Makalah Pengendalian Mikrobiologi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MIKROBIOLOGI

PENGENDALIAN MIKROBIOLOGI DENGAN CARA FISIK


Dosen Pengampu: Abdul Majid, M.kes

FARMASI I
KELOMPOK 1
1. Cindy Putri Maharani (224111289)
2. Dwi Utami Datfa (224111292)
3. Felisitas Echa Trisna Pepo (224111293)
4. Geralny Takalapeta (224111296)
5. Raehanun (224111312)
6. Rambu Anjelina Anamaeri (224111308)
7. Reko Ndaomano Teuf (224111309)
8. Septiani Claudia Boro (224111312)
9. Stevy Angelin Lovenia Pa Tari (224111314)
10. Trenisia Indriasari Hanggar (224111315)
11. Yakobus R. Muda (224111319)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................5
1.3. Tujuan........................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1. Pengertian dan tujuan mikroba...................................................................................6
2.2. Metoda Pengendalian Mikroba....................................................................................6
2.3. faktor-faktor yang mempengaruhi upaya penghambat mikroba.............................7
2.4. Apa saja pengendalian mikroba secara fisik..............................................................8
2.5. Apa saja pengendalian mikroba secara kimia..........................................................10
2.6. Apa saja pengendalian mikroba menggunakan bahan khemoterapi.....................11
BAB III....................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Mikrobiologi yang berjudul “Pengendalian Mikrobiologi
Secara Fisik”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi
dengan dosen pengampu Abdul Majid M,kes. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah mikrobiologi yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya, kami selaku yang membuat makalah ini menyampaikan terima kasih atas
perhatiannya terhadap makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami khususnya. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat
kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang lain
pada waktu mendatang.

Kupang, 28 januari 2024

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada abad ke-19, operasi sangat berisiko dan berbahaya, dan bahkan banyak
pasien yang menjalani operasi sangat bersiko tinggi terkena infeksi. Hal ini disebabkan
karena operasi tidak dilakukan dalam kondisi aseptik. Ruang operasi, tangan dokter
bedah, dan instrument bedah yang terkontaminasi dengan mikroba menyebabkan
tingginya tingkat infeksi dan kematian.
Ahli bedah di pertengahan 1800-an sering melakukan praktek operasi
menggunakan pakaian sehari-hari, tanpa mencuci tangan. Para ahli bedah juga sering
menggunakan benang jahit biasa untuk menjahit luka, dan secara tidak sengaja jarum
terkena kerah mantel mereka Ketika mengoperasi pasien. Padahal pakaian bedah mereka
biasanya terbuat dari kapas atau rami yang tidak digunakan dari lantai pabrik kapas. Hal
inilah yang merupakan latar belakang ilmuwan Perancis Louis Pasteur menunjukkan
bahwa mikroba yang tidak terlihat dapat menyebabkan penyakit.
Kesehatan yang baik tergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi
atau teknisi yang memantau atau mencegah penularan infeksi membantu melindungi
klien dan pekerja kesehatan dari penyakit. Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien
mengalami infeksi saat di Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di
Rumah Sakit mempunyai daya tahan tubuh yang melemah sehingga resistensi terhadap
mikroorganisme. Penyebab penyakit menjadi turun adanya peningkatan paparan terhadap
berbagai mikroorganisme dan dilakukannya prosedur invasif terhadap pasien di Rumah
Sakit.
Mikroorganisme bisa eksis di setiap tempat, dalam air, tanah, permukaan tubuh
seperti kulit, saluran pencernaan dan area terbuka lainnya. Infeksi yang diderita pasien
dirawat di Rumah Sakit dimana sebelumnya pasien tidak mengalami infeksi tersebut
dinamakan infeksi nosokomial. Menurut Patricia C Paren, pasien dikatakan mengalami
infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudia setelah
dirawat selama 48-72 jam klien menjadi terinfeksi.
Dalam kamus keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan
multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh , khususnya yang menimbulkan
cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau
reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
1.2. Rumusan Masalah
 Apa pengertian Mikroorganisme dan tujuannya?
 Apa saja metoda Pengendalian Mikroba?
 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi upaya penghambat mikroba?
 Apa saja pengendalian mikroba secara fisik?
 Apa saja pengendalian mikroba secara kimia?
 Apa saja pengendalian mikroba menggunakan bahan khemoterapi?

1.3. Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian dari mikroorganisme dan tujuannya
 Untuk mengetahui saja metoda pengendalian mikroba
 Untuk mengetahui saja faktor-faktor yang mempengaruhi upaya penghambat
mikroba
 Untuk mengetahui saja pengendalian mikroba secara fisik
 Untuk mengetahui saja pengendalian mikroba secara kimia
 Untuk mengetahui saja pengendalian mikroba menggunakan bahan khemoterapi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan tujuan mikroba


Pengendalian mikroorganisme merupakan upaya pemanfaatan mikroorganisme
dengan memaksimalkan manfaat peran mikroorganisme dan meminimalkan kerugian.
Mikroorganisme selain memberikan manfaat juga dapat merugikan manusia berupa
penyakit atau racun (Rahmi,N,2022).
Pengendalian mikroba bertujuan mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi dan mencegah pengrusakan serta
pembusukan bahan oleh mikroba, menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah
kontaminasi bakteri yang tidak dikehendaki kehadirannya dalam suatu media
(Waluyo,2004).
2.2. Metoda Pengendalian Mikroba
Pengendalian pertumbuhan mikroba diperlukan dalam situasi praktisi dan kemajuan
yang signifikan dalam bidang pertanian, kedokteran, dan ilmu pangan yang telah dicapai
dalam bidang mikrobiologi. Pengertian pengendalian ini adalah menghambat atau
mencegah pertumbuhan mikroorganisme (ayun,2022)
Cara pengendalian pertumbuhan mikroba secara umum terdapat dua prinsip, yaitu:
1. dengan membunuh mikroba
2. menghambat pertumbuhan mikroba.
Pengendalian mikroba, khususnya bakteri dapat dilakukan baik secara kimia
maupun fisik, yang keduanya bertujuan menghambat atau membunuh mikroba yang
tidak dikehendaki. Istilah yang digunakan dalam mengendalikan jumlah mikroorganisme
yakni :
 Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi Cleaning dan Sanitasi sangat penting di
dalam mengurangi jumlah populasi bakteri pada suatu ruang/tempat. Prinsip
cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh
sebagian besar populasi mikroba.
 Desinfeksi adalah proses penggunaan bahan kimia (desinfektions) terhadap
peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial.
Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel
vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
 Antiseptik merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptik terhadap
tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme
dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.
 Sterilisasi merupakan proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga
menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara
panas.

2.3. faktor-faktor yang mempengaruhi upaya penghambat mikroba


Banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi upaya penghambat atau membasmi
mikroorganisme melalui penggunaan bahan atau proses antimicrobial. Faktor-faktor
tersebut harus menjadi pertimbangan agar penerapan metode-metode pengontrolan
menjadi efektif.
1. Konsentrasi atau intensitas zat antimicrobial. Bakteri akan cepat mati bila
konsentrasi dan intensitas antimikrobialnya besar/tinggi. Sebagai contoh,
sinar x atau cahaya ultraviolet akan lebih cepat membunuh sel-sel apabila
intensitas radiasinya bertambah besar. Sel-sel juga akan lebih cepat mati
apabila konsentrasi zat kimia (zat antimicrobial) lebih tinggi.
2. Jumlah mikroorganisme. Jumlah mikroorganisme juga mempengaruhi kerja
zat antimirkobial. Makin banyak jumlah mikroorganisme, makin banyak pula
waktu yang dibutuhkan zat antimicrobial untuk membunuh mikroorganisme
tersebut.
3. Suhu. Kenaikan suhu yang sedang dapat meningkatkan keefektifan kerja
desinfektan atau bahan antimicrobial lain. Hal itu dapat dijelaskan dengan
fakta bahwa laju reaksi kimia dipercepat dengan meningkatkan suhu.
4. Spesies mikroorganisme. Spesies mikrorganisme menunjukkan kerentanan
yang berbeda-beda terhadap saran fisik dan bahan kimia. Kita tahu pada
bahwa pada spesies pembentuk spora, sel vegetative yang sedang tumbuh
lebih mudah dibunuh dibandingkan dengan sporanya. Diantara semua
organisme hidup, spora bakteri adalah yang paling resisten dalam hal
kemampuan untuk bertahan hidup pada kondisi fisik dan kimiawi yang
kurang menguntungkan.
5. Adanya bahan organic. Adanya bahan organic asing dapat menurunkan
keefektifan zat antimicrobial secara signifikan dengan cara menginaktifkan
bahan-bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme dari bahan tersebut.
Sebagai contoh, adanya bahan organic di dalam bahan campuran disinfektan
mikroorganisme dapat mengaktifkan:
a. Penggabungan disinfetan dengan bahan organic di dalam campuran
disinfektan produk yang tidak bersifat microbial
b. Penggabungan desinfektan dengan bahan mikroorganik yang
menghasilkan suatu endapan sehingga desinfektan tidak mungkin lagi
mengikat mikroorganisme.
c. Akumulasi bahan organic pada permukaan sel mikroba menjadi suatu
pelindung yang akan mengganggu kontak antara desinfektan dengan
sel. Didalam penerapannya, apabila ada serum atau darah pada benda
yang akan diberi zat antimicrobial, maka serum atau darah itu dapat
mengaktifkan sebagian zat tersebut.
6. Tingkat keasaman atau kebasaan (pH). Mikroorganisme yang terdapat pada
bahan dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam
waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama di
dalam lingkungan basa.

2.4. Apa saja pengendalian mikroba secara fisik


Pengendalian mikroba secara fisik dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Suhu tinggi
Suhu merupakan faktor ekstrinsik yang penting dan mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme. Dibandingkan dengan mahluk tingkat tinggi,
mikroorganisme memiliki rentang pertumbuhan yang sangat lebar (kira - kira -15
s/d 90 °C). Pada suhu rendah, pertumbuhannya akan berhenti, sedangkan pada
suhu tinggi organisme ini akan mati. Pada kedua situasi di atas, terkait proses
terjadinya metabolisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan bahan makanan.
Karena proses enzimatik juga bergantung pada suhu, maka perlakuan dengan
suhu ekstrim akan menyebabkan kematian pada mikroorganisme. Pengendalian
mikroorganisme melalui perlakuan suhu tinggi pada umumnya dilakukan dengan
pasteurisasi atau sterilisasi. Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu di bawah
100 °C dan tidak akan menyebabkan inaktivasi mikroba dan enzim secara
sempurna. Dengan demikian produk yang dipasteurisasi tidak akan bertahan lama
bila tidak disertai perlakuan pendinginan atau faktor proses lainnya seperti
perubahan aw dan pH. Sterilisasi adalah pemanasan yang dapat menyebabkan
inaktivasi mikroba dan enzim sehingga produk dapat tahan lama (Prescott et al,
1999).
Pada air mendidih, sel-sel vegetatif mikroba akan terbunuh dalam waktu 10
menit. Namun beberapa spora bakteri dapat bertahan berjam-jam meskipun dalam
kondisi air mendidih. Sedangkan pada proses pasteurisasi, biasanya bahan yang
digunakan adalah susu, rum dan beberapa minuman yang mengandung alkohol
(bir dan anggur). Pasteurisasi dilakukan dengan memberikan panas terkendali
untuk mematikan tipe mikroba tertentu tetapi tidak mematikan mikroba yang lain.
Suhu yang digunakan didasarkan pada waktu kematian termal bagi tipe mikroba
patogen yang paling resisten untuk dibunuh. Misalnya pasteurisasi pada susu
yang dilakukan dengan suhu 62,8 °C selama 30 menit (Ristiati, 2000).
b. Suhu rendah (Pendinginan)
Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan bahan
yaitu -2 sampai +10 °C. Cara pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu
pembekuan. Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku
yaitu pada suhu 12 sampai -24 °C. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan
pada suhu -24 sampai -40 °C. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan
pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung pada macam bahan
panganya, sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk
beberapa bulan atau kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan
dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan
mikroorganisme di dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam
pengawetan pangan tidak dapat membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan
beku misalnya di keluarkan dari penyimpanan dan di biarkan mencair kembali
(thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat kembali.
Pendinginan dan pembekuan masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap
rasa, tekstur, nilai gizi, dan sifat-sifat lainya. Beberapa bahan pangan menjadi
rusak pada suhu penyimpangan yang terlalu rendah (Budiyanto, 2002).

c. Radiasi
Radiasi dapat meliputi radiasi ultraviolet, gamma, sinar x dan sinar-sinar
katode (elektron berkecepatan tinggi). Sinar ultraviolet dengan panjang
gelombang 265 nm memiliki efisiensi bakterisida tertinggi. Sinar ultraviolet
mempunyai daya tembus yang kecil sehingga hanya mikroba yang ada
dipermukaan suatu benda yang secara langsung terkena sinar ultraviolet yang
rentan terhadap pembasmian. Inaktivasi mikroba menggunakan penyinaran
cahaya ultraviolet secara prinsip adalah penyerapan foton-foton UV-C oleh DNA
mikroba, yang selanjutnya proses ini mengakibatkan kerusakan pada DNA dalam
bentuk mutagenic lesions meliputi cyclobutane pyrimidine dimers (CPD) dan
pyrimidine pyrimidone 6-4 photoproducts (6-4PP), sehingga menyebabkan sel
mikroba mati (Endarko et al, 2013).
Sinar x bersifat letal bagi mikroba dan bagi bentuk kehidupan yang lebih
tinggi. Meskipun sinar x memiliki energi dan daya tembus yang tinggi, jenis
radiasi ini tidak banyak digunakan dalam pengendalian populasi mikroba karena
daya tembus yang tinggi itu menyulitkan usaha perlindungan terhadap si pemakai
dan sulit menggunakannya secara efisien. Sinar x banyak digunakan secara
meluas dalam percobaan untuk menghasilkan muatan-muatan mikroba. Daya
tembus yang besar ini juga dimiliki oleh sinar gamma. Sinar gamma dipancarkan
dari radio isotop tertentu seperti 60CO, mempunyai panjang gelombang pendek
sehingga energinya tinggi. Daya tembusnya besar dan bersifat letal terhadap
semua bentuk kehidupan termasuk mikroba. Karena daya tembus serta efek
mikrobiosidanya tinggi serta efisiensinya lebih tinggi dibandingkan dengan sinar
x, maka sinar gamma lebih disukai untuk digunakan dalam sterilisasi bahan-
bahan yang tebal serta besar seperti kemasan peralatan media atau bahan
makanan (Ristiati, 2000).

d. Filtrasi
Beberapa bahan khususnya cairan (fluida) biologis seperti serum hewan,
ensim, beberapa vitamin dan antibiotik bersifat termolabil atau mudah rusak
karena panas. Begitu juga dengan radiasi dapat merusak bahan-bahan tersebut
sehingga diperlukan metode filtrasi untuk mensterilkan bahan dari mikroba. Ada
beberapa jenis filter yang dapat digunakan untuk mensterilkan, seperti filter
bakteriologis dan filter udara (Ristiati, 2000).
Selama bertahun - tahun telah tersedia berbagai macam filter bakteriologis
yang dapat dimanfaatkan oleh para peneliti mikrobiologi. Bahan filter tersebut
merupakan suatu lapisan yang relatif tebal terbuat dari asbes , tanah diatomea,
porselen atau kaca berpori (sintered glass). Ditahannya mikroorganisme pada
lapisan filter bukanlah hanya disebabkan ukuran pori filter, melainkan hal
tersebut disebabkan oleh kombinasi ukuran pori, sifat jaringan bahan berserat
atau partikulat penyusun lapisan saringan dan muatan listrik bahan - bahan
tersebut (Pelczar et al, 1988).

2.5. Apa saja pengendalian mikroba secara kimia


Banyak bahan kimia yang bersifat menghambat metabolisme sel atau merusak
komponen sel sehingga dapat menghambat atau mematikan mikroba. Bahan kimia yang
dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan ini banyak digunakan di rumah sakit
dan laboratorium untuk membersihkan peralatan bedah dan ruang penyiapan media.
Untuk mengetahui kekuatan suatu bahan kimiawi harus dibandinkan dengan bahan
kimiawi standar yang telah diketahui kekuatannya misalnya desinfektan fenol. Ada
beberapa cara untuk membandingkannya tetapi salah satu yang paling baik adalah
dengan pengujian fenol (Ristiati, 2000).
Menurut Anonim (2011), agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan
membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau
alat yang di-disinfeksi. Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi :
1) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
- Golongan Surfactants (Surface Active Agents), yaitu golongan
anionik, kationik dan nonionik.
- Golongan fenol.
2) Agen kimia yg merusak enzim mikroba.
- Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.
- Golongan oksidator seperti gol. halogen, hidrogen peroksida dan
formaldehid.
3) Agen kimia yang mendenaturasi protein.
Agen kimiawi yang menyebabkanterjadinya koagulasi dan presipitasi
protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan - bahan asam dan alkalis.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Efektivitas Agen kimia di dalam
mengendalikan mikroba, yaitu :
- Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi
konsentrasinya maka efektivitasnya semakin meningkat.
- Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan
yang disterilkan maka hasilnya akan semakin baik.
- Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora
resisten dibandingkan yang tidak berkapsul dan berspora.
- Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan - bahan organik
dapat menurunkan efektivitas agen kimia.
- pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah
seiring dengan perubahan pH.
2.6. Apa saja pengendalian mikroba menggunakan bahan khemoterapi
Bahan khemoterapi merupakan bahan antimikroba tinggi yang dapat digunakan
dengan aman secara internal. Bahan ini dapat menghambat atau membunuh mikroba dan
biasanya dihasilkan oleh mikroba tertentu, bahan khemoterapi ini disebut antibiotika.
Kebanyakan antibiotika dihasilkan oleh bakteri misalnya Streptomyces dan Bacillus serta
fungi seperti Pennilcillium. Antibiotika yang dihasilkan oleh bakteri dan fungi dihasilkan
selama akhir fase eksponensial atau awal fase stasioner, ketika organisme ini mulai
mengadakan sporulasi. Bahan khemoterapi yang disintesis oleh para ilmuwan disebut
obat sintetis. Antibiotika maupun obat sintetis dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroba karena bahan ini mengganggu fungsi sel (Ristiati, 2000).
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengendalian mikroorganisme dapat mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan
perusakan oleh bahan mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme tidak
dapat tumbuh. Membunuh dan membatasi partumbuhan mikroorganisme khususnya
sangat penting dalam penydediaan dan pemeliharaan untuk keamanan makanan.
Pengendalian mikroorganisme juga penting pada praktek medis modern dalam
menurunkan penyebaran mikroorganisme. Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan
beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat dan dibunuh dengan sarana atau
proses fisika atau bahan kimia.
Pengendalian mikroorganisme juga merupakan hal yang sangat penting bagi
manusia dalam kehidupan, lingkungan dan keselamatannya. Manusia tidak akan pernah
terlepas dengan mikroorganisme baik yang pathogen maupun dan nonpatogen. Namun
Ketika berhadapan dengan mikroorganisme pathogen pengendalian mikroorganisme
bertujuan untuk:
1. mencegah infeksi dan penularan penyakit berbahaya
2. menjaga kelangsungan hidup dari gangguan mikroorganisme yang pathogen
3. memungkinkan untuk mengkonsumsi makanan yang aman dan bebas dari
mikroba yang berbahaya
4. pada kondisi tertentu, manusia diharuskan hidup dalam lingkungan yang bebas
dari gangguan mikroorganisme
5. dalam kebutuhan sehari-hari seperti makanan yang harus higienis dan bersih,
serta bebas dari mikroorganisme yang merugikan.
6. Pengendalian mikroorganisme memungkinkan kita untuk dapat mengobati pada
serangan infeksi mikroba tertentu.
7. Terutama sebagai paramedis adalah kunci utama dalam pengendalian
mikroorganisme sehingga harus benar-benar menguasai dan dapat melakukan
penanganan pengendalian mikroorganisme secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Prescott, L.M., Harley, J.P., dan Klein, D.A. 1999. Microbiology. 4th ed. Boston:
WCB McGraw-Hill.
Ristiati, P. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Budiyanto, M.A.K. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM press
Endarko, Putro, T., Nuzula, N.I., Armawati, N., Wardana, A., Rubiyanto, A., dan
Muntini, M.S. 2013. Rancang Bangun Sistem Penjernihan Dan
Dekontaminasi Air Sungai Berbasis Biosand Filter Dan Lampu
Ultraviolet. Surabaya: FMIPA ITS
Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar - Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI
Press
Rahmi N, Wulandari P, Advinda L. (2022). Pengendalian Cemaran Mikroorganisme
Pada Ikan Mini Review. In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 1, No. 2,
pp. 611-623).
Waluyo, L., 2004, Mikrobiologi Umum, Malang, UMM press.

Anda mungkin juga menyukai