Anda di halaman 1dari 15

Filsafat Ilmu Ekonomi Islam dalam Epitemologi dan Aksiologi

Norma Anggraeni

20230420100

Fakultas Ekonomi Bisnis

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2023
Daftar Isi
BAB I.......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Tujuan..........................................................................................................................6
C. Manfaat........................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
A. Filsafat Ilmu Ekonomi Islam dalam Epistemologi.......................................................7
B. Filsafat Ilmu Ekonomi Islam dalam Aksiologi...........................................................10
BAB III..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

2
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Ilmu ekonomi adalah salah satu disiplin ilmu sosial yang memiliki peran
penting dalam memahami bagaimana masyarakat mengelola sumber daya dan
mencapai tujuan ekonomi mereka. Di dunia Islam, ekonomi juga memiliki peran
khusus, karena Islam memiliki pandangan dan prinsip-prinsip ekonomi yang unik dan
berbeda dari pandangan ekonomi konvensional. Filsafat ilmu ekonomi Islam, yang
mendasarkan diri pada prinsip-prinsip dan ajaran Islam, menjadi semakin relevan
dalam konteks globalisasi dan perkembangan ekonomi global.

Ekonomi Islam dapat diakui sebagai disiplin ilmu dan tidak hanya menjadi
pengetahuan. Ini karena indikator dan elemen-elemen sains telah dipenuhi oleh
ekonomi Islam. Indikatornya yaitu pertama, berbagai informasi tentang ekonomi
Islam telah menyebar di berbagai literatur; dan bahkan, pengetahuan ini telah
dirumuskan secara sistematis. Kedua, ekonomi Islam telah memenuhi tiga elemen
Filsafat sains, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.. Ekonomi Islam yang saat
ini trend mempunyai ciri-ciri, antara lain, berdasarkan etika dan nilai-nilai moral.
Norma dan nilai Islam bukan hanya untuk kehidupan Islam, tetapi semua makhluk
hidup di bumi.

Epistemologi dan aksiologi adalah dua aspek penting dalam memahami dan
menganalisis ilmu ekonomi Islam. Epistemologi mencakup pertanyaan tentang
bagaimana pengetahuan dalam ilmu ekonomi Islam diperoleh, dipahami, dan
diterapkan. Aksiologi berkaitan dengan nilai dan etika yang menjadi dasar bagi
pengambilan keputusan ekonomi dalam pandangan Islam. Oleh karena itu, penting

3
untuk memahami bagaimana ilmu ekonomi Islam memandang sumber-sumber
pengetahuan dan nilai-nilai yang mendasarinya.

Dalam konteks global yang terus berubah, ilmu ekonomi Islam menjadi
semakin relevan. Pandangan Islam tentang distribusi kekayaan, etika bisnis, keadilan
ekonomi, dan kebijakan ekonomi berbeda dari pendekatan konvensional. Oleh karena
itu, penelitian dalam epistemologi ilmu ekonomi Islam dapat memberikan wawasan
tentang bagaimana ekonomi Islam memperoleh pengetahuan dan menjalani proses
pengembangan ilmiah. Sementara itu, penelitian dalam aksiologi ilmu ekonomi Islam
akan membantu memahami nilai-nilai etika yang mendasari kebijakan ekonomi Islam
dan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diimplementasikan dalam praktek ekonomi.

Sistem ekonomi Islam adalah sebuah sistem ekonomi yang terpancar dari
aqidah islamiah. Dengan berdasarkan kepada aturan Allah, setiap perbuatan manusia
mempunyai nilai moral dan ibadah. Setiap tindakan manusia tidak boleh lepas dari
nilai, yang secara vertikal merefleksikan moral yang baik, dan secara horizontal
memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya. Nilai moral “samahah” (lapang
dada, lebar tangan dan murah hati) ditegaskan dalam Hadits riwayat Imam Bukhari
dan Muslim, sebagai prasyarat bagi pelaku ekonomi untuk mendapatkan rahmat Ilahi,
baik selaku pedagang, konsumen, debitur maupun kreditur. Dengan demikian, posisi
Ekonomi Islam terhadap nilai-nilai moral adalah sarat nilai (value loaded), bukan
sekadar memberi nilai tambah (value added) apalagi bebas nilai (value neutral). Jiwa
tatanan dalam ekonomi Islam adalah keseimbangan (tawazun) dan keadilan (al adl).
Hal ini terlihat jelas pada pengakuan atas hak individu dan masyarakat. Sistem
ekonomi yang moderat, tidak menyakiti dan mengangkat yang lemah (kebalikan dari
kapitalis), namun juga mengakui hak dan prestasi individu dan masyarakat (kebalikan
dari sosialis). Etika Islam mengajarkan manusia untuk menjalin kerjasama, tolong-
menolong dan menjauhkan rasa iri dengki dan dendam. Selain itu juga mengajarkan
berkasih sayang, terutama kepada yang lemah.. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi
Islam memiliki potensi untuk memberikan kontribusi positif dalam mengatasi

4
masalah sosial dan ekonomi global, seperti ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan
ketidakstabilan finansial.

Oleh karena itu, makalah ini akan menggali lebih dalam tentang filsafat ilmu
ekonomi Islam dalam konteks epistemologi dan aksiologi. Makalah ini akan
membantu dalam memahami bagaimana ilmu ekonomi Islam berkembang sebagai
ilmu pengetahuan yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam, serta bagaimana prinsip-
prinsip ini dapat diterapkan dalam kebijakan ekonomi dan praktik bisnis. Dengan
demikian, penelitian ini akan memberikan wawasan yang berharga dalam memahami
kontribusi ilmu ekonomi Islam dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan berkeadilan dalam masyarakat Islam dan dunia secara keseluruhan.

5
B. Tujuan

1. Menyelidiki filsafat ilmu ekonomi Islam dalam konteks epistemologi dan


aksiologi, sehingga dapat memberikan pemahaman mendalam tentang landasan
konseptual ilmu ekonomi Islam.
2. Menganalisis peran prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam membentuk
pengambilan keputusan ekonomi, etika bisnis, dan kebijakan ekonomi yang
berlandaskan pada syariah.
3. Mendorong pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana ilmu ekonomi Islam
dapat diterapkan dalam praktek ekonomi.

C. Manfaat
1. Memberikan kontribusi pada pemahaman akademik tentang filsafat ilmu
ekonomi Islam, khususnya dalam hal epistemologi dan aksiologi, sehingga
menjadi sumber referensi yang berguna bagi peneliti dan mahasiswa yang
tertarik dalam studi ekonomi Islam.
2. Menjadi sumber wawasan bagi praktisi, pengambil kebijakan, dan pelaku bisnis
yang ingin memahami bagaimana mereka dapat menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi Islam dalam bisnis mereka, menciptakan peluang investasi yang
berlandaskan syariah, dan mempromosikan keadilan ekonomi.
3. Membantu dalam membentuk pandangan yang lebih holistik tentang ekonomi
Islam dengan mendorong pemahaman yang lebih dalam mengenai prinsip-prinsip
etika dan nilai-nilai dalam ilmu ekonomi Islam tentang ekonomi dan
implikasinya, sehingga dapat menjadi referensi dalam memecahkan masalah
ekonomi dan sosial yang dihadapi oleh masyarakat Islam dan dunia secara lebih
luas.

6
BAB II

A. Filsafat Ilmu Ekonomi Islam dalam Epistemologi

Menurut Rizal Mustansyir (2002) dalam Muliadi S., (2018) bahwa seluruh
dari disiplin ilmu pengetahuan memiliki landasan epistemologi. Dengan kata lain
sebuah ilmu, baru dapat dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu jika ia memenuhi
syarat-syarat ilmiah (scientific).

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani ‘episteme’ yang berarti pengetahuan,


dan ‘logos’ yang berarti teori. Epistemologi dapat juga diartikan sebagai teori tentang
pengetahuan, atau theory of knowledge. Menurut Jujun S. Suria Sumantri (1990)
epistemologi adalah arah berfikir manusia dalam menemukan dan memperoleh suatu
ilmu pengetahuan dengan menggunakan kemampuan rasio. Epistemologis adalah
cabang filsafat yang membahas secara mendalam segenap proses untuk memperoleh
ilmu pengetahuan. Epistemologi ini pada umumnya disebut filsafat pengetahuan yang
berkaitan dengan asal-asal (sumber) pengetahuan, bagaimana memperoleh
pengetahuan (metodologi) dan kesahihan (validitas) pengetahuan tersebut.

Secara epistemologi, ekonomi berasal dari oikonomia (Greek atau Yunani),


kata oikonomia berasal dari dua kata oikos yang berarti rumah tangga dan nomos
yang berarti aturan. Jadi ilmu ekonomi adalah ilmu mengatur rumah tangga, yang
dalam bahasa inggris disebut sebagai economics. Secara terminologi, ilmu ekonomi
didefinisikan sebagai kajian tentang perilaku manusia dalam hubungan dengan
pemanfaatan sumber-sumber prospektif yang langka untuk memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi.

Dari sudut pandang epistemologi dapat diketahui bahwa ilmu ekonomi


diperoleh melalui pengamatan (empirisme) terhadap gejala sosial masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengamatan yang dilakukan kemudian digeneralisasi

7
melalui premis-premis khusus untuk mengambil simpulan yang bersifat umum. Pada
tahap ini, ilmu ekonomi menggunakan penalaran yang bersifat kuantitatif. Perubahan
dan keajegan yang diamati dalam sistem produksi dan distribusi barang dan jasa
kemudian dijadikan sebagai teori-teori umum yang dapat menjawab berbagai masalah
ekonomi. Sebagai sebuah contoh dapat dilihat dari teori permintaan (demand) dalam
ilmu ekonomi yang berbunyi “apabila permintaan terhadap sebuah barang naik, maka
harga barang tersebut secara otomatis akan menjadi naik”. Teori tersebut diperoleh
dari pengalaman dan fakta di lapangan yang diteliti secara konsisten oleh para ahli
ekonomi. Berdasarkan cara kerja yang demikian, penemuan teori-teori ilmu ekonomi
dikelompokkan ke dalam context of discovery (Akbar & Lidyah, 2013).

Ilmu ekonomi Islam pada dasarnya merupakan perpaduan antara dua jenis
ilmu yaitu ilmu ekonomi dan ilmu agama Islam (fiqh mu‟amalat). Sebagaimana
layaknya ilmu-ilmu lain, ilmu ekonomi Islam juga memiliki dua objek kajian yaitu
objek formal dan objek material. Objek formal ilmu ekonomi Islam adalah seluruh
sistem produksi dan distribusi barang dan jasa yang dilakukan oleh pelaku bisnis baik
dari aspek prediksi tentang laba rugi yang akan dihasilkan maupun dari aspek
legalitas sebuah transaksi. Sedangkan objek materialnya adalah seluruh ilmu yang
terkait dengan ilmu ekonomi Islam (Akbar & Lidyah, 2013).

Epistemologi Islam menurut (Hafas Furqani) berdasarkan pada “Islamic


worldview” yang ditemukan melalui wahyu dan iman. Berbeda dengan epistemologi
Barat yang mengakar pada rasionalism dan materialism.Kemudian beliau
menambahkan bahwa era berkembangnya epistemologi Islam adalah tahun 1970an
ketika dimulainya islamisasi ilmu pengetahuan sedangkan epistemologi Barat pada
zaman Pencerahan

Secara garis besar, metodologi epistemologi ekonomi Islam tersusun secara


sistematis sebagai berikut: Pertama, Al-Qur’an adalah sumber pertama dan utama
yang digunakan dalam ekonomi Islam. Di dalamnya ditemukan banyak sekali hal-hal

8
yang berkaitan dan mengatur kegiatan ekonomi umat. AlQur’an yang merupakan
wahyu dari Allah SWT tidak saja membuat dalil-dalil normatif, tetapi juga fakta
empiris yang bersifat empiris, faktual, dan objektif. Al-Qur’an selanjutnya diperjelas
oleh sunnah Rasulullah atau yang kita sebut dengan Hadis. Dengan demikian Al-
Qur’an dan Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam. (Rayuanda & Thamrin,
2022). Kedua, setelah Al-Qur’an dan Sunnah, selanjutnya dalam epistemologi
ekonomi Islam diperlukan ijtihad melalui akal. Suparman Usman mendefinisikan
Ijtihad sebagai “proses upaya penggalian melalui akal pikiran manusia (ra’yu) dari
alwahyu alilahi, bagi masalah masalah yang belum jelas atau tidak secara tegas
disebut hukumnya didalam Al-Qur’an (Mardani, 2017).

Berdasarkan epistemologi ekonomi Islam tersebut diatas, sudah jelas bahwa


ekonomi Islam bukan hanya sistem atau norma dan bukan sesuatu yang dibuat-buat.
Namun, ekonomi Islam merupkan sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang tidak hanya
mengandalkan rasio dan empiris, tetapi diperoleh melalui metodologi keilmuan
ilmiah.

9
B. Filsafat Ilmu Ekonomi Islam dalam Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana


manusia menggunakan ilmunya (Vardiansyah, 2008). Aksiologi ialah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut
pandang kefilsafatan. Di Dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang
bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti epistimologis, etika
dan estetika. Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethics)
atau moral (morals), tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih
akrab dipakai dalam dialog filosofis. Aksiologi bisa disebut sebagai the theory of
value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan
buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan
tujuan (means and ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten
untuk perilaku etis.

Kajian aksiologis ekonomi Islam adalah membicarakan ekonomi Islam dari


segi nilai dan manfaat dari ilmu. Dengan pendekatan aksiologis, diperlukan untuk
melihat fungsi dan kegunaan ilmu ekonomi Islam dalam menyelesaikan berbabagai
persoalan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan ilmu ekonomi
Islam adalah untuk mencapai falah atau kebahagiaan dunia-akhirat (Muliadi S.,
2018). Ekonomi Islam sebagai suatu aksiologi memiliki tujuan utama dalam membagi
kesejahteraan kepada pihak lain, tidak hanya untuk diri sendiri. Bahwa tujuan akhir
dari seluruh aspek ekonomi dalam Islam adalah untuk menyebarkan kebermanfaatan
kepada ummat secara keseluruhan, itulah mengapa dalam Islam sifat individualistic
ditolak.

Aksiologi ilmu ekonomi syariah, pada dasarnya terangkum dalam output dan
kegunaan ekonomi syariah, yang ingin selalu mensejahterakan umat manusia,
menyelamatkan umat manusia di dunia dan di akhirat, dan menolak segala bentuk
eksploitasi yang merugikan umat manusia yang mengarah pada kerusakan (mafsadah)

10
yang merugikan umat manusia dan merupakan antitesis dari kemaslahatan
(maslahah). Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non-
material yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang
paling muliah Aksiologi ilmu ekonomi syariah ini terkait dengan tujuan ekonomi
syariah, yakni maslahah (kemaslahatan) bagi umat manusia, dengan mengusahakan
segala aktivitas demi tercapainya hal-hal yang berakibat pada adanya kemaslahatan
bagi manusia. Di samping itu, juga bisa dengan mengusahakan aktivitas secara
langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu sendiri atau dengan menghindarkan
diri dari segala hal yang membawa kemaslahatan bisa dilakukan dengan cara min
haitsu al-wujud dan min haitsu al-alam. Min haitsu al-wujud diwujudkan dengan cara
mengusahakan segala bentuk aktivitas dalam ekonomi yang bisa membawa
kemaslahatan, sementara. min haitsu al-alam diwujudkan dengan cara menolak dan
memerangi segala hal yang bisa menghambat jalannya kemaslahatan Maslahah
sendiri ini pada dasarnya sebagai tujuan dalam rangka mencapai tujuan hidup yang
hakiki, yaitu falah, kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Untuk kehidupan di
dunia, falah mencakup tiga pengertian, yaitu kelangsungan hidup, kebebasan
berkeinginan, serta kekuatan dan kehormatan.

Ada dua pendekatan utama yang digunakan dalam pengembangan dari ilmu
ekonomi Islam, yaitu deduktif dan induktif. Pendekatan deduktif diawali dengan
mengekstraksi inti dari ajaran Islam menjadi elemen-elemen teori ekonomi Islam.
metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapakan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang
khusus. Metode qiyas dalam hal fiqh sesungguhnya mirip dengan metode deduktif
ini. Membuat kesimpulan umum dari pernyataan khusus. Metode induktif atau
disebut juga dengan metode empiris, adalah menarik suatu kesimpulan dari yang
bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Contoh-contoh kongkrit dan
fakta diuraikan terlebih dahulu, kemudian dirumuskan menjadi suatu kesimpulan.

11
Pada metode induktif, data dikaji melalui proses yang berlangsung dari fakta
(Muliadi, S. (2018).

Perbedaan antara ilmu ekonomi dan fiqh muamalat dapat ditelurusi lebih
dalam dari aspek aksiologisnya. Ilmu ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk
membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya . Sedangkan fiqh
muamalat berfungsi untuk mengatur hukum kontrak (aqad) baik yang bersifat sosial
maupun komersil. Secara pragmatis dapat disebutkan bahwa ilmu ekonomi lebih
berorientasi materialis, sementara fiqh muamalat lebih terfokus pada hal- hal yang
bersifat normatif. Atau dengan kata lain, ilmu ekonomi mempelajari teknik dan
metode, sedangkan fiqh muamalat menentukan status hukum boleh tidaknya sebuah
transaksi bisnis. (Akbar D.A., & Lidyah R., 2013).

Realitas di lapangan menunjukkan bahwa aspek aksiologis ilmu ekonomi


konvensional dapat saja bertentangan dengan aspek aksiologis fiqh muamalah karena
sesuatu yang sah dalam transaksi bisnis belum tentu sah dalam pandangan fiqh
muamalat. Sebagai contoh, modus transaksi kontemporer melalui perantaraan internet
tanpa memperlihatkan barang yang dijadikan objek maupun tanpa kehadiran penjual
dan pembeli dianggap sah dalam ilmu ekonomi sejauh kedua belah pihak sama-sama
menyetujui memorandum of understanding (MoU) yang dibuat sebelumnya. Fiqh
muamalat dengan sejumlah teorinya belum tentu menerima transaksi tersebut.
Sedikitnya terdapat dua kejanggalan dalam transaksi jenis ini. Pertama tidak
diperlihatkannya barang yang diperjualbelikan, dan kedua tidak adanya aqad jual beli
yang wajib diucapkan secara jelas oleh masing-masing pihak (Akbar D.A., & Lidyah
R., 2013).

Kajian aksiologi ekonomi Islam akan membahas tentang ekonomi Islam dari
aspek system nilai dan manfaat dalam mewujudkan pembangunan ekonomi adil dan
berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi dalam perspektif Islam harus memasukkan
aspek aksiologis (nilai, moral) agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya diorientasikan

12
kepada kesejahteraan materi saja melainkan memasukkan juga aspek ruhaniyah
(Abidin, 2012). Dalam pandangan ekonomi konvensional, pertumbuhan ekonomi
secara garis besar ditujukan untuk kesejahteraan materi, yang itu hanya berdimensi
jangka pendek, atau dengan ungkapan lain hanya untuk kesejahteraan duniawi tanpa
diimbangi dengan tujuan ukhrawi. Pemasukan istilah yang mencerminkan kepuasan
ruhaniyah dalam fungsi ini tidak akan menimbulkan masalah matematis, karena
sifatnya yang tidak berwujud. Di sisi lain Islam juga memandang bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan satu sarana untuk menjamin tegaknya keadilan sosial secara
kekal (Naqvi, 1991).

Pembangunan tersebut tidak eksklusif pada perkembangan material individu


dan masyarakat tetapi juga mencakup dimensi moral dan spiritual yang semuanya
mengarah pada kesejahteraan sosial-ekonomi maksimum serta ketertiban yang adil
yang menghasilkan kebaikan tertinggi umat manusia, di dunia dan akhirat.
Pembangunan ekonomi dalam Islam didefinisikan sebagai peningkatan yang
seimbang dan berkelanjutan dalam kesejahteraan material dan non-material manusia,
pembangunan sebagai proses multidimensi yang melibatkan peningkatan
kesejahteraan melalui kemajuan, reorganisasi dan reorientasi seluruh ekonomi dan
sistem sosial, serta peningkatan spiritual, sesuai dengan ajaran Islam.

13
BAB III
Kesimpulan

Filsafat ilmu ekonomi Islam, secara epistemologis, menekankan pentingnya


sumber pengetahuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, seperti Al-Quran dan
Hadis, dalam memahami dan menganalisis fenomena ekonomi. Hal ini mengarah
pada pengembangan metodologi khusus yang memadukan ekonomi konvensional
dengan prinsip-prinsip Islam. Epistemologi ekonomi Islam menegaskan bahwa
pemahaman ekonomi harus sesuai dengan ajaran Islam dan menekankan etika,
moralitas, dan tujuan keadilan dalam analisis ekonomi.

Sementara itu, dari perspektif aksiologi, filsafat ilmu ekonomi Islam


menekankan pentingnya nilai-nilai, etika, dan moral dalam konteks ekonomi. Prinsip-
prinsip seperti tawhid (kesatuan Allah), keadilan, larangan riba (bunga), dan
kepentingan bersama (maslahah) menjadi panduan utama dalam menentukan
tindakan ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam. Aksiologi ekonomi Islam
mengarahkan upaya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dengan menjunjung
tinggi prinsip-prinsip moral dan etika dalam semua aspek kehidupan ekonomi.

Dengan demikian, filsafat ilmu ekonomi Islam menggabungkan epistemologi


yang menekankan landasan pengetahuan yang sesuai dengan Islam dengan aksiologi
yang menekankan nilai-nilai dan prinsip-prinsip etika Islam dalam pengembangan
teori ekonomi dan perumusan kebijakan ekonomi. Ini menciptakan pendekatan
ekonomi yang mempromosikan keseimbangan antara pertimbangan praktis dan moral
dalam upaya mencapai kesejahteraan ekonomi yang berkelanjutan dan adil sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2012). Meneropong Konsep Pertumbuhan Ekonomi. Meneropong Konsep


Pertumbuhan Ekonomi (Telaah Atas Kontribusi Sistem Ekonomi Islam Atas
Sistem Ekonomi Konvensional), 7(2), 356-367. http://ejournal.iainmadura.
ac.id/index.php/alihkam/article/view/3 34

Akbar, D. A., & Lidyah, R. (2013). Kajian Filsafat Ilmu Terhadap Ekonomi Islam. E-
Jurnal IAIN Raden Fatah, 13(1), 69-89.

Aksiologi Ilmu, dalamhttp://adikke3ku.wordpress.com/2012/02/110/aksiologi-ilmu,


diakses jam 19.30 WIB,Tanggal17 September 2017

Muliadi S. (2018). Epistemologi Ekonomi Islam dan Maqasid Syariah dalam


Kurikulum Ekonomi Islam di Perguruan Tinggi. ISLAMICONOMIC: Jurnal
Ekonomi Islam, 9(2).

Naqvi, S. N. H. (1991). Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami, terj. Husin
Anis. Mizan

Rayuanda, E., & Thamrin, H. (2022). Epistemologi Ekonomi Syariah. SYARIKAT :


Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah, 93-100.

Vardiansyah, D. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks.

15

Anda mungkin juga menyukai