Anda di halaman 1dari 26

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengetahuan APD Pestisida Semprot

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terbentuk

setelah orang melakukan pengindraan atau pengamatan terhadap suatu hal

tertentu. Pengamatan ini dengan alat panca indra manusia dari penglihatan,

penciuman, perasaan dan perabaan. Penglihatan dan pendengaran

merupakan panca indra yang sering dipakai manusia untuk mencari

pengetahuan (Notoatmodjo,2014).

b. Cara Manusia Memperoleh Pengetahuan

Menurut Syahrum & Salim (2014) cara yang dilakukan manusia

untuk memperoleh pengetahuan dengan :

1) Metode keteguhan (tenacity)

Keyakinan menjadi unsur terpenting dalam metode ini. Pada

metode ini manusia menerima suatu kebenaran dikarenakan yakin akan

kebenaranya. Manusia merupakan salah satu makhluk yang dicipatakan

Allah.

7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

2) Metode otoritas

Suatu kebenaran diterima dikarenakan sumber dari kebenarannya

memiliki otoritas untuk itu, bahwa asal semesta ini diciptakan oleh

Allah diterima menjadi suatu kebenaran karena sumbernya ialah Al-

Quran.

3) Metode a priori atau intuisi

Intuisi menjadi alasan utama sesuatu hal diterima sebagai

kebenaran. Metode ini manusia yang memperoleh pengetahuan yang

tanpa melalui proses penalaran tertentu (Eldes, 2015).

4) Metode tradisi

Kebenaran diterima bersumber dari tradisi yang sudah berlaku di

lingkungannya.

5) Metode trial and error

Pengalaman langsung menjadi sumber pengetahuan. Sesuatu hal

yang dianggap benar bersumber dari hasil percobaan-percobaan yang

tidak sistematis. Percobaan yang berulang-ulang sampai akhirnya

menemukan kebenarannya. Menurut Muhammad Utsman dalam Najati

Amil et al., (2020) seseorang yang dapat menyelesaikan suatu masalah

tertentu dikarenakan ia secara continue untuk selalu berusaha

memperbaiki kesalahan.

6) Metode metafisik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Sesuatu hal yang dianggap benar bersumber atau diperoleh secara

metafisik. Jawaban atas masalah diselesaikan di dalam dunia

supranatural.

7) Metode ilmiah

Metode ilmiah yang digunakan merupakan proses dari induksi

dan deduksi yaitu dengan melakukan penggabungan metode pada

deduktif dan induktif dalam memperoleh ilmu atau pengetahuan (Islam

& Mubhar, 2015). Dalam mencari jawaban dari permasalahan yang ada

dilakukan dengan sistematis dengan kedua proses yang diperlukan pada

deduksi dan induksi. Nazir mengemukakan 6 kriteria yaitu dengan

realita yang sebenarnya, terbebas dari dugaan, penggunaan prinsip pada

proses analisis yang dilakukan, penentuan terhadap hipotesis yang

diperlukan, penggunaan ukuran objektif, serta penggunaan teknik

kuantitatif.

c. Tingkatan Pengetahuan

1) Tahu (know)

Pada tingkatan ini merupakan peninjauan kembali terhadap

pembelajaran yang telah diperoleh sebelumnya yang menjadi tingkatan

terendah. Pada tingkat ini kemampuan yang dimiliki diantaranya

melakukan definisi, mendeskripsikan, menjabarkan, menyatakan suatu

hal seperti mendefinisikan pestisida, menjabarkan gejala suatu penyakit,

dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Seseorang yang dapat menjelaskan sesuatu hal dengan benar

dapat digolongkan memiliki tingkat pengetahuan pada tahap ini. Ciri –

ciri seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan pada tahap ini ialah

mampu menerangkan, merumuskan dan mamahami suatu hal.

Misalnya mampu menerangkan pemakaian APD ketika melakukan

penyemprotan menggunakan pestisida.

3) Aplikasi (application)

Seseorang yang sudah mampu mengimplementasikan suatu hal

yang sudah dipelajari berarti tingkat pengetahuannya sudah pada tahap

aplikasi. Seperti halnya petani yang sudah mampu menerapkan metode

penyemprotan pestisida yang betul.

4) Analisis (analysis)

Seseorang sudah mampu menafsirkan materi menjadi hal-hal

yang memiliki kaitanya satu dengan yang lainnya. Kemampuan analisis

yang dimiliki seperti dapat mendeskripsikan, memilah dan

mengelompokkan, membandingkan dan membedakan.

5) Sintesis (synthesis)

Seseorang sudah mampu untuk merangkai komponen-komponen

menjadi suatu gambaran yang baru. Kemampuan yang dimiliki seperti

merancang, membuat, mendesain dan lain sebagainya.

6) Evaluasi (evaluation)

Tingkat pengetahuan ini sudah memiliki kemampuan untuk

menilai terhadap suatu objek.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

d. Pengertian Pestisida

1) Pengertian Pestisida

Arti kata dari pestisida ialah pembasmi hama. Pestisida terbentuk

dari dua kata yaitu pest yang berarti hama dan cide yang berarti

pembasmi (Ariana et al.,2019). Menurut United States Environmental

act mengartikan pestisida dengan

a) Pestisida sebagai suatu campuran zat yang diperuntukkan untuk

mengendalikan atau membasmi gangguan tumbuhan, binatang atau

yang lainya yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman utama.

b) Pestisida merupakan suatu campuran zat yang dipergunakan untuk

mengendalikan pertumbuhan tanaman atau yang lainya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 107

tahun 2014 Pasal 1 Ayat 1, pestisida ialah bahan zat kimia atau bahan

lainya difungsikan untuk :

a) Mencegah atau memberantas hama dan penyakit tanaman.

b) Menghilangkan tanaman pengganggu atau rerumputan.

c) Mencegah atau menahan pertumbuhan tanaman yang tidak

dikehendaki.

d) Untuk menstimulus bagian tanaman yang dikehendaki untuk

tumbuh.

e) Mengendalikan hama-hama yang terdapat pada hewan peliharaan.

f) Memberantas atau mencegah hama-hama air.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

g) Mencegah dan mengendalikan hama-hama yang biasanya ditemukan

di rumah atau tempat lainya.

h) Mencegah atau mengendalikan binatang atau tumbuhan yang dapat

mengganggu kehidupan manusia, tumbuhan atau hewan yang perlu

dilindungi.

2) Penggolongan Pestisida

Pestisida terdiri dari berbagai kategori. Menurut Adi S.P et al.,

(2019). pestisida dapat dikategori ini berasal dari : asal bahan bakunya,

target organisme yang akan dihilangkan, tingkat toksisitasnya, senyawa

penyusunnya, atau bentuk fisiknya

a) Pestisida yang dikategorikan dari bahan bakunya dibagi menjadi:

(1) Pestisida buatan biasanya berasal dari pabrik dan dibuat dengan

bahan - bahan kimia.

(2) Pestisida alami terbuat dari tanaman alami atau bahan lainya.

Jenis tumbuhan sebagai pestisida nabati seperti : daun nona,

daun sirsak, daun serai, daun jeringau, daun secang, daun sirih,

jahe, kunyit, jarak, papaya, lidah buaya, bayam duri, brotowali,

bawang merah, bawang putih dan lainya (Robika et al., 2019).

b) Pestisida juga dapat digolongkan berdasarkan organisme yang akan

dibasmi jenis ini dapat dibedakan menjadi 10 kelompok yaitu :

(1) insektisida untuk membasmi serangga,

(2) herbisida untuk membasmi gulma (tanaman pengganggu),

(3) rodentisida adalah pestisida pembasmi tikus,


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

(4) fungisida untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh

jamur,

(5) algisida untuk membasmi ganggang di perairan,

(6) avisida untuk membasmi burung,

(7) bakterisida ntuk membasmi bakteri,

(8) miticida/ akarisida untuk membasmi kutu/ tungau,

(9) nematisida untuk membasmi hama berupa nematode (cacing),

(10) virusida adalah pestisida pembasmi virus (Adi S.P et al., 2019).

c) Kategori toksisitas

Setiap kemasan pestisida membuat label sebagai sumber

informasi yang tertulis.

(1) Kategori I

Kategori I terdapat kata kunci di kemasan “Berbahaya Racun”

diberi simbol tengkorak bersilang tulang. Pestisida kategori ini

mempunyai LD 50 yang aktif dengan kisaran 0 – 50 mg/kg berat

badan.

(2) Kategori II

Kategori II terdapat kata kunci di kemasan “Awas Beracun”

pestisida yang memiliki toksisitas tingkat pertengahan, dengan

nilai LD 50 yang akut dengan kisaran 50m- 500 mg/kg berat

badan.

(3) Kategori III


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Kategori III terdapat kata kunci di kemasan “Hati-Hati”.

Kategori ini termasuk pestisida berdaya racun rendah dengan

nilai LD 50 akut melalui mulut dengan kisaran 500 – 5000

mg/kg berat badan. (Yuantari, 2011 dalam Anshari,2010; Panut

2008, Priyanto,2007;A.Adiwisastra,1985)

d) Menurut Yuliani et al.,(2011) Zat kimia yang dikandung oleh

pembasmi hama cukup beragam golongan seperti piretroid,

karbamat dan organopospat.Setiap zat-zat tersebut tingkat

toksisitasnya berbeda-beda. Pengklasifikasian tingkat toksisitasnya

dilakukan terhadap hewan percobaan berdasarkan LD50.

Berdasarkan badan kesehatan dunia WHO klasifikasi pestisida

berdasarkan tingkat toksisitasnya terdapat empat tingkatan yaitu :

Tabel 1. Klasifikasi Toksisitas Pestisida Berdasarkan LD 50 Rekomendasi WHO

(2009)

LD 50 terhadap tikus (mg/kg berat


Kelas Tingkat Toksisitas badan)
Toksisitas Oral Dermal
Padat Cair Padat Cair
Ia Sangat berbahaya sekali ≤5 ≤ 20 ≤ 10 ≤ 40
Ib Sangat berbahaya 5 – 50 20 - 10 - 40 - 400
200 100
II Berbahaya 50 – 200 – 100 - 40 -
500 2000 1000 4000
III Cukup berbahaya ≥ 501 ≥ 2001 ≥ 1001 ≥ 4001
IV Tidak berbahaya jika ≥ 2000 ≥ 3000 - -
digunakan sesuai
dengan anjuran
Sumber: (Anonim, 2009 dalam Adi S.P et al., 2019)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

3) Pestisida Anorganik yang Sering Digunakan Pertanian di Indonesia

Untuk Mengatasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yaitu :

a) Herbisida adalah pestisida untuk membasmi gulma (tanaman

pengganggu). Contoh dari tanaman pengganggu seperti enceng

gondok, rerumputan, kayu apu dan lainnya. Zat kimia dari pestisida

jenis herbisida ketika mengenai gulma dapat menyebabkan mati.

Menurut (Robika et al., 2019)bahan yang digunakan sebagai

pestisida jenis ini seperti amonium sulfat, dalapon, fenoksi-

asetat(phenoxy-acetat) dan derivatnya derivat karbamat dan lainya.

Kadar racun tersebut termasuk kedalam tingkat rendah. Terdapat

racun tanaman yang memilki kadar racun tinggi seperti maleki

hidazid, natrium klorat, pentaklorfenol dan aminotriazol. Maleki

hidazid memiliki dampak terhadap kesehatan berupa merusak

susunan saraf pusat, natrium klorat berdampak terhadap

metahemoglobinemi dan depresi saraf pusat, pentaklorfenol

meningkatkan metabolisme tubuh sehingga terjadi hipetermi (suhu

meninggi) dan kerusakan sel pada bagian yang kontak dengan racun

danaminotriazol bersifat karsinogenik pada hewan percobaan.

b) Fungisida

Fungisida atau racun jamur merupakan pestisida untuk membasmi

jamur. Zat penyusun dari pestisida ini terdiri dari zat kimia yang

heterogen seperti formaldehida, furfural, fenol, tetrametiltiuran

disulfida, dan persenyawaan boron, krom, tembaga, air raksa, timah


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

putih dan seng. Perlu diketahui bahwa formaldehida memiliki sifat

suspek karsinogen bagi manusia (suspected human carcinogen) dan

pentaklorfenol (PCP) karsinogen bagi hewan percobaan.

Persenyawaan tiokarbamat berdampak pada iritasi alat pernafasan

bagian atas, mata dan kulit.

c) Rodentisida

Rodentisida atau racun tikus merupakan pestisida untuk membasmi

tikus. Bahan penyusun racun ini seperti natrium-fluoroasetat

(persenyawaan 1080), strikhnin (strychnin),talium sulfat (thallium

sulfate), warangan, warfani. Sifat toksisitas racun setiap bahannya

berbeda – beda. Natrium fluoroasetat (persenyawaan 1080) memiliki

gejala kejang – kejang yang disusul depresi saraf pusat. Strikhnin

(strychnin) memiliki gejala kejang – kejang yang hebat pada

keracunan ini kesadaran masih normal, sedangkan kematian yang

dialami diakibatkan asfiksasi ataurusaknya bagianvital saraf pusat.

Talium sulfat (thallium sulfate) berakibat kelainan ginjal, kerusakan

hati, ensefalopati, neritis, dan ataksia. Warfarin memiliki dampak

keracunan kronis yang menghambat pembentukan protrombin dan

menyebabkan rapuhnya kapiler darah. Strikhnin dan talium sulfat

mengakibatkan rangsangan pada kulit.

d) Insektisida

Insektisida atau racun serangga merupakan pestisida untuk

membasmi serangga. Insektisida secara umum tersusun dari tiga


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

golongan ialah golongan halogen hidrokarbon, golongan esterfosfat,

dan golongan racun seranga lainya. Ada dua contoh insektisida

anorganik, yaitu: Timbal Arsenat (PbHAsO4) dan Sodium Fluorida

(NaF) (Arief et al., 2016).

4) Dampak Pestisida pada Kesehatan

a) Cara masuknya zat pestisida ke dalam tubuh manusia

Cara masuknya zat pestisida ke dalam tubuh manusia dapat terjadi

dengan melalui 3 jalur masuk. Menurut Pamungkas (2016) pestisida

dapat mengkontaminasi tubuh manusia melalui kulit, saluran

pernafasan dan intake lewat mulut (oral).

(1) Kulit

Pekerjaan yang sering menyebabkan kontaminasi pestisida

melalui kulit umumnya adalah penyemprotan, pencampuran

pestisida dan proses pencucian alat-alat kontak pestisida. Kasus

keracunan yang disebabkan kontaminasi pestisida lewat kulit

menjadi kasus terbanyak di dunia dengan kasus lebih dari 90 %

kasus (Ahmad et al., 2016). Menurut Kurniawidjaja et al.,

(2021) bahan-bahan beracun dapat menembus kulit (skin

barrier), kemudian menuju sistem sirkulasi dan menyebar

sehingga dapat timbul gangguan.

(2) Saluran pernafasan

Pestisida dapat mengkontaminasi lewat saluran pernafasan

dikarenakan pestisida biasanya berwujud halus misalnya


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

berbentuk kabut dapat masuk kedalam sistem pernafasan.

Menurut Marisa & Arrasyid (2018) untuk melakukan

pengecekan tubuh terhadap keterpaparan pestisida dalam tubuh

yang dapat masuk lewat saluran pernafasan dengan pemeriksaan

kadar cholinesterase.

(3) Mulut (oral)

Keracunan pestisida melalui mulut kejadianya tidak sesering

keracunan lewat kulit atau melalui saluran pernafasan. Menurut

Eko (2017) keracunan melalui mulut pada saat penyemprotan

pestisida dapat terjadi dikarenakan melakukan aktivitas

penyemprotan dengan makan, minum atau merokok.

b) Diagnosis keracunan pestisida

Untuk dapat mendiagnosis keracuna perlu dilakukan uji di

laboratorium. Namun secara umum menurut Danudianti et al.,(2016)

petani yang mengalami gejala iritasi kulit, mata berair, pusing,

muntah-muntah, pingsan setelah menggunakan pestisida dapat

diindikasikan sebagai gejala keracunan. Menurut Mariana Rain

(2007) dalam Denny H M et al., (2019) macam pestisisa yang sering

petani gunakan ialah : insektisida, fumigan, fungisida, rodentisida,

dan herbisida. Kontaminasi yang disebabkan oleh pemakaian

pestisida dapat terjadi secara langsung dan dapat mengakibatkan

keracunan. Menurut Puspitarani (2016) kejadian keracunan pestisida

dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu keracunan ringan, keracunan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

berat, dan keracunan kronis. Keracunan ringan secara umum

memiliki gejala berupa iritasi kulit ringan, badan terasa sakit, pusing

dan diare. Gejala yang diakibatkan pada keracunan berat seperti

sesak nafas, pengecilan pupil mata, air liur keluar, peningkatan detak

jantung dan denyut nadi, mengigil, mual dan kejang perut. Gejala

yang diakibatkan dari keracunan kronis yang diakibatkan oleh

pestisida dapat berdampak pada tubuh yang kejang-kejang bahkan

sampai mengakibatkan pada kematian.

5) Upaya Preventif Terhadap Pestisida (Racun Hama)

a) Penyimpanan Pestisida

(1) Menyimpan pestisida ditempat yang khusus, tertutup dan jauh

dari jangkauan anak – anak.

(2) Memberi simbol atau stiker di tempat penyimpanan pestisida.

(3) Menjauhkan tempat penyimpanan pestisida jauh dari makanan.

(4) Tempat bekas penyimpanan atau wadah pestisida harus dibakar.

(Marlina & Ardi, 2019 dan Suma'mur, 2014)

b) Pemakaian Alat Pelindung

(1) Menggunakan masker ketika mencampur pestisida bubuk dan

dilakukan ditempat terbuka.

(2) Menggunakan pakaian kerja, pelindung diri kaca mata dan

sarung tangan terbuat dari neopren, jika diperuntukkan untuk

mencampur bahan pestisida minyak atau pelarut organik

(Suma'mur, 2014).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

(3) APD yang diperlukan untuk pengguna pestisida adalah menurut

(Marisa & Arrasyid, 2018) ialah masker, topi, sarung tangan,

baju lengan panjang, dan celana panjang. Upaya tersebut untuk

meminimalkan masuknya pestisida ke dalam tubuh melalui jalur

inhalasi, pernafasan, dan pencernaan

6) Upaya Pencegahan Lainya

a) Prinsip penggunaan pestisida

(1) Digunakan secara Legal

Dalam penggunaan pestisida harus sesuai dengan regulasi yang

berlaku di Indonesia salah satunya Peraturan Pemerintah No. 07

Tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran, penyimpanan

dan penggunaan pestisida.

(2) Digunakan secara Benar

Penggunaan pestisida harus sesuai dengan instruksi yang sudah

tertera di kemasan yang sudah dibuat dari produsen pestisida

tersebut. Dengan demikian pestisida dapat digunakan secara

efektif dan efisien. Bukti dari efektif dan efisien tercapainya

efikasi biologis yang optimal. Efikasi biologis (biological

efficacy) ialah kemampuan pestisida yang sesuai dengan fungsi

pestisida yang tercantum di kemasan.

(3) Digunakan secara Bijak

Penggunaan pestisida harus sesuai dengan fungsi pestisida

tersebut. Penggunaan pestisida yang bijak harus digunakan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

sesuai dengan rasio, lebih mengedepankan akal sehat manusia.

Hal – hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

(a) Penggunaan pestisida yang bijak akan berdampak positif

terhadap kehidupan manusia seperti keselamatan pengguna,

konsumen dan lingkungan.

(b) Penggunaan pestisida yang bijak sesuai dengan prinsip

pengendalian hama terpadu (PHT)

(c) Penggunaan pestisida yang bijak harus memperhatikan

manajemen resistensi supaya hama tidak resistensi terhadap

pestisida.

(d) Penggunaan pestisida yang bijak berarti menggunakan

pestisida sesuai dengan kebutuhan dan ekonomis (Panut,

2008)

b) Pedoman dan petunjuk pencegahan keracunan :

(1) Pestisida bersifat racun, namun potensi bahaya dari sifat racun

dapat dikurangi dengan cara bekerja yang aman.

(2) Bahaya pestisida di lapangan

(a) Pada saat memindahkan pestisida dari tempat penyimpanan

atau wadah ke tempat bekerja.

(b) Pada saat menyiapkan larutan atau mencampurkan pestisida.

(c) Pada saat penyemprotan (Pamungkas, 2016).

(3) Pekerjaan penyemprotan pestisida perlu mendapatkan perhatian


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

(a) Pekerja yang bekerja dengan memakai pestisida perlu

diberitahu atau mengetahui bahaya pestisida terhadap

kesehatan pekerja dan bagaimana cara bekerja yang aman

untuk mencegah dampak negatif dari pestisida.

(b) Harus ada pengawas dalam pemakaian pestisida.

(c) Harus tersediafasilitas PPPK (Pertolongan Kecelakaan Pada

Kecelakaan) (Suma’mur, 2014)

(4) Pekerja pada saat melakukan penyemprotan harus memakai alat

pelindung masker dan penutup kepala yang tidak tembus

pestisida (Kaligis et al., 2015). Alat pelindung tersebut harus

dicuci secara berkala.

(5) Penyemprotan dilakukan searah dengan pergerakan angin

(Marisa & Arrasyid, 2018).

(6) Pekerja yang memiliki luka cedera yang memungkinkan

pestisida dapat mengenai luka tersebut dilarang untuk

melakukan penyemprotan.

(7) Fasilitas lainya harus tersedia seperti sabun dan peralatan

membersihkan badan. Pekerja wajib mandi setelah melakukan

penyemprotan pestisida.

(8) Pekerja tidak boleh bekerja lebih dari 4 – 5 jam perhari, jika

pekerjanya dilakukan secara kontinyu setiap harinya

(Yushananta et al., 2020).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

(9) Harus terdapat pakaian kerja khusus untuk penyemprotan

pestisida.

(10) Pekerja dilarang makan, minum atau merokok sebelum mencuci

tangan atau mandi dengan air dan sabun.

(11) Alat penyemprot pestisida harus memenuhi aspek – aspek

keselamatan.

(12) Semua wadah atau kemasan harus memiliki etiket yang mudah

dipahami pekerja.

(13) Wadah bekas pestisida harus disimpan atau dikelola dengan

baik.

2. Masa Kerja

Masa kerja dapat diartikan sebagai lamanya waktu pekerja untuk bekerja

di tempat kerja (Septiana, 2016). Salah satu faktor yang mempengaruhi

kemampuan petani berupa masa kerja. Dengan melihat masa kerja kita dapat

mengetahui sejauh mana pengalaman bekerja seorang petani

Lamanya pekerja mulai bekerja dapat diartikan sebagai masa kerja

(Sarwono & Purwono, 2015). Menurut undang-undang No. 13 Tahun 2003

tentang ketenagakerjaan pada pasal 50 membahas terkait hubungan kerja.

Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pihak pengusaha

dan pekerja. Perhitugan masa kerja dapat dimulai ketika pertama kali terjalin

hubungan kerja. Petani salah satu pekerjaan sektor informal, maka untuk

perhitungan masa kerja dihitung ketika petani pertama kali bekerja menjadi

petani.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

Petani yang memiliki masa kerja lama maka petani akan lebih mengenal

situasi kondisi lingkungan tempat kerja. Semakin lama petani bekerja semakin

banyak pengalaman yang didapat dan semakin tinggi pengetahuan dan

keterampilannya. Pengalaman seorang pekerja dipengaruhi oleh masa kerjanya.

Masa kerja dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu (Sarwono &

Purwono, 2015) :

a. Kurang dari 6 tahun (sangat baru)

b. 6-12 tahun (baru)

c. 13-18 tahun (lama)

d. Lebih dari 18 tahun (sangat lama)

3. Kepatuhan Pemakaian APD

a. Definisi Kepatuhan Pemakaian APD

Kepatuhan pemakaian APD merupakan perilaku petani untuk memakai

APD pada saat pemakaian pestisida untuk menghindarkan dari

permasalahan yang disebabkan oleh pestisida. Pemakaian APD secara

lengkap dan benar merupakan upaya pengendalian pestisida untuk

mencegah dampak negatif dari pestisida (Yuliyanah & Meikawati, 2015).

Berdasarkan penjelasan tersebut pemakaian APD merupakan cara yang

efektif untuk mencegah dampak negatif seperti keracunan yang

disebabkan karena pestisida yang masuk ke dalam tubuh.

b. Faktor-Faktor Pembentuk Kepatuhan Pemakaian APD

perilaku menjadi salah satu faktor utama dalam hubungan dengan

kepatuhan pemakaian APD. Menurut Marchianti et al., (2017)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

terbentuknya perilaku dipengaruhi dari dua faktor utama yaitu

pengetahuan dan sikap, dengan beberapa faktor lain yang mempengaruhi

perilaku seperti pengalaman keracunan, kesediaan petani untuk memakai

APD, informasi tentang APD. Menurut Liswanti (2015) kepatuhan

pemakaian APD pestisida dibentuk dengan dukungan dari 3 faktor, yaitu

1) Faktor predisposisi

a) Masa kerja

Masa kerja ialah lamanya bekerja petani mulai bekerja. Menurut

Sarwono & Purwono ( 2015) masa kerja dapat diartikan sebagai

lamanya pekerja mulai bekerja. Petani yang memiliki masa kerja

lama makan petani akan lebih mengenal situasi kondisi lingkungan

tempat kerja. Pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan petani

dapat meningkat seiring dengan semakin lamanya masa kerja

petani.

b) Umur

Menurut Notoadmodjo (2012) dalam Andriyanto (2017),

karakteristik dari setiap individu dapat mempengaruhi perilakunya.

Umur menjadi salah satu karakteristik yang mempengaruhi

perilaku kepatuhan memakai APD.

c) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan petani mempengaruhi perilaku petani.

Pendidikan petani dapat menjadi sumber pengetahuan petani.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

Pendidikan secara tidak langsung memudahkan petani dalam

memahami tentang APD dan manfaat yang didapatkan ketika

menggunakanya pada saat penyemprotan pestisida.

d) Sikap

Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Menurut Vitasari

& Suraji (2018) Sikap dapat diartikan sebagai salah satu faktor

pembentuk perilaku. Sikap belum termasuk suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku.

e) Pengetahuan

Perilaku seseorang dalam melakukan tindakan secara umum

dipengaruhi oleh pengetahuan. Pengetahuan menjadi salah satu

faktor predisposisi terbentuknya perilaku manusia. Menurut

Notoatmojo (2005) dalam Malis Sunarno et al., (2018)

pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terbentuk

setelah orang melakukan pengindraan atau pengamatan terhadap

suatu hal tertentu

2) Faktor pemungkin

a) Persediaan APD

Terbentuknya kepatuhan pemakaian APD salah satu faktornya

ialah ketersediaan fasilitas. APD yang sulit didapat mempengaruhi

kepatuhan pemakaian APD. Undang-undang No.1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja, pasal 14 ayat (3) pengurus diwajibkan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

menyediakan APD secara cuma-cuma. Kegiatan pertanian yang

dilaksanakan di desa pada umunya dilaksanakan secara perorangan,

sehingga petani berusaha sendiri dalam pemenuhan kebutuhan

APD.

b) Sarana kerja

Sarana diartikan sebagai alat yang diperlukan untuk mencapai

maksud dan tujuan dari suatu kegiatan. Sarana kerja dalam kegiatan

penyemprotan pestisida secara umum seperti tangki semprot, APD,

dan lainya. Kepatuhan dalam pemakaian APD pestisida semprot

perlu didukung dengan adanya APD pestisida semprot. Menurut

Apriluana et al (2016) perilaku yang baik dalam menjalankan suatu

prosedur secara umum didukung oleh sarana APD yang lengkap.

3) Faktor penguat

a) Peraturan

Menurut Sari (2014) penyebab terbesar kecelakaan disebabkan

karena ketidakpatuhan terhadap peraturan. Tidak memakai APD

salah satu contoh dari ketidakpatuhan terhadap peraturan.

c. Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Marisa & Arrasyid (2018) APD yang diperlukan untuk

pengguna pestisida ialah masker, topi, sarung tangan, baju lengan

panjang, dan celana panjang. Upaya tersebut untuk meminimalkan

masuknya pestisida ke dalam tubuh melalui jalur inhalasi, pernafasan,

dan pencernaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

Berdasarkan peraturan Mentri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 08

Tahun 2010 tentang Alat pelindung diri (APD) adalah sebagai berikut :

1) Alat pelindung kepala

a) Fungsi

Alat pelindung kepala pada petani berguna untuk melindungi

kepala dari terik sinar matahari atau untuk mengurangi paparan

pestisida yang mengenai tubuh.

b) Jenis

Macam alat pelindung kepala untuk petani terdiri dar topi atau

tudung kepala.

2) Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya

a) Fungsi

Alat pelindung pernafasan memiliki fungsi untuk melindungi organ

pernafasan agar terhindar dari bahaya- bahaya yang menyebabkan

ganguan pernafasan dan menyalurkan udara bersih

b) Jenis

Jenis alat pelindung pernapasan yang sering digunakan petani ialah

masker.

3) Alat pelindung tangan

a) Fungsi

Pelindung tangan ialah alat yang digunakan untuk melindungi

tangan dari suhu panas, suhu dingin, bahan kimia dan lain

sebagainya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

b) Jenis

Jenis pelindung tangan yang sering dipakai petani ialah sarung

tangan yang terbuat dari karet atau plastik.

4) Pakaian pelindung

a) Fungsi

Pakaian pelindung yang dipakai petani memiliki fungsi untuk

melindungi badan dari sinar matahari, gangguan serangga,

gangguan tumbuhan, bahan kimia dan lain sebagainya.

b) Jenis

Jenis pakaian pelindung yang sering dipakai petani berupa baju

lengan panjang dan celana panjang.

4. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung

Diri (APD) Pestisida Semprot

Berdasarkan hasil penelitian Vitasari & Suraji (2018) mengenai

hubungan pengetahuan dan sikap dengan pemakaian APD masker pada petani

saat melakukan penyemprotan pestisida. Hasil analisis menunjukkan

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian APD

masker(nilai p value 0,0000) dengan berpengetahuan baik sebesar 42,9%. Hasil

penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo

(2003) dalam Malis Sunarno et al., (2018), perilaku yang didasarkan

pengetahuan ketika bertindak akan lebih awet atau sering dilakukan dari pada

perilaku yang tidak didasarkan pengetahuan.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

Berdasarkan penelitian Malis Sunarno et al., (2018) mengenai hubungan

antara tingkat pengetahuan petani tentang pestisida dengan praktek penggunaan

APD pada petani kentang di wilayah Desa Kepakisan Kecamatan Batur, hasil

analisis statistik bivariat menunjukkan hasil yang signifikan antara

pengetahuan dengan pemakaian APD. Hasil analisis bivariatnya menunjukkan

bahwa nilai p= 0,005 dengan nilai r=0,316. Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan petani tentang pestisida

dengan praktek penggunaan APD

5. Hubungan Masa Kerja dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Pestisida Semprot

Berdasarkan hasil penelitian Kaligis et al., (2015) mengenai hubungan

pengetahuan, sikap, dan masa kerja dengan penggunaan APD saat

penyemprotan pestisida. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang

signifikan antara masa kerja dengan pemakaian APD pestisida semprot. Hasil

yang diperoleh dari uji chi square menunjukkan nilai p value dengan tingkat

signifikansi 0,023 (p value < 0,05), artinya terdapat hubungan yang signifikan

antara masa kerja dengan penggunaan APD petani saat penyemprotan pestisida

di Kelurahan Rurukan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

B. Kerangka Pemikiran

Pengetahuan

Perilaku

Faktor Predisposisi Faktor Pemungkin Faktor Penguat

1 Sikap 1 Persediaan APD 1 Peraturan

2 Pendidikan 2 Sarana Kerja

3 Jenis Kelamin

4 Umur

5 Masa Kerja

Kepatuhan

Patuh Tidak Patuh

Aman Tidak Aman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan :
Diteliti
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

Tidak diteliti

C. Hipotesis

Terdapat hubungan pengetahuan dan masa kerja dengan kepatuhan pemakaian

APD pestisida semprot pada petani di Desa Triyagan.

Anda mungkin juga menyukai