BAHASA INDONESIA
Disusun oleh:
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, petunjuk serta
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Critical Book Review (CBR). Adapun buku
yang kami review dalam penulisan tugas CBR ini adalah Bahasa Indonesia. CBR ini
diselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Banyak sekali bantuan yang
kami dapatkan dalam penyelesaiaan tugas ini. Maka dari itu dalam kesempatan ini kami
sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu IKA FEBRIANA S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah
membimbing saya dalam menyelesai kan CBR ini.
2. Kedua orang tua yang telah membantu ataupun mendukung kegiatan perkuliahan
baik materi maupun non materi
3. Teman-teman yang memberikan dukungan dan sarannya kepada saya dalam
pengerjaan CBR ini
Saya menyadari bahwa dalam penulisan CBR ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang dapat dijadikan perbaikan untuk
pengerjaan tugas CBR yang akan datang. Saya berharap semoga CBR ini dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya dan untuk menambah pembendaharaan serta pengetahuan dalam
memahami mata kuliah Bahasa Indonesia. Semoga bantuan, dorongan serta bimbingan yang
telah diberikan kepada saya dalam penyusunan laporan ini mendapat balasan yang setimpal
dari Allah SWT.
Wandika S Ginting
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
D. Identitas Buku
Buku Utama
1. Judul : Buku Ajar Mata Kuliah Umum: Bahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi
6. ISBN : 978-6235911-05-2
Buku Pembanding
2. Pengarang : Suhartina
6. ISBN : 978-602-5802-13-3
2
BAB II
1. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu dan termasuk ke dalam rumpun Bahasa
Austronesia. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda bahasa Melayu dikenal sebagai bahasa
sehari-hari yang sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Bahasa Melayu Pasar sangat
mudah dimengerti, ekspresif, memiliki toleransi kesalahan yang sangat besar, dan mudah
menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya.
Penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari peristiwa ikrar
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, dalam rangkaian kegiatan Kongres Pemuda Kedua di
Jakarta, Butir ketiga ikrar Sumpah Pemuda Berbunyi, "Kami, putra dan putri Indonesia,
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda
merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa
Indonesia.
2. Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa-bahasa suku bangsa di Indonesia. Bahasa ini jumlahnya
sangat banyak dan digunakan menyebar di seluruh daerah di Indonesia. Bahasa daerah
berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah (2) lambang identitas daerah. (3) alat
perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan (4) sarana pendukung budaya
3
daerah dan bahasa Indonesia. Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa
daerah merupakan pendukung bahasa Indonesia, merupakan bahasa pengantar pada tingkat
permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar proses kegiatan
pembelajaran, selain merupakan sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia.
3. Bahasa Asing
Bahasa asing diartikan dengan bahasa-bahasa di Indonesia selain bahasa Indonesia dan
bahasa daerah. Bahasa asing mempunyai fungsi sebagai alat Perhubungan antar bangsa dan
sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai suku
bangsa yang berbeda-beda latar belakang sosial, budaya, dan bahasa daerah- nya, dan (4) alat
komunikasi antardaerah dan antarbudaya. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa nasional dan kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara ditetapkan pada 18 Agustus 1945,
pada saat Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 dinyatakan bahwa
bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dunia
pendidikan, (3) bahasa untuk kepentingan perencanaan perhubungan pada tingkat nasional dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan (4) bahasa resmi di dalam pengembangan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa dalam penyelenggara administrasi negara,
seperti bahasa dalam penyelenggaraan pendidikan dan sebagainya.
4
Bahasa Indonesia fungsinya sebagai Identitas Nasional, yang menga rah pada
penghargaan terhadap bahasa Indonesia selain bendera dan lam bang negara. Di dalam
fungsinya bahasa Indonesia tentulah harus memilik indentitasnya sendiri, sehingga serasi
dengan lambang kebangsaan yang lain.
Berkat adanya bahasa Indonesia masyarakat dapat berhu bungan satu dengan yang lain
sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial
budaya dan bahasa tidak perlu dikawatirkan.
Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu suku, budaya dan bahasa maksudnya, bahasa
Indonesia memungkinkan keserasian di antara suku suku budaya dan bahasa di Nusantara,
tanpa harus menghilangkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya
serta latar belakang hahasa daerah yang bersangkutan.
Bahasa Indonesia memiliki fungsi fital di dunia pendidikan di nusan- tara ini, mulai
dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Dalam hal ini bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah,
dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar
belakang sosial budaya dan bahasanya.
5
Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan
kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga bahasa
Indonesia memiliki ciri-ciri dan indentitasnya sendiri, yang membedakanya dengan
kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia dapat dipergunakan sebagai alat
untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional.
Bahasa baku adalah bahasa yang menjadi pokok yang menjadi dasar ukuran, atau yang
menjadi standar. Jadi, bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa Indonesia yang menjadi
pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar
Dengan demikian bahasa nonbaku adalah bahasa yang tidak menjadi pokok yang tidak
menjadi dasar ukuran, atau yang tidak menjadi standar Jadi, bahasa Indonesia nonbaku adalah
ragam bahasa Indonesia yang tidak menjadi pokok yang tidak menjadi dasar ukuran, atau yang
tidak menjadi standar. Bahasa baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata atau
ungkapan struktur kalimat, ejaan, dan pengucapan yang biasa dipakai oleh mereka yang
berpendidikan, seperti pejabat, ahli, dosen, guru, ilmu- wan cendekiawan dan sebagainya.
Sedangkan bahasa nonbaku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata atau
ungkapan, struktur kalimat ejaan dan pengucapan yang biasa dipakai oleh mereka yang kurang
berpendidikan dan yang biasa beraktivitas dalam lingkungan tidak resmi.
Pertama, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai pemersatu. Bahasa Indonesia baku
mempersatukan atau menghubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu Bahasa Indonesia
baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku Bahasa
Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan
mengatasi batas-batas kedaerahan.
Kedua, bahwa bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda Kepribadian. Bahasa
Indonesia baku merupakan ciri khas yang membeda- kannya dengan bahasa-bahasa lainnya.
Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa
Indonesia baku.
6
Ketiga, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penambah wibawa. Pemilihan bahasa
Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan
dengan usaha pencapaian kesejahteraan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui
pemerolehan bahasa baku.
Bahasa Indonesia baku dipakai di dalam beberapa konteks. Pertama, dalam komunikasi
resmi, yaitu dalam surat-menyurat resmi atau dinas, pengumuman-pengumuman yang
dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan, dan peristilahan resmi.
Kedua, dalam wacana teknis, yaitu dalam laporan resmi dan karya ilmiah berupa makalah,
skripsi, tesis, disertasi, dan laporan hasil penelitian. Ketiga, dalam pembi- caraan di depan
umun, yaitu ceramah, kuliah, dan kotbah. Keempat, dalam pembicaraan dengan orang yang
dihormati, yaitu atasan dengan bawahan di dalam kantor, siswa dan guru di kelas atau di
sekolah, guru dan kepala sekolah di pertemuan pertemuan resmi, mahasiswa dan dosen di ruang
perkuliahan.
Secara umum dapat diketahui bahwa bahasa Indonesia baku mempunyai tiga ciri, yaitu
(1) memiliki keunggulan wilayah dan waktu penggunaan, (2) kemantapan dinamis, dan (3)
cendekia. Dalam hal ini, kemantapan dinamis berarti bahwa kaidah bahasa Indonesia baku
relatif tetap serta tidak berubah setiap saat. Ciri cendekia berarti bahwa bahasa Indonesia baku
mencerminkan cara berpikir yang teratur, logis, dan sistematis. Untuk mengungkapkan
gagasan, bahasa Indonesia baku dapat digunakan untuk menyampaikan isi pikiran secara
teratur dan sistematis.
Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan
yang tetap. Baku atau standar tidak adapat berubah setiap saat. Pemakaian bahasa baku juga
bersifat kecendikiawan. Perwuju- dan dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang
lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur dan masuk akal. Ciri ragam
bahasa baku yang terakhir adalah berpraanggapan adanya keseragaman.
Menurut Wiratno (2014:1-2) teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam
berbagai jenis, misalnya buku, ulasan buku, proposal pene- litian, laporan penelitian, laporan
praktikum, dan artikel ilmiah. Jenis-jenis tersebut merupakan genre makro yang masing-
masing di dalamnya terkandung campuran dari beberapa genre mikro seperti deskripsi, laporan,
prosedur, eks- planasi, eksposisi, dan diskusi. Genre makro adalah genre yang digunakan untuk
menamai sebuah jenis teks secara keseluruhan, dan genre mikro adalah subgenre-subgenre
yang lebih kecil yang terdapat di dalamnya dan dipayungi oleh genre makro tersebut.
Perbedaan antara teks akademik dan teks non-akademik perlu dijelas kan secara
memadal dengan mengidentifikasi ciri-ciri yang ada. Pendapat tentang teks akademik yang
berkembang selama ini adalah bahwa teks aka- diajukan demik mempunyai ciri-ciri antara lain
sederhana, padat, objektif, dan logis (lihat, misalnya Sudaryanto, 1996, Moeliono, tanpa tahun:
Moeliono, 2004). Akan tetapi selama ini pula belum terdapat bukti-bukti empiris yang untuk
memberikan penjelasan yang memadai secara linguistik tentang penger- tian sederhana,
objektif, dan logis itu (Wiranto, 2012). Akibatnya, ciri-ciri tersebut biasanya hanya dipahami
secara naluri tanpa didasarkan pada data atau teori tertentu. Anda, sebagai insan akademik,
tentu harus dapat menjelas- kan hal itu secara akademik berdasarkan argumen yang kuat.
Pengeksplorasian cincin keilmiahan pada teks akademik menjadi penting karena teks akademik
merupakan dimensi tersendiri apabila dibandingkan dengan jenis teks yang lain (Bazerman,
1998:15-27), dan teks akademik cenderung membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk
memahamkan isinya kepada target pembaca (Martin & Veel, Eds, 1998:31)
8
Teks akademik yang dihasilkan harus memperhatikan ada/tidaknya penggunaan
kalimat minor. Kalimat minor adalah kalimat yang tidak lengkap. Kalimat minor
berkekurangan salah satu dari unsur pengisi subjek atau finit/ prediktator Akibatnya, kalimat
tersebut dapat dianalisis dari sudut pandang leksikogramatika, serta tidak dapat pula dianalisis
menurut jenis dan fungsinya. Keberadaan kalimat minor pada teks akademik tidak saja
menyebabkan tidak dapat diidentifikasinya unsur-unsur leksikogramatikal secara edisional dan
interpersonal tetapi juga menyebabkan non akademik.
Penjelasan tentang teks akademik yang berkembang selama ini adalah teks akademik
mempunyai ciri-ciri antara lain sederhana, padat, objektif, dan logis. Akan tetapi, selama ini
belum terdapat bukti-bukti empiris yang diajukan untuk memberikan penjelasan yang memadai
secara linguistik tentang penger- tian sederhana, padat, objektif, dan logis tersebut. Akibatnya,
ciri-ciri tersebut biasanya hanya dipahami secara naluri tanpa didasarkan pada data atauteori
tertentu (Wiratno, dkk, 2014:3).
Genre makro adalah genre yang digunakan untuk menamai sebuah jenis teks secraa
keseluruhan, dan genre mikro adalah subgenre-subgenre yang lebih kecil yang terdapat di
dalamnya dan dipayungi oleh genre makro tersebut.
1) Ulasan Buku
Ulasan buku dapat dikelompokkan menjadi buku ajar dan buku referensi Buku referensi
adalah buku yang digunakan sebagai referensi atau bahan rujukan pada saat orang menyusun
karya ilmiah Ulasan buku yang juga sering disebut dengan timbangan buku adalah tulisan yang
berisi tentang kritik terhadap buku yang dimaksud.
2) Proposal
Proposal merupakan tulisan yang berisi rancangan penelitian. Proposal dapat berupa
proposal penelitian atau proposal kegiatan. Proposal pene- litian memiliki struktur teks
pendahuluan, landasan teori dan tinjauan pustaka, metodologi penelitian.
3) Laporan Penelitian
9
Laporan dapat dikelompokkan menjadi laporan penelitian dan laporan kegiatan
Laporan penelitian ditata dengan struktur teks deskripsi. Laporan penelitian mengacu pada
hasil penelitian. Skripsi, tesis, atau disertasi, secara esensial sebenarnya merupakan bentuk
laporan penelitian.
4) Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah dapat dikelompokkan menjadi artikel penelitian dan artikel konseptual
Dalam hal ini, artikel penelitian adalah artikel yang disusun berdasarkan sebuah laporan
penelitian, sedangkan artikel konseptual adalah artikel yang disusun sebagai hasil pemikiran
secara konseptual.
E. Orisinalitas
Menurut KBBI, orisinal berarti asli. Jadi, teks akademik yang disusun bukan
merupakan teks hasil plagiasi atau copy paste dari teks-teks yang sudah ada. Teks akademik
yang dihasilkan merupakan teks asli atau tulen dari buah pikir penulisnya.
Teks ulasan adalah suatu tulisan yang isinya untuk menimbang atau meni- lai karya
yang dihasilkan oleh orang lain (Isnatun & Farida, 2013: 57). Ulasan sering juga diistilahkan
dengan timbangan, resensi, dan review. Sebenarnya ulasan tidak hanya dilakukan terhadap
buku tetapi juga pada karya-karya lain berupa artikel, karya sastra, karya seni, dan lain-lain.
Orang yang mengulas sebuah karya disebut pengulas. Pengulas akan mengulas sebuah
karya yang sesuai dengan bidang keilmuan atau keahliannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tidak boleh sembarangan orang dalam mengulas sebuah karya.
Identitas, pada teks ulasan sifatnya opsional. Opsional maksudnya adalah boleh ada
ataupun tidak dalam sebuah teks ulasan. Pada bagian identitas memuat judul, penulis, penerbit,
tahun terbit, bahasa yang digunakan, warna sampul dan lain-lain. Pada bagian ini identitas yang
dibuat berdasarkan fakta-fakta dan kebutuhan si pengulas buku. Genre mikro yang dipakai
untuk memaparkan identitas adalah deskripsi.
10
Orientasi merupakan pengenalan terhadap keseluruhan teks ulasan. Fungsi dari tahapan
orientasi adalah menyampaikan informasi tentang buku yang diulas, memposisikan buku yang
diulas, dan menyatakan pendapat pengulas tentang buku. Genre mikro yang digunakan untuk
memaparkan tahap ini adalah eksposisi dan deskripsi.
Pada bagian tafsiran, memaparkan penceritaan ulang tentang apa yang dilakukan oleh
penulis saat menulis buku dan Ringkasan buku yang merupakan ulasan dari pengulas buku.
Untuk memperkuat penafsirannya, seorang penulis sering membandingkan kualitas karya atau
benda yang diulas dengan karya benda lain yang sejenis. Genre mikro yang digunakan untuk
mengungkapkan tafsiran ini adalah deskripsi dan rekon.
Tahapan evaluasi untuk memaparkan penilaian pengulas terhadap karya yang diulas,
bagian yang merupakan bagian paling penting dalam mengulas buku. Aspek-aspek yang dinilai
adalah: (1) kedalaman isi buku yang diulas; (2) Tata organisasi gagasan yang tergambar pada
penataan bab; (3) gaya penulisan yang digunakan; (4) keunggulan dan kelemahan buku yang
diulas. Genre mikro yang digunakan pada tahapan ini adalah diskusi dan eksplanasi.
Berikut ini adalah hal hal yang harus diperhatikan ketika merekonstruksi teks ulasan
buku adalah
1. Membaca teks ulasan, maksudnya adalah sebelum merekonstruksi suatu tek ulasan
yang pernah dibuat Terlebih dahulu kita membaca keseluruhan teks ulasan tersebut
dengan komprehensif.
2. Apabila belum pernah membaca buku yang diulas, dapat mencari informasi
mengenal buku tersebut Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber.
3. Melihat struktur teks ulasan, setelah membaca keseluruhan teks ulasan, langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasi apakah teks ulasan tersebut sudah memuat
struktur teks ulasan (identitas, orientasi, tafsiran isi, evaluasi, dan rangkuman).
11
4. Menuliskan kembali teks ulasan berdasarkan struktur teks ulasan. Langkah terakhir
adalah, menuliskan kembali teks ulasan berdasarkan struktur dengan bahasa sendiri
tanpa mengurangi esensi dari karya yang diualas.
Buku yang hendak diulas sebaiknya sesuai dengan minat dan keahlian si pengulas.
Setelah menentukan buku yang diulas sebaiknya melakukan penjajakan sekilas terhadap buku
yang diulas meliputi, penulis, penerbit, dan isi buku secara sekilas.
2. Membaca kritis
Diharapkan si pengulas membaca keseluruhan buku dari awal sampai akhir. Bagian
pendahuluan pada buku juga merupakan hal yang sangat penting karena akan memberikan
informasi mengenai latar belakang penulisan buku, aliran ilmu yang dianut, tujuan penulisan,
dan target pembaca yang diharapkan.
3. Membuat ringkasan
Ringkasan buku yang dibuat sebaiknya berdasarkan catatan catatan yang telah dibuat
saat kegiatan membaca kritis. Ringkasan buku yang dibuat dapat mewakili isi buku secara
keseluruhan. Ringkasan ini akan dimasuk kan ke dalam bagian tafsiran isi.
Penilaian yang dilakukan terhadap buku yang diulas berdasarkan keunggu- lan dan
kelemahannya, baik dari segi bahasa, pembatasan bab, kerangka penulisan, sistematika, bobot
ide, maupun aspek teknis lainnya. Penetapan kriteria penilaian yang jelas, akan membuat
penilaian yang dilakukan berimbang
Buku pembanding yang dijadikan sebagai rujukan akan membuat penilaian terhadap
buku yang diulas semakin baik Buku pembanding haruslah buku yang sejenis.
Setelah tahapan satu sampai lima dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menulis
teks ulasan berdasarkan struktur teks ulasan yang menjadi kerangka teks. Pada saat menulis
12
resensi, peresensi harus betul-betul menguasai dan mengetahui isi dan identitas buku yang akan
diresensi. Setelah selesai dalam menulis ulasan, lakukanlah review sehingga teks ulasan
menjadi lebih baik. Review dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun orang lain. Langkah-
langkah tersebut bukanlah satu-satu- nya acuan buku yang harus digunakan dalam menyusun
teks ulasan. Pada dasarnya, langkah-langkah tersebut masih dapat dikembangkan berdasar- kan
kreativitas sendiri.
Artikel ilmiah merupakan bagian dari karya ilmiah. Artikel ilmiah terdiri dari kata
artikel yang artinya tulisan yang berisi gagasan, ide, dan pemikiran yang ditulis untuk tujuan
tertentu. Sementara itu, ilmiah berkaitan dengan metode, penggunaan sistematika baku dan
kaidah tertentu. Jadi, artikel ilmiah merupakan tulisan yang berisi gagasan, ide, dan pemikiran
dari seseorang maupun sekelompok orang melalui proses penelitian maupun non penelitian
yang dituangkan dalam bentuk laporan tertulis dengan memperhatikan sistematika, metode,
dan kaidah tertentu sehingga dapat diuji kebenarannya (Lestari, 2021: 1).
Kata artikel dapat dimaknai dengan karya tulis lengkap. Hal ini berarti bahwa artikel
adalah tulisan yang lengkap dengan unsur-unsur utamanya. Suriamiharja dkk. (1996/1997)
menyatakan bahwa article atau artikel adalah karya tulis lengkap yang dimuat dalam surat
kabar, majalah, atau penerbitan berkala lainnya. Kemudian, kata ilmiah dapat diartikan dengan
bersifat ilmu dan memenuhi syarat ilmu pengetahuan. Jadi, dapat dinyatakan bahwa teks artikel
ilmiah adalah tulisan lengkap yang bersifat ilmu atau mernenuhi syarat ilmu pengetahuan yang
digunakan oleh dosen, mahasiswa, peneliti, dan ilmuwan.
Ada empat prinsip utama tentang pengertian ilmiah. Pertama, teks artikel ilmiah bersifat
objektif. Artinya, penulis tidak boleh memasukkan unsur subjek- tivitasnya ke dalam karyanya.
Kedua, segala sesuatu yang dikemukakan penulis, harus berdasarkan data. Ketiga,
penyimpulan penemuan di dalamnya berpola induktif dan deduktif. Keempat, pembahasan
datanya berdasarkan rasio.
13
Struktur teks artikel penelitian maupun struktur teks artikel konsentual relatif
bervariasi. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa struktur teks. artikel penelitian adalah
abstrak, pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan, dan simpulan. Struktur teks artikel konseptual lebih bervariasi, tetapi yang sering
dijumpai adalah abstrak, pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, simpulan.
14
Hasil Deskripsi (dan atau meliputi Menyajikan temuan-temuan
laporan, rekon) penelitian.
Pembahasan Diskusi (dan atau meliputi Membahas (dan atau
eksplanasi) menjelaskan) temuan-
temuan penelitian dari
berbagai sudut pandang teori
yang telah disajikan pada
tinjauan pustaka membahas
Apakah kekurangan
penelitian sebelumnya dapat
ditutup oleh penelitian Yang
dilaporkan.
Simpulan Eksposisi (dan atau meliputi Menyajikan uraian bahwa
deskripsi) pokok persoalan yang
disajikan telah diperlakukan
sedemikian rupa dengan
hasil seperti yang telah
disajikan pada pembahasan,
diikuti dengan saran baik
secara teoritis maupun
praktis.
Kutipan adalah fakta, ide, opini, atau pendapat yang dikutip dari sumber tertulis untuk
mendukung atau memperjelas argumen, posisi, atau opini penulis dalam artikel ilmiah. Ini
berarti bahwa semua kutipan, baik berupa fakta, ide, opini maupun pernyataan, yang terdapat
dalam artikel ilmiah, bukan milik penulis itu sendiri.
16
untuk menguraikan fenomena, pentinen masalah, teori atau pandangan yang digunakan, dan
istilah khusus. Lalu dalem penulisan tinjauan pustaka kutipan digunakan untuk mengkaji pokok
pembicaraan.
Kutipan ditulis dengan menggunakan “dua tanda petik” jika kutipan ini merupakan
kutipan langsung atau dikutip dari penulisnya dan kurang dari 40 kata. Jika kutipan itu diambil
dari kutipan maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan ‘satu tanda petik'
Jika sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, sumber kutipan
yang ditulis adalah sumber kutipan yang digunakan pengutip, tetapi dengan menyebut Siapa
yang mengemukakan pendapat tersebut.
Jika sumber kutipan mendahului kutipan langsung maka cara penulisannya adalah
nama penulis diikuti dengan tahun penerbitan dan nomor halaman yang diikuti. Tahun dan
halaman diletakkan di dalam kurung.
Jika penulis terdiri atas dua orangNama keluarga kedua penulis tersebut harus
disebutkan. Apabila penulisnya lebih dari dua orang, untuk penulisan yang pertama, nama
keluarga dari semua penulis ditulis lengkap. Namun, untuk menyebutkan kedua dan seterusnya
nama keluarga penulis pertama dan diikuti oleh dkk.
Jika masalah dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda, cara penulisan
sumber kutipan itu adalah sebagai berikut. Contoh: (Chaffee, dkk. 2002; Enilia, 2005; Moore
& Parker, 1995)
Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya penulis dari penulis yang sama pada
tahun yang sama, cara penulisannya adalah dengan menambah huruf a, b, dan seterusnya pada
tahun penerbitan.
17
g. Kutipan dari penulis sama dengan sumber berbeda
Contoh: Menurut Halliday ada dua konteks yang berpengaruh terhadap penggunaan
bahasa, yaitu (1) konteks situasi, yang terdiri atas field, mode atau channel of communication
(misalnya bahasa lisan atau tulisan), dan tenor (siapa penulis/ pembicara kepada siapa); dan (2)
konteks budaya yang direalisasikan dalam jenis teks (1985a, b, c).
3. Catatan Kaki
Catatan kaki adalah "keterangan yang dicantumkan pada margin bawah pada halaman
buku (biasanya dicetak dengan huruf yang lebih kecil daripada huruf di teks guna
menambahkan rujukan uraian di dalam naskah pokok)" (KBBI Ed. ketiga 2002: 196). Jika
keterangan semacam itu ditempatkan di akhir bab atau, bahkan, di akhir karangan, catatan itu
disebut sebagai keterangan atau catatan belakang.
18
Hubungan antara catatan kaki dan teks yang diberi penjelasan, biasanya, dinyatakan
dengan nomor penunjukan yang sama untuk teks dan catatan kakinya. Baik di dalam teks,
maupun pada catatan kakinya, nomor tersebut dicetak sebagai superskrip, yaitu huruf yang
berukuran lebih kecil daripada teks dan berada sekitar setengah spasi lebih tinggi daripada teks.
Unsur-unsur catatan kaki, umumnya, sama dengan data pustaka suatu daftar acuan,
yaitu (1) penulis, (2) judul, (3) data pustaka berupa tempat dan tahun penerbitan, serta (4) jilid
dan nomor halaman. Saat pertama kali merujuk suatu sumber, nama penulis sumber tidak
dibalik dan data pustaka dituliskan lengkap.
Bahasa Indonesia berawal dari bahasa Melayu Riau yang kemudian secara sistematis
diperbaharui seiring dengan perkembangan zaman. Pembaharuan tersebut dilakukan dengan
menstandarkan bahasa Indonesia melalui Tata Bahasa dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Sejak awal penanggalan modern, bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca. Di
nusantara lingua franca biasa juga disebut bahasa perhubungan/perantara. Bahasa tersebut
awalnya digunakan oleh para pedagang yang datang di Asia Tenggara.
Bahasa Melayu dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang
menyatakan hal tersebut ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit yang berangka
683 M (Palembang); prasasti di Talang Tuwo yang berangka 684 M (Palembang); Kota Kapur
berangka 683 M (Palembang); dan Karang Brahi yang berangka 688 M (Jambi). Prasasti-
prasasti tersebut bertuliskan huruf Pranagari yang berbahasa Melayu Kuno. Selanjutnya,
ditemukan batu (bertulis) seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh yang berangka
1380 M, maupun hasil susastra abad ke-16 dan ke-17 (seperti syair Hamzah Fansuri, Hikaya
Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin). Bahasa Melayu
menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah
nusantara.
Secara umum ada beberapa alasan bahasa Melayu Riau dipilih menjadi bahasa Indonesia
19
1) bahasa Melayu sudah merupakan lingua francadi Indonesia, bahasa perhubungan, dan
bahasa perdagangan;
2) sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus);
3) jika bahasa Jawa yang digunakan sebagai bahasa nasional, suku-suku lain akan merasa
dijajah oleh suku Jawa yang merupakan suku mayoritas di Republik Indonesia;
4) suku jawa, suku sunda, dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional;
5) bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.
Bahasa Melayu digunakan sebagai sarana perhubungan luas, termasuk bahasa surat
kabar pada masa penjajahan Belanda. Selanjutnya pada tanggal 28 Oktober 1928 oleh para
pemuda, nama bahasa Melayu diubah menjadi bahasa Indonesia dan diikrarkan sebagai bahasa
Nasional. Momen tersebut tepat pada hari Sumpah Pemuda. Hal ini juga sesuai dengan butir
ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjungbahasa
persatuan, bahasa Indonesia.”
Penggunaan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atas
usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Sejak saat itu bahasa
Indonesia terus mengalami perkembangan. Pada tahun 1938 diselenggarakanlah kongres
pertama bahasa Indonesia di Solo. Perkembangan bahasa Indonesia juga semakin pesat
dikarenakan pada masa penjajahan Jepang, pemerintah Jepang melarang penggunaan bahasa
Belanda. Meskipun bahasa Indonesia telah dicanangkan sebagai bahasa nasional pada saat
sumpah pemuda, secara Yuridis bahasa Indonesia baru diakui pada tanggal 18 Agustus 1945
atau sehari setelah Kemerdekaan Indonesia. Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia
mengalami perkembangan yang pesat. Setiap tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia terus
bertambah. Pemerintah orde lama dan orde baru menaruh perhatian yang besar terhadap
perkembangan bahasa Indonesia di antaranya melalui pembentukan lembaga yang mengurus
masalah kebahasaan yang sekarang menjadi Pusat Bahasa dan Penyelenggaraan Kongres.
20
Keberadaan bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting, yakni sebagai
bahasa negara dan bahasa nasional. Patokan yang menjadikan bahasa Indonesia memiliki
kedudukan yang penting, yakni
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak tanggal 28 Oktober 1928
dalam Sumpah Pemuda bagian ketiga ”Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng
Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa
Persatuan, Bahasa Indonesia)” Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, berfungsi sebagai
berikut
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam bahasa diartikan sebagai variasi
bahasa menurut pemakaiannya, topik yang dibicarakan hubungan pembicara, teman bicara, dan
medium pembicaraannya. Berdasarkan pengertian ragam bahasa tersebut, maka dalam
berkomunikasi penutur perlu memperhatikan aspek (1) situasi yang dihadapi, (2) permasalahan
21
yang hendak disampaikan, (3) latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan (4)
medium atau sarana bahasa yang digunakan. Keempat aspek dalam ragam bahasa tersebut lebih
mengutamakan aspek situasi yang dihadapi dan aspek medium bahasa yang digunakan
dibandingkan kedua aspek yang lain.
Ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa
nonformal. Setiap ragam bahasa beritegrasi dengan ragam bahasa yang lain, bergantung sudut
pandang dari situasi pembicaraan yang digunakan. Ragam bahasa lisan misalnya, dapat
diidentifikasikan sebagai ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal. Begitu juga laras
bahasa tulisan diidentifikasikan sebagai ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal.
Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria berikut agar bahasanya menjadi resmi.
a. kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kaku tetapi tetap lebih
luwes dan dimungkinkan ada perubahan kosa kata dan istilah dengan benar;
b. penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit;
c. penggunaan bentukan kata secara lengkap dan tidak disingkat;
d. penggunaan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten;
e. penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang baku pada ragam
bahasa lisan.
Berdasarkan kriteria ragam bahasa formal di atas, pembedaan antara ragam formal, ragam
semiformal, dan ragam nonformal diamati dari hal berikut
Berdasarkan mediumnya ragam bahasa terdiri atas dua ragam bahasa, yaitu ragam
bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dilafalkan
langsung oleh penuturnya kepada pendengar atau mitra tutur. Ragam bahasa lisan ini
22
ditentukan oleh intonasi dalam pemahaman maknanya. Ragam bahasa tulis adalah ragam
bahasa yang ditulis, atau dicetak dengan memperhatikan penempatan tanda baca dan ejaan
secara benar. Seperti ragam lisan, ragam bahasa tulis juga dapat bersifat formal, semiformal,
dan nonformal. Dalam penulisan makalah seminar dan skripsi, penulis harus menggunakan
ragam bahasa formal, sedangkan ragam bahasa semiformal digunakan dalam penulisan opini
dan ragam bahasa nonformal digunakan keseharian secara informal, seperti surat pribadi
ataupun mengirim pesan singkat ke teman.
Rahayu (2015) mendefinisikan bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang
digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misal, dalam situasi santai dan
akrab, seperti di warung kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah
digunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat pada patokan.
Dalam situasi formal seperti kuliah, seminar dan pidato kenegaraan hendaklah
digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal yang selalu memperhatikan norma bahasa.
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan
atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah
pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah
penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata
ditaati secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan benar. Sebaliknya jika kaidah-kaidah
bahasa kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar, atau tidak baku.
23
BAB III PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS
A. Teks
Pembelajaran berbasis teks menekankan pada konteks situasi dan budaya. Konteks
situasi berhubungan dengan penggunaan bahasa (melatarbelakangi penggunaan bahasa);
adanya pesan yang ingin disampaikan, sasaran (mitra tutur), dan format bahasa. Sementara
konteks budaya adalah keseluruhan budaya, atau situasi nonlinguistis tempat sebuah
komunikasi terjadi (KBBI, 2008).
Meskipun bersinergi, keempat tahapan tersebut tidak mesti dilakukan berurutan. Tahapan ini
diharapkan mampu mengasah keterampilan berbahasa mahasiswa.
B. Jenis-Jenis Teks
Teks atau gendre dapat digolongkan menjadi teks faktual dan teks fiksional. Teks
faktual adalah teks yang berisi kejadian nyata atau peristiwa yang terjadi, sedangkan teks
fiksional adalah teks yang berisi imajinasi atau khayalan. Teks faktual terdiri dari laporan,
deskripsi, prosedur, rekon, eksplanasi, dan diskusi, sedangkan teks fiksional terdiri dari rekon,
anekdot, cerita, dan eksemplum. Secara umum, teks dapat dipilah menjadi teks tunggal/genre
mikro, dan teks majemuk/genre makro. Teks majemuk/gende makro merupakan sebuah teks
kompleks dengan struktur yang lebih besar, dan terbagi ke dalam bagian-bagian yang berupa
bab, dan subbab. Sementara itu, teks tunggal menjadi pengisi dari bagian-bagian teks tersebut
(Mahsun, 2013:15).
Teks yang termasuk dalam kategori teks majemuk/genre makro adalah teks akademik,
dan teks fiksional. Teks akademik terdiri dari proposal penelitian, laporan penelitiaan, skripsi,
tesis, disertasi, makalah, artikel ilmiah, dan lain-lain, sedangkan teks fiksional bergendre
makro, seperti cerpen dan novel. Jenis-jenis teks tersebut mempunyai struktur teks yang
berbeda dan memanfaatkan bentuk-bentuk bahasa yang berbeda (misalnya, jenis verba,
konjungsi, partisipan, dan kelompok kata). Struktur teks dan bentuk-bentuk bahasa itu menjadi
ciri-ciri yang menandai teks-teks tersebut. Sebagai pengisi dari gendre makro, maka sangat
penting untuk memahami gendre mikro sebelum mempelajari teks bergendre makro.
1. Naratif
a. Penceritaan ulang
25
Teks yang menceritakan kejadian/kronologi sesuatu. Struktur teks naratif adalah
pengenalan/orientasi, rekaman kejadian, reorientasi (jika perlu)
c. Anekdot
Anekdot adalah teks cerita singkat yang mengandung unsur lucu untuk mengkritik.
Teks anekdot biasanya bertopik tentang layanan publik, politik, lingkungan, dan sosial.
Struktur teks anekdot adalah pengenalan, masalah dan reaksi.
c. Eksemplum
Eksemplum adalah teks yang menceritakan perilaku tokoh dalam ceritanya. Struktur
teks eksemplum adalah pengenalan, insiden, dan interpretasi
2. Non Naratif
a. Pantun
Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang terdiri dari empat baris dan berima a-b-
a-b. Struktur teks pantun adalah sampiran dan isi.
b. Syair
Syair adalah salah satu jenis puisi lama yang terdiri dari empat baris berima a-a-a-a.
Struktur: isi
c. Puisi
Pada hakikatnya puisi terdiri dari puisi lama, konvensional dan baru. Teks puisi yang
dimaksud adalah teks puisi konvensional dan baru. Teks ini tidak menggunakan struktur karena
merupakan puisi bebas.
3. Gendre Faktual
a. Teks Deskrisi
Teks deskripsi adalah teks yang menggambarkan objek /benda secara mendetail/
spesifik. Struktur teks deskripsi adalah judul, pernyataan umum, dan uraian bagian-bagian,
b. Teks Prosedur
Teks prosedur merupakan teks gendre faktual yang bertujuan mengarahkan, atau
memberi petunjuk tentang langkah-langkah melakukan sesuatu. Menurut Priyatni (2014 : 87)
26
teks prosedur adalah teks yang memberikan petunjuk atau menggunakan sesuatu dengan
langkah-langkah yang urut. Teks prosedur termasuk dalam kategori teks genre factual.
Derewianka (1990) menyebutkan bahwa jenis teks prosedur memberitahu kita bagaimana
sesuatu dikerjakan melalui serangkaian langkah atau tindakan
1) Prosedur/arahan
2) Penceritaan prosedur
3) Protokoler
Teks protokoler bertujuan untuk menginformasikan hal yang boleh/ tidak boleh
dilakukan. Struktur teks protokoler adalah judul, tujuan dan deskripsi.
4) Resep
Struktur teks resep adalah judul tujuan, alat, dan bahan yang digunakan dan langkah-
langkah.
a. Teks eksposisi
Teks ekposisi adalah teks yang berisi paparan gagasan, atau usulan yang bersifat
pribadi. Teks ini oleh ahli biasa pula disebut argumentasi. Struktur teks: judul, tesis/pernyataan
pendapat, argumentasi/ alasan, dan pengulangan pendapat.
b. Teks eksplanasi
Teks eksplanasi adalah teks yang berisi tentang analisis, atau penjelasan mengenai
proses muncul atau terjadinya sesuatu (Mahsun, 2013: 33). Struktur teks eksplanasi adalah
judul, pernyataan umum, deretan penjelas, dan interpretasi.
c. Wawancara
27
Wawancara merupakan salah satu bagian penting dalam teks karena dapat menjadi
panduan seseorang untuk mengambil data dari orang lain (pihak yang diinginkan). Dalam
proses wawancara diperlukan informasi yang mendalam. Oleh karena itu diperlukan sebuah
teks wawancara. Berikut struktur teks wawancara: tujuan, identifikasi partisipan, daftar
pertanyaan, jawaban, dan penutup.
d. Diskusi
Teks diskusi merupakan sebuah teks yang berisi tentang sebuah wacana yang berisi
tentang suatu permasalahan. Teks diskusi membahas sebuah isu permasalahan yang berisi dua
argumen yaitu argumen pendukung dan argumen penentang. Masalah yang dihadirkan dalam
teks diskusi nantinya akan didiskusikan berdasarkan dua sudut pandang tersebut
(Kemendikbud, 2014 : 89). Bagian struktur teks diskusi tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Isu (masalah)
b. Argumen
Argumen berisikan pendapat yang akan dikemukakan. Argumen terdiri dari pendukung
(pro) berisi dukungan, dan penentang (kontra) berisi sanggahan atau tanggapan yang
bertentangan dengan masalah yang dibahas.
Merupakan bagian akhir dari teks diskusi yang berisi kesimpulan dan saran berupa jalan
keluar dari suatu masalah.
Ada berbagai jenis gendre makro. Namun, pada pembahasan ini hanya dibahas gendre
makro yang sering digunakan di perguruan tinggi.
1. Teks Naratif
a. Cerpen
28
Cerita pendek adalah salah satu jenis prosa yang memiliki jumlah kata kurang dari
10.000.Struktur teks cerpen: judul, abstrak, pengenalan/orientasi, masalah/komplikasi,
evaluasi, pemecahan masalah/resolusi, dan koda.
b. Sejarah
Teks cerita sejarah adalah teks yang berisi tentang fakta dan kejadian masa lalu yang
menjadi latar belakang terjadinya sesuatu. Teks sejarah ini tentu mempunyai nilai sejarah.
Struktur teks sejarah: judul, orientasi, urutan peristiwa, dan reorientasi.
a. Skripsi
b. Tesis
c. Disertasi
d. Laporan Hasil Penelitian
e. artikel penelitian/kepustakaan
TEKS AKADEMIK
Teks akademik adalah teks yang digunakan dalam dunia akademik. Sejalan dengan
pendapat tersebut Mahsun (2013: 37) mendefinisikan teks akademik sebagai teks yang tersusun
berdasarkan kegiatan ilmiah yang dilaksanakan secara sistematis, terkontrol, emprik, dan kritis.
Seperti manusia yang memiliki karakter, teks akademik pun memliki ciri yang
membedakannya dengan teks yang lain.
Ciri-ciri teks akademik saling berkesinambungan satu sama lain. Ciri tersebut dapat dijelaskan
pada bagian berikut
1. Strukturnya sederhana
Kalimat pada teks akademik menggunakan struktur yang sederhana, tidak bertele-
tele/langsung pada intinya. Struktur berarti unsur pembangun. Unsur pembangun kalimat
adalah subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap.
29
2. Padat informasi
Pada teks akademik informasi teks menjadi hal yang sangat esensial. Definisi padat
informasi pada teks akademik adalah padat akan informasi dan padat dengan kata-kata leksikal.
Kepadatan informasi pada teks akademik dapat dilihat dari penggunaan kalimat yang simpleks
dan melalui proses nominalisasi. Nominalisasi adalah mengubah kata dari proses (verba),
kondisi (adjektiva), sirkumtamsi (adeverbia), dan logika (kongjungsi) menjadi kata benda.
Contoh verba: bekerja, dinominalisasi menjadi pekerjaan; adektiva: marah, dinominalisasi
menjadi kemarahan.
Teks akademik lebih banyak mengandung kata-kata leksikal atau kata isi (nomina,
verba-prediaktor, adjektiva, dan adverbial tertentu) dibanding menggunakan kata-kata
struktural (kongjungsi, kata sandang, preposisi, dsb.). Keilmiahan sebuah teks dapat dilihat dari
semakin banyaknya kata-kata leksikalnya (Hallyday, 1998:207). Kepadatan leksikal juga dapat
dilihat dari kepadatan nomina yang terbentuk dari rangkaian dua kata leksikal atau lebih tanpa
disisipi oleh kata struktural apa pun. Kelompok nomina akan menjadi semakin padat apabila
unsur penjelas yang melibatkan kata-kata structural dalam kalimat tersebut dihilangkan.
Metafora gramatikal adalah pergeseran dari satu leksis ke leksis jenis lain atau tataran
gramatika yang lebih tinggi ke tataran gramatika yang lebih rendah.
30
Selain nominalisasi, istilah teknis merupakan bagian yang paling penting dari sebuah
teks akademik (Halliday dan Martin, 1993:4)
Taksonomi menjadi salah satu ciri teks akademik (Halliday, 1993b:73-74). Teks
akademik dikatakan abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan di dalamnya seringkali
merupakan hasil dari pemformulasian pengalaman nyata menjadi teori (Halliday, 1993a:57-
59; Halliday, 1993b:70-71; Martin, 1993b: 211.212; Martin, 1993c:226-228). Pemformulasian
yang demikian itu sesungguhnya merupakan proses abstraksi yang antara lain dicapai dengan
nominalisasi dalam kerangka metafora gramatika. Proses abstraksi tersebut digunakan untuk
memahami dan menginterpretasikan realita
Terdapat dua jenis proses relasional, yaitu proses relasional identifikatif dan proses
relasional atributif. Proses relasional identifikatif merupakan alat yang baik untuk membuat
definisi atau identifikasi terhadap sesuatu, sedangkan Proses relasional atributif merupakan alat
yang baik untuk membuat deskripsi dengan menampilkan sifat,ciri, atau keadaan benda yang
dideskripsikan.
9. Bersifat Monologis.
Teks akadamik bersifat monologis maksudnya penulis dalam hal ini memaparkan
gagasannya bukan dalam bentuk dialog. Teks ilmiah lebih banyak mendayagunakan jenis
kalimat indikatif-deklaratif.
Kalimat dalam teks ilmiah lebih banyak bersifat pasif untuk memberikan tekanan
kepada pokok persoalan yang dikemukakan, bukan kepada pelaku, sehingga teks akademik
tidak bersifat subjektif.
Kalimat minor adalah kalimat yang unsurnya tidak lengkap. Kalimat minor adalah
kalimat yang tidak efektif karena tidak unsurnya tidak mencakupi subjek dan predikat. Kalimat
minor, sering digunakan pada karya sastra. Utamanya dalam percakapan.
Teks akademik yang bergendre faktual seperti deskripsi, eksposisi, diskusi, prosedur,
dan ulasan. Gendre faktual adalah teks yang disusun dari hal-hal nyata.
TEKS ULASAN
Teks ulasan adalah teks yang berisi tentang penilaian tentang sebuah karya. Teks ulasan
sering pula disebut sinopsis atau review. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mort, dkk (2005:
1) yang mendefinisikan ulasan sebagai tulisan yang berisi rangkuman dan penilaian sebuah
teks. Sementara itu, Kemendikbud (2014:147) menjabarkan bahwa teks ulasan adalah teks
yang berisi tinjauan atau ringkasan buku, atau yang lain untuk koran atau penerbitan.
Selanjutnya, Knapp dan Watkins (2005: 27) menyatakan teks ulasan merupakan salah satu
produk multi-generik dalam genre yang menggunakan pendapat sebagai sarana untuk
mengajak pembaca berpikir tentang sudut pandang mengenai karya sastra.
Mengulas karya tentu memerlukan sikap kritis dan objektif. Memberikan penilaian
berdasarkan fakta-fakta yang ada. Karya yang bisa diulas antara lain, buku akademik, opini,
berita, karya sastra, film, dan pertunjukan. Namun pembelajaran ini berfokus hanya ke teks
ulasan buku, artikel, dan film.
Selain hal tersebut, tentu saja teks ulasan ditulis dengan memperhatikan ciri teks
akademik dan struktur teks ulasan. Struktur teks ulasan adalah bagian-bagian yang membangun
sebuah teks ulasan sehingga menjadi suatu teks yang utuh. Struktur teks ulasan dapat
dijabarkan sebagai berikut,
32
1. Identitas
Identitas adalah informasi berupa gambaran mengenai wujud dari ciri- ciri karya yang
diulas. Gendre mikro yang digunakan adalah teks deskripsi.
2. Orientasi
Orientasi berisi pengenalan tentang gambaran umum mengenai sebuah karya yang akan
diulas. Gambaran tersebut berfungsi sebagai latar belakang. Gambaran yang dimaksud adalah
penyampaian tentang jenis buku/ film yang diulas; jati diri penulis dan sasaran pembaca).
Gendre mikro yang digunakan adalah teks eksposisi dan teks deskripsi. Pada tahap ini pula si
pengulas dapat menyatakan pendapat tentang isi buku/ film.
3. Tafsiran
Pada bagian tafsiran, pengulas menuliskan ringkasan karya yang diulasnya. Ringkasan
dibuat dengan menggunakan kata-kata sendiri, tetapi tidak mengubah makna dari karya yang
diulas. Selain menuliskan ringkasan, pada bagian ini, pengulas membandingkan karya yang
diulas dengan karya sejenisnya. Genre mikro yang digunakan pada bagian teks ulasan adalah
deskripsi dan rekon.
4. Evaluasi
Evaluasi berisi tentang penilaian karya yang diulas. Aspek-aspek yang dinilai meliputi,
1) kedalaman karya tersebut (isi karya tersebut memenuhi tujuan sosialnya, memenuhi
kebutuhn target pembaca/penonton yang dituju), 2) tata organisasi gagasan (karya tersebut
dibuat secara berimbang dan sistematis), 3) gaya penulisan/ penceritaan yang terungkap
melalui bahasa yang digunakan, 4) kelebihan, dan kekurangan karya (memberikan kontribusi
baik praktis maupun teoretis dan memiliki keunggulan dibanding karya yang lain).
5. Rangkuman evaluasi
Rangkuman evaluasi berisi tentang simpulan, atau penegasan kembali terhadap buku
yang diulas. Pada bagian ini ditekankan tentang kebenaran orientasi yang telah dibuat
sebelumnya. Genre yang digunakan adalah deskripsi dan eksposisi.
Menurut Kemendikbud (2014: 152 -155). Teks ulasan mempunyai ciri-ciri kebahasaan
yang khas. Ciri-ciri kebahasaan itu, antara lain
33
1) Menggunakan kata sifat sikap, seperti lembut, nakal, antagonis, dan sebagainya.
2) Menggunakan kata benda, yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda,
dan konsep atau pengertian. Contohnya: guru, kucing, meja, dan kebangsaan.
3) Menggunakan kata kerja, yaitu kata kerja adalah kata yang mengandung makna
perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat. Contohnya: pergi, belajar,
bermimpi, dan sebagainya.
4) Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang
sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan. Misalnya : tulang punggung, mengiris hati, hubungan darah, dan
sebagainya.
5) Adanya kalimat kompleks (kalimat majemuk), baik kalimat majemuk setara maupun
kalimat majemuk bertingkat.
6) Adanya kata rujukan yang merujuk pada partisipan tertentu. Misalnya: mereka, dia, ia,
-nya, dan sebagainya
Ada beberapa langkah yang perlu diikuti untuk membuat ulasan yang baik
1. Pastikan karya yang ingin Anda ulas adalah karya yang menarik minat Anda.! Pilihlah
buku/film yang Anda sukai! Memilih untuk mengulas karya yang Anda sukai bisa
menjadi motivasi bagi Anda.
2. Membaca atau menonton secara kritis
3. Membuat ringkasaan
4. Menentukan kriteria penilaian
5. Mencari karya pembanding dan referensi rujukan
6. Menulis ulasan
TEKS ARTIKEL
A. Pengertian Artikel
Darman (2014: 139), mendefinisikan artikel sebagai salah satu karya tulis ilmiah yang
ditulis berdasarkan hasil penelitian, dan hasil pemikiran, atau kajian pustaka. Sebaliknya,
Hakim dalam Darman (2014) mendefinisikan, artikel sebagai karya tulis yang bersifat umum
34
dan luas, biasanya merupakan opini bahkan juga berupa berita. Selanjutnya, Zaenuddin dalam
Darman (2014) mendefinisikan bahwa artikel adalah bentuk karangan bebas yang mengangkat
berbagai macam tema terutama yang menyangkut masalah sosial, dan kemanusiaan.
B. Jenis-Jenis Artikel
1. Artikel praktik
2. Artikel ringan
Artikel ringan biasanya mengangkat masalah-masalah ringan. Artikel seperti ini ada
dalam rubrik-rubrik majalah remaja atau surat kabar.
Pada dasarnya, semua artikel adalah opini (kecuali artikel ilmiah), tetapi artikel yang
satu ini ditempatkan dalam surat kabar atau majalah di bagian khusus opini seperti tajuk
rencana, karikatur, pojok, kolom, dan surat pembaca. Artikel opini biasanya mengupas tuntas
masalah secara akademis. Contohnya: “Orangtua dan Guru dalam Pendidikan”
Artikel analisis ahli lebih berat daripada artikel opini. Artikel ini juga harus ditulis oleh
orang yang berdisiplin ilmu sesuai dengan topik artikel. Perbedaannya kalau artikel lain harus
selalu menggunakan bahasa popular, sedangkan artikel analisis ahli boleh menggunakan
bahasa ilmiah. Contohnya “Arah dan Tujuan Indonesia”
1. Mencari ide
Ide adalah sesuatu yang melintas pada pikiran, baik berupa kata atau kalimat, setelah
kita membaca, menyimak, melihat, mengalami, dan merenungkan sesuatu. Ide yang akan
35
ditulis harus aktual, relevan, dan terjangkau. Dalam hal ini, gagasan adalah sesuatu yang akan
dibuat berupa pernyataan, sikap, dan tindakan.
2. Menentukan topik.
Topik adalah pokok permasalahan yang akan dibahas. Topik artikel yang baik harus
sesuai dengan latar belakang pengetahuan penulis, menarik, sesuai dengan pengetahuan
pembaca, aktual, fenomenal, kontroversial, dibatasi dan harus ditinjau oleh referensi yang
tersedia.
3. Menetapkan judul
Judul adalah identitas karangan. Judul harus singkat, padat dan mewakili isi tulisan.
Judul bisa berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat tanya. Selain jenis artikel yang telah
dipaparkan, ada pula artikel untuk jurnal ilmiah. Artikel jurnal ilmiah adalah karya tulis yang
dirancang untuk dimuat di dalam jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata
cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan.
(Achmad & Alek, 2016:86).
Artikel ilmiah dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni artikel penelitian dan artikel
konseptual. Artikel penelitian adalah artikel yang dibuat berdasarkan proses penelitian
sebelumnya, baik itu penelitian kepustakaan, maupun penelitian lapangan. Sementara itu,
penelitian konseptual adalah artikel yang ditulis berdasarkan konsep-konsep konseptual berupa
pemikiran ilmiah penulis mengenai suatu hal.
1. Judul artikel
Judul harus dikembangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Selain itu, variabel
penelitian dan hubungan antar variabel serta informasi yang dianggap penting juga harus
dimunculkan dalam judul yang biasa tidak lebih dari 15 kata. Hindari kata-kata yang
semestinya tidak perlu dituliskan dalam artikel seperti penelitian pendahuluan, studi
penelaahan serta pemakaian kata kerja pada awal judul. Judul tidak mengandung singkatan
atau akronim, kecuali jika diyakini bahwa bentuk tersebut pasti dikenal oleh khalayak
pembaca.
2. Nama penulis
36
Pangkat, kedudukan, dan gelar akademik tidak perlu dicantumkan. Nama lembaga
ditempatkan persis di bawah nama penulis.
Abstrak harus memberi gambaran ringkas tentang penelitian yaitu masalah, tujuan,
metode dan hasil. Abstrak biasanya terdiri atas 50-200kata yang disusun dalam satu paragraf.
Abstrak diketik dengan spasi tunggal dalam, dan dengan format yang lebih sempit dari teks
utama (menjorok 5 ketukan).
4. Pendahuluan
5. Metode penelitian
Pada bagian ini bisanya menunjukkan hasil bersih analisis data, menyajikan secara
efektif kajian non naratif (grafik, tabel dan sebagainya), tidak mengulang apa yang ada di dalam
grafik dan beberapa tabel. Hasil penelitian ini disajikan dengan struktur naratif. Selanjutnya
pembahasan merupakan bagian terpenting artikel sebagai hasil penelitian. Penulis artikel
menjawab pertanyaan penelitian dan menunjukkan bagaimana temuan dengan struktur
pengetahuan yang telah mapan dan memunculkan teori atau modifikasi dari teori yang telah
ada. Pada tahap ini gendre yang digunakan adalah teks diskusi
dan eksplanasi.
37
7. Simpulan dan saran
Simpulan, dan saran menyajikan ringkasan, dan penegasan tulisan mengenai hasil
penelitian, dan pembahasan. Saran harus sesuai dengan hasil penelitian, tidak melampaui
kapasitas temuan penelitian dan dapat dilaksanakan. Gendre yang digunakan adalah teks
eksposisi dan deskripsi.
8. Daftar rujukan
Bagian akhir dari artikel adalah daftar rujukan. Daftar rujukan ini memuat semua
rujukan yang telah dimuat di dalam artikel dan tidak memuat bahan yang tidak dirujuk.
Selanjutnya, artikel hasil pemikiran atau kajian konseptual dapat disajikan dengan format
berikut:
1. judul
2. nama penulis
3. abstrak dan kata kunci
4. pendahuluan
5. pembahasan (langsung dibuat sub-sub judul sesuai dengan permasalahan yang akan
dibahas)
6. penutup
7. daftar rujukan
38
BAB III
PEMBAHASAN
1 . Dilihat dari aspek tampilan fisik buku (face value), buku yang direview adalah :
Kekurangan : Karena buku ini berbentuk cetak, jadi berat jika harus dibawa kemana-mana
dan juga akan memakan tempat, lalu jika hujan buku akan basah
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font adalah:
· Kelebihan : Buku ini memiliki tata letak yang rapi. Pada bagian awal Bab dijelaskan materi
secara detail dan runtut dan di setiap akhir bab terdapat daftar pustaka. Tata penulisan juga
sudah rapi.
· Kelebihan : Dalam buku ini setiap materi yang dibahas sangat jelas dan detail.
39
· Kekurangan : Warna tulisan yang ada di buku ini didominasi dengan warna hitam jadi
pembaca mudah jenuh saat membacanya.
· Kelebihan : Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah EYD (ejaan yang disempurnakan).
Dalam buku ini pengarang menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami
oleh pembaca sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami langsung oleh pembaca.
Buku Pembanding
2. Berbentuk pdf yang bisa dibaca kapan saja dan dimana saja.
4. Penjelasannya yang disajikan oleh penulis sangat baik sehingga pembaca mudah untuk
memahami.
6. Menjelaskan secara detail bagaimana Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Warna tulisan di dominasi berwarna hitam sehingga membuat pembaca menjadi jenuh
4. Karena buku ini berbentuk ebook pdf akan mudah hilang jika file terhapus.
40
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa yang resmi
bagi Republik Indonesia serta bahasa untuk persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunanya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada hari sesudahnya,
persamaan dengan itu, mulai pula berlaku konstitusi. Dilihat dari liguistiknya, bahasa Indonesia
merupakan salah satu dari berbagai ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai ialah bahasa
Melayu Riau (kepulauan Riau sekarang) sejak abad ke-19. Dalam perkembagannya banyak
sekali perubahan akibat penggunaan “Bahasa Indonesia” jika nama bahasa Melayu tetap
dipakai.Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari berbagai bahasa
Melayu yang dipakai di Riau ataupun Semenanjung Malaya. Sampai sekarang, Bahasa
Indonesia adalah bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik dari
penciptaan ataupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Penutur Bahasa Indonesia sering kali memakai versi sehari-hari (kolakial) serta
mencampuradukan dengan dialek melayu yang lainnya atau juga memakai bahasa ibunya.
Walau demikian, Bahasa Indonesia dipakai sangat luas diperguruan-perguruan, sastra, media
massa, surat-menyurat resmi, perangkat lunak, serta bermacam forum publik lainnya, sehingga
bisa dikatakan bahasa Bahasa Indonesia dipakai semua warga Indonesia.
B. Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk buku tersebut adalah agar melengkapi dan
memperhatikan beberapa kekurangan yang telah dipaparkan sebelumnya. Dengan disusunnya
makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dan mengetahui secara mendalam tentang
bahasa Indonesia yang benar. Dengan mengetahui hal tersebut, apabila seseorang ingin menjadi
seorang konselor maka akan mudah bagi mereka untuk melakukan pekerjaannya. Juga
berdasarkan kekurangan-kekurangan yang telah ditelaah, maka terdapat saran yang
disampaikan untuk pembaca. Buku utama dan buku pembanding sama bagusnya, pembaca bisa
saja menggunakan kedua buku tersebut dengan pembahasan yang sesuai dengan kebutuhan.
41
DAFTAR PUSTAKA
Lubis Fitriani, dkk. (2023). Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umun: Bahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi. Binjai: Daris Indonesia
Suhartina. (2018). Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi: Terampil Berbahasa Melalui
Pembelajaran Berbasis Teks. Makassar: Aksara Timur
42