Psikologi Kelompok 5
Psikologi Kelompok 5
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Islam
Disusun oleh:
Kelompok 5
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Psikologi Islam dan Problematika Rumah Tangga”.
Makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Psikologi Islam di Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial, Univeritas
Negeri Jakarta.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini hingga selesai tepat pada waktunya. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya kami
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta harap memaklumi
apabila ada segala kekurangan tersebut.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Cover
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian psikologi Islam?
2. Untuk mengetahui pengertian dan prinsip rumah tangga yang baik menurut
agama Islam?
3. Untuk mengetahui apa saja problematika rumah tangga serta solusinya?
4. Untuk memenuhi tugas matakuliah psikologi islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. Pengertian dan Prinsip Rumah Tangga
a. Pengertian Rumah Tangga
Rumah tangga terdiri dari satu atau lebih orang yang tinggal
bersama-sama di sebuah tempat tinggal dan juga berbagi makanan atau
akomodasi hidup, dan bisa terdiri dari satu keluarga atau sekelompok
orang. Sebuah tempat tinggal dikatakan berisi beberapa rumah tangga jika
penghuninya tidak berbagi makanan atau ruangan. Rumah tangga adalah
dasar bagi unit analisis dalam banyak model sosial, mikroekonomi, dan
pemerintahan, dan menjadi bagian penting dalam ilmu ekonomi.
Dalam arti luas, rumah tangga tidak hanya terbatas pada keluarga,
bisa berupa rumah tangga perusahaan, rumah tangga negara, dan lain
sebagainya. Istilah rumah tangga bisa juga didefinisikan sebagai sesuatu
yang berkenaan dengan urusan kehidupan di rumah. Sedangkan istilah
berumah tangga secara umum diartikan sebagai berkeluarga (KBBI).1
2. Selalu jawab telepon dari suami / istri kita dan bila memungkinkan,
usahakan telepon tetap aktif saat bersama pasangan kita.
3. Buatlah waktu bersama menjadi prioritas. Waktu adalah “mata uang untuk
sebuah hubungan” sehingga secara konsisten kita harus menginvestasikan
waktu ke dalam pernikahan kita.
6. Dalam setiap argumen, ingatlah bahwa tidak akan ada “pemenang” dan
“pecundang.” kita adalah pasangan dalam segala hal sehingga kita bisa
menang bersama atau kalah bersama. Bekerja sama untuk mencari solusinya.
7. Ingat bahwa pernikahan yang kuat jarang memiliki dua orang kuat pada saat
bersamaan. Biasanya suami dan istri bergantian menjadi kuat satu sama lain
pada saat-saat ketika yang lain merasa lemah.
8. Prioritaskan apa yang terjadi di kamar tidur. Dibutuhkan lebih dari sekedar
seks untuk membangun pernikahan yang kuat, tapi hampir tidak mungkin
untuk membangun pernikahan yang kuat tanpa hubungan suami istri yang
sehat.
10. Berikan yang terbaik satu sama lain, bukan sisa setelah kita memberikan
yang terbaik untuk orang lain.2
a) Contoh kasus seperti yang dilansir dari laman berita detik health
ialah dimana adanya suatu hubungan rummah tangga yang
mengalami kesenjangan dalam hubungan seks karena berbeda
2
Mila” Ini 10 prinsip berumah tangga untuk suami istri”, https://www.islampos.com/ini-10-prinsip-
berumah-tangga-untuk-suami-istri-77926/, diakses pada tangga 12 Juni 2019
4
paham antara suami dan istrinya. Yang di mana suami menyatakan
bagidirinya bahwa seks itu ialah kebutuhan yang paling utama
sedangkan sang istri menyatakan bahwa seks ialah hal yang di
tempatkan pada nomor sekian. Jadi terbentuklah prilaku-prilaku
yang sedikit menyimpang akibat psikologis suami terguncang
karena pemahaman seks sang istri.
Dalam bulan madu, berbicaralah dari hati ke hati jika antara suami
dengan istri nyatakan bahwa kalian masih saling mencintai, saling
memaafkan dan mulailah dengan saling mengungkapkan hal positif
mengenai satu sama lain. Lalu barulah bermesraan, bisa dengan bercerita
mengenai fantasi seksual pada istri, yakinkan istri bahwa tidak ada
seorang wanita pun yang diinginkan kecuali bersama dengannya. Sang
Psikater pun yakin hubunganya akan lebih bahagia.3
a). Kekerasan dalam rumah tangga atau yang biasa disingkat dengan
KDRT merupakan kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga, baik
dilakukan oleh suami maupun istri. Kekerasan sendiri menurut bahasa
berasal dari kata keras yang dalam bahasa Inggris violence yang berati
kuat atau kuasa. Mendapat imbuhan ke-an, kekerasan berarti tidak lunak,
tidak lembut, tidak halus. Menurut istilah, kekerasan berarti sebuah
ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun verbal yang
mencerminkan pada tindakan agresif dan penyerangan pada kebebasan
atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau
sekelompok orang. KDRT tidak hanya dilakukan oleh suami, tetapi juga
ada yang dilakukan oleh istri. Tetapi KDRT lebih sering dialami oleh istri
sebagai korban.
3
Putra Agus Harnowo “Istri tak peduli kebutuhan biologis suami, harus bagaimana?”, diakses
darihttps://health.detik.com/konsultasi-psikologi-seks-dan-perkawinan/d-2169195/istri-tak-peduli-
kebutuhan-biologis-suami-harus-bagaimana?code=sXulx2NYAz91t4yXs5nw8UuJyuMXb8, pada tanggal
12 Juni 2019
6
hukum dalam lingkup rumah tangga.
5. Antara suami dan istri tidak saling memahami, dan tidak saling
mengerti. Sehingga jika terjadi permasalahan keluarga,
komunikasi tidak berjalan baik sebagaimana mestinya.
8
ketidakharmonisan antara keduanya.
4. Terganggunya motif sosial, artinya komunikasi atau interaksi antara
pasangan suami istri tidak dapat berjalan dengan baik. Sehingga
jika terjadi kesalah fahaman atau perbedaan, hanya mementingkan
ego dari masing-masing tanpa adanya komunikasi timbal balik yang
baik hingga kekerasan menurut mereka yang dapat menyelesaikan
masalah.
b. Harapan, setiap pasangan suami istri memiliki suatu harapan mengenai
apa yang akan dicapai dalam keluarganya, misalnya harapan agar
keluarganya hidup sejahtera dengan berkecukupan akan tetapi harapan
tersebut tidak dapat berjalan sebagai kenyataan. Kemudian diantara
keduanya tidak dapat menerima kenyataan sehingga yang terjadi
hanyalah tuntutan kepada pasangan tanpa memikirkan bersama jalan
keluar.
c. Nilai atau norma, dapat terjadi KDRT jika terjadi pelanggaran terhadap
nilai dan norma yang ada di dalam keluarga atau tidak dipatuhinya nilai
di dalam keluarga. Misalnya penerapan nilai etika yang salah, tidak
adanya penghormatan dari istri terhadap suami atau sebaliknya, tidak
adanya kepercayan suami terhadap istri, tidak berjalannya fungsi dan
peran dari masing-masing anggota keluarga.
c). Bentuk – bentuk KDRT
a. Kekerasan fisik
Merupakan kekerasan yang menimbulkan rasa sakit, jatuh sakit ataupun
luka berat. Terdapat dua bentuk dalam kekerasan fisik yaitu bentuk ringan dan
berat. Contoh kekerasan fisik dalam bentuk ringan seperti mencubit, menjabak,
memukul tetapi tidak menimbulkan cedera, dll. Sedangkan kekerasan fisik
dalam bentuk berat seperti memukul hingga cedera, menganiaya, melukai,
membunuh dll.
b. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis merupakan perbuatan yang mengakibatkan ketakutan ,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Contohnya seperti istri
yang selalu dicemooh oleh suaminya dengan panggilan “gemuk”, “bungkuk”,
“sapi gembrot” dan lain sebagainya dan hal tersebut mengakibatkan psikis sang
9
istri tertekan, dan hilang rasa percaya diri.
c. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual dapat berbentuk pelecehan seksual seperti ucapan,
simbol dan sikap yang mengarah porno, perbuatan cabul, perkosaan dan
sejenisnya. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga. Pemaksaan hubungan seksual terhadap
salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan tujuan tertentu. Contohnya seperti seorang suami yang memaksa
istrinya untuk terus memiliki anak hingga keinginannya tercapai. Keinginan
tersebut seperti ingin memiliki anak laki-laki atau perempuan. Selain itu juga
berupa hubungan intim yang dipaksakan, seperti suami yang menjual
pasangannya demi meraih keuntungan.
d. Kekerasan ekonomi atau penelantaran rumah tangga
Bentuk Kekerasan dalam bentuk penelantaran ekonomi pada umumnya
seperti tidak menjalankan tanggungjawabnya dalam memberikan nafkah dan
hak-hak ekonomi lainnya terhadap istri, anak atau anggota keluarga lainnya
dalam lingkup rumah tangga. Karena pada hakikatnya, setiap orang dilarang
menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum
yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib
memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
Contoh kasusnya seperti seorang suami yang melarang istrinya untuk bekerja,
tapi sang suami enggan untuk menafkahi bahkan meninggalkan keluarganya.
Kasus lain adalah suami memaksa istrinya untuk bekerja keras sedangkan dia
hanya duduk dirumah serta mengambil semua penghasilan sang istri.
d). Cara Penanganan Kekerasan dalam Rumah Tangga
Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin mengajarkan untuk
senantiasa ramah kepada siapapun, melindungi sesama serta memberikan
penghargaan pada semua manusia tanpa terkecuali. Rasulullah dalam menegakkan
Islam dengan mengangkat harkat dan martabat laki-laki maupun perempuan agar
mendapatkan dan melindungi hak-hak pribadi sebagai manusia.
Islam tidak mengenal istilah atau definisi kekerasan dalam rumah tangga
secara khusus. Justru ajaran Islam secara tegas melarang terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga. Hal ini dibuktikan dengan banyak ayatayat dalam al Qur’an
maupun hadith yang memerintahkan para suami untuk memperlakukan istrinya
10
dengan pergaulan yang baik. Permasalahan KDRT yang muncul dibutuhkan
kesiapan dari kedua belah pihak agar dapat diminimalisir bahkan dapat dicegah
dengan beberapa cara, antara lain:
1. Tidak melawan tindakan pasangan yang sedang marah, tunggu
situasinya lebih tenang untuk membicarakan masalahnya
2. Bila ada masalah, usahakan tidak berkelahi di depan anak sebaiknya di
dalam kamar atau di luar rumah.
3. Belajar menyelesaikan masalah saat itu juga agar masalah tidak
menumpuk
4. Usahakan tidur nyenyak sehingga terjadi penyembuhan dan usahakan
melihat pasangan dari segi positifnya.
5. Sebelum menikah, masing-masing mengikuti program memahami diri
sehingga terbebas dari beban masa lalu.
Keluarga sakinah tidak hanya takdir dari Allah, tetapi ketenangan dalam
kehidupan keluarga merupakan bagian dari upaya manusia melalui proses dan
dinamika yang dibentuk dan dibangun oleh setiap keluarga. Demikian pula
konflik dan kekerasan dalam keluarga juga bukan bersifat kodrati yang
dipastikan sebagai bagian penting yang muncul dalam setiap keluarga, namun
kekerasan dalam keluarga merupakan sesuatu yang dapat dihindari, diperangi
atau sekurang-kurangnya dikendalikan oleh setiap anggota keluarga itu sendiri.
Upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam menghapus KDRT, antara
lain: Pertama, tindakan preventif, untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam
keluarga, perlu dilakukan sosialisasi/pembiasaan kepada anggota keluarga
terintegrasi dengan penanaman nilai-nilai agama. Kedua, tindakan kuratif,
tindakan ini diambil setelah terjadinya tindak penyimpangan sosial. Tindakan
ini ditujukan untuk memberikan penyadaran kepada para pelaku KDRT agar
dapat menyadari kesalahannya dan mampu memperbaiki kehidupannya
selanjutnya.
Sehingga dikemudian hari tidak lagi mengulangi. Ketiga, tindakan
development, tindakan ini dilakukan untuk membantu keluarga memelihara
dan mengembangkan situasi dan kondisi agar tetap baik dan menjadi lebih
baik. Sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah KDRT
kembali. Keempat, setiap anggota keluarga wajib mengamalkan ajaran agama.
Bapak menjadi imam bagi istri, anak-anak serta keluarga, dan ibu imam bagi
11
anak-anak dan mengatur urusan rumah tangga. Kelima, dikembangkan
komunikasi timbal balik antara suami, istri, dan anak. Keenam, orang tua wajib
mendidik anak sejak kecil, jika marah tidak memukul dan berkata kasar
terhadap anak. Ketujuh, upayakan mengembalikan kehidupan rumah tangga
sesuai dengan tujuan perkawinan dalam undang-undang serta keimanan kepada
Allah. Kedelapan, selalu melandaskan hukum dan syariat Islam dalam
menyikapi setiap masalah.5
c. Perselingkuhan Dalam Rumah Tangga
a). Menurut Poerwodarminto (2002), perselingkuhan dapat diartikan
sebagai perbuatan tidak berterus terang, tidak jujur, menyembunyikan
sesuatu untuk kepentingan sendiri, curang, serong. Lawson (2000)
mengatakan bahwa pengertian perselingkuhan suami dapat dimulai dari
pergi bersama seseorang yang bukan istrinya. Kedekatan yang kuat dengan
orang lain baik secara fisik maupun emosional, sexual intercauce secara
sukarela antara seseorang yang sudah menikah dengan orang lain yang
bukan pasangannya. Perselingkuhan dalam perkawinan berarti suami atau
istri memiliki hubungan di luar perkawinannya, di mana hubungan ini
bukan hanya sekedar hubungan seksual semata tetapi juga hubungan emosi
yang serius sampai keadegan yang cukup panas (Melly dalam Tiara, 2001).
Rutherford (1999) mendefinisikan perselingkuhan sebagai
ketidaksetiaan terhadap pasangan yang sudah terikat dalam perkawinan.
Asya (dalam sari, 2009) mendefinisikan perselingkuhan sebagai perbuatan
seorang suami (istri) dalam bentuk menjalin hubungan dengan seseorang
diluar ikatan perkawinan yang kalau diketahui pasangan syah akan
dinyatakan sebagai perbuatan menyakiti, mengkhianati, melanggar
kesepakatan atau komitmen perkawinan, dengan kata lain selingkuh
mengandung makna ketidakjujuran, ketidakpercayaan, ketidaksaling
menghargai, dan kepengecutan dengan maksud menikmati hubungan
dengan orang lain sehingga terpenuhi kebutuhan afeksi seksualitas.
Perselingkuhan adalah hubungan yang dilakukan oleh individu yang telah
menikah dengan seseorang yang bukan pasangan resmi yang terikat dalam
pernikahan (Singh, Pal & Kunwar, 2009).
5
Rofiah,Nur,”kekerasan dalam rumah tangga dalam perspektif islam”. Jurnal ilmiah agama dan sosial
budaya, 2(1),2017,31-44.
12
Subotnik & Harris (2005) menyebutkan bahwa alasan seseorang
melakukan perselingkuhan di antaranya adalah harapan atas pernikahan
yang tidak terpenuhi, kebosanan terhadap pernikahan dan pasangan,
pikiran-pikiran yang tidak realistik terhadap cinta dan pernikahan, tidak
tersedianya pasangan secara seksual ataupun emosional, kurangnya hasrat
seksual, ataupun sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Ketidakpuasan
terhadap hubungan yang sedang dijalani akan meningkatkan keinginan
untuk terlibat dalam perselingkuhan.
Glass & Staeheli (2003) menyatakan bahwa beberapa penelitian
menunjukkan kecenderungan pria (suami) untuk berselingkuh lebih tinggi
daripada perempuan (istri). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa perselingkuhan suami yaitu ketidaksetian suami terhadap istri
karena suami memiliki kedekatan fisik maupun emosional dengan wanita
lain yang bukan istrinya, yang kalau diketahui oleh istri akan dinyatakan
sebagai perbuatan menyakiti, mengkhianati, melanggar kesepakatan atau
komitmen perkawainan, dengan kata lain selingkuh mengandung makna
ketidakjujuran, ketidakpercayaan, ketidaksaling menghargai, dan
kepengecutan dengan maksud menikmati hubungan dengan orang lain
sehingga terpenuhi kebutuhan afeksi seksualitas.
b). Bentuk – bentuk perselingkuhan
Ketidaksetiaan (infidelity) terhadap pasangan resmi yang halal, ada
dua macam :
1. Physical Affair
Ketidaksetiaan yang melibatkan kontak dan kedekatan secara fisik
(menjamah, memegang, meraba, berciuman), bahkan hingga
menghantarkan pelakunya ke jenjang hubungan biologis (berzina).
2. Emotional Affair
Ketidaksetiaan yang hanya melibatkan keintiman secara emosional.
Contohnya :
a. Mengungkapkan kata-kata mesra/sayang/cinta kepada lawan jenis
yang bukan pasangan halal.
b. Sexting (mengirimkan pesan yang berisi pembicaraan tidak senonoh
yang menjurus kepada hubungan biologis, atau mengirimkan gambar
vulgar yang bermuatan sexual) lewat media apapun bentuknya.
13
c. Komunikasi intensif yang melibatkan perasaan. Seperti berbagi
perasaan dengan lawan jenis tentang ketakutan, harapan, mimpi. Hanya
untuk sekadar berbagi dan itu dilandasi karena perasaan dekat dengan
sidia.
c). Faktor-faktor penyebab perselingkuhan
Banyak sekali faktor yang memicu perselingkuhan, entah karena faktor
internal, eksternal, atau sosial. Beberapa faktor yang banyak menjadi biang
keladi tercipta dan tersebarnya perselingkuhan adalah :
1. Minimnya pemahaman beragama dan muraaqabatullaah (merasa
diawasi oleh Allah). Seseorang yang memiliki ilmu agama dan
mengamalkan ilmunya, orang yang bertakwa, lagi sadar dan waspada,
tentunya mengetahui bahwa ada malaikat pencatat amal yang
senantiasa menuliskan segala tindakan yang dia perbuat dalam catatan
mereka, dan ada Allah yang senantiasa terjaga, tidak pernah tidur, dan
tidak pernah lalai dalam mengawasi segala gerak-geriknya dari atas
sana. orang yang minim pemahaman agama. Yang terjadi adalah: dia
akan merasa enak-enak saja memandang, mendengar, mencium,
menjamah sesuatu yang tidak halal baginya. Dia dengan tanpa rasa
berdosa, berbuat maksiat dan zina dengan berbagai variannya.
Melakukan kedurhakaan pada Allah tanpa mengingat mati, siksa kubur,
hari pembalasan, dan adanya balasan Allah berupa surga-neraka. Dia
merasa santai-santai saja berkubang dalam maksiat dan dosa.
2. Minimnya komitmen berumah tangga dan kedewasaan berpikir dalam
mempertahankan pernikahan.Kurang matangnya pola pikir seseorang
mengenai konsep rumah tangga, juga mengambil peran yang besar
dalam memicu perselingkuhan. Ia tidak mau terlalu dibebani dan terikat
dengan tanggung jawab serta konsekuensi dalam komitmen berumah
tangga. Dalam pikirannya, pernikahan tidak lain hanya sebatas ajang
penyaluran nafsu biologis tanpa diiringi adanya hak dan kewajiban
yang harus ditunaikan dalam rumah tangga.
3. Kurang tercapainya kepuasan dalam perkawinan (marital
disatisfaction).Setiap manusia tentu memiliki keinginan yang dia
harapkan dari pasangan. Entah keinginan tersebut berhubungan dengan
kondisi fisik pasangan (kepuasan lahir), atau keinginan terpenuhinya
14
kebutuhan yang berkaitan dengan perasaan (kepuasan batin). Apabila
kebutuhan tersebut tidak bisa tercapai dalam suatu perkawinan, maka
kondisi ini akan memicu kurangnya kepuasan dalam perkawinan.
Ketika tidak ada komunikasi efektif dan media saling memahami yang
terjalin di antara pasutri, perasaan kurang puas yang dibiarkan berlarut-
larut ini tentu akan menimbulkan kekecewaan dalam diri pasangan
yang merasa dirugikan. Saat itulah pasangan yang merasa dikecewakan
dan kurang mendapatkan kepuasan -serta kurang beriman dan
bertakwa-ini akan mencarinya di luar kehidupan pernikahan, yang
terbingkai dalam kerangka perselingkuhan.
4. Pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita.
Adanya ikhtilath (campur baur antara lelaki dan wanita) di manapun
terlebih di kantor, semakin membuka ruang gerak perselingkuhan.
Banyak perselingkuhan tercipta dari obrolan ringan antara rekan
sejawat, dilanjutkan saling curhat tentang masalah rumah tangga, lalu
timbul perasaan iba/kasihan/simpatik, hingga tumbuh benih-benih cinta
berdasarkan nafsu di dalam jiwa.
d). Upaya memperbaiki hubungan setelah perselingkuhan
1. Pastikan bahwa pasangan sudah mengakhiri perselingkuhannya
Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa pasangan
bersedia mengakhiri perselingkuhannya. Jill Murray Ph.d, terapis
penikahan dan keluarga dari California mengatakan bahwa menghentikan
perselingkuhan adalah hal yang tidak bisa dinegosiasikan. Jill Murray
mengatakan "Kita tidak bisa hidup dengan pasangan yang masih memiliki
hubungan dangan selingkuhannya, entah dalam bentuk hubungan apapun.
Meskipun harus berganti pekerjaan, tempat gym atau pindah ke kota lain
sekalipun, Jill Murray juga mengatakan bahwa hal tersebut adalah satu-
satunya cara untuk memastikan bahwa pasangan anda 100 persen
berkomitmen untuk mempertahankan pernikahan. Setelah komitmen
tersebut terbentuk, inilah waktu yang tepat untuk memperbaiki apa yang
salah dan mencari penyebabnya.
Idealnya, putuskan kapan Anda dan pasangan bisa duduk bersama dan
15
diskusikanlah bagaimana nasib hubungan Anda kedepannya. Namun
jangan langsung membicarakan hal tersebut pada hari yang sama saat
Anda menemukan pasangan anda selingkuh. Sebaiknya, tundalah dulu
sampai hati dan pikiran merasa lebih tenang. Disarankan agar kita
menyiapkan waktu terlebih dahulu sampai siap secara mental utnuk
berdiskusi hal-hal yang tidak nyaman dalam hubungan anda.
"Kencan adalah salah satu ide yang baik. Tapi, lebih baik lagi adalah
melakukan aktivitas yang membangun hubungan, misalnya pergi
mendaki, olahraga bersama, jalan-jalan di taman yang indah dan liburan
raga bersama. Anda bisa juga melakukan hal yang menyenangkan seperti
saat pertama kali berkencan," tambah Foust. Jika cara di atas masih belum
bekerja, inilah saatnya anda melepaskan hubungan. Jika Anda memang
tidak mampu mengatasi luka karena perselingkuhan, Murray
menyarankan untuk mengambil langkah mundur untuk menilai apakah
pasangan benar-benar peduli dengan perasaan Anda atau Ada benar-benar
harus menyudahi hubungan anda. "Jika pasangan tidak bisa berubah,
tertutup, masih sering berbohong, atau sering marah dan terlalu sering
menyakiti Anda, mungkin ini saatnya mengakhiri hubungan," papar Jill
Murray.
6
Imam Mustofa. "Keluarga sakinah dan tantangan globalisasi" Al mawarid XVIII hal.229 diakses dari
https://www.universitaspsikologi.com/2018/10/pandangan-psikologi-terhadap-perselingkuhan-dan-
penjelasan-tanda-cirinya.html?m=1 diakses pada tanggal 12 Juni 2019
17
Anak perlu tau kapan ia harus mempertahankan
pendapatnya dan kapan harus menerima pendapat orang lain.
Bukan hanya anak, begitu juga dengan orangtua. Belajar
bagaimana bersikap ketika berbeda pendapat dengan orang lain
juga merupakan proses anak untuk belajar bertoleransi.
Dalam islam diatur hubungan antara suami istri, termasuk jika ada
perbedaan dalam urusan politik (Pilkada maupun Pilpres). Dalam
relasi ini, ketaatan atau kepatuhan seorang istri terhadap suami
atau sebaliknya juga setara, karena banyak ayat Al-Quran dan
hadits Rasulullah yang menunjukkan keharusan tersebut agar
perempuan itu bisa disebut sebagai istri salehah maupun suami
yang shalih. Ketaatan atau kepatuhan seorang istri diharuskan oleh
Islam mengingat kebesaran hak suami atas istrinya. Banyak ulama
menggunakan hadits Rasulullah SAW berikut ini sebagai dalil .
7
diakses dari https://islami.co/hukum-beda-pilihan-politik-antara-suami-istri-dalam-pemilu-bagaimana-
islam-mengaturnya/ diakses pada tanggal 12 Juni 2019
20
Nafkah secara etimologis adalah apa yang kamu nafkahkan dan
kamu belanjakan untuk keluargamu dan untuk dirimu sendiri. Anfaqa al-
mal, artinya membelanjakan nafkah. Secara terminologis, memberikan
nafkah berarti: mencukupi makanan, pakaian, dan tempat tinggal orang
yang menjadi tanggungannya.8
3. ada pula diantara suami yang sebenarnya bertanggung jawab dan tetap
berusaha memberikan nafkah, akan tetapi istrinya bergaya hidup
mewah sehingga ia menuntut nafkah yang tidak bisa dipenuhi oleh
suaminya dan kemudian mengajukan perceraian
8
Bima Armando:”tinjauan hukum terhadap perceraian karena faktor nafkah”, (medan:universitas sumatera
utara,2018) 54-86
9
Ibid
21
pekerjaan tetap sehingga dikemudian hari bisa mencegah masalah karena
faktor ekonomi.
3. Untuk mengatasi masalah ini harus diatasi secara bijaksana oleh suami
dan istri, dibicarakan baik – baik dan mencari solusi bersama. Misalnya
istri membantu mencari nafkah untuk menambah pemesukan dalam rumah
tangga.
10
4. bekerja sama untuk mengatur keuangan
f. Masalah Komunikasi
10
Terapis Aura,”12 masalah dalam rumah tangga dan solusinya” diakses dari
https://www.kompasiana.com/terapisaura/5962e455fae714665dda2/12-masalah-dalam-rumah-tangga-dan-
solusinya?page=all diakses pada tanggal 12 Juni 2019
22
4. luangkan waktu untuk mendengarkan 11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Problem matika rumah tangga ialah meliputi beberapa masalah yaitu:
kebutuhan biologis, KDRT, perbedaan pandangan, perselingkuhan, nafkah atau
ekonomi dan Masalah komunikasi. Kita harus ingat bahwa problem yang ada
dalam rumah tangga baik itu yang bersifat ringan atau berat selekasnya dapat
diselesaikan dalam keluarga tersebut. Sehingga keluarga yang masalahnya dapat
diselesaikan dengan segera akan terbebas dari tekanan jiwa dan hidup akan
tenang tanpa adanya masalah dalam rumah tangga.
B. SARAN
Alhamdulillah, penulisan makalah ini selesai. Akan tetapi, kami selaku penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena
mengingat keterbatasan pengetahuan dari kami. Maka dari itu, kami mohon kritik
dan saran dari pembaca
11
Ibid
23
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_tangga
Mila” Ini 10 prinsip berumah tangga untuk suami istri”, https://www.islampos.com/ini-
10-prinsip-berumah-tangga-untuk-suami-istri-77926/,
Harnowo Agus putra “Istri tak peduli kebutuhan biologis suami, harus bagaimana?”,
diakses dari https://health.detik.com/konsultasi-psikologi-seks-dan-perkawinan/d-
2169195/istri-tak-peduli-kebutuhan-biologis-suami-harus-bagaimana?
code=sXulx2NYAz91t4yXs5nw8UuJyuMXb8
http://eprunts.walisongo.ac.id/3464/3/101111049_Bab2.pdf
Rofiah,Nur. 2017. “kekerasan dalam rumahtangga dalam perspektif islam”. Jurnal ilmiah
agama dan sosial budaya.2(1)
Imam Mustofa. "Keluarga sakinah dan tantangan globalisasi" Al mawarid XVIII hal.229
diakses dari https://www.universitaspsikologi.com/2018/10/pandangan-psikologi-
terhadap-perselingkuhan-dan-penjelasan-tanda-cirinya.html?m=1
https://islami.co/hukum-beda-pilihan-politik-antara-suami-istri-dalam-pemilu-
bagaimana-islam-mengaturnya/ diakses pada tanggal 12 Juni 2019
Armando,bima :”tinjauan hukum terhadap perceraian karena faktor nafkah”,
(medan:universitas sumatera utara,2018) 54-86
Aura, Terapis, ”12 masalah dalam rumah tangga dan solusinya” diakses dari
https://www.kompasiana.com/terapisaura/5962e455fae714665dda2/12-masalah-dalam-
rumah-tangga-dan-solusinya?page=all diakses pada tanggal 12 Juni 2019
24