Filsafat Ilmu Ekonomi Islam Dalam Epitemologi Dan Aksiologi
Filsafat Ilmu Ekonomi Islam Dalam Epitemologi Dan Aksiologi
Norma Anggraeni
20230420100
2023
Daftar Isi
BAB I.......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Tujuan..........................................................................................................................6
C. Manfaat........................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
A. Filsafat Ilmu Ekonomi Islam dalam Epistemologi.......................................................7
B. Filsafat Ilmu Ekonomi Islam dalam Aksiologi...........................................................10
BAB III..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15
2
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ilmu ekonomi adalah salah satu disiplin ilmu sosial yang memiliki peran
penting dalam memahami bagaimana masyarakat mengelola sumber daya dan
mencapai tujuan ekonomi mereka. Di dunia Islam, ekonomi juga memiliki peran
khusus, karena Islam memiliki pandangan dan prinsip-prinsip ekonomi yang unik dan
berbeda dari pandangan ekonomi konvensional. Filsafat ilmu ekonomi Islam, yang
mendasarkan diri pada prinsip-prinsip dan ajaran Islam, menjadi semakin relevan
dalam konteks globalisasi dan perkembangan ekonomi global.
Ekonomi Islam dapat diakui sebagai disiplin ilmu dan tidak hanya menjadi
pengetahuan. Ini karena indikator dan elemen-elemen sains telah dipenuhi oleh
ekonomi Islam. Indikatornya yaitu pertama, berbagai informasi tentang ekonomi
Islam telah menyebar di berbagai literatur; dan bahkan, pengetahuan ini telah
dirumuskan secara sistematis. Kedua, ekonomi Islam telah memenuhi tiga elemen
Filsafat sains, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.. Ekonomi Islam yang saat
ini trend mempunyai ciri-ciri, antara lain, berdasarkan etika dan nilai-nilai moral.
Norma dan nilai Islam bukan hanya untuk kehidupan Islam, tetapi semua makhluk
hidup di bumi.
Epistemologi dan aksiologi adalah dua aspek penting dalam memahami dan
menganalisis ilmu ekonomi Islam. Epistemologi mencakup pertanyaan tentang
bagaimana pengetahuan dalam ilmu ekonomi Islam diperoleh, dipahami, dan
diterapkan. Aksiologi berkaitan dengan nilai dan etika yang menjadi dasar bagi
pengambilan keputusan ekonomi dalam pandangan Islam. Oleh karena itu, penting
3
untuk memahami bagaimana ilmu ekonomi Islam memandang sumber-sumber
pengetahuan dan nilai-nilai yang mendasarinya.
Dalam konteks global yang terus berubah, ilmu ekonomi Islam menjadi
semakin relevan. Pandangan Islam tentang distribusi kekayaan, etika bisnis, keadilan
ekonomi, dan kebijakan ekonomi berbeda dari pendekatan konvensional. Oleh karena
itu, penelitian dalam epistemologi ilmu ekonomi Islam dapat memberikan wawasan
tentang bagaimana ekonomi Islam memperoleh pengetahuan dan menjalani proses
pengembangan ilmiah. Sementara itu, penelitian dalam aksiologi ilmu ekonomi Islam
akan membantu memahami nilai-nilai etika yang mendasari kebijakan ekonomi Islam
dan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diimplementasikan dalam praktek ekonomi.
Sistem ekonomi Islam adalah sebuah sistem ekonomi yang terpancar dari
aqidah islamiah. Dengan berdasarkan kepada aturan Allah, setiap perbuatan manusia
mempunyai nilai moral dan ibadah. Setiap tindakan manusia tidak boleh lepas dari
nilai, yang secara vertikal merefleksikan moral yang baik, dan secara horizontal
memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya. Nilai moral “samahah” (lapang
dada, lebar tangan dan murah hati) ditegaskan dalam Hadits riwayat Imam Bukhari
dan Muslim, sebagai prasyarat bagi pelaku ekonomi untuk mendapatkan rahmat Ilahi,
baik selaku pedagang, konsumen, debitur maupun kreditur. Dengan demikian, posisi
Ekonomi Islam terhadap nilai-nilai moral adalah sarat nilai (value loaded), bukan
sekadar memberi nilai tambah (value added) apalagi bebas nilai (value neutral). Jiwa
tatanan dalam ekonomi Islam adalah keseimbangan (tawazun) dan keadilan (al adl).
Hal ini terlihat jelas pada pengakuan atas hak individu dan masyarakat. Sistem
ekonomi yang moderat, tidak menyakiti dan mengangkat yang lemah (kebalikan dari
kapitalis), namun juga mengakui hak dan prestasi individu dan masyarakat (kebalikan
dari sosialis). Etika Islam mengajarkan manusia untuk menjalin kerjasama, tolong-
menolong dan menjauhkan rasa iri dengki dan dendam. Selain itu juga mengajarkan
berkasih sayang, terutama kepada yang lemah.. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi
Islam memiliki potensi untuk memberikan kontribusi positif dalam mengatasi
4
masalah sosial dan ekonomi global, seperti ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan
ketidakstabilan finansial.
Oleh karena itu, makalah ini akan menggali lebih dalam tentang filsafat ilmu
ekonomi Islam dalam konteks epistemologi dan aksiologi. Makalah ini akan
membantu dalam memahami bagaimana ilmu ekonomi Islam berkembang sebagai
ilmu pengetahuan yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam, serta bagaimana prinsip-
prinsip ini dapat diterapkan dalam kebijakan ekonomi dan praktik bisnis. Dengan
demikian, penelitian ini akan memberikan wawasan yang berharga dalam memahami
kontribusi ilmu ekonomi Islam dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan berkeadilan dalam masyarakat Islam dan dunia secara keseluruhan.
5
B. Tujuan
C. Manfaat
1. Memberikan kontribusi pada pemahaman akademik tentang filsafat ilmu
ekonomi Islam, khususnya dalam hal epistemologi dan aksiologi, sehingga
menjadi sumber referensi yang berguna bagi peneliti dan mahasiswa yang
tertarik dalam studi ekonomi Islam.
2. Menjadi sumber wawasan bagi praktisi, pengambil kebijakan, dan pelaku bisnis
yang ingin memahami bagaimana mereka dapat menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi Islam dalam bisnis mereka, menciptakan peluang investasi yang
berlandaskan syariah, dan mempromosikan keadilan ekonomi.
3. Membantu dalam membentuk pandangan yang lebih holistik tentang ekonomi
Islam dengan mendorong pemahaman yang lebih dalam mengenai prinsip-prinsip
etika dan nilai-nilai dalam ilmu ekonomi Islam tentang ekonomi dan
implikasinya, sehingga dapat menjadi referensi dalam memecahkan masalah
ekonomi dan sosial yang dihadapi oleh masyarakat Islam dan dunia secara lebih
luas.
6
BAB II
Menurut Rizal Mustansyir (2002) dalam Muliadi S., (2018) bahwa seluruh
dari disiplin ilmu pengetahuan memiliki landasan epistemologi. Dengan kata lain
sebuah ilmu, baru dapat dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu jika ia memenuhi
syarat-syarat ilmiah (scientific).
7
melalui premis-premis khusus untuk mengambil simpulan yang bersifat umum. Pada
tahap ini, ilmu ekonomi menggunakan penalaran yang bersifat kuantitatif. Perubahan
dan keajegan yang diamati dalam sistem produksi dan distribusi barang dan jasa
kemudian dijadikan sebagai teori-teori umum yang dapat menjawab berbagai masalah
ekonomi. Sebagai sebuah contoh dapat dilihat dari teori permintaan (demand) dalam
ilmu ekonomi yang berbunyi “apabila permintaan terhadap sebuah barang naik, maka
harga barang tersebut secara otomatis akan menjadi naik”. Teori tersebut diperoleh
dari pengalaman dan fakta di lapangan yang diteliti secara konsisten oleh para ahli
ekonomi. Berdasarkan cara kerja yang demikian, penemuan teori-teori ilmu ekonomi
dikelompokkan ke dalam context of discovery (Akbar & Lidyah, 2013).
Ilmu ekonomi Islam pada dasarnya merupakan perpaduan antara dua jenis
ilmu yaitu ilmu ekonomi dan ilmu agama Islam (fiqh mu‟amalat). Sebagaimana
layaknya ilmu-ilmu lain, ilmu ekonomi Islam juga memiliki dua objek kajian yaitu
objek formal dan objek material. Objek formal ilmu ekonomi Islam adalah seluruh
sistem produksi dan distribusi barang dan jasa yang dilakukan oleh pelaku bisnis baik
dari aspek prediksi tentang laba rugi yang akan dihasilkan maupun dari aspek
legalitas sebuah transaksi. Sedangkan objek materialnya adalah seluruh ilmu yang
terkait dengan ilmu ekonomi Islam (Akbar & Lidyah, 2013).
8
yang berkaitan dan mengatur kegiatan ekonomi umat. AlQur’an yang merupakan
wahyu dari Allah SWT tidak saja membuat dalil-dalil normatif, tetapi juga fakta
empiris yang bersifat empiris, faktual, dan objektif. Al-Qur’an selanjutnya diperjelas
oleh sunnah Rasulullah atau yang kita sebut dengan Hadis. Dengan demikian Al-
Qur’an dan Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam. (Rayuanda & Thamrin,
2022). Kedua, setelah Al-Qur’an dan Sunnah, selanjutnya dalam epistemologi
ekonomi Islam diperlukan ijtihad melalui akal. Suparman Usman mendefinisikan
Ijtihad sebagai “proses upaya penggalian melalui akal pikiran manusia (ra’yu) dari
alwahyu alilahi, bagi masalah masalah yang belum jelas atau tidak secara tegas
disebut hukumnya didalam Al-Qur’an (Mardani, 2017).
9
B. Filsafat Ilmu Ekonomi Islam dalam Aksiologi
Aksiologi ilmu ekonomi syariah, pada dasarnya terangkum dalam output dan
kegunaan ekonomi syariah, yang ingin selalu mensejahterakan umat manusia,
menyelamatkan umat manusia di dunia dan di akhirat, dan menolak segala bentuk
eksploitasi yang merugikan umat manusia yang mengarah pada kerusakan (mafsadah)
10
yang merugikan umat manusia dan merupakan antitesis dari kemaslahatan
(maslahah). Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non-
material yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang
paling muliah Aksiologi ilmu ekonomi syariah ini terkait dengan tujuan ekonomi
syariah, yakni maslahah (kemaslahatan) bagi umat manusia, dengan mengusahakan
segala aktivitas demi tercapainya hal-hal yang berakibat pada adanya kemaslahatan
bagi manusia. Di samping itu, juga bisa dengan mengusahakan aktivitas secara
langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu sendiri atau dengan menghindarkan
diri dari segala hal yang membawa kemaslahatan bisa dilakukan dengan cara min
haitsu al-wujud dan min haitsu al-alam. Min haitsu al-wujud diwujudkan dengan cara
mengusahakan segala bentuk aktivitas dalam ekonomi yang bisa membawa
kemaslahatan, sementara. min haitsu al-alam diwujudkan dengan cara menolak dan
memerangi segala hal yang bisa menghambat jalannya kemaslahatan Maslahah
sendiri ini pada dasarnya sebagai tujuan dalam rangka mencapai tujuan hidup yang
hakiki, yaitu falah, kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Untuk kehidupan di
dunia, falah mencakup tiga pengertian, yaitu kelangsungan hidup, kebebasan
berkeinginan, serta kekuatan dan kehormatan.
Ada dua pendekatan utama yang digunakan dalam pengembangan dari ilmu
ekonomi Islam, yaitu deduktif dan induktif. Pendekatan deduktif diawali dengan
mengekstraksi inti dari ajaran Islam menjadi elemen-elemen teori ekonomi Islam.
metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapakan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang
khusus. Metode qiyas dalam hal fiqh sesungguhnya mirip dengan metode deduktif
ini. Membuat kesimpulan umum dari pernyataan khusus. Metode induktif atau
disebut juga dengan metode empiris, adalah menarik suatu kesimpulan dari yang
bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Contoh-contoh kongkrit dan
fakta diuraikan terlebih dahulu, kemudian dirumuskan menjadi suatu kesimpulan.
11
Pada metode induktif, data dikaji melalui proses yang berlangsung dari fakta
(Muliadi, S. (2018).
Perbedaan antara ilmu ekonomi dan fiqh muamalat dapat ditelurusi lebih
dalam dari aspek aksiologisnya. Ilmu ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk
membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya . Sedangkan fiqh
muamalat berfungsi untuk mengatur hukum kontrak (aqad) baik yang bersifat sosial
maupun komersil. Secara pragmatis dapat disebutkan bahwa ilmu ekonomi lebih
berorientasi materialis, sementara fiqh muamalat lebih terfokus pada hal- hal yang
bersifat normatif. Atau dengan kata lain, ilmu ekonomi mempelajari teknik dan
metode, sedangkan fiqh muamalat menentukan status hukum boleh tidaknya sebuah
transaksi bisnis. (Akbar D.A., & Lidyah R., 2013).
Kajian aksiologi ekonomi Islam akan membahas tentang ekonomi Islam dari
aspek system nilai dan manfaat dalam mewujudkan pembangunan ekonomi adil dan
berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi dalam perspektif Islam harus memasukkan
aspek aksiologis (nilai, moral) agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya diorientasikan
12
kepada kesejahteraan materi saja melainkan memasukkan juga aspek ruhaniyah
(Abidin, 2012). Dalam pandangan ekonomi konvensional, pertumbuhan ekonomi
secara garis besar ditujukan untuk kesejahteraan materi, yang itu hanya berdimensi
jangka pendek, atau dengan ungkapan lain hanya untuk kesejahteraan duniawi tanpa
diimbangi dengan tujuan ukhrawi. Pemasukan istilah yang mencerminkan kepuasan
ruhaniyah dalam fungsi ini tidak akan menimbulkan masalah matematis, karena
sifatnya yang tidak berwujud. Di sisi lain Islam juga memandang bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan satu sarana untuk menjamin tegaknya keadilan sosial secara
kekal (Naqvi, 1991).
13
BAB III
Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, D. A., & Lidyah, R. (2013). Kajian Filsafat Ilmu Terhadap Ekonomi Islam. E-
Jurnal IAIN Raden Fatah, 13(1), 69-89.
Naqvi, S. N. H. (1991). Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami, terj. Husin
Anis. Mizan
15