Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL MASA REMAJA


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Oleh:

Prasetyo Laksono
NIM:12110194

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN
SEMARANG
2023
PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL MASA REMAJA

Prasetyo Laksono
Fakultas Tarbiyah/Sekolah Tinggi Agama
Islam Walisembilan Semarang
e-mail: prasetyolaksono0@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.
Pada masa remaja terjadi proses perubahan hormonal dan fisik sehingga
berpengaruh terhadap pertumbuhan dari jaringan tubuh, sel-sel tubuh,
organorgan, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masingmasing dapat memenuhi fungsinya. Perubahan
perkembangan juga dialami pada masa remaja seperti perkembangan
emosi, intelektual dan psikososial (Soetjiningsih, 1995 dalam Cahyani,
2013; Batubara, 2010).
Perkembangan psikososial pada remaja merupakan hal yang sangat
penting untuk dilakukan pendampingan dan pemantauan, terutama pada
tahap remaja awal (early adolescent). Hal ini dikarenakan bahwa pada
tahap remaja awal yaitu pada usia 12-14 tahun terdapat beberapa
karakteristik perubahan psikologis (Batubara, 2010). Adapun menurut
Jahja (2011) pada masa remaja sangat mudah terpegaruh oleh keadaan
lingkungan dan teman sebaya (peer group), sehingga akan berpengaruh
terhadap proses perkembangan moral remaja.
B. PEMBAHASAN
1. Masa Remaja dan Perkembanganya
Berikut ini merupakan beberapa definisi Masa Perkembangan
Remaja: Masa perkembangan remaja merupakan Masa
perkembangan setelah masa anak-anak dan menuju masa dewasa,
yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, moral,
dan kesadaran beragama.
Masa Remaja adalah Masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai
pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan

2
tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan Olds, 2001). Remaja
berasal dari kata latin “adolensence” yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah “adolensence” mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial
dan fisik (Hurlock, 1992). Pada masa ini sebenarnya tidak
mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak
tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk
1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi
atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan
tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari
(2004:53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk
memasuki masa dewasa. Hal senada diungkapkan oleh Santrock
(2003:26) bahwa “adolensence” diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional.
a) Batasan Usia Pada Perkembangan Remaja
Terdapat berbagai pendapat mengenai batas dan ukuran
tentang kapan mulainya dan kapan berakhirnya masa remaja itu.
Menurut Harold Alberty (1957:86), periode masa remaja itu
kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode
dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang
semenjak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya
masa dewasanya. Para ahli umumnya sependapat bahwa rentang
masa remaja berlangsung dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20
tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang. Batas umur
remaja menurut Kartono (1990) dibagi tiga, yaitu:
1) Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini remaja mengalami perubahan jasmani
yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang
sangat insentif sehingga minat anak pada dunia luar sangat

3
besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-
kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-
kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa
sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa
kecewa.
2) Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-
kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsure baru
yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah
sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan
melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan
etis.
3) Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil.
Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan
pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian.
Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari
tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian
tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru
ditemukannya.
2. Fase-fase Masa Remaja
Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan
karena pada masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik
secara fisik maupun psikis. Terjadinya banyak perubahan tersebut
sering menimbulkan kebingungan kebingunngan atau kegoncangan-
kegoncangan jiwa remaja, sehingga ada orang yang menyebutnya
sebagai periode sturm und drang atau pubertas.
Ciri utama bahwa seseorang itu memasuki masa remaja
adalah terjadinya 'manarche' (menstruasi pertama) bagi wanita, dan
'noctural emissions' (memimpikan jimak pertama kalinya bagi laki-
laki).

4
Secara teoritis rentangan usia remaja itu dibagi dalam
beberapa fase. Secara umum adolescence atau masa remaja itu
dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a) Early Adolescence: 12-18 tahun
Masa remaja awal adalah masa transisi dimana seseorang
mengalami kematangan fisik dan psikologi serta memperoleh
identitas pribadi yang pada umumnya dimulai pada usia 12-18
tahun. Pada akhir perkembangan periode kritis ini, individu
siap untuk memasuki lingkungan dewasa dan menerima
tanggung jawabnya.
Adapun ciri-ciri fisik yang dialami pada masa ini adalah
sebagai berikut:
1) Pertumbuhan paling cepat pada remaja pria sekitar usia
14 tahun, sedangkan pada Wanita terjadi sekitar usia 12
tahun.
2) Memiliki ukuran kaki yang lebih Panjang, aneh dan tidak
terkoordinasi.
3) Pertumbuhan pada lengan, dada dan pinggul
4) Tengkorak dan tulang wajah juga mengalami perubahan
proporsi: dahi lebih menonjol dan tulang rahang tumbuh
5) Berkembangnya karakteristik sex primer dan sekunder
6) Pada pria mengalami ejakulasi yang pertama, yang
umumnya terjadi pada sekitar 14 tahun.
7) Tumbuhnya payudara dan awal menstruasi pada Wanita.
8) Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan
visera.
9) Perubahan distribusi otot dan lemak.
Berbagai perkembangan yang dialami pada fase ini
adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan Psikososial
Tugas perkembangan psikososial pada masa
ini adalah pencarianidentitas. Kekhawatiran pada

5
tahap ini adalah kebingungan peran. Remaja harus
membentuk hubungan sebaya yang dekat atau
terisolasi secara sosial. Remaja bekerja mandiri
secara emosional dari orang tua, sambil
mempertahankan ikatan keluarga. Mereka juga
mengembangkan systemetisnya sendiri berdasarkan
nilai-nilai personal. Pilihan tentang pekerjaan,
pendidikan, masa depan, dan gaya hidup harus
dibuat.
Remaja biasanya lebih memikirkan tentang
dirinya, penampilan, serta kemampuan fisiknya.
Perawatan kulit, dan pakaian menjadi sangat
penting. Perilaku yang menunjukan resolusi
negative pada tugas perkembangan usia ini adalah
kebimbangan dan ketidak mampuan menentukan
pilihan.
b. Perkembangan Moral
Tahapan Psikomoral menurut Khohlberg meliputi:
1) Tahapan orientasi hukum kepatuhan pada
tingkat pemikiran prakonvensional.
2) Tahapan orientasi realita dan instrumental pada
tingkat pemikiran prakonvensional.
3) Tahap orientasi masuk kelompok (hubungan
dengan orang lain) Pada tingkat pemikiran
konvensional.
4) Tahap orientasi hukum dan ketertiban pada
tingkat pemikiran kenvesional.
5) Tahap orientasi kontrak sosial tingkat pemikiran
post konvensional otonom/berprinsip.
6) Tahap orientasi asas etika universal pada tingkat
pemikiran post konvensional/berprinsip.
c. Perkembangan Moral

6
Kematangan kemampuan kognitif terjadi
selama usia adolescence. Keistimewaan utama pada
tahap ini adalah remaja dapat berfikir abstrak.
Remaja memiliki imajinatif tinggi dan idealistik.
Remaja menjadi lebih banyak tahu tentang dunia dan
lingkungan. Remaja menggunakan informasi baru
untuk memecahkan masalah sehari-hari dan dapat
berkomunikasi dengan orang dewasa tentang
berbagai hal. Perkembangan kognitif yang dapat
ditemukan pada adolescence:
1) Kapasitas melakukan proses informasi.
Remaja lebih superior dibandingkan dengan
anak yang lebih muda dalam hal kapasitas
proses informasi, tadi belum diketahui apakah
hal ini merupakan refleksi peningkatan
structural yang ada hubungannya dengan umur.
2) Pengetahuan domain spesifik
Semasa kecil mereka akan menimbun atau
menyimpan berbagai pengetahuan yang makin
lama makin terorganisasi dalam berbagai bidang
dengan domain spesifik, yang akan
memungkinkan pemecahan masalah melalui
proses memori yang tidak terdapat pada anak
dengan umur lebih muda.
3) Peningkatan kemampuan yang ada
4) Menggali kemampuan baru untuk pikiran
abstrak yang terbatas (remaja awal)
5) Mencari-cari nilai dan energi baru
6) Perbandingan terhadap “normalis” dengan
sebaya yang jenis kelaminya sama
7) Menikmati dengan filosofis, politis dan masalah
sosial

7
8) Dapat menerima dan bertindak pelaksanaan
jangka Panjang.
b) Later Adolescence: 18-24 tahun

3. Perkembangan fisik dan seksual dalam masa puber


a. Pengertian Pertumbuhan Fisik Remaja
Pertumbuhan Fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang
terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.
Perubahan-perubahan ini meliputi: perubahan ukuran tubuh,
perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin utama
“primer” dan ciri kelamin kedua “sekunder” (sunarto dan agung
hartono,1995:79).
Pertumbuhan fisik remaja merupakan pertumbuhan yang
paling pesat. Remaja tidak hanya tumbuh dari segi ukuran
(semakin tinggi atau semakin besar), tetapi juga mengalami
kemajuan secara fungsional, terutama organ seksual atau
“pubertas”. Hal ini ditandai dengan datangnya menstruasi pada
perempuan dan mimpi basah pada laki-laki.
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang
bersifat progersif dan kontinu dan berlangsung dalam periode
tertentu. Perubahan ini bersifat kuantitatif dan berkisar hanya
pada aspek-aspek individu. Oleh sebab itu secara terminologis,
sebenarnya tanpa ada tambahan kata fisik pun, hanya dengan
istilah pertumbuhan saja sudah bermakna perubahan pada aspek-
aspek fisiologis. Pertumbuhan ini meliputi perubahan yang
bersifat internal maupun eksternal. Pertumbuhan internal
meliputi perubahan ukuran alat pencernaan, bertambahnya
ukuran besar dan berat jantung dan paru-paru, bertambah
sempurna sistem kelenjar kelamin, dan berbagai jaringan tubuh.
Adapun perubahan eksternal meliputi bertambahnya tinggi
badan, bertambahnya lingkar tubuh, perbandingan ukuran
panjang dan lebar tubuh, ukuran besarnya organ seks, dan

8
munculnya atau tumbuhnya tanda-tanda kelamin sekunder
((Hurlock E.B.,1991) dalam bukunya Ali dan Asrori Psikolog
Remaja.2009:20).
b. Bentuk-bentuk Perubahan Fisik Remaja
Adapun perubahan-perubahan fisik yang penting dan terjadi
pada masa remaja adalah sebagai berikut:
1) Perubahan ukuran tubuh
Irama pertumbuhan fisik berubah menjadi cepat
sekitar dua tahun sebelum anak mencapai taraf
kematangan alat kelaminnya. Setahun sebelum
pematangan ini, anak akan bertambah tinggi 10 sampai 15
cm dan bertambah berat 5 sampai 10 kg. Pertumbuhan
tubuh selanjutnya masih terus terjadi, tetapi dalam tempo
yang sedikit lebih lamban. Selama empat tahun,
pertumbuhan tinggi badan anak akan bertambah 25% dan
berat tubuhnya hampir mencapai dua kali lipat. Anak laki-
laki akan mencapai bentuk tubuh orang dewasa pada usia
19 sampai 20 tahun, sedangkan anak perempuan pada usia
18 tahun.
2) Perubahan proporsi tubuh
Ciri tubuh yang kurang proporsional pada masa
remaja ini tidak sama untuk seluruh tubuh. Ada pula
bagian tubuh yang semakin proporsional. Proporsi yang
tidak seimbang ini akan berlangsung terus sampai seluruh
masa puber dilalui sepenuhnya, sehingga akhirnya
proporsi tubuhnya mulai tampak seimbang menjadi
proporsi orang dewasa. Perubahan ini terjadi, baik di
dalam maupun bagian luar tubuh anak. Misalnya, di masa
kanak-kanak jantungnya kecil sedangkan pembuluh darah
kulit kurang begitu tampak. Pada mada puber yang terjadi
malah sebaliknya. Di bagian luar tampak pertumbuhan
kaki dan tangan lebih panjang dibanding dengan tubuh.

9
3) Ciri kelamin yang utama
Pada masa kanak-kanak, alat kelamin yang utama
belum berkembang secara sempurna. Memasuki masa
remaja, alat kelamin mulai berfungsi, yaitu pada saat ia
berumur 14 tahun ketika pertama kali anak laki-laki
mengalami “mimpi basah”. Pada anak perempuan, indung
telurnya mulai berfungsi pada usia 13 tahun, yaitu pada
saat pertama kali mengalami menstruasi atau haid. Bagian
lain dari alat perkembangbiakan pada anak perempuan
saat ini masih belum mampu untuk mengandung. Masa
interval ini disebut sebagai “saat steril” masa remaja.
4) Ciri kelamin kedua
Ciri kelamin kedua pada anak perempuan adalah
membesarnya buah dada dan mencuatnya puting susu,
pinggul lebih lebar dari pada lebar bahu, tumbuh rambut
disekitar alat kelamin, tumbuh rambut di ketiak, dan suara
bertambah nyaring. Ciri kelamin kedua pada anak laki-laki
adalah tumbuh kumis dan jenggot, nada suara membesar,
bahu melebar lebih besar dari pada pinggul, timbul bulu
dada dan bulu di sekitar alat kelamin, serta perubahan
jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori membesar.
Ciri-ciri kelamin kedua inilah yang membedakan
bentuk fisik anak laki-laki dan perempuan. Ciri ini pula
yang seringkali merupakan menjadi daya tarik antar jenis
kelamin. Pertumbuhan tersebut berjalan seiring dengan
perkembangan ciri kelamin yang utama dan keduanya
akan mencapai taraf kematangan pada tahun pertama atau
tahun kedua masa remaja.

Menurut Muss yang dikutip oleh Sarlito Wirawan


(Sarlito,1991:52) urutan perubahan-perubahan fisik adalah
sebagai berikut:

10
1. Urutan perubahan fisik pada anak perempuan:
a. Terjadi pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi
tinggi, anggota badan menjadi panjang),
b. Terjadi pertumbuhan payudara,
c. Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di tangan
dan kakinya,
d. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang
maksimal setiap tahunnya,
e. Bulu kemaluan menjadi keriting,
f. Terjadi haid,
g. Tumbuh bulu-bulu pada ketiak,

2. Urutan perubahan fisik pada anak laki-laki


a. Terjadi pertumbuhan tulang-tulang,
b. Testis (buah pelir) membesar,
c. Tumbuh bulu-bulu berwarna gelap pada kemaluan,
d. Terjadi awal perubahan nada suara,
e. Mengalami ejakulasi (keluarnya air mani),
f. Bulu kemaluan menjadi keriting,
g. Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat yang
maksimal setiap tahunnya,
h. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis,
jambang, dan jenggot),
i. Tumbuh bulu ketiak,
j. Terjadi akhir perubahan suara,
k. Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap,
l. Tumbul bulu di dada dan kaki,
c. Pengertian Pertumbuhan Fisik Remaja
Penyebab perubahan fisik pada remaja adalah adanya dua
kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endokrin.
Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua
macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan masa

11
remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang
menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon
gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang
gonad agar mulai aktif bekerja. Tidak berapa lama sebelum saat
remaja dimulai, kedua hormon ini sudah mulai diproduksi dan
pada saat remaja semakin banyak dihasilkan. Seluruh proses ini
dikendalikan oleh perubahan yang terjadi dalam kelenjar
endoktrin. Kelenjar ini diaktifkan oleh rangsangan yang
dilakukan kelenjar hypotalamus, yaitu kelenjar yang dikenal
sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada saat
remaja dan terletak di otak.
Meskipun kelenjar gonad atau kelenjar kelamin sudah ada
dan aktif sejak dilahirkan, kelenjar ini seolah-olah tidur dan baru
aktif setelah diaktifkan oleh hormon gonadotropik dari kelenjar
pituitari pada saat si anak memasuki tahap remaja. Segera
setelah tercapai kematangan alat kelamin, hormon gonad akan
menghentikan aktifitas hormon pertumbuhan. Dengan demikian,
pertunbuhan fisik akan terhenti. Keseimbangan yang tepat
antara kelenjar pituari dan gonad akan menimbulkan
perkembangan fisik yang tepat pula. Sebaliknya, bila terjadi
gangguan dalam keseimbangan ini, akan timbul penyimpangan
pertumbuhan.
Selama masa remaja, seluruh tubuh mengalami perubahan,
baik di bagian luar maupun dibagian dalam tubuh, baik
perubahan struktur tubuh maupun fungsinya. Pada kenyataannya
hampir semua bagian tubuh perubahannya mengikuti irama 7
yang tetap, sehingga waktu kejadiannya dapat diperkirakan
sebelumnya. Perubahan tersebut tampak jelas sekali pada bagian
pertama masa remaja.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan fisik
remaja adalah sebagai berikut:

12
1. Pengaruh keluarga
Pengaruh faktor keluarga meliputi faktor keturunan maupun
faktor lingkungan. Karena faktor keturunan, seorang anak
dapat lebih tinggi atau panjang daripada anak lainnya, jika
ayah dan ibu atau kakeknya tinggi dan panjang. Faktor
lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya
perwujudan potensi keturunan yang dibawa anak. Pada
setiap tahapan usia, lingkungan lebih banyak pengaruhnya
terhadap berat tubuh daripada tinggi tubuh.
2. Pengaruh gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi yang cukup biasanya
akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai
masa remaja dibanding dengan mereka yang memperoleh
gizi buruk. Lingkungan dapat memberikan pengaruh bagi
remaja sedemikian rupa, sehingga menghambat atau
mempercepat potensi untuk pertumbuhan di masa remaja.
3. Gangguan emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan
mengalami terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan,
dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan
hormon pertumbuhan di kelenjar pituitari. Bila terjadi hal
demikian, pertumbuhan awal remajanya akan terhambat dan
tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.
4. Jenis kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat
daripada anak perempuan, kecuali pada usia antara 12 dan
15 tahun. Anak perempuan biasanya 8 akan sedikit lebih
tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki. Terjadi
perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang
dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak
perempuan.
5. Status sosial ekonomi

13
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status
ekonomi rendah, cenderung lebih kecil daripada anak yang
berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya tinggi.
Keluarga yang kaya akan dapat memenuhi kebutuhan
primer anak-anaknya. Sebaliknya, keluarga miskin tidak
akan dapat memenuhi sembilan kebutuhan primernya secara
memadai.
6. Kesehatan
Anak-anak sehat dan jarang sakit biasanya akan
memiliki tubuh yang lebih berat daripada anak yang sakit-
sakitan. Kurangnya perawatan kesehatan akan
menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Cara makan
yang salah dalam arti makan tanpa memperhatikan
keseimbangan gizi dan vitamin juga dapat menyebabkan
tubuh menjadi sakit.
7. Pengaruh bentuk tubuh
Bentuk tubuh mesamorf, ektomorf, atau endomorf
akan memengaruhi besar kecilnya tubuh anak. Misalnya,
anak yang bentuk tubuhnya mesomorf akan lebih besar
daripada yang endomorf atau eksomorf, karena memang
mereka lebih gemuk dan berat.

4. Perkembangan Perilaku Psikososial


Beberapa pendapat dari para ahli yang mendefinisikan
psikososial atau psikologi sosial adalah sebagai berikut.
Menurut J.P. Chaplin (2006: 407) dalam Kamus Psikologi
mengemukakan bahwa psikososial (psychosocial) adalah
menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-faktor psikologis.
Psikologi sosial (social psychology) adalah sebagai ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami asal usul dan sebab-sebab
terjadinya perilaku dan pemikiran individual dalam konteks situasi
sosial (Baron & Byrne, 2004:5).

14
Menurut Abu Ahmadi (2007:5), psikologi sosial adalah suatu
studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu
dalam hubungannya dengan situasi sosial. Senada dengan Abu
Ahmadi, Bimo Walgito (2003: 8) mengemukakan bahwa berkaitan
dengan psikologi sosial ini ada beberapa hal yang dapat
dikemukakan, yaitu bahwa psikologi sosial fokusnya pada perilaku
individu dan dalam kaitannya dengan situasi sosial
Sherif dkk., dalam Abu Ahmadi (2007: 3) mengemukakan
bahwa psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari
pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam hubungannya
dengan situasi-situasi perangsang sosial. Dalam hal ini Sherif dan
Sherif menghubungkan antara tingkah laku dengan situasi
perangsang social. Perangsang sudah barang tentu erat sekali
hubungannya antara manusia dengan masyarakat.
Dengan demikian apapun definisi mengenai psikologi sosial
itu, tidak dapat lepas dari adanya situasi sosial atau interaksi sosial
dan fokusnya adalah perilaku individu dan sosial. Beberapa
perkembangan perilaku psikososial diantaranya:
a. Perkembangan Pemahaman Diri dan Identitas
Proses pembentukan identitas diri merupakan proses yang
panjang dan kompleksyang membutuhkan kontinuitas dari masa
lalu, sekarang, dan masa yang akan datang dari kehidupan
individu. Hal ini akan membentuk kerangka berpikir untuk
mengorganisasikan dan mengintegrasikan perilaku ke dalam
berbagai bidang kehidupan (Soetjiningsih, 2007: 47). Dengan
demikian individu dapat menerima dan menyatukan
kecenderungan pribadi, bakat, dan peran-peran yang diberikan
baik oleh orangtua, teman sebaya maupun masyarakat yang pada
akhirnya dapat memberikan arah tujuan dan arti dalam
kehidupan mendatang.
Remaja adalah pribadi yang sedang berkembang menuju
kematangan diri, kedewasan. Untuk itu, remaja perlu membekali

15
diri dengan pandangan yang benar tentang konsep diri. Remaja
perlu menjadi diri yang efektif agar dapat mempengaruhi orang
lain untuk memiliki konsep diri yang positif. Remaja perlu
menjadi diri yang mampu menciptakan interaksi sosial yang
saling mempercayai, saling terbuka, saling memperhatikan
kebutuhan teman, dan saling mendukung.
Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang
mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara
kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa
tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri
sendiri menjadi manusia yang kita harapkan (Desmita,
2010:164).
Setiap individu pada dasarnya dihadapkan pada suatu
krisis.Krisis itulah yang menjadi tugas bagi seseorang untuk
dapat dilaluinya dengan baik.Pada diri remaja yang sedang
mengalami krisis berarti menunjukan dirinya sedang berusaha
mencari jati dirinya.
Agoes Dariyo (2004:80) mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan krisis (crisis) ialah suatu masalah yang
berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus dilalui oleh
setiap individu, termasuk remaja. Keberhasilan menghadapi
krisis akan meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan
dirinya, berarti mampu mewujudkan jati dirinya (self-identity)
sehingga ia merasa siap untuk menghadapi tugas perkembangan
berikutnya dengan baik, dan sebaliknya, individu yang gagal
dalam menghadapi suatu krisis cenderung akan memiliki
kebingungan identitas (identitiy-diffussion). Orang yang
memiliki kebingungan ini ditandai dengan adanya perasaan
tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, tidak percaya
diri, akibatnya ia pesimis menghadapi masa depannya.

16
Krisis identitas terjadi apabila remaja tidak mampu memilih
diantara berbagai alternatif yang bermakna.Remaja dikatakan
telah menemukan identitas dirinya (self-identity) ketika berhasil
memecahkan tiga masalah utama, yaitu pilihan pekerjaan,
adopsi nilai yang diyakini dan dijalani, dan perkembangan
identitas seksual yang memuaskan.Dapat juga
dikemukakanbahwa remaja dipandang telah memiliki identitas
diri yang matang (sehat, tidak mengalami kebingungan), apabila
sudah memiliki pemahaman dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap diri sendiri, peranannya dalam
kehidupan sosial (di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya
atau masyarakat), pekerjaan, dan nilai-nilai agama (Syamsu
Yusuf L.N. dkk, 2011:97)
Erikson dalam Sudarwan Danim (2010:84) mencatat bahwa
konflik utama yang dihadapi peserta didik berusia remaja pada
tahap ini adalah munculnya salah satu dari apa yang disebut
sebagai identitas versus kebingungan identitas (identity versus
identityconfusion). Oleh karena itu, tugas psikososial bagi
peserta didik yang memasuki usia remaja adalah
mengembangkan individualitas. Mereka harus menetapkan
peranan pribadi dalam masyarakat dan mengintegritaskan
berbagai dimensi kepribadiannya menjadi keseluruhan yang
masuk akal. Mereka harus bergulat dengan isu seperti memilih
karir, kuliah, agama yang dianut dan pengalamannya, aspirasi
politik, dan lain-lain.
Usia remaja merupakan saat pengenalan/pertemuan
identitas diri dan pengembangan diri. Pandangan tentang diri
sendiri yang sudah berkembang pada masa anak-anak, makin
menguat pada masa remaja. Hal ini seiring dengan
bertambahnya usia dan pengalaman hidup atas dasar kenyataan-
kenyataan yang dialami. Semua itu membuat remaja dapat
menilai dirinya sendiri apakahbaik atau kurang baik.

17
Pesatnya perkembangan fisik dan psikisseringkali
menyebabkan remaja mengalami krisis peran dan
identitas.Sesungguhnya, remaja senantiasa berjuang agar dapat
memainkan peranannya agar sesuai dengan perkembangan masa
peralihannya dari masa anak-anak menjadi masa
dewasa.Tujuannya adalah memperoleh identitas diri yang
semakin jelas dan dapat dimengerti dan serta diterima oleh
lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.Dalam konteks ini, penyesuaian diri remaja secara
khas berupaya untuk dapat berperan sebagai subjek yang
kepribadiannya memang berbeda dengan anak-anak ataupun
orang dewasa. (Mohammad Ali dkk, 2010:179).
Selama masa remaja ini, kesadaran akan identitas dan
mendefinisikan kembali “siapakah” ia saat ini dan akan menjadi
“siapakah” atau menjadi “apakah” ia pada masa yang akan
datang. Perkembangan identitas selama masa remaja ini juga
sangat penting karena ia memberikan suatu landasan bagi
perkembangan psikososial dan relasi interpersonal pada masa
dewasa (Desmita, 2008:11).
Syamsu Yusuf L.N. dkk., (2011:97) menyebutkan untuk
memfasilitasi perkembangan identitas diri remaja yang sehat dan
mencegah terjadinya kebingungan identitas, maka pihak orang
tua di lingkungan keluarga, guru di lingkungan sekolah, dan
orang dewasa lainnya di lingkungan masyarakat hendaknya
melakukan hal-hal berikut ini.
1) Memberi contoh atau teladan tentang sikap jujur dan
bertanggung jawab dalam menjalankan peranannya
masing-masing;
2) Menciptakan iklim kehidupan sosial yang harmonis, jauh
dari gejolak atau konflik;
3) Menciptakan lingkungan hidup yang bersih, tertib, sehat
dan indah;

18
4) Memberikan kesempatan kepada remaja untuk
berpendapat, mengajukan gagasan, atau berdialog;
5) Memfasilitasi remaja untuk mewujudkan kreativitasnya,
baik dalam bidang olahraga, seni, maupun bidang
keilmuan;
6) Memberikan informasi kepada remaja tentang orang-orang
sukses, dan bagaimana mencapai kesuksesannya tersebut;
7) Menampilakan perilaku yang sesuai dengan karakter atau
nilai-nilai akhlak mulia;
8) Memberi contoh dalam bersikap dan berperilaku yang
terkait dengan nilai-nilai budaya nilai cinta tanah air,
patriotisme dan nasionalisme.
b. Perkembangan Hubungan dengan Orang Tua
Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi
perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan
sosial pertama, yang meletakan dasar-dasar kepribadian remaja.
Selain orang tua, saudara kandung dan posisi anak dalam
keluarga juga berpengaruh bagi remaja. Pola asuh orang tua
sangat besar pengaruhnya bagi remaja. Dinamika dan hubungan-
hubungan antara anggota dalam keluarga juga memainkan
peranan yang cukup penting bagi remaja. Seperti halnya pola
asuh, hubungan-hubungan tersebut telah membentuk perilaku
jauh sebelum usia remaja. Anak tertua yang dominan terhadap
adiknya pada masa kecil akan terbawa hingga usia remaja, anak
perempuan yang ketika usia 6 tahun menjadi “anak ayah”
kemungkinan masih tetap dekat dengan ayah pada usia 16 tahun.
Walaupun hubungan-hubungan tersebut berjalan secara alamiah
dan sehat, orang tua tetap perlu untuk menjaga kesatuan dan
adanya batasan-batasan diantara orang tua dan anak-anak
(Soetjiningsih, 2007:50).
Karena remaja hidup dalam suatu kelompok individu yang
disebut keluarga, salah satu aspek penting yang dapat

19
mempengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antar anggota
keluarga. Harmonis atau tidaknya, intensif atau tidaknya
interaksi antar anggota keluarga akan mempengaruhi
perkembangan sosial remaja yang ada didalam keluarga
(Mohammad Ali dkk., 2010: 95).
Ketika anak memasuki usia remaja di mana sangat
membutuhkan kebebasan dan mereka sering meninggalkan
rumah, orang tua harus dapat melakukan penyesuaian terhadap
keadaan tersebut. Remaja membutuhkan dukungan yang
berbeda dari masa sebelumnyakarena pada saat itu remaja
sedang mencari kebebasan dalam mengeksplorasi diri sehingga
dengan sendirinya keterikatan dengan orang tua berkurang.
Pengertian dan dukungan orang tua sangat bermanfaat bagi
perkembangan remaja. Komunikasi yang terbuka di mana
masing-masing anggota keluarga dapat berbicara tanpa adanya
perselisihan akan memberikan kekompakan dalam keluarga
sehingga hal tersebut juga akan sangat membantu anak
remajanya dalam proses pencarian identitas diri.
Perubahan hormon pubertas mempengaruhi emosi peserta
didik yang berusia remaja ini.Hal ini sering kali sangat nyata
dalam perilaku mereka seiring dengan munculnya fluktuasi
emosional dan seksual muncul pada kebutuhan peserta didik
berusia remaja untuk mempertanyakan otoritas dan nilai-nilai
sosial, serta batas keyakinan dalam hubungan yang ada.Hal ini
sangat mudah terlihat didalam sistem keluarga, dimana
kebutuhan remaja untuk kemerdekaan diri dari orang tua dan
saudara kandung dapat menyebabkan banyak konflik dan
ketegangan di rumah(Sudarwan Danim, 2010:85).
c. Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Masa remaja bisa disebut sebagai masa sosial karena
sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas
dan sangat dominan. Kesadaran akan kesunyian menyebabkan

20
remaja berusaha mencari kompensasi dengan mencari hubungan
dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan.
Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari
remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan
pernyataan diri akan kemampuan kemandiriannya (Mohammad
Ali dkk., 2010:91).
Dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai
memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas
hubungan dengan teman sebaya. Pada umumnya remaja menjadi
anggota kelompok usia sebaya (peer group). Kelompok sebaya
menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan
sosial remaja. Kelompok sebaya juga merupakan wadah untuk
belajar kecakapan-kecakapan sosial, karena melalui kelompok
remaja dapat mengambil berbagai peran.
Di dalam kelompok sebaya, remaja menjadi sangat
bergantung kepada teman sebagai sumber kesenangannya dan
keterikatannya dengan teman sebaya begitu kuat.
Kecenderungan keterikatan (kohesi) dalam kelompok tersebut
akan bertambah dengan meningkatnya frekuensi interaksi
diantara anggota-anggotanya. (Soetjiningsih, 2007:51). Pada
awal usia remaja, keterlibatan remaja dalam kelompok sebaya
ditandai dengan persahabatan dengan teman, utamanya teman
sejenis, hubungan mereka begitu akrab karena melibatkan emosi
yang cukup kuat. Hubungan dengan lawan jenis biasanya terjadi
dalam kelompok yang lebih besar. Pada usia pertengahan
keterlibatan remaja dalam kelompok makin besar, ditandai
dengan terjadinya perilaku konformitas terhadap kelompok.
Remaja mulai bergabung dengan kelompok-kelompok minat
tertentu seperti olah raga, musik, gang-gang dan kelompok-
kelompok lainnya.
Pada usia ini, remaja juga sudah mulai menjalin hubungan-
hubungan khusus dengan lawan jenisnya yang dapat diwujudkan

21
dengan kencan dan pacaran. Pada akhir usia remaja, ikatan
dengan kelompok sebaya menjadi berkurang, dan nilai-nilai
dalam kelompok menjadi kurang begitu penting karena pada
umumnya remaja lebih merasa senang dengan nilai-nilai dan
identitas dirinya (Soetjiningsih, 2007:51).
d. Perkembangan Moral dan Religi
Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting
dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral
dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak
dewasa sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan
atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat.
Disisi lain, tidak adanya moral dan religi ini sering kali dituding
sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja
(Sarlito W Sarwono, 2012:109).
Moral merupakan suatu kebutuhan penting bagi remaja,
terutama sebagai pedoman menemukan identitas dirinya,
mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan
menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam
masa transisi.Untuk remaja, moral merupakan suatu kebutuhan
tersendiri karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan
pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya
sendiri.Pedoman atau petunjuk ini dibutuhkan juga untuk
menumbuhkan identitas dirinya, menuju kepribadian matang
dengan unifying philosophy of life dan menghindarkan diri dari
konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi
ini.Dengan kurang aktifnya orang tua dalam membimbing
remaja (bahkan pada beberapa remaja sudah terjadi hubungan
yang tidak harmonis dengan orang tua), maka pedoman berupa
mores ini semakin diperlukan oleh remaja (Sarlito W Sarwono,
2012:111)
Agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral.
Bahkan, sebagaimana dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983),

22
agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat
seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama
dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan
penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia
ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi
remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya (Desmita,
2008:208).
Sejalan dengan meningkatnya kemampuan abstraksi dan
daya kritisnya, remaja seringkali meninjau agama dari segi rasio
dan kadang-kadang tanpa melalui penghayatan. Hal ini berbeda
dengan masa kanak-kanak yang menerima ajaran agama secara
konkrit (Soetjiningsih, 2007:55), sedangkan menurut
Mohammad Ali dkk. (2011:145), karakteristik yang menonjol
dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan
tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan
berpikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak
dan mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat
hipotesis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan
tidak lagi hanya terkait pada waktu, tempat dan situasi tetapi
juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup
mereka.Namun, dengan bertambahnya kemampuan remaja
untuk memahami arti kehidupan disekelilingnya secara
potensial, maka remaja akan lebih memahami secara mendasar
arti agama serta mensikapi sikap-sikap sosial dalam
lingkungannya. Pada akhirnya mereka akan belajar memahami
dan mencapai pengertian bahwasanya berbicara dan mengkritik
secara tajam ternyata jauh lebih mudah daripada
pelaksanaannya, ini karena kemampuan berpikir abstrak dan
metakognisinya akan terus berkembang.
Soetjiningsih (2007: 54) menjelaskan bahwa pada dasarnya
setiap proses perkembangan sendiri termasuk perkembangan
kognitif pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

23
1) Pematangan (maturatiom), yaitu tumbuhnya struktur-
struktur fisik secara berangsurangsur memiliki akibat pada
perkembangan kognitif pula. Contoh yang jelas dalam hal
ini adalah pertumbuhan pusat susunan otak.
2) Pengalaman psikologis dan kontak dengan lingkungan
(exercise through physicalpractice and mental experience).
Kontak dengan lingkungan akan mengakibatkan
duamacam ciri pengalaman mental. Pertama adalah
pengalaman fisik, yaitu aktifitas yang dapat mengabstraksi
sifat fisik objek-objek tertentu. Pengalaman fisik ini
memberikan pengertian mengenai sifat yang langsung
berhubungan dengan objeknya sendiri. Kedua adalah
pengalaman logika matematik, yaitu pengertian yang
datang dari koordinasi internal perilaku individu tersebut.
3) Transmisi sosial dan pembelajaran (social interaction and
teaching), yaitu berbagai macam stimulasi sosial seperti
media massa, lembaga sekolah, klub sosial dan
sebagainya, ternyata memberi pengaruh yang positif
dalam perkembangan kognisi karena seseorang
mendapatkan banyak informasi, dan kemudian melakukan
suatu pembelajaran.
4) Ekuilibrasi (equilibration) yaitu proses ekuilibrasi
mengintegrasi efek ketiga faktor diatas yang masing-
masing kurang cukup memberikan keterangan mengenai
proses perkembangan. Proses ini merupakan proses
internal untuk mengatur keseimbangan diri dalam
individu.

24
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena
pada masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik
maupun psikis. Terjadinya banyak perubahan tersebut sering menimbulkan
kebingungan kebingunngan atau kegoncangan-kegoncangan jiwa remaja,
sehingga ada orang yang menyebutnya sebagai periode sturm und drang
atau pubertas.
Ciri utama bahwa seseorang itu memasuki masa remaja adalah
terjadinya 'manarche' (menstruasi pertama) bagi wanita, dan 'noctural
emissions' (memimpikan jimak pertama kalinya bagi laki-laki).
Secara teoritis rentangan usia remaja itu dibagi dalam beberapa fase.
Secara umum adolescence atau masa remaja itu dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
c) Early Adolescence: 12-18 tahun
d) Later Adolescence: 18-24 tahun
Masa puber adalah priode yang unik dan khusus yang ditandai oleh
perubahanperubahan perkembangan tertentu yang terjadi dalam tahap-tahap
lain dalam rentang kehidupan. Meskipun sering tidak mempunyai tempat
yang jelas dalam rangkaian proses perkembangan manusia, masa pubertas
mempunyai arti khusus dalam kehidupan seseorang. Betapa tidak, pada
masa pubertas inilah terjadi perubahan-perubahan besar dan dramatis dalam
perkembangan seorang anak, baik dalam pertumbuhan/ perkembangan fisik,
kognitif, maupun dalam perkembangan psikososial anak.
Kebutuhan psikologis remaja sedikit unik jika dibandingkan dengan
tahap kehidupan yang lain. Kebutuhan psikologis yang khas pada seorang
remaja, antara lain adalah perilaku sosialnya untuk mengenal diri sendiri,
kebutuhan untuk dianggap sebagai individu yang unik, kebutuhan akan
integritas diri, yaitu untuk diterima dilingkungannya tanpa sikap curiga dan
bertanya-tanya dari orang lain, dan kebutuhan untuk mandiri.

25
DAFTAR PUSTAKA

BIBLIOGRAPHY Ali Mohammad, dkk. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta. PT Bumi Aksara

Sunarto, H,.Hartono,Agung. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. PT Rineka Cipta


Wirawan Sarlito. 1988. Psikologi Remaja. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Alex Sobur. 2011. Psikologi Umum: Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Soetjiningsih.2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung


Seto.
Syamsu Yusuf L.N. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2012. Psikologi Remaja (Edisi Revisi). Jakarta:
RajaGrafindoPersada.
Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
RentangKehidupan. Jakarta: Erlangga.
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Agoes Dariyo. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. 2010. Psikologi Remaja: Perkembangan
PesertaDidik. Jakarta: Bumi Aksara
Yusuf Syamsu, Nani M Sugandhi. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. PT
RajaGrafindo Persada.
Baron, Robert Adan Donn Byrne.2004. Psikologi Sosial, Edisi Ke-10, Jilid 1(diterjemahkan
olehRatna Djuwita, Melania Meitty Parman, Dyah Yasmina, Lita P.
Lunanta).Jakarta: Erlangga
Abu Ahmadi, 2007. Psikologi Sosial, Cetakan Ke-3/Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

26

Anda mungkin juga menyukai