Anda di halaman 1dari 25

BENTUK PENILAIAN

TES DAN NON TES

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


1. Good Meicel Mendrofa (209902007)
2. Marselinus Febri Y. Telaumbanua (209902016)
3. Kristop Falalini Hura (209902015)
4. Johannes Faomaly Hia (209902012)
5. Yuliman Dawolo (209902028)

Dosen Pengampu :
ENVILWAN BERKAT HAREFA,S.Si,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NIAS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penyertaannya kepada
penulis makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis makalah berjudul bentuk penilaian tes
dan non tes bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah evaluasi belajar pada makalah ini telah
kami uraikan materi tentang penilaia tes dan non tes.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis menyadari bahwa banyak hal yang kurang pas atau
sempurna dan tidak sesuai dengan kaidah yang seharusnya dalam makalah ini, dengan demikian,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pada masa
yang akan datang.

Penulis,

KELOMPOK 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 1

BAB II ISI .......................................................................................................................... 2

A. Bentuk Tes Objektif dan Uraian ....................................................................... 2


B. Bentuk-Bentuk Non Tes .................................................................................... 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan
tingkah lakunya. Kegiatan mengukur, dan menilai sangatlah penting dalam dunia pendidikan.
Hal ini tidak terlepas dari kegiatan guru sebagai pelaksanan dalam proses pembelajaran karena
kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan utuk mengetahui sejauh mana
pencapaian pendidikan yang telah terlaksana. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya
dalam bentuk tes, namun tes dan juga dapat dilakukan dengan teknik non tes. Teknik non tes
biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket
atau meniail mengamati dokumen-dokumen yang ada. Sedangkan untuk tes biasnya dilakukan
dengan tes objektif dan uraian. Pada penilaian hasil belajar, teknik non tes ini digunakan untuk
mengukur pada ranah afektif dan psikomotor, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur
pada ranah kognitif

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bentuk tes obyektif dan uraian ?
2. Apa bentuk-bentuk Non Tes ?

C. Tujuan
1. Mengetahui bentuk tes obyektif dan uraian.
2. Mengetahui bentuk-bentuk Non Tes

1
BAB II
ISI
A. Bentuk Tes Objektif dan Uraian
1. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif
Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam terhadap semua
murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek
(short answer test), dan salah satu tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items)
yang dapat dijawab oleh tester dengan jalan memilih salah satu (atau lebih), di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing masing items atau dengan jalan
menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat-tempat
yang disediakan untuk masing-masing butir yang bersangkutan.
Terdapat beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk melengkapi (completion
test), pilihan ganda (multifle chois), menjodohkan (matching), bentuk pilihan benar-salah
(true false). Lebih jelasnya diuraikan subagai berikut.
a. Melengkapi (Completion test).
Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau menyempurnakan.
Salah satu jenis objektif yang hampir mirip sekali dengan tes objektif fill in. Letak
perbedaannya ialah pada tes objektif bentuk fill in bahan yang dites itu merupakan satu
kesatuan. Sedangkan pada tes objektif bentuk completion tidak harus demikian.
Contoh: Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar dan tepat. Faktor
prima dari bilangan 15 adalah ......…
Test completion memiliki kelebihan yakni :
1) Test ini amat mudah dalam penyusunannya.
2) Jika dibanding dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif ini lebih menghemat
tempat (kertas).
3) Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam.
4) Test ini juga dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kom- petensi dan tidak
sekedar mengungkapkan taraf pengenalan atau hapalan saja.

Kekurangan tes completion yakni :

1) Pada umumnya tester cenderung menggunakan tes model ini untuk mengungkapkan
daya ingat atau aspek hapalan saja.
2) Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk disajikan.

2
3) Karena pembuatannya mudah, maka tester sering kurang hatihati dalam membuat soal-
soal.
b. Test objektif bentuk multifle choice test (pilihan berganda)
Test multifle chois, tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-masing
tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan
tersebut yang benar atau yang paling benar.
Penyusunan tes dalam bentuk multifle chois
1) Hendaknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif jawaban terdapat
kesesuaian.
2) Kalimat pada tiap-tiap butir soal hendaknya dapat disusun dengan jelas.
3) Sebaiknya soal hendaknya disusun menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
4) Setiap butir pertanyaan hendaknya hanya mengandung satu masalah, meskipun masalah
itu agak kompleks.
Contoh “Hasil pembagian ¾ : ½ adalah:
a. 1 ½
b. 2 ½
c. 3 ½
d. 4 ½
c. Test objektif bentuk matching (menjodohkan)
Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pandangan,
tes menyesuaikan, tes mencocokkan. Ciri-ciri tes ini adalah :
1) Test terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
2) Tugas tes adalah mencari dan menetapkan jawaban-jawaban yang telah bersedia
sehingga sesuai dengan atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan “jodoh”
dari pertanyaan.
Contoh sebagai berikut :
1. ———Sholat sunnah yang dilaksanakan
pada tiap malam bulan Ramadhan
A. Istisqo
2. ———Sholat Sunnah yang dilakukan
B. Tarawih
sewaktu masuk mesjid.
C. Rawatif
3. ———Sholat Sunnah yang dilakukan
D. Mutlak
guna meminta hujan.

3
Test bentuk matching memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari tes ini
adalah .
a) Pembuatan mudah.
b) Dapat dinilai dengan mudah dan cepat dan objektif.
c) Apabilas tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor merubah praktis dapat
dihilangkan
d) Test ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal.

Kelemahan dari test matching yakni :


a) Matching test cenderung lebih banyak mengungkap aspek hapalan atau daya ingat
b) Karena mudah disusun, maka tes jenis ini kurang baik acap kali dijadikan “pelarian”
bagi pengajaran, yaitu kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.
c) Karena jawaban yang pendek, maka tes ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian
dan kemampuan membuat tafsiran.

Adapaun cara menyusunnya.


1) Hendaknya butir-butir dari soal yang dituangkan dalam bentuk meching test ini
jumlahnya tidak kurang dari 10 dat tidak lebih dari 15 soal.
2) Daftar yang berada disebelah kiri hendaknya dibuat lebih panjang ketimbang daftar
yang disebelah kanan, agar jawaban dapat dengan cepat dicari dan ditemukan oleh
tester.
3) Sekalipun kadang-kadang sulit dilaksanakan, usahakanlah agar petunjuk tentang cara
mengerjakan soal dibuat seringkas dan setengah mungkin
d. Test objektif bentuk fill in (isian)
Test objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Test objektif fill
ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya ialah :
1) Dengan menggunakan tes objektif bentuk fill in maka masalah yang diwujudkan
tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya.
2) Cara penyusunannya mudah.

Adapun kekurangannya adalah:


1) Test objektif fill ini cenderung lebih banyak mengungkapkan aspek pengetahuan atau
pengenalan saja.
2) Test ini juga sifatnya konfrensif, sebab hanya dapat mengungkapkan sebahagian saja
dari bahan yang seharusnya diteskan.
4
Cara penyusunan tes objektif bentuk fill in:
a) Agar tes ini dapat digunakan secara efisien sebaiknya jawaban yang harus diisikan
ditulis pada lembar jawaban atau pada tempat yang terpisah.
b) Ungkapan cerita yang dijadikan bahan tes hendaknya disusun seringkas mungkin demi
menghemat tempat atau kertas serta waktu penyesuaiannya.
c) Apabila jenis mata pelajaran yang akan disajikan itu memungkinkan pengajaran atau
pengujian soal juga dapat dituangkan dalam bentuk gambar

2. Bentuk Tes Uraian


Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan) yang menuntut
peserta didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan jawabannya menurutkata-kata
(kalimat sendiri).Instrumen hasil belajar bentuk tes uraian memiliki banyak keunggulan
seperti mudah disusun, tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi dan mampu
mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatserta menyusun jawaban dalam
bentuk kalimat. Namun perdebatan di kalangan guru dan bahkan dikalangan orangtua, adalah
memandang bahwa tes uraian sering tidak adil.bahkan ada pandangan bahwa cara pemberian
skor tesuraian cukup dilihat dari panjang pendeknya tes uraian
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik
uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes bentuk uraian ini, khususnya bentuk
uraian bebas menuntut kemampuan murid untuk mengorganisasikan dan merumuskan
jawaban dengan menggunakan kata-kata sendiri serta dapat mengukur kecakapan murid untuk
berfikir tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut:
- Memecahkan masalah
- Menganalisa masalah
- Membandingkan
- Menyatakan hubungan
- Menarik kesimpulan dan sebagainya
a. Bentuk Tes Uraian
Dilihat dari keluasan materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas
(extended respons items). Contoh untuk masing-masing jenis tes ini dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Tes uraian dalam bentuk bebas atau terbuka.
Contoh:

5
Coba sebutkan manfaat belajar penaksiran dalam kehidupan seharihari dan berikan
contohnya.
2. Tes uraian dalam bentuk uraian terbatas.
Contoh:
Toni akan memasukkan 21 kelereng merah dan 28 kelereng biru ke dalam kotak. Tiap
kotak berisi kelereng merah yang sama banyak dan kelerengn biru yang sama banyak
pula. Berapa banyak kotak yang diperlukan?. Berapa kelereng merah dan kelereng biru
dalam setiap kotak?
b. Karakteristik Tes Uraian
Tes uraian sebagaimana dicontohkan pada pembahasan di atas memiliki beberapa
karakteristik, yaitu:
a. Tes tersebut bentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian
atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
b. Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntuk kepada tester untuk memberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membanding-kan, membedakan, dan sebagainya.
c. Jumlah soal butir uraiannya terbatas yaitu berkisar lima sampai dengan sepuluh butir.
d. Pada umumnya butir-butir soal uraian diawali dengan kata-kata, “uraikan”,….
“Mengapa”,….”Terangkan”,….”Jelaskan”
c. Pedoman Penyusunan Tes Uraian
Untuk penyusunan jenis tes bentuk uraian ada beberapa langkah yang dapat
dipedomani sebagai berikut :
1. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar soal tersebut dapat
mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan.
2. Untuk menghindari tumbuhnya perbuatan curang oleh tester misalnya, menyontek dan
bertanya kepada tester yang lainya hendaknya sesuatu kalimat pada soal berlawanan
dengan buku pelajaran.
3. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-
pertanyaan itu jangan dibuat seragam melainkan bervariasi. Contohnya: Jelaskan
perbedaan antara …dengan .. dan kemukakan alasannya… mengapa..
4. Kalimat soal yang disusun hendaklah ringkas dan padat.
5. Sebelum tester mengerjakan soal hendaklah seorang tester mengemukakan cara
mengerjakannya, contoh, “Jawaban soal harus ditulis di atas lembaran jawaban dan
sesuai dengan urut nomor.

6
d. Kelebihan dan Kekurangan Tes Uraian
Sebagaimana jenis tes lainnya, tes uraian juga memiliki beberapa kebaikan dan
kekurangan. Kebaikan tes uraian diantaranya adalah:
a. Bagi guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang
lama.
b. Si penjawab mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi hati dan
buah pikirannya.
c. Melatih mengeluarkan pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur.
d. Lebih ekonomis, hemat karena tidak memerlukan kertas terlalu banyak untuk membuat
soal tes, dapat didektekan atau ditulis dipapan tulis.
Sedangkan kelemahan tes uraian yakni:
1. Tidak atau kurang dapat digunakan untuk mengetes pelajaran yang luas atau banyak
sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan siswa yang sebenarnya.
2. Kemungkinan jawaban dan keterangan sifatnya menyulitkan penjelasan pengetesan
dalam mensekornya. - Baik buruknya tulisan dan panjang pendeknya jawaban yang
sama mudah menimbulkan evaluasi dan perskoran (scorting) yang kurang objektif.

B. Bentuk-bentuk Non Tes


Teknik penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita
artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknikini
dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya
dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutamayang
berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apayang
diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan
yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidakdapat diamati
dengan Panca indera.
1. Pengamatan (observation)
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahanketerangan (data) yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secarasistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Pengamatan adalah alat penilaian kelas yang dilakukan oleh guru atau siswa dengan cara
mengamati perilaku siswa. (Komarudin, 2011:104).

7
a. Tujuan utama observasi antara lain
1) Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa
peristiwamaupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam
situasi buatan
2) Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara
pesertadidik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama
kecakapan sosial(social skill)
3) Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya
maupunsituasi yang sengaja dibuat.
b. Karakteristik Observasi
1) Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
2) Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.
3) Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
4) Praktis penggunaannya.
c. Pembagian Observasi
Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
1) Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan
terlebihdahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur
kategorisasinya. Isidan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas
dan tegas.
2) Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi
olehsuatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan
observasi itusendiri.
Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara,
yaitu:
1) Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek
yangdiselidiki.
2) Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik
teknikmaupun alat tertentu.
3) Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian
ataumelibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
d. Kelebihan Dan Kekurangan Observasi
Kelebihan observasi antara lain:
1) Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
8
2) Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang
sedangmelakukan suatu kegiatan.
3) Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
4) Tidak terikat dengan laporan pribadi.
Kekurangan observasi antara lain:
1) Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan
yangkurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
2) Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
3) Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
e. Pedoman penyusunan observasi
Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Merumuskan tujuan observasi
2) Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
3) Menyusun pedoman observasi
4) Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar
pesertadidik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
5) Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan
pedomanobservasi
6) Merefisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
7) Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8) Mengolah dan menafsirkan hasil observasi

Berikut ini adalah contoh pedoman observasi dalam proses pembelajaran


di dalam kelas
Nama Sekolah : ......................
Mata Pelajaran : ......................
Bahan Kajian : ......................
Nama Guru : ......................
Hari/tanggal : ......................
Pukul : ......................
A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukut kemampuan guru
mengelola pembelajaran askeb I(kehamilan) di kelas dengan model konstad
B. Petunjuk
9
1. Objek penilaian adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas
2. Bapak/ibu dapat memberikan penilaian, dengan cara member tanda cek (√) pada
lajur yang tersedia
3. Makna angka penilaian adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup baik); 4
(baik)

Skala Penilaian
No Aspek Yang Diamati/Penilaian KET.
1 2 3 4
1 Tahap Orientasi:
a. Pembukaan
b. Mengabsen peserta didik
c. Mengemukakan tujuan
d. Apersepsi
2 Tahap Inti:
a. Mengemukakan pokok materi
b. Menjelaskan materi
c. Memberi contoh dan stimulasi
d. Menggunakan multimetode dan
media
e. Kejelasan bahasa
3 Tahap kulminasi:
a. Merangkum materi
b. Penilaian

Simpulan :

Saran :

Objek Observasi Observer/Pengamat

(......................................) (......................................)

2. Wawancara (interview)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahanketerangan yang dilaksanakan dengan
melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang
terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri(2008) Wawancara adalah komunikasi langsung
antara yang mewancarai dan yangdiwancarai.
Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber.
Komunikasitersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung
maupun tidaklangsung (menggunakan alat komunikasi).
a. Pembagian wawancara

10
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
1. Wawancara terpimpin (guided interview)
Yaitu biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured
interview) atauwawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini
selalu dilakukan olehevaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
telah disusun terlebih dahuludalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi,
dalam hal ini responden padawaktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban
yang sudah disediakan.
2. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview),
Biasanya juga dikenal dengan istilahwawancara sederhana (simple interview) atau
wawancara tidak sistematis (nonsystematicinterview) atau wawancara bebas, diamana
responden mempunyai kebebasan untukmengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh
patokan-patokan yang telah dibuat olehevaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara
selaku evaluator mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada peserta didik atau orang
tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu,mereka dengan bebas mengemukakan
jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis danmenarik kesimpulan hasil wawancara
bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban
mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingatmanusia itu dibatasi ruang dan
waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikanevaluator
dalam pelaksanaan wawancara antara lain: evaluator harus mendengar, mengamati,
menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi
yang disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat
ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan
pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam
egonyasehingga unsur subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang
telah dilaksanakan.
c. Tujuan wawancara
Tujuan wawancara ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :
1) Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi
dankondisi tertentu.
2) Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3) Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
d. Kelebihan Dan Kekurangan
11
Berbeda dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara lain ;
1) Dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada
saat itu
2) Mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya
padasaat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber
3) Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud
penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula
4) Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan
5) Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
Namun, wawancara juga memiliki kelemahan antara lain :
1) Memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya
2) Dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam
menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi keberhasilan wawancara sangat tergantung dari
kepandaian pewawancara.
Contoh pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilaksanakan pada saat wawancara:
1. Apakah mahasiswa mengalami kesulitan memahami petunjtuk baik arahan dari dosen
atau petunjuk dari dalam LKS?
…………………………………………………………………………….
2. Pada saat mengalami kesulitan apakah mahasiswa berusaha betanya kepada teman lain
ataukepada dosen?
……………………………………………………………………………
3. Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan mahasiswa agar dapat memahami materi
pelajaran?
……………………………………………………………………………
4. Apakah mahasiswa mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan
materiyang sedang dibahas?
……………………………………………………………………………
5. Apakah mahasiswa selalu mengerjakan tugas-tugas dari dosen?
……………………………………………………………………………
3. Kuesioner/ Angket
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orangyang
akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses
pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang pesertadidik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.Hal ini
juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioneradalah suatu
12
rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai denganmaksud untuk
mendapatkan data.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan
dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran.Misalnya:
cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya.Angket pada
umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angketdapat disajikan
dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.
a. Tujuan kuesioner/ angket
Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
1) Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran
matematika.
2) Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
3) Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
4) Membantu anak yang lemah dalam belajar.
5) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam pembelajara.
b. Jenis kuesioner
1) Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti
jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
2) Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa
dalamkegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
3) Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan
berbagai informasi atau menggunakan fakta.
4) Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan
perasaan,kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek
yang dinilai.
c. Kelebihan dan kekurangan
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrumentevaluasi,
diantaranya yaitu:
1) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang
hanyamembutuhkan waktu yang sigkat.
2) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain:

13
1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal
yangkurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau
mungkindijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak
merasa bebasmenjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab
banyak anakyang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak
memberikankembali angketnya.
4. Riwayat Hidup
Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi
seseorangsebagaibahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek
evaluasiakan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari
objekyang dinilai.
Evaluasi cara ini mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar
pesertadidik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan
caramelakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang
menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana
peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan
sebagainya.Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik,
dokumen yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang
lingkungannon-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan
sebagainya.
Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan
tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi
pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta
5. Studi Kasus
Pengertian Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus
menerus untuk melihat perkembangannya. Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat
lamban, sangat rajin,sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga
percayaan inti dalam studi kasus,yaitu:
1. Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
2. Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
3. Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?

14
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini
menyangkut integrasidan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai
suatu dasar untuk melakukan diagnosisdan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut.
Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulumengumpulkan data dari berbagai
sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salahsatu alat yang
digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis
datayang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga,
kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.

Kelebihan dan kekurangan, Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang
secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-
lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi bentuk penilaian tes dan non tes diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam terhadap semua
murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes jawaban
pendek. Beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk melengkapi (completion test),
pilihan ganda (multifle chois), menjodohkan (matching), bentuk pilihan benar-salah (true
false).
2. Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik uraian
secara bebas maupun uraian secara terbatas, tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas (extended respons
items).
3. Teknik penilaian non tes jika dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji
peserta didik non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan
dengan soft skill, terutamayang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan
oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya

16
DAFTAR PUSTAKA

Asrul. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: CIPTAPUSAKA MEDIA


Widiyanto, Joko. 2018. Evaluasi Pembelajaran. Madium: UNIPMA PRESS
Komarudin, 2011. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Laboratorium Sosial Politik PRESS

17
Hal

18
Hal

Hal

19
Hal

20
Hal

21
22

Anda mungkin juga menyukai