
pendorong perubahan positif dalam masyarakat dan menciptakan masa depan yang lebih
inklusif, berkelanjutan, dan inovatif.
Pada bidang pendidikan di Indonesia, Smart Society 5.0 dapat digunakan untuk
efektivitas dan efisiensi pembelajaran, serta dapat meningkatkan kualitas
pendidikan. Misalnya, penggunaan e-learning atau pembelajaran berbasis online yang
memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan fleksibel, serta dapat diakses dari
mana saja dan kapan saja dengan menggunakan perangkat yang terkoneksi dengan
internet. Dalam era society 5.0, peserta didik diharapkan dapat memiliki kecakapan hidup
abad 21 yang dikenal dengan istilah 4C yaitu Creativity, Critical Thinking,
Communication, dan Collaboration.
Maka dengan mewujudkan kecakapan hidup abad 21 atau 4C tersebut, dapat
dilakukan dengan mengembangkan konsep pembelajaran dengan beberapa komponen
yang diantaranya keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking
Skills), pembaharuan pembelajaran yang futuristic, pemilihan model pembelajaran yang
tepat, pengembangan kompetensi pendidik, serta penyediaan sarpras dan sumber belajar.
Smart Society 5.0 membawa dampak positif dan negatif. Salah satu dampak
positifnya adalah terciptanya pembelajaran yang adaptif dan personalisasi. Dalam konsep
Smart Society 5.0, teknologi dapat digunakan untuk memfasilitasi akses siswa dan guru
terhadap sumber daya pembelajaran yang lebih banyak dan beragam, seperti video,
simulasi, dan permainan pembelajaran.
Hal ini dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, sehingga
dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya
sumber daya pembelajaran yang lebih beragam, siswa akan merasa lebih tertarik dalam

11
mempelajari suatu topik dan juga memudahkan para guru dalam memfasilitasi siswa
dalam memahami suatu materi.
Namun, di sisi lain, penggunaan teknologi tinggi dalam pendidikan juga memiliki
dampak negatif. Banyaknya website AI yang mudah diakses seperti Chat GPT
menyebabkan ketergantungan pada teknologi sehingga menghasilkan generasi yang
kurang terampil dalam berpikir kritis, mandiri, berpikir kreatif, interaksi kolaboratif dan
kecakapan komunikatif. Efek dominonya yaitu kurangnya interaksi sosial, karena siswa
menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar dan kurang berinteraksi dengan teman
sekelas dan lingkungan sekitar.
Penerapan konsep Society 5.0 dalam pendidikan di Indonesia juga menyisakan
beberapa isu. Salah satu isu yang muncul adalah kesenjangan digital. Tidak semua siswa
memiliki akses ke teknologi atau internet yang memadai karena tidak semua sekolah
memiliki sumber daya yang cukup untuk membeli atau memperbarui perangkat
teknologi.
Kesenjangan digital tersebut menyebabkan ketimpangan dalam keterampilan
teknologi antara siswa. Siswa yang memiliki akses teknologi dan internet yang memadai
cenderung memiliki keterampilan teknologi yang lebih baik dibandingkan siswa yang
tidak memiliki akses. Hal ini dapat memperburuk kesenjangan pendidikan dan
kesempatan pada masa depan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dari pemerintah dan
pihak-pihak terkait untuk mengatasi kesenjangan agar penerapan konsep Smart Society
5.0 dapat berjalan dengan maksimal.
Pemerintah memiliki peran penting dalam penerapan konsep Smart Society 5.0
dalam pendidikan. Pemerintah harus memastikan bahwa semua siswa memiliki akses ke
teknologi dan internet yang memadai, salah satunya dengan cara memberikan dukungan
keuangan dan teknis kepada sekolah untuk membeli atau memperbarui perangkat
teknologi.
Pemerintah juga harus memastikan bahwa guru memiliki keterampilan teknologi
yang memadai untuk mengajar dan memaksimalkan penggunaan teknologi dalam
pembelajaran agar siswa terbiasa dengan teknologi. Selain itu, pemerintah dapat membuat
program-program pelatihan keterampilan teknologi yang dapat diikuti oleh masyarakat

12
Indonesia sehingga dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih cerdas dan
inovatif dalam tantangan menghadapi society 5.0.4
E. Teori Generasi dalam Pengembahan Inovasi Pendidikan

Generasi merupakan kelompok individu dengan kisaran umur yang sama yang
telah bersama-sama mengalami peristiwa sejarah, kultural, politik, ekonomi, serta
kemajuan teknologi dalam periode waktu tertentu. Konsep ini menekankan pada
kesamaan pengalaman yang membentuk pandangan hidup, nilai, pilihan, dan
kepercayaan yang serupa di antara anggotanya. Dalam konteks inovasi pendidikan,
pemahaman akan perbedaan dan kesamaan antargenerasi menjadi penting karena hal ini
memengaruhi preferensi, gaya belajar, dan kebutuhan pendidikan siswa dari berbagai
generasi.
Setiap generasi memiliki ciri khas tersendiri dalam cara mereka memahami dan
merespons lingkungan belajar. Sejarah, budaya, serta perkembangan teknologi yang
mereka alami secara bersama-sama membentuk pola pikir dan perilaku yang berbeda di
dalam konteks pendidikan. Oleh karena itu, para pendidik perlu memperhatikan dinamika
antargenerasi dalam merancang kurikulum, metode pengajaran, dan pendekatan
pembelajaran agar dapat memenuhi kebutuhan dan preferensi siswa dari berbagai
generasi.
Dengan memahami perbedaan antargenerasi, pendidik dapat merancang strategi
pembelajaran yang lebih inklusif dan relevan bagi semua siswa. Hal ini juga membantu
dalam mengidentifikasi teknologi dan metode pengajaran yang paling efektif untuk setiap
generasi, serta memungkinkan adopsi inovasi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masing-masing generasi. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang
karakteristik dan preferensi generasi dapat menjadi landasan penting dalam merancang
pengalaman pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi seluruh siswa.
Pemahaman akan karakteristik dan pengalaman generasi traditionalis menjadi
penting dalam merancang strategi pendidikan yang inklusif dan relevan. Generasi

4
A Farid, “Literasi Digital Sebagai Jalan Penguatan Pendidikan Karakter Di Era Society 5.0,” Cetta:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 2023.

13
traditionalis, yang lahir antara tahun 1925 hingga 1945, tumbuh besar dalam masa-masa
gejolak seperti Great Depression, Perang Dunia II, dan kebangkitan serikat buruh. Mereka
mengalami tantangan ekonomi berat, pengalaman perang, serta perubahan sosial yang
signifikan, seperti keterlibatan wanita dalam industri perang.
Pengalaman hidup yang unik ini membentuk generasi traditionalis menjadi
individu yang disiplin, pekerja keras, dan patuh pada otoritas. Dalam konteks pendidikan,
pendidik perlu memperhatikan kebutuhan dan preferensi mereka yang cenderung
menghargai struktur, keteraturan, dan otoritas dalam lingkungan pembelajaran. Hal ini
dapat mengarah pada pendekatan pengajaran yang lebih formal, penekanan pada nilai-
nilai tradisional, dan pemanfaatan metode pengajaran yang menghormati kebijaksanaan
serta pengalaman mereka.
a. Generasi Traditionalist
Generasi Traditionalist, yang juga dikenal sebagai silent generation, memiliki
pengalaman hidup yang unik yang membentuk karakteristik dan nilai-nilai
mereka. Mereka lahir antara tahun 1925 hingga 1945, menjalani masa-masa sulit
seperti Great Depression, Perang Dunia II, dan perubahan sosial signifikan seperti
kebangkitan serikat buruh. Krisis ekonomi, perang, dan perubahan dalam peran
gender menjadi bagian tak terpisahkan dari kisah hidup mereka.
Pada konteks inovasi pendidikan, pemahaman akan latar belakang dan
pengalaman generasi traditionalis menjadi penting. Sebagai contoh, pendekatan
dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat disesuaikan dengan preferensi
tradisional mereka, seperti penggunaan buku teks dan ceramah yang terstruktur.
Teknologi seperti aplikasi mobile atau platform daring juga bisa diperkenalkan
secara bertahap untuk membantu mereka menyesuaikan diri dengan
perkembangan pendidikan modern.
Pendidik dapat memanfaatkan teknologi secara bijaksana dalam
merancang pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan preferensi generasi
traditionalis. Sebagai contoh, mereka bisa mengadopsi program pelatihan online
yang memungkinkan akses ke materi pembelajaran dari rumah, sehingga

14
memberikan fleksibilitas tanpa meninggalkan elemen tradisional dari proses
pembelajaran.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang latar belakang dan nilai-nilai
generasi traditionalis, pendidik dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang
mendukung dan relevan bagi mereka. Sebagai contoh, diskusi kelompok dan
proyek kolaboratif dapat disusun dengan mempertimbangkan preferensi mereka
untuk kerja tim dan interaksi langsung. Ini akan membantu memastikan bahwa
inovasi dalam pendidikan tidak hanya memperhatikan kebutuhan generasi yang
lebih muda, tetapi juga menghormati dan mengakomodasi preferensi serta
pengalaman generasi yang lebih tua.
b. Generasi Baby Boomers
Generasi Baby Boomers, yang lahir antara tahun 1946 hingga 1964, mengalami
periode yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka lahir setelah
Perang Dunia II, dalam periode yang ditandai oleh stabilitas ekonomi dan
kemakmuran. Pada saat itu, hak asasi mulai diakui dan teknologi baru, seperti
televisi dan peralatan rumah tangga modern, mulai tersebar luas.
Pada konteks inovasi pendidikan, pemahaman tentang latar belakang dan
pengalaman generasi baby boomers menjadi kunci dalam menyusun strategi
pembelajaran yang efektif. Karena mereka tumbuh dalam era di mana akses
terhadap pendidikan formal lebih mudah, mereka mungkin lebih menghargai
pendekatan tradisional dalam pembelajaran, seperti ceramah dan buku teks.
Pendidik dapat memanfaatkan pengalaman generasi baby boomers dalam
merancang kurikulum dan metode pengajaran yang memanfaatkan keunggulan
teknologi modern, tetapi tetap mempertahankan elemen-elemen tradisional yang
mereka kenal. Sebagai contoh, penggunaan platform daring untuk akses materi
pembelajaran dapat disertai dengan kelas tatap muka yang memungkinkan
interaksi langsung antara pendidik dan siswa.
Dengan memperhatikan karakteristik dan preferensi generasi baby
boomers, pendidik dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung
dan relevan bagi mereka. Ini akan membantu memastikan bahwa inovasi dalam

15
pendidikan tidak hanya memperhatikan kebutuhan generasi yang lebih muda,
tetapi juga mengakomodasi dan menghargai pengalaman serta preferensi generasi
yang lebih tua.
c. Generasi X
Generasi X yang lahir antara tahun 1965 hingga 1981, tumbuh dalam
konteks yang penuh dengan peristiwa penting dalam sejarah dan perkembangan
sosial. Mereka menyaksikan peristiwa seperti Challenger disaster, yang membawa
dampak signifikan dalam persepsi mereka terhadap risiko dan keamanan. Selain
itu, generasi X juga menyaksikan pertumbuhan teknologi, termasuk pengenalan
personal computer (PC), yang telah mengubah cara mereka berinteraksi dengan
dunia.
Pada konteks inovasi pendidikan, pemahaman tentang pengalaman dan
karakteristik generasi X sangat penting dalam merancang strategi pembelajaran
yang efektif. Karena mereka tumbuh dalam lingkungan yang diubah secara
signifikan oleh teknologi, pendidik dapat memanfaatkan platform digital dan
perangkat lunak pembelajaran interaktif untuk menarik minat mereka.
Generasi X cenderung menjadi individu yang lebih mandiri, pragmatis,
dan kritis terhadap otoritas. Dalam pendidikan, hal ini dapat tercermin dalam
preferensi mereka terhadap pendekatan pembelajaran yang lebih otonom dan
terlibat. Pendidik dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang mendorong
partisipasi aktif, pemberdayaan siswa, dan pengambilan keputusan yang mandiri.
Melalui pendekatan yang tepat, pendidik dapat memanfaatkan
karakteristik positif generasi X, seperti kemandirian dan keberanian mengambil
risiko terukur, untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang menantang dan
memotivasi. Ini akan membantu memastikan bahwa inovasi dalam pendidikan
tidak hanya memenuhi kebutuhan generasi yang lebih muda, tetapi juga
mengakomodasi dan menghargai pengalaman serta preferensi generasi X.

d. Generasi Y

16
Generasi Y juga dikenal sebagai Millennials, merupakan kelompok
individu yang lahir antara tahun 1981 hingga 2000. Mereka merupakan generasi
yang tumbuh dalam era teknologi tinggi dan interaksi yang intens dengan media
digital. Dibesarkan oleh orang tua dari generasi Baby Boomers dan X yang
komunikatif dan berorientasi pada partisipasi, generasi Y memiliki akses luas
terhadap teknologi komunikasi dan media sosial, yang memungkinkan mereka
untuk terhubung dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia.
Di bidang pendidikan, pemahaman tentang karakteristik dan preferensi
generasi Y menjadi kunci dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang
efektif. Generasi Y cenderung memiliki ekspektasi tinggi, menginginkan respons
instan, dan lebih suka mendapatkan informasi secara digital. Mereka juga dikenal
sebagai individu yang kolaboratif, kreatif, dan berorientasi pada kesuksesan.
Dalam inovasi pendidikan, pendidik dapat memanfaatkan preferensi
generasi Y terhadap teknologi dan keterbukaan terhadap keberagaman untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan menarik. Pendekatan
yang memanfaatkan media digital, interaktif, dan berbasis kolaborasi dapat
membantu memenuhi kebutuhan pembelajaran mereka yang unik.
Selain itu, pendidik perlu memahami bahwa generasi Y juga telah terbiasa
dengan penghargaan instan dan pengakuan atas prestasi mereka. Oleh karena itu,
memberikan umpan balik yang membangun dan pujian atas pencapaian mereka
dapat menjadi strategi yang efektif untuk memotivasi generasi Y dalam
pembelajaran.
Dengan memahami karakteristik dan preferensi generasi Y, pendidik dapat
merancang pengalaman pembelajaran yang relevan, menarik, dan memperkaya
bagi generasi ini, sehingga membantu mereka mencapai potensi mereka secara
maksimal dalam konteks pendidikan dan masa depan yang dinamis.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemahaman tentang perbedaan karakteristik dan preferensi antar generasi menjadi
krusial dalam merancang pendidikan yang responsif dan inklusif. Setiap generasi, seperti
Traditionalist, Baby Boomers, Generasi X, dan Generasi Y, memiliki latar belakang,
pengalaman, dan nilai-nilai yang unik. Misalnya, Traditionalist mengalami masa Great
Depression dan World War II, sehingga cenderung memiliki nilai-nilai seperti disiplin
dan ketaatan pada otoritas. Sementara itu, Generasi Y tumbuh dalam era teknologi tinggi,
yang membentuk mereka menjadi individu yang terbiasa dengan komunikasi digital dan
mempunyai ekspektasi tinggi akan kecepatan dan kemudahan akses informasi. Oleh
karena itu, pendidik perlu memahami dinamika ini untuk merancang strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing generasi.
Selain itu, penggunaan teknologi dan inovasi dalam pendidikan menjadi kunci
dalam menjangkau dan melibatkan generasi yang berbeda. Dengan memanfaatkan alat-
alat pembelajaran modern seperti pembelajaran berbasis digital, augmented reality, dan
platform belajar daring, pendidik dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih
menarik dan relevan bagi setiap generasi. Hal ini akan membantu meningkatkan
keterlibatan siswa dan efektivitas pembelajaran. Selain itu, inovasi juga mencakup
pengembangan kurikulum yang responsif terhadap perubahan zaman dan perkembangan
teknologi. Dengan demikian, kesimpulan ini menekankan pentingnya kesadaran akan
perbedaan generasi dalam pendidikan dan penekanan pada inovasi sebagai cara untuk
mencapai kesuksesan pendidikan yang inklusif, relevan, dan holistik bagi semua generasi.

18
B. Saran
Pada upaya dalam menghadapi tantangan dan peluang yang terkait dengan

perbedaan generasi dalam pendidikan, beberapa saran praktis dapat diusulkan. Pertama,
pendidik perlu terus memperbarui dan meningkatkan keterampilan mereka dalam
menggunakan teknologi dan mengintegrasikannya ke dalam proses pembelajaran. Ini
termasuk pelatihan reguler tentang aplikasi baru, platform pembelajaran daring, dan
teknik pengajaran yang inovatif. Selain itu, kolaborasi antarpendidik dari berbagai
generasi dapat menjadi wadah yang berharga untuk bertukar pengetahuan dan
pengalaman dalam menerapkan strategi pembelajaran yang efektif.
Kedua, perlu adanya penyesuaian dalam kurikulum dan metode pengajaran untuk
memenuhi kebutuhan dan preferensi masing-masing generasi. Hal ini dapat dilakukan
dengan memasukkan beragam metode pembelajaran yang mencakup aspek visual,
auditif, dan kinestetik, serta mengakomodasi gaya belajar yang berbeda. Selain itu,
integrasi pendidikan karakter dan pengembangan keterampilan abad ke-21 juga perlu
diperhatikan agar pendidikan dapat memberikan manfaat yang holistik bagi siswa dari
berbagai generasi. Dengan menerapkan saran-saran ini, pendidikan dapat menjadi lebih
inklusif, dinamis, dan responsif terhadap perbedaan generasi, sehingga menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung bagi semua siswa.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aruan, FE Kurniawan dan NL. “Digitalisasi Dan Pola Kerja Baru: Dampak Bagi
Industrialisasi Dan Respons Kebijakan Ketenagakerjaan.” Jurnal Sosioteknologi,
2021.

Asang, MT Kasnawi dan S. “Konsep Dan Pendekatan Perubahan Sosial.” Teori


Perubahan Sosial: Vol. IPEM4439/M,014, 2014.

Farid, A. “Literasi Digital Sebagai Jalan Penguatan Pendidikan Karakter Di Era Society
5.0.” Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2023.

Rosana, E. “Modernisasi Dalam Perspektif Perubahan Sosial.” Al-Adyan: Jurnal Studi


Lintas Agama, 2017.

20

Anda mungkin juga menyukai