Anda di halaman 1dari 31

RENCANA KERJA

DANSYARAT-SYARAT
(RKS) Cert<fiut� No 0SC 0140

PEKERJAAN RENOV ASI MASJID HOTEL THE ROY ALE


KRAKATAlV

WKASI

HOTEL THE ROYALE KRAKATAU

Cilegon, 18 Desember 2023

Disetujui, Dibuat,
SUBDIT DMSI
BUSINESS DEVELOPMENT ENGINEERING & BUSINESS DEV.

NUR WUAYANTO
General Manager
A. SYARAT-SYARAT UMUM

I. KETENTUAN UMUM

1.1. Pemborong beserta seluruh personilnya wajib menghormati, tunduk dan mematuhi semua
peraturan sistem pengamanan kerja di tingkungan PT. Krakatau Sarana Propertt
1.2. Pemborong beserta seturuh personilnya harus dapat menjalin kerja sama dengan personil-
personil PT. Krakatau Sarana Properti dalam menjalankan tugas masing-masing yang
berbeda-beda.

II. PEMBORONG
2.1. Pemborong adalah Perusahaan yang ditunjuk Pemilik proyek melalui prosedur pelelangan
dan menandatangani Surat perjanjian (Kontrak) sebagal pelaksana pekerjaan yang telah
mengetahui dan memperhitungkan dengan baik seluruh lingkup pekerjaannya serta segala
resiko yang akan timbul.

2.2. Pemborong pembantu I Sub Kontraktor.


Bila Pemborong untuk melaksanakan pekerjaan tersebut menggunakan Sub Kontraktor,

maka hal ini sebelumnya harus mendapat persetujuan tertulis dari Pemilik Proyek dan
Pemborong tetap bertanggung jawab penuh atas segala hal yang dihasilkan oleh Sub
Kontraktor.
2.3. Pekerjaan utama tidak boleh diserahkan kepada Sub Kontraktor.

Ill. STANDAR PELAKSANMN PEKERJMN


3.1. Gambar-gambar kerja, Peraturan dan syarat-syarat, serta keterangan dalam gambar.
3.2. Apabila terdapat perbedaan antara gambar dan peraturan & syarat-syarat pekerjaan, maka
pemborong harus mentaati putusan Direksi Pekerjaan.
3.3. Ketentuan umum untuk melaksanakan Pemborongan Pekerjaan Umum (A.V) yang disahkan
dengan surat keputusan Pemerintah No : 9, tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran
Negara No : 14571.
3.4. Pedoman tata cara penyelenggaraan pembangunan Bangunan Negara yang dikeluarkan
oleh Departemen Pekerjaan Limum (DitJen. CIPTA KARYA).

3.5. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBBI) tahun 1983.

3.6. Peraturan Beton Indonesia PBLNl-2 1971.


3.7. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) tahun 1984
3.8. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia: DTPl-1970.
3.9. Peraturan dan petunjuk yang berlaku di PT. Krakatau Sarana Properti.
3.10. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan oleh
direksi untuk mencapai tujuan dan maksud perjanjian pemborongan ini.

3.11. Risalah rapat penjelasan (Aanwijzing)


Bilamana tidak ada lagi sumber dari star:dar dan ketentuan-ketentuan lain yang sah
berlaku di Republik Indonesia, maka standar internasional lainnya yang biasa
diperbandingkan, dapat dipergunakan sebagai pengganti standar yang telah diperinci di
atas dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
IV. GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)

4 1. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dalam gambar kerja, atau diperlukan


gambar tambahan/detail atau untuk memungkinkan Pemborong melaksanakan dan
menyetesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Pemborong harus membuat
gambar tersebut atas biaya Pemborong.
4 2. Gambar kerja hanya dapat berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh Pengawas
Lapangan dengan menqikuti penjelasan dan pertimbangan dari Perencana
4.3. Perubahan rencana mt harus dibuat gambamya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh
Pemberi Tugas dan harus jelas memperiihatkan perbedaan antara gambar kerja dan
gambar perubahan rencana.
4 4. Gambar tersebut diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui sebelum
dilaksanakan.

V. PELAKSANA DARI PEMBORONG

5.1. Pemborong harus menempatkan seorang pelaksana ditempat pekerjaan sebagai wakil yang
diberi wewenang dan tanggung jawab penuh dalam melaksanakan pekerjaan
5.2. Jika pelaksana tersebut oleh Direk.si Pekerjaan dipandang kurang mampu dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, maka Pemborong harus segera menggantikannya
dengan yang lebih mampu.
5.3. Pelaksana tersebut diatas harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan berada
drtempat pekerjaan setiap waktu.

VI. RESIKO KENAIKAN HARGA UPAH I ALAT

Resiko kenarkan harga bahan bakar I pelumas I upah I alat ditanggung sepenuhnya oleh
pemborong. •

VII. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

7.1. Pemborong harus se1alu mentaati peraturan-peraturan keselamatan kerja yang berlaku d1
Indonesia
7.2. Segala resiko keselamatan kerja akibat keteledoran pemborong selama pelaksanaan
pekerjaan ini menjadi tanggung jawab dan atas beban biaya pemborong.
7.3. Pemborong harus menyediakan alat-alat pelindung diri (A.PD) yang dibutuhkan.
7.4. Pemborong harus menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan.
7.5. Pemborong harus menyediakan air minum yang cukup untuk para pekerja.
7.6. Pemborong harus memberikan jaminan sosial/kesehatan kepada pekerja sesuat dengan
Peraturan Pemerintah yang berlaku.

VIII. KEAMANAN

8.1. Pemborong harus bertanggung jawab atas keamanan barang-barang dan peralatan dalam
batas daerah wewenangnya.
8.2. Keluar masuknya material, peralatan, dan orang ke dalam daerah pembangunan harus
mengikuti peraturan-peraturan keamanan PT. KSP maupun peraturaan pemerintah daerah
setempat.
8.3. Konsumsi minuman keras atau narkoba dalam bentuk apapun tidak diperkenankan
dftempat pekerjaan diwaktu apapun. Setiap pekerja yang tidak mengindahkan larangan
tersebut dapat dipecat dengan segera.

2
8 4. Perkelahian atau bentuk lain dari kelakuan fisik yang tidak aman dapat dijadikan alasan bagi
pemecatan dengan seketika
8.5. Peraturan keamanan dan Pemborong harus berada dibawah koordinast Keamanan PT.
KSP.
8.6. Semua resiko yang diakibatkan oleh karena pelaksanaan pekerjaan ini baik secara langsung
maupun tidak langsung menjadi tanggung jawab penuh Pemborong.

IX. KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN

9.1. Pemborong harus menjaga agar jalannya pelaksanaan pekerjaan tertib dan teratur.
9.2. Pemborong harus menjaga kebersman lokasi pekerjaan yang ditugaskan padanya, dengan
cara tiap sore membersihkan daerah kerjanya dan membuang semua kotoran-kotoran sisa •
pekerjaan dan sebagainya ketempat yang ditentukan oleh direksi pekerjaan.
9.3. Ketertiban dan keberslhan area pekerjaan maupun resiko-resiko yang diakibatkan olehnya
baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi tanggung jawab Pemborong.

3
I ���':<�!�IA
8. SYARAT-SYARAT TEKNIS

A. PEKERJAAN SIPIL & ARSITEKTUR

I. PERSIAPAN

1.1. PEMERIKSAAN TEMPAT PEKERJAAN


Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong harus mengadakan pemeriksaan situasi tempat
pekerjaan guna penentuan letak bangunan, bahan-bahan yang bakal ditemukan dan hal-hal
yang diperlukan guna pengamanan terhadap bangunan sekitarnya demi kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.

1.2. PEMBERSIHAN LAPANGAN

Tempat pekerjaan harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan lain-lain rintangan
yang terdapat disekitarnya dan siap untuk pelaksanaan pekerjaan tanah.
Pemborong tidak diijinkan untuk menebang atau merusak pepohonan atau pagar hidup,
kecuaf yang ada dalam batas-batas pekerjaan tanah atau yang jelas-jelas diberi tanda pada
gambar harus disingkirkan.
Bila terjadi sesuatu hal yang mengharuskan Pemborong untuk melakukan penebangan,
maka harus mendapat ijin dari Pengawas Lapangan.

1.3. MOBILISASI & DEMOBILISASI PERALATAN KERJA


Yang dimaksud pekerjaan ini adalah mendatangkan peralatan yang akan digunakan dan
pengembaliannya setelah selesai digunakan.

II. PENGUKURAN

2.1 PAPAN REFERENSI (BOUWPLANK)

a. Papan referensi harus dipasang pada patok-patok kayu yang nyata-nyata kuat tertancap
didalam tanah sehingga tidak bisa bergerak atau berubah posisi.
b. Lebar papan referensi sekurang-kurangnya 15 cm dan tebal 2 cm.
c. Tinggi papan referensi harus sama dengan peil nol/induk kecuali bila ada ketentuan lain.
d. Setelah pemasangan papan referensi selesai, harus dila!;!orkan untuk diperiksa dan disetujui
Pengawas Lapangan sebelum pekerjaan selanjutnya dilakukan.

2.2 PENGUKURAN lAPANGAN DAN PEMATOKAN

Pemborong dalam memufai pekerjaannya harus berdasarkan garis-garis sumbu utama dan
patok-patok pada peta situasi dan bertanggung jawab penuh atas hasil pengukuran-
pengukuran yang dilaksanakan. Pengecekan pengukuran terhadap patok-patok utama yang
ada, mencakup etevasi jalan-jalan existing dan as jalan existing dan elevasl bangunan
existing.

Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, termasuk juru
ukur (surveyor) yang berpengalaman termasuk alat ukur yang terkalibrasi dalam
melaksanakan pengukuran dan pematokan.
Pemborong diwajibkan untuk memelihara patok-patok serta tugu-tugu ukur utama selama
pelaksanaan proyek. Kontraktor diwajibkan membuat/mengadakan patok-patok pembantu
didalam lokasl proyek yang jum1ah dan letaknya sesual dengan petunjuk Pengawas
lapangan.

4
_----
v'KAN
- ........ ..._

Ill. PEKERJAAN TANAH

3.1 KETENTUAN UMUM


1. Sebelum melakukan pekerjaan tanah, Pemborong harus membersihkan daerah yang akan
dikerjakan dari sisa-sisa pepohonan dan segala sesuatu yang mengganggu area kerja.

2. Pemborong harus me/akukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu dan melaporkan
kepada Pengawas Lapangan serta minta ijin untuk memulai pekerjaan.

3.2 LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi pekerjaan persiapan, penggalian dan pengurugan serta pemadatan untuk


peninggian elevasi tanah sesuai peil/elevasi yang telah ditentukan.

3.3 PEKERJAAN PENGGAUAN & PENGURUGAN

Semua galian harus mencapai kedalaman yang disyaratkan dalam gambar rencana, kecuali
ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan sehubungan dengan keadaan lapangan dan peil
tanah.
Semua akar-akar, batang-batang pohon, beton/pondasi, pipa-pipa yang terpendam dan
tidak terpakai atau halangan-halangan lain yang dijumpai pada saat penggalian harus
dikeluarkan dan dibuang.
Apabila penggalian dilakukan sampai di bawah level yang tercantum pada gambar rencana
tanpa instruksi tertulis dari Pengawas lapangan, maka bagian yang telah tergali tersebut
harus diisi dengan pasir atau bahan lain yang disetujui oleh Pengawas lapangan.
Penggalian harus dilakukan dalam keadaan kering. Pemboroni harus menyediakan pompa-
pompa air dan perlengkapan-perlengkapan lainnya untuk menyerap ataupun mengaiirkan
air dan sudah memperhitungkan biayanya.
Pengurugan untuk mencapai ketinggian/elevasi bangunan yang disyaratkan menggunakan
tanah hasf penggatian yang telah dibersihkan dari sampah, tumbuh-tumbuhan dan bahan-
bahan yang dapat merusak dengan persetujuan Pengawas lapangan.
Urugan harus dipadatkan dengan pemadat mekanis (stamper) sampai mencapai kepadatan
optimum.
Selama dan sesudah pekerjaan pengurugan atau pemadatan, tidak boleh ada genangan air
diatas tanah atau sekitar lapangan pekerjaan.

IV. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

4.1. LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan pasangan batu kali untuk pondasi dan keperluan-
keperluan lain sesuai dengan gambar rencana serta penyelesaiannya termasuk pengadaan
bah an dan peralatan-peralatan pembantu.
4.2. MATERIAL

a. Batu kali belah


Yang dimaksud batu belah disini adalah batuan yang diperoleh dari alam {batuan andesit)
dengan bentuk bersudut tajanm dan mempunyai ukuran maksimal 25 x 25 x 25 cm, keras,
tidak keropos serta bersih dari kotoran I Lumpur.

5
b. Adukan
Pasangan batu kali biasa menggun.akan adukan 1 pc: 5 ps, sedangkan untuk pondasi kedap
air menggunakan adukan 1 pc: 3 pc dan bahan yang digunakan harus memenuhi ketentuan
sebagat berikut:
- Pasir
Menggunakan pasir pasang yang mempunyai kadar tanah maksimal 5 % dari berat.
- Semen
Seperti yang disebutkan pada pasal 3.3.a dalam spesifikasi teknik ini.
- Air
Seperti yang disebutkan pada pasal 3.3.d dalam spesifikasi teknik ini.

4.3. CARA PELAKSANAAN

Persiapan pelaksanaan harus dilakukan sesuai dengan persyaratan yang lazim digunakan
(untuk pengukuran, pematokan, dan penarikan benang).

Pemasangan pondasi harus dilakukan dengan ikatan yang baik, lubang antara batu-batu
yang besar selain diisi dengan adukan juga harus diberi batu pecahan yang kecil. Kesatuan
pondasi harus cukup kokoh sehingga tidak terdapat keretakan atau penu,runan pada
dinding. Bila hal tersebut terjadi akan menjadi tanggung jaw ab pemborong.
Adukan yang digunakan harus setalu baru dan sesuai dengan persyaratan, adukan yang
tidak habis digunakan tidak boleh digunakan pada keesokan harinya. Untuk pekerjaan
saluran dan turap harus menggunakan adukan kedap air.

Pada permukaan pondasi harus diberi angkur 12 mm panjang 40 cm dengan bentuk siku
dan dipasang setiap jarak 100 cm. Pada saat pembuatan pondasi harus diperhatikan bukaan
atau lubang yang diperlukan bagi pekerjaan drainasi, pemipaan dan instalasi listrik.

V. PEKERJAAN BETON

5.1. KETENTUAN UMUM

Persyaratan-persyaratan struktur beton, istilah teknik dan syarat-syarat pelaksanaan beton


secara umum menjadi kesatuan dalam bagian spesifikasi teknik ini.

Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan kesesuaian yang
tinggi menurut spesifikasi teknik, gambar rencana dan instruksi dari Pengawas Lapangan.
Semua pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar.

Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan dan disetujui
oleh Pengawas Lapangan dan Pengawas berhak untuk minta diadakan pengujian bahan-
bahan tersebut. Semua material yang tidak disetujui oleh Pengawas Lapangan harus segera
dikeluarkan dari lokasi proyek.

5.2. LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan beton sesuai
dengan gambar rencana, termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan
pembantu, fabrikasi dan perakitan semua penulangan serta bagian-bagian pekerjaan lain
yang tertanam dalam beton.
Selain tersebut diatas juga mencakup perancangan, pelaksanaan, pembongkaran acuan,
peme!iharaan dan semua pekerjaan yang menunjang pekerjaan beton.

6
---
(i'iKAN
----
5.3. MATERIAL

a. Semen Portland
Semua semen yang digunakan adalah semen Portland tipe I sesuai standar Sii dan produksi
dari satu merk.
Penempatan semen harus dalam gudang yang baik guna mencegah terjadinya kerusakan.
Semen yang menggumpal, tercampur dengan kotoran atau kena air I lembab tidak diijinkan
untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek.

b. Agregat Kasar

Berupa batu pecah (split) yang diperoleh dari hasil pemecahan batu dengan ketentuan
sesuai dengan ASTM C-33 dan mempunyai ukuran terbesar 25 mm.

Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan berbentuk kubus.
Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari volume dan tidak
boleh mengalami pembubukan hingga lebih dari 50 % kehilangan berat menurut tes mesin
Los Angeles.
Agregat harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang dapat
merusak beton.
c. Agregat Halus
Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan
tidak diperkenankan menggunakan pasir laut.
Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam, keras, harus bersih dari bahan organik,
lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50 % substansi-substansi yang
merusak beton.
d. Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih, tidak mengandung minyak atau garam serta
zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air
bersih yang dapat dirninurn.
e. Tulangan I Besi beton
Semua besi beton harus bebas dan bersih dari karat, olie, gemuk, cat dan lain sebagainya
yang dapat menyebabkan berRurangnya daya ikat besi tersebut dengan beton.

Apabila Pengawas lapangan memandang perlu, agar menyikat dengan sikat kawat untuk
membersihkan besi beton tersebut sebelum dipergunakan.
Sama sekali tidak diperkenankan mengadakan pengecoran beton sebelum besi beton yang
terpasang diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
Semua besi beton yang dipergunakan harus sesuai dengan ukuran yang dikeluarkan oleh
pabrik dan mempunyai mutu sebagai berikut :
• s 010 standar
• �012ex.KS
Besl beton yang ada di lapangan harus disimpan atau diletakkan dibawah penutup yang
kedap air (waterproof), dan harus terangkat dari permukaan tanah atau genangan air tanah
yang ada serta harus dilindungi dari segala hal yang menyebabkan rusaknya besi beton
serta terjadinya karat.

7
f. Bahan Pencampur
Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak diijinkan tanpa persetlljuan tertulis dari
Pengawas Lapangan atau Perencana. Apabila menggunakan bahan pencampur, Pemborong
harus mengadakan percobaan-percobaan perbandingan berat dengan W/C ratio dari
penambahan bahan pencampur (admixture) tersebut.

g. Cetakan Seton
Cetakan beton yang digunakan adalah papan kelas II untuk kolcm-kolom praktis, ring balok
diatas pasangan dinding dan sloof dengan ukuran tidak lebih dari 20 X 20 cm, dan
multipleks 9 mm untuk cetakan pondasi beton bertulang, kolom-kolom dan balok-balok
struktur.
Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya
perpindahan tempat atau kelongsoran. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus
untuk serta tidak boleh adad lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan
pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertical.
h. Mutu beton
Mutu beton struktur yang digunakan sesual yang terlampir dalam daftar spesifikasi
material. dengan nilai slump maksimum 12,5 cm dan minimum 5 cm {PBI 1971). Hasil
crushing test K-225 dari laboratorium yang berwenang terhadap benda uji beton yang
berumur 7, 14, dan 28 hari harus dilaporkan kepada Pengawas lapangan untuk dimintakan
persetujuannya.

5.4. PELAKSANAAN PENGECORAN

a. Pemasangan Besi Beton


Semua besl beton yang akan dipakai harus dibentuk sesuai dengan ukuran yang tertera
pada gambar, serta diikat dan diletakkan pada posisi yang tepat. Besi beton tersebut tidak
boleh ditekuk atau diluruskan kembali untuk kedua kalinya, dimana hal tersebut akan
menakibatkan rusaknya besi beton tersebut.
Penempatan besi beton yang telah dibentuk tersef>ut sama sekali lepas atau tidak
menempel pada cetakan dengan cara mengganjal dengan pengganjal beton yang dibuat
sesuai tebal selimut beton yang dibutuhkan. Atau dengan menggunakan penggantung-
penggantung besi apabila dibutuhkan, dengan cara mengikatnya satu dengan lainnya pada
persilangan dengan menggunakan kawat penglkat baja yang mempunyai diameter tidak
kurang dari 1,6 mm serta dengan menekukkan akhiran dari kawat pengikat baja tersebut
kearah dalam badan beton.
Pengganjal beton paling tidak harus mempunyai mutu yang sama dengan mutu beton yang
akan dicer pada daerah tersebut dan dibuat sekecil mungkin sehingga praktis untuk
digunakan pada semua tempat.
Sebelum ditakukan pengecoran, maka besl-besi tulangan yang telah terpasang harus
dibersihkan dari bahan-bahan yang terjatuh di dalam cetakan.

8
---
@iKAN
----
Pemborong diperkenankan melakukan pengecoran beton setelah ada persetujuan dan ijin
tertulis dari pengawas lapangan babwa tulangan yang terpasang sesuai dengan gambar
serta memenuhi persyaratan spesifikasi.

b. Pengadukan
Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton. Mesin pengaduk harus betul-
betul kosong sebelum diisi bahan adukan selanjutnya dan harus dicuci lagi apabila tidak
digunakan lebih dari 30 menit.
Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit sesudah
semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah bila kapasitas mesin
lebih besar dari 1,5 m3. Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan
dengan kekentalan dan warna yang merata / seragam serta konsistensi pada setiap adukan.
Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air harus
dituang ter!ebih dahulu untuk selanjutnya bah an yang lain ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan penambahan air untuk mendapatkan
konsistensi beton yang dikehendaki.

c. Lantai Kerja
Lantai kerja dibuat untuk setiap pekerjaan struktur beton yang berhubungan langsung
dengan tanah sebagai alas penulangan atau dasar lantal.
Lantai kerja dibuat dari adukan semen dan pasir dengan mutu minimum Bl dengan
keteba!an minimum 3 cm dan campuran minimum lPC: 4PS.

Dibawah lantai kerja tersebut diberi lapisan pasir padat dengan ketebalan sesuai dengan
yang ditentukan dalam gambar rencana.
d. Pengecoran
Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian yang akan dicer harus bersih dari kotoran dan
bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton (pipa-pipa instalasi
listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain) sudah harus terpasang. Cetakan atau
pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi sampai jenuh dan
tulangan harus sudah terpasang dengan baik.
Adukan beton tidak boleh dituang bila jangka waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat telah melampaui 1,5 jam, waktu ini dapat berkurang bita Pengawas Lapangan
menganggap perlu berdasar kondisi tertentu.

Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya pemisahan


material (segregation) dan perubahan letak tulangan.
Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 meter. Bila
memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya
terbenam dalam adukan yang baru dituang.

5.5. PEMELIHARAAN BETON


Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga dan dilindungi dari sinar matahari
dengan jalan menyiram atau menutup dengan karung basah.

9
Permukaan beton yang masih basah harus dijaga dan dilindungi benar-benar dari air hujan,
atau hat-hal lain yang bisa menvebabkan terbukanya permukaan lunak tersebut sampai
permukaan tersebut menjadi keras.

5.6. PEMBONGKARAN CfTAKAN


Tidak diperkenankan untuk membuka atau membongkar bekisting sebelum beton tersebut
telah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menanggung beban yang terjadi akibat
dibukanya bekisting tersebut.

Paling sedikit dibutuhkan waktu 3 (tiga) hari setelah pengecoran, dapat dilakukan
pembangkaran bekisting samping ba1ok atau 14 (empatbe1as) hari sete!ah pengecoran
untuk lantai beton yang sedang disangga, atau setelah mendapat ijin dari Pengawas
Lapangan.
Apabila terdapat lubang atau hal-hal yang lain pada beton setelah dibongkarnya bekisting,
tidak diperboJehkan untuk memperbaiki atau melakukan hal-hal lain pada beton kecuali
tetah mendapat ijin dari Pengawas Lapangan.

5.7 PEKERJAAN KONSTRUKSI


a. Umum
Semua jenis kayu yang dipakai harus berkualitas baik, tua, tidak bergetah, kering udara,

tidak cacat, tidak bermata kayu besar dan harus sudah di keringkan paling sedikit 3 {tiga)

bulan.

Kelembaban kayu yang dipakai untuk pekerjaan kayu bagtan dalam dan pekerjaan kayu
halus harus kurang dari 15 % dan untuk pekerjaan kayu kasar harus kurang dari 20 %. Kadar
kelembaban yang diisyaratkan tersebut harus dipelihara sampai bangunan selesai.
Persiapan untuk penyambungan dan pemasangan semua kayu harus sedemikian rupa
sehingga susut dibagian mana saja dan kearah manapun tidak akan mengurangi atau
mempengaruhi kekuatan dan bentuk dari pekerjaan kayu yang sudah jadi.
Semua ukuran kayu yang tertera pada gambar adalah ukuran jadi sesudah diserut, toleransi
kekurangan yang di perbolehkan untuk setiap ukuran yang sudah dikerjakan adalah
maksimum 3 mm.
Setelah terpasang atau dibentuk, kontraktor harus mengadakan perlindungan terhadap
benturan-benturan keras yang mengakibatkan cacat yang mungkin sukar dihilangkan.
Semua pekerjaan harus dibuat berdasarkan ukuran-ukuran dan detail-detail yang
tercantum dalam gambar.

VI. PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

a. UNGKUP PEKERJAAN
Meliputi pekerjaan persiapan dan pelaksanaan pasangan bata ringan untuk dinding, rollag

dan bagian-bagian lain bangunan sesuai dengan gambar rencana, termasuk pengadaan

bahan dan peralatan pembantu.

10
b. MATERIAL
Menggunakan dinding bata ringan AAC Block

c. CARA PEMASANGAN
Pemasangan bata ringan harus mengikuti peraturan dengan tahapan yang lazim dilakukan
atau atas petunjuk pengawas lapangan (untuk pematokan, penarikan benang dan lain-lain).

Batu bata yang akan digunakan harus direndam dulu sampai jenuh air dan permukaan yang
akan dipasang harus di basahi pula. Pengikatan pada pasangan batu bata harus dilakukan
secara balk dan sempurna, tidak dibenarkan menggunakan batu bata pecahan kurang dari
setengah panjang kecuali sesual peraturan.

Semua pasangan harus lurus dan rata secara horisontal maupun vertical dan di1akukan
dengan menggunakan tarikan benang yang dipasang tidak lebih dari 30 cm diatas pasangan
dibawahnya.

Semua pasangan mulai dari sloof sampai 20 cm diatas lantai dan untuk kamar mandi
sampai 150 cm diatas lantai harus menggunakan adukan kedap air.
Semua pasangan yang baru selesai dikerjakan harus dijaga agar jangan sampai t,erkena sinar
matahari secara langsung dengan ditutupi membran yang dibasahi.

VII. PEKERJAAN PLESTERAN DAN AOAN

7.1 LINGKUP PEKERJAAN


Meliputi pekerjaan persiapan bagian yang akan dip\ester, plesteran dinding, kolom, bagian
pondasi atau keperluan lain yang akan diselesaikan dengan cat atau bahan pelapis seperti
tertera dalam gambar rencana, termasuk pengadaan bahan dan peralatan pembantu.

7.2 MATERIAL
Plesteran dan acian menggunakan semen instan berbahan dasar semen, filler dan aditif
yang tercampur secara homogen yaitu Mortar Utama (MU) sesuai spesifikasi.

7.3 CARA PELAKSANAAN


Semua pasangan bata yang akan di cat harus diselesaikan dengan plesteran finish acian,
kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana. Seluruh bidang yang akan diplester harus
dibersihkan dan lubang-lubang yang tidak diperlukan harus ditutup dengan rapi.

Untuk bagian dinding yang akan diselesaikan dengan cat, pada plesteran yang telah benar-
benar kering dilakukan pengacian dengan semen dan air sampai diperoleh permukaan yang
halus, rata, lurus dan tidak bergelombang

VIII. PEKERJAAN PENYELESAIAN FINISHING LANTAI

8.1 LINGKUP PEKERJAAN

Pengadaan bahan dan pemasangan penutup lantai (keramik, homogenous tile, batu alam,
marmer, granit, karpet) serta tenaga kerja komplit beserta alat-alat pendukungnya.
Pemasangan penutup lantai sesuai dengan detail pada gambar rencana.

11
8.2 MATERIAL
Semua jenis penutup lantai yang digunakan sesuai dalam gambar rencana & daftar
spesifikasi material terlampir. Sebelum dipasang, Pemborong harus mengajukan contoh
material untuk mendapatkan persetujuan dari Oireksi Pekerjaan.

8.3 PELAKSANAAN

Kondisi ruangan sebelum dan sesudah pemasangan harus bersih dan terhindar dari debu
yang berlebihan. Permukaan tanah harus dipadatkan dengan baik dengan ketebalan sesuai
pada gambar rencana. Penutup lantal keramik, homogenous tile, granit, marmer & batu
alam.
Syarat-syarat Pemasangan Penutup Lantai
1. Persiapan Pemasangan
a. Sebelum mulai pemasangan penutup lantai, Kontraktor terlebih dahulu harus
memeriksa semua pekerjaan yang nantinya akan ditutup oleh bahan penutup
lantai.
b. Sesudah pekerjaan-pekerjaan tersebut selesai diperiksa, Kontraktor harus
meminta persetujuan PT. Krakatau Sarana Properti untuk ·melanjutkan
pekerjaannya.
c. Pekerjaan yang harus diperiksa diantaranya adalah :
1. Pengecekan kepada kondisi finishing lantai eksisting dan keselarasannya
terhadap finishing lantai yang akan diaplikasikan.
2. Pekerjaan pemasangan instalasi-instalasi dibawah lantai misa!nya pipa-pipa dsb.
3. Pekerjaan waterproofing.
4. Dan lain-lain yang dianggap perlu.

d. Sebelum memulai pemasangan penutup lantai, Kontraktor terlebih dahulu harus


menyerahkan contoh-contoh penutup lantai yang akan dipasang lengkap dengan
sertifikat / surat pernyataan dari produsennya yang menjelaskan bahwa kualitas
bahan tersebut benar-benar sesuai dengan persyaratan diatas.
e. Contoh-contoh terseb'ut apabila oleh Konsultarl Pengawas dianggap perlu, harus
ditest di laboratorium yang sudah disetujui PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon,
biaya pengujian di Laboratorium ini menjadi tanggungan Kontraktor Interior.

2. Pemasangan Penutup Lantai


1. Pemasangan penutup lantai harus memperhatikan persyaratan pemasangan setiap
bahan material yang akan diaplikasikan.
2. Untuk penutup lantai keramik, kontraktor harus terlebih dahulu membuat acuan
pemasangan disaksikan oleh konsultan pengawas.
3. Pasangan keramik yang terpasang harus dalam 1 lot produksi dan kode kualitas
yang sama sehingga dapat dijaga ke-presisi-an dari naad yang ada. Naad harus s 2
mm, dan disi dengan bahan grout ex. AM dengan warna senada dengan keramik.
4. Untuk area-area pertemuan jenis lantai, elevasi finishing harus tetap satu level,
untuk itu kontraktor harus melakukan levelling pada tiap-tiap area yang
dimungkinkan adanya perbedaan level tersebut.

12
-----
Ai�
IX. KONSTRUKSI BAJA

UMUM

1.1 Ungkup Pekerjaan


a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelayanan yang
diperlukan untuk melaksanakan dan membuat konstruksi baja.

b. Spesifikasi ini meliputi syarat-syarat perencanaan, fabrikasi dan pemasangan tentang


konstruksi baja untuk atap, penyokong (support), dan sebagainya, sesuai dengan yang
ditunjukkan pada gambar kerja.

1.2 Standar

a. Bahan Struktur atau Konstruksi

1. Kecuali kalau diatur secara tersendiri, bentuk profil, pelat dan kisi-kisi untuk tujuan semua
konstruksi dibaut atau dilas harus baja karbon yang memenuhi persyaratan �.S.T.M. A36
atau yang setara dan harus mendapat persetujuan MK.

2. Kecuali kalau diatur secara tersendiri pipa-pipa untuk konstruksi dengan las harus dari baja
karbon yang memenuhi A.S.T.M. AS6 type E atau 5.

3. Kecuali kalau diatur secara tersendiri bahan-bahan harus memenuhi spesifikasi "American
Institute of Steel Construction (Atscr dan PPBBI Mei 1984.

b. Pengikat-pengikat: baut-baut, mur-mur atau sekrup-sekrup dan ring-ring harus sebagai


berikut :

1.Untuk sambuangan bukan baja ke baja. Pengikat-pengikat harus dari baja karbon yang
memenuhi persyaratan ASTM A370 dan harus digalvanis.

2.Untuk sambuangan baja ke baja. Pengikat-pengikat harus dari baja karbon yang memenuhi
persyaratan ASTM A325 dan atau ASTM A490 dan harus-tertapis cadmium.

3. Untuk sambungan logam yang berlainan {tidak sama) pengikat-pengikat harus baja tahan
korosi memenuhi persyaratan ASTM Al.76 type 321 atau type lainnya dari baja tahan
korosi.

4. Ring-ring bulat untuk baut biasa harus memenuhi A.N.5.1. 827, type A.

c. Bahan-bahan las: bahan-bahan las harus memenuhi persyaratan dari "American Welding
Society'' (AWS Dl.0-69 : Code for Welding in Building Construction)

1. Baut angkur dan sekrup-sekrup atau mur-mur harus memenuhi persyaratan ASTM A36
atau A325.

2. lapisan seng : baja berlapis seng harus memenuhi ASTM A123. Lapisan seng untuk
produksi utiran sekrup harus memenuhi ASTM A153.

13

-------- - ---------
3. Baut dan mur yang idak tertapis (unfinished) harus memenuhi ASTM A307 dan harus
biasanya type segi enam {hexagon-bolt type)

d. Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan yang
belum pernah dipergunakan untuk konstruksi lain sebelumnya dan harus disertai
sertifikat dari pabrik.

e. Peraturan-peraturan dan standar dibawah ini atau publikasi yang dapat dipakai harus
dipertimbangkan serta merupakan bagian dari spesifikasi ini. Dalam hal ini ada
pertentangan, spesifikasi ini menentukan.

1.3 Material dan Fabrikasi

a. Semua material baja harus baru dan disetujui pengawas walaupun kontraktor te!ah
menggunakan bahan yang telah disetujui, pasal berikut ini tetap mengikat kontraktor
untuk tetap bertanggung jawab.

b. Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan
merupakan "Hot Rolled Structural Steel" dan memenuhi mutu baja BJ 37, (PPBBl-83)
atau ASTM A36 atau 5541 {JIS.U 3101-1970).

c. Seluruh pekerjaan fabrikasi harus dilakukan di workshop, kecuali hal-hal yang tidak
dapat dilakukan di workshop dan dapat dikerjakan di lapangan setelah mendapat
persetujuan Pengawas.

d. Semua bagian baja sebelum dan setelah difabrikasi harus lurus dan tidak ada tekukan
dan ukuran disesuaikan dengan gambar. Sebelum semua· pekerjaan fabrikasi dimulai
pe/at-pelat baja harus rata dan tidak boleh tertekuk dan bengkok.

e. Semua pekerjaan baja harus disimpan rapi dan ditaruh diatas alas papan. Seluruh
pekerjaan baja setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat dengan sikat baja
dan dicat zincromate 2 (dua) kali.

f. Kekurangtepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki


atau digantl dengan yang baru atas biaya Kontraktor..

g. Pengawas dan Konsuttan berhak meninjau bengkel dan memeriksa pekerjaan fabrikasi
Kontraktor yaitu baja dengan tegangan leleh minimum cry= 2.400 kg/cm2•

h. Semua baja yang digunakan harus sesuai bentuk, ukuran dan ketebalannya serta bebas
dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk dan puntir, dengan berat sesuai gambar
rencana.

i. Semua fabrikasi yang dilakukan Pemborong harus mengajukan gambar kerja (Shop
Drawing) sesuai dengan gambar rencana untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas, dan
Pemborong tidak diperkenankan memulai pekerjaan sebelum gambar kerja tersebut
disetujui.

14
-----
A��

Gambar kerja harus menunjukkan detail pelaksanaan secara jelas, untuk hal-hal berikut:
- Dimensi layout dalam metrik.
- Type dan tokasi sambungan.
- Dimensi bagian-bagian konstruksi bentuk, detail dan berat setiap unit konstruksi.

j. Permukaan yang akan disambung harus rata satu sama lain, dlgurinda dahulu sebelum
dilakukan penyambungan dan tidak bofeh bergeser selama pengelasan dilakukan. Sisa-
stsa atau material las yang berlebih atau kerak-kerak las harus dibersihkan.

1.4 Conteh Bahan

a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh


material, baja profil, kawat las, cat dasar atau akhir dan lain-lain untuk mendapat
persetujuan MK.

b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh MK akan dipakai sebagai standar atau
pedoman untuk pemeriksaan atau penerimaan material yang dikirim oleh Kontraktor
ke site.

c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh material yang


.
telah disetujui di bengkel MK.

1.5 Penyimpanan dan Pengiriman Bahan

a. Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan atau balck-balok kayu
untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tldak merusak
material.

b. Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak, bengkok.

c. Kontraktor harus memberitahukan terlebih dahulu setiap akan ada pengiriman dari
pabrik ke lapangan, guna pengecekan pengawas.

Kontraktor harus memberitahukan pengawas sebelum pengmman konstruksi baja dan


menjamin bahwa setelah di lapangan konstruksi baja tersebut tetap tidak rusak dan
kotor. Bilamana ternyata yang dikirim rusak dan bengkok, Kontraktor harus mengganti
dengan yang baru.

d. Sebelum erection dimulai, Kontraktor harus memeriksa kembali kedudukan angker-


angker baja dan memberitahukan kepada Pengawas metode dan urutan pelaksanaan
erection.

e. Ketinggian dasar kolom yang telah ditentukan dan ketinggian daerah lainnya diukur
dengan theodolite oleh Kontraktor dan disetujui Pengawas.

f. Perhatian khusus dalam pemasangan angker-angker untuk kolom dimana jarak-


jarak/kedudukan angker-angker harus tetap dam akurat untuk mencegah ketidak
cocokan dalam erection, untuk ini harus dijaga agar selama pengeccran angker-angker
tersebut tidak bergeser.

15
g. Dasar kolom dan bidang bawah pelat pemegang angker harus dalam satu bidang yang
rata betul.

h. Erection komponen-komponen baja harus menggunakan alat mekanik (crane).

i. Tali penglkat dan penarik yang dipakai pada waktu erection harus dari kabel baja.

j. Toleransi dari kelurusan batang maupun komponen batang tidak boleh !ebih dari
1/1000 panjang batang/komponen batang.

k. Penyimpangan pertemuan sumbu perletakan dengan sumbu kotom tempat perletakan


maksimum 0.5 cm dari kedudukan pada gambar kerja ke arah horizontal dan 1 cm ke
arah vertikal.

I. Semua pelat-pelat atau elemen yang rusak setelah fabrikasi, tidak akan
diperbolehkan dipakai untuk erection.

m. Untuk pekerjaan erection di lapangan, Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli.


Tenaga ahti tersebut harus senantiasa mengawasi dan bertanggung .jawab atas
pekerjaan erection.
Tenaga ahli untuk mengawasi pekerjaan erection tersebut harus mendapat persetujuan
pengawas dan berpengalaman dalam erection konstruksi baja bertingkat
guna mencegah hal-hal yang tidak menguntungkan bagi struktur.

n. Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-pekerjanya di lapangan,


sesuai ketentuan yang dikeluarkan oleh dinas keselamatan kerja dari Departemen
Tenaga Kerja. Untuk ini Kontraktor harus menyediakan lkat pinggang pengaman,
safety helmet, sarong tangan dan pemadam kebakaran.

o. Kegagalan dalam erection Ini menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya,


oleh sebab itu Kontraktor diminta untuk memberi perhatian khusus pada masalah
erection ini.

p. Dalam pengiriman semua bahan yang didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan
utuh dan tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak atau
kemasan aslinya yang masih bersegel dan berlabel pabriknya.

1.6 Tanda-tanda Pada Konstruksi Baja

Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi kode
dengan jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah.

1.7 Pemotongan Besi

Semua bekas pemotongan besi harus rapi dan rata. Pemotongannya hanya boleh
dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las sekali kali
tidak diperkenankan.

16

--- ---- ---------------


<Ii---
KAN
----
1.8 erencanaan dan Pengawasan
1. Gambar Kerja dan Metode Pelaksanaan .
Sebelum pekerjaan di pabrik dimulai, Kontraktor harus menyiapkan gambar-gambar kerja
yang menunjukkan detail-detail lengkap dari semua komponen, panjang serta ukuran las,
jumlah, ukuran serta tempat baut-baut serta detail-detail lain yang lazimnya diperlukan
untuk fabrikasi.

a. Sebelum fabrikasi dimulai, kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja yang


diperlukan dan mengirim 3 (tiga) copy gambar kerja untuk disetujui pengawas. Bilamana
disetujui 1 (satu) set gambar akan dikembalikan kepada Kontraktor untuk dapat dimulai
pekerjaan fabrikasinya.

b. Walaupun semua gambar kerja telah disetujui oleh pengawas, tidaklah berarti
mengurangi tanggung jawab Kontraktor bilamana terdapat kesalahan atau perubahan
dalam gambar. Dan tanggungjawab atas ketepatan ukuran-ukuran selama erection
tetap ada pada Kontraktor.

c. Pengukuran dengan skala dalam gambar tidak diperkenankan.

d. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor harus memberikan metode pelaksanaan.

2. Ukuran-ukuran

Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran yang
tercantum pada gambar kerja.

3. Kelurusan

Toleransi dari keseluruhan tidak lebih dari L/1000 untuk semua komponen.

1.9 Pemeriksaan dan lain-lain

Sebelum pekerjaan di pabrik harus merupakan pekerjaan yang berkualitas tinggi,


seluruh pekerjaan harus dilakukan dengan ketepatan sedemikian rupa sehingga semua
komponen dapat dipasang •dengan tepat di lapangan. MK mempunyai hak untuk
memeriksa pekerjaan di pabrik pada saat yang dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan
boleh dikirim ke lapangan sebetum diperiksa dan disetujui MK. Setiap pekerjaan yang
kurang balk atau tidak sesuai dengan gambar atau spesifikasi ini akan ditolak dan blla
terjadi demikian, harus diperbaiki dengan segera.

PELAKSANAAN

2.1 Pengelasan

a. Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AlSC specification, baru dapat
dilaksanakan dengan seijin pengawas, dan menggunakan mesin las listrik.

b. Kawat las yang dipakai ada1ah harus merk "Kobesteel" atau yang setaraf.

c. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahH dan berpengalaman.

17
d. Semua pekerjaan pengetasan harus rapi tanpa menimbulkan kerusakan-kerusakan pada
beban bajanya.

e. Elektrode las yang dipergunakan harus disimpan pada tempat yang dapat tetap menjamin
komposisi dan sifat-sifat dari electrode selama masa penyimpanan.

f. Pengefasan harus menjamin pengaHran yang rata dari cairan electrode tersebut.

g. Teknik atau cara pengefasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan kualtias
dari las yang dikerjakan.

h. Permukaan dari daerah yang akan dilas harus bebas dari kotoran yang memberi pengaruh
besar pada kawat las. Permukaan yang akan dilas juga harus bersih dari aspal, cat,
minyak, karat dan bekas-bekas potongan api yang kasar, bekas potongan aot harus
digurinda dengan rata. Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.

i. Pengelasan tidak boleh dilakukan jika temperatur dari base metal lebih rendah 0°F. Pada
temperatur 0°F, permukaan las dari tittk dimulainya las sampai sejauh 7.5 m juga dijaga
temperaturnya sampai dengan waktu pengelasan.

j. Pemberhentian las harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan
berputar atau berbengkok.

k, Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari satu kali),
maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapis terdahulu harus dibersihkan dari
kerak-kerak las atau slag dan percikan-percikan logam yang ada. Lapisan las yang berpori-
pori atau retak atau rusak harus dibuang sama sekali.

2.2 Sambungan

a. Sambungan-sambungan yang dibuat harus mampu memikul gaya-gaya yang bekerja,


selain berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.

b. Hanya diperkenankan 1 (satu} sambungan dalam 1 (satu) bentang. Yang dimaksud dengan
1 bentang adatah panjang komponen batang baja dimana hanya ujung-ujungnya terdapat
sambungan dengan menggunakan bolt.

c. Semua penyambungan profit baja harus dilaksanakan dengan las tumpul atau full
penetration butt weld.

2.3 Lubang-lubang Baut

a. lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya. Kontraktor
tldak boleh merubah atau membuat lubang baru di lapangan tanpa seijin pengawas.

b. Pembuatan lubang baut harus memakai bar. Untuk konstruksi yang tipis (maksimum 10
mm), boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali tidak
diperkenankan.

18
___
---
•{KAN.....

c. Baut penyambung harus berkwalitas baik dan baru.

d. Diameter baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Mutu baut yang
digunakan sesuai dengan yang tercantum dalam gambar perencanaan.

e. Lubang baut dibuat maksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut.

f. Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut yang akan mengurangi kekuatan
baut itu sendiri. Untuk itu diharuskan menggunakan pengencang baut yang khusus
dengan momentorsi yang sesuai dengan buku petunjuk untuk mengencangkan masing-
masing baut.
g. Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih terdapat paling
sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan pada ulir
baut tersebut.

h. Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua sisinya.

i. Untuk menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka baut-baut yang sudah
dikencangkan harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari adanya baut yang tidak
dapat dikencangkan.

2.4 Pemasangan percobaan atau Trial Erection

Bila dipandang perlu oleh MK, Kontraktor wajib melaksanakan pemasangan percobaan
dari sebagian atau seluruh pekerjaan konstruksi. Komponen yang tidak cocok atau yang
tidak sesual dengan gambar dan spesifikasi dapat ditolak' oleh MK dan pemasangan
percobaan tidak bo!eh dibongkar tanpa persetujuan MK.

2.5 Pengecatan

a. Semua bahan konstruksi baja harus di cat. Permukaan profil harus dibersihkan dari semua
debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya dengan cara mencuci dengan white spirit
atau solvent lain yang cocok. Karat dan kerak harus dihilangkan dengan cara menggosok
dengan wire brush mekanik. ,

b. Paling lambat 2 jam setelah pembersihan ini, pengecatan dasar pertama sudah harus
dilakukan. Baja yang akan ditanam didalam beton tidak boleh dicat.

c. Sebelum mulai pengecatan, Kontraktor harus memberitahukan kepada pengawas


untuk mendapatkan persetujuannya untuk aplikasi dari semua bahan cat.

d. Cat dasar pertama adalah cat zinchromat primer 2 (dua) kali di Workshop dengan
menggunakan kuas (brush). Cat dasar ini setebal 2 (dua) kali SO mikron.

e. Cat finish dilakukan 2 (dua) kali di lapangan setebal 30 mikron, setelah semua konstruksi
selesal terpasang dengan menggunakan kuas {brush).

f. Cat dasar yang rusak pada waktu perakitan harus segera dicat ulang sesuai dengan
persyaratan cat yang digunakan.

19
2.6. Grouting

Untuk grouting disekitar angker dan dibagian bawah dari base plate dlpakai Conbextra GP
exFosroc atau yang setara setebal 2.5 cm.
Pekerjaan ini harus menggunakan injection pump.

2.7. Pemasangan Akhir atau Final Erection

a. Alat-alat untuk pemasangan harus sesuai untuk pekerjaannya dan harus dalam
keadaanbaik. Bila dijumpai bagian-bagian konstruksi yang tidak dapat dipasang atau
ditempatkan sebagaimana mestinya sebagai akibat dari kesalahan fabrikasi atau
perubahan bentuk yang disebabkan penanganan, maka keadaaan itu harus segera
dilaporkan kepada MK disertai dengan usulan cara perbaikannya. Cara perbaikan tersebut
harus mendapat persetujuan dari MK sebelum dimulainya pekerjaan tersebut. Perbaik.an
harus dilakukan dihadapan MK. Biaya tambahan yang timbul akibat pekerjaan perbaikan
tersebut adalah menjadi tanggungan Kontraktor. Meluruskan pelat dan siku atas bentuk
lainnya dilaksanakan dengan cara yang disetujui. Pekerjaan baja harus kering
sebagaimana mestinya, kantong air pada konstruksi yang tidak terlindungi dari cuaca
harus diisi dengan bahan "Waterproofing" yang disetujui. Sabuk pengaman. dan tali-tali
harus digunakan oleh para pekerja pada saat bekerja ditempat yang tinggi, disamping
pengaman yang berupa "platform" atau jaringan ("net").

b. Setiap komponen diberi kode atau marking sesuai dengan gambar pemasangan
sedemikian rupa sehingga memudahkan pemasangan.

c. Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-ikatan sementara harus
digunakan untuk mencegah tegangan-tegangan yang melewatt tegangan izin. lkatan-
ikatan itu dibiarkan sampai konstruksi selesai. Sambungan-sambungan sementara dari
baut harus diberikan kepada bagian konstruksi untuk menahan beban mati, angin dan
tegangan-tegangan selama pembangunan.

d. Baut-baut, baut angker, baut hitam, baut kekuatan tinggi dan lain-lain harus dipasang
sebagaimana mestinya sesuai dengan gambar detail. Baut kekuatan tinggi harus
,I dikencangkan dengan k.unci momen (torque wrench).

e. Pelat dasar kolam untuk kolom penunjang dan pelat perletakan untuk balok, balok
penunjang dan yang sejenis harus dipasang dengan luas perletak.an penuh setelah bagian
pendukung ditempatkan secara baik dan tegak. Daerah dibawah pe1at harus diberi adukan
tembab atau kering yang tidak. susut dan disetujui Konsultan atau MK.

f. Toleransi terhadapt penyimpangan kolom dari sumbu vertical tidak boleh lebih dari
1/1500 dari tinggi vertical kolom.

2.8 Pengujian Mutu Pekerjaan

a. Sebelum dilaksanakan fabrikasi atau pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan


pada MK "Certificate Test" bahan baja profil, baut-baut, kawat las, cat dari produsen atau
pabrik.

20
_.. ,__
@-iKAN
---� ...

b. Bila tldak ada "Certificate Test", maka Kintraktor harus melakukan pengujian atas baja
profil, baut, kawat las di laboratorium.

c. Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap type dari pengelasan dan tiap type dari bahan
yang akan di las. Pengujian bersifat merusak contoh dari produsen dan kualifikasi
pengelasan harus diadakan sesuai dengan persyaratan ASTM A370.

d. Pengujian pengelasan yang tidak bersifat merusak.


Khusus untuk bagian-bagiankonstruksi dengan ketebalan bagian yang dilas tidak lebih dari
2 cm, pemeriksaan mutu pengelasan dilakukan secara visual, bila ditemukan hal-hal yang
meragukan, maka bagian tersebut harus diuji dengan standar AWS.D.LO.
Khusus untuk las tumpul bila dianggap perlu oleh MK atau Konsultan harus dilakukan test
ultrasonic atau radiographic.

1. Pengujian secara "Radiographic" harus sesuai dengan lampiran B dari AWS.D.1.0.


Penge1asan dan operator pengelasan harus memberi tanda pengenal pada baja seperti
ditentukan dengan tanda-tanda yang lengkap dan sempurna.

Fasilitas
Kontraktor sebaiknya menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan pengujian secara
"Radiographic" termasuk sumber tenaga dari utilitas lainnya tanpa adanya tambahan
biaya pada Pemberi Tugas.

Perbaikan bagian las yang rusak : Daerah las yang diketahui rusak melebihi standar yang
ditentukan pada "AWS.D.1.0" dinyatakan oleh "Radiographic" harus diperbaiki dibawah
pengawasan MK dan tambahan "Radiographic" dari daerah yang diperbaiki harus dibuat
etas biaya Kontraktor. ·

2. Pemeriksaan dengan "Ultrasonic" untuk las dan teknik serta standar yang dipakai harus
sesual dengn lampiran C dari AWS.D.1.0 atau - 75 : Ultrasonic Contact Examination or
Weldments : E273-68 : Ultrasonic Inspection of longitudinal and Spiral Welds or Welded
Pipe and Tubing (1974).

3. Cara pemeriksaan dengan "Partikel Magnetic" harus sesuai dengan ASTM E109.

4. Cara pemeriksaan dengan "Liquid Penetrant" harus sesuai dengan E109.

5. Semua tokasi pengujian harus dipilih oleh MK.

e. Jumlah pengujian
Jumlah pengujian yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor harus sepertl yang ditentukan
di lapangan oleh MK.

f. Pemeriksaan visual pengelasan harus dilakukan ketipa operator membuat las dan setelah
pekerjaan diselesaikan. Setelah pengelasan diselesaikan, las harus disikat dengan sikat
kawat dan dibersihkan merata sebelum MK membuat pemeriksaannya. Konsultan atau
MK akan memberikan perhatian khusus pada permukaan yang pecah-pecah, permukaan
yang porous, masuknya keiak-kerak las pada permukaan, potongan bawah, lewatan atau
overlap, kantong udara dan ukuran lasnya. Pengelasan yang rusak harus diperbaiki sesuai
dengan persyaratan AWS.D.1.0.

21
---
(i'iKAN
----
g. Hasil pengujian dari laboratorium atau lapangan diserahkan pada MK secepatnya.

h. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan atau las dan sebagainya,
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

2.9 Syarat-syarat Pengaman Pekerjaan

a. Bahan-bahan baja profil dihindarkan atau dilindungi dari hujan dan lain-lain.

b. Baja yang sudah terpasang dilindungi dari kemungkinan cacat atau rusak yang diakibatkan
oleh pekerjaan-pekerjaan lain.

b. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak


mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor

X. PEKERJAAN PENUTUP ATAP

10.1 Pekerjaan Atap Zincalum

LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi penyediaan bahan material atap, fengkap dengan peralatan dan alat bantunya,
pengangkutan material dilokasi sampai dengan terpasang dengan balk.

SYARAT·SYARAT BAHAN
a. Bahan dasar Atap Aluminium dari perpaduan 43.5% Zinc, 55% Aluminium dan 1.5
silikon sebagai pelapis pelindung yang tahan terhadap korosi.
1. Total Bahan Dasar : 0.35 mm •
2. Tebal Total : 0.35 mm
3. Lebar : 100 cm
3. Berat : 4.53 kg/m2
4. Berat per satuan panjang : 3.17 kg/m
5. Pewarnaan dengan system lapisan Primer yang bermutu tinggi.
c. Standard :
Memenuhi Standard Nasional Indonesia BJTTAS - 40.

SYARAT·SYARAT PElAKSANAAN
a. Pemasangan atap ini agar dilaksanakan dengan kemiringan minimal 5°.
b. Setiap lembaran atap aluminium dibutuhkan 4 buah sekrup untuk setiap Garding.
c. Letak sekrup pada Garding pada puncak gelombang.
d. Pihak Kontraktor agar menyerahkan contoh bahan yang akan digunakan, dan
memasangnya sesuai dengan spesifikasi yang dtketurakan oleh pabrik.

22
B. PEKERJAAN ELEKTRIKAL

I. INSTALASJ USTRIK

l. l. UMUM
Semua pekerjaan intalasi listrik harus mengikuti peratuaran yang dikeluarkan oleh PLN dan
pedoman "peraturan umum intalasi listrik" terakhir dan peraturan yang berlaku didaerah
setempat dengan standar kode-kode lainnya yang diakui (VDE,OIN).

l.2. LINGKUP PEKERJAAN


• Menyediakan dan memasang semua panel listrik berikut perlengkapannya, sehlngga
seluruh intalasi listrik dapat berfungsi dengan sempurna.
• Menyediakan dan memasang kabel-kabel penghubung dan kabel-kabel intalasi mulai
dari panel utama ke sub panel dan dari panel penerangan sampai ke titik-titik lampu
dan stop kontak.
• Memeriksa kembali seluruh armature yang ada berikut perlengkapannya sesuai
dengan spesifikasi dan atau gambar.
• Menyediakan dan memasang perlengkapan-perlengkapan lain yang- diperlukan
seperti trafo, pipa, rak, klem dan lain-lain yang diperlukan sehingga system dapat
berfungsi dengan baik.
• Menyediakan dan memasang system pentanahan/ aarde.
• Mengadakan testing dan membuat gambar akhir yang telah direvisi dan disetujui
oleh pengawas 1apangan.

1.3. MATERIAL
• Kabel intatasi jenis NYM, NYY, NYFGby dengan ukuran sesuai gambar kerja dengan
merk dart 4 besar.
• Pipa untuk intafasi listrik dida/am bangunan adalah pipa PVC kelas C.
• Saklar, stop kontak, grid switch, dll sesuai spesifikasi terlampir. Contoh harus disetujui
pengawas lapangan.
• Kabel pentanahan jenis BC dengan ukuran sesuai dengan gambar.
• Terminal pentanahan dengan pipa galvanis 0 lY.i: " tertanam sampai permukaan
tanah atau minimum p m, lengkap dengan, contoh box dan terminal untuk
pengukuran.
• Panel distribusi terbuat dari plat besi 1,2 mm dengan type pemasangan pada dinding.

1.4. PELAKSANAAN
lnstalasi kabel didalam bangunan harus dilaksanakan secara inbow, dimasukkan kedalam
pipa untuk pemasangan di dinding.
Untuk pemasangan di atas plafond dapat diklem di cable tray secara teratur dan diberi
tanda untuk tiap-tiap group.

Semua kotak pencabangan/penyambungan dibuat dari bakelit dan dilengkapi penutup.


Kotak harus dipasang terbenam dalam tembok dengan penutup rata tembok, kecuali
pemasangan diatas pfafond.

Klem untuk setiap kabel harus dipasang pada jarak maksimum 50 cm. Kabel tidak boleh

23

- -------
digantung tanpa alas.
---
@'iKAN
----
Tidak diperkenankan adanya penyambungan kabel didalam dinding/lantai tanpa kotak
kontrol, sehingga menyulitkan penggantian apabila ada kerusakan. ·
Panel penerangan harus dipasang terbenam di dalam tembok.

Stop kontak dipasang terbenam didalam tembok dengan ketinggian 150 cm dari lantai. Stop
kontak yang ditanam pada lantai perletakkannya sesuai gambar rencana.
Setiap panel harus ditanahkan dengan eletroda pentanahan yang dipasang diluar bangunan
dengan tahan minimum 3 ohm.

1.5. PENGUJIAN
Kontraktor harus mengadakan testing terhadap seluruh pekerjaan yang telah dipasang
sehingga dijamin akan berfungsi dengan sempurna.
Seluruh penghantar harus diperiksa bahwa telah terhubung dengan sempurna pada
terminalnya sehingga tidak akan menimbulkan bunga api. Tahanan isolasi harus diuji
dengan meger dan disesuaikan dengan persyaratan PLN.

24
C. PENGAMANAN LINGKUNGAN HIDUP
I. UMUM

1) Uraian

a) Pemborong harus mengambil semua langkah yang layak untuk melindungi lingkungan
(baik di dalam dan di luar Lapangan, termasuk base camp dan instalasl lain yang
dibawah kendali pemborong) dan membatasi kerusakan dan gangguan terhadap
manusia dan harta milik sebagai akibat dari polusi, kebisingan dan sebab-sebab lain
dari pengoperasiannya. Pemborong juga harus memastikan bahwa pengangkutan dan
kegiatan di sumber bahan dilaksanakan dengan cara yang berwawasan lingkungan.

b) Sebagai suatu cara untuk memeperkecil gangguan lingkungan terhadap penduduk


yang berdekatan maka semua kegiatan konstruksi dan pengangkutan harus dibatasi
da!am jam-jam pengoperasian sebagaimana yang disebutkan dalam Syarat-syarat
Kontrak, kecuali jika disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan.

II. UPAYA PENGELOLAAN UNGKUNGAN (UKL)

1) Dampak terhadap Sumber Air

a) Pemborong harus memastikan bahwa semua pengaruh dari semua kegiatan


pemborong tidak akan melampaui ambang batas yang diuraikan dalam Hukum yang
berlaku (rujuk terutama pada Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang
Manajemen Mutu Air dan Pengenda/ian Pencemoron Air).

b) Sungai atau saturan alami di dalam atau bersebelahan dengan pekerjaan dalam
Kontrak ini tidak boleh diganggu tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.

c) Jika setiap penggalian atau pengerukan pada dasar sungai tidak dapat dihindarkan
untuk pelaksanaan pekerjaan yang sebagaimana mestinya, pemborong harus, setelah
pekerjaan tersebut selesai, menimbun kembali penggalian tersebut sampai kembali ke
kondisi awat permukaan atau dasar sungai dengan bahan yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

d) Bahan yang ditumpuk pada daerah sungai dari pondasi atau penggalian lainnya, atau
dari penempatan cofferdam, harus disingkirkan seluruhnya setelah pelaksanaan.

e) Saluran air harus direlokasi untuk memastikan aliran dapat melewati daerah pekerjaan
tanpa halangan pada semua tingkat banjir, di mana stabilisasi timbunan atau pekerjaan
permanent lainnya secara tak terhindarkan. akan menghalangi, atau mengha\angi
sebagian, dari setiap saluran yang ada.

f) Semua galian harus dijaga bebas dari air dan pemborong harus menyediakan semua
bahan, peralatan dan pekerja yang perlu, untuk mengalihkan saluran dan pembuatan
saluran sementara, tum it (cut off walls) dan cofferdam.

g) Penggalian untuk bahan timbunan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian
tersebut akan mengganggu semua saluran drainase.

25
�----
A��

h) Setiap cairan berbahaya atau bahan pencemar padat, seperti minyak hidrolik atau
minyak pelumas, yang jatuh atau tumpah diatas tempat kerja dan lingkungan yang
bersebelahan, base camp, atau route pengangkutan harus dibersihkan segera oleh
pemborong agar dapat menghindari pencemaran air dan tanah. Direksi Pekerjaan
harus menyetujui selesainya pembersihan.

i) Cara yang memadai untuk menjebak lanau di instalasi pencampur harus dlsediakan
melalui sistem pembuangan sementara ke dalam system drainase yang permanen.

j) Pencucian kendaraan dan peralatan pemborong hanya diperkenankan pada daerah


yang khusus dirancang dan dilengkapi dan tidak akan diperkenankan untuk setiap
saluran air.

2) Oampak terhadap Mutu Udara

a) Pemborong harus memastikan bahwa emisi dari semua kegiatan pemborong termasuk
kegiatan transportasi dijaga sampai tingkat yang sangat minim dengan peralatan
modern dan dengan manajemen dan pemeliharaan yang baik, dan setiap emis\ t\dak
akan melampaui ambang batas yang disebutkan dalam Hukum yang be.rlaku (rujuk
terutomo podo Peroturon Pemerintoh No. 41 tohun 1999 tentong Pengendalion
Pencemoron Udoro

b) tnstalasi pencampuran aspal, mesin pemecah batu dan setiap peralatan konstruksi
yang tidak bergerak harus dipasang sejauh mungkin dari pemukiman dan daerah
sensitif lainnya untuk memastikan bahwa gangguan dan prates dari setiap anggota dari
masyarakat setempat seminim mungkin. Lokasi tersebut,harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

c) lnstalasi pencampur aspal (AMP) harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu {dust
collector) yang lengkap yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah
(wet cyclone) atau tabung filter sehingga tidak menimbulkan pencemaran debu.
Bilamana salah satu sistem di atas rusak atau tidak berfungsi maka instalasi pencampur
aspal tidak boleh dioperasikan.

d) Truk harus ditutup dan semua penutup harus dlikatdengan kencang.

e) Pemborong harus mempertahankan di tempat kerja pemasokan air yang memadai


untuk pengendalian kadar air selama semua operasi penghamparan dan pemadatan,
dan harus membuang bahan yang berlebihan dari semua jalan yang ada.

3) Dampak Kebisingan

Pemborong harus melakukan semua peringatan untuk memperkecil jumlah kebisingan


dan vibrasi yang datang dari kegiatan konstruksi dan pengangkutan, oleh semua
kendaraan dan peralatan, dengan menggunakan kendaraan dan peralatan yang
modern serta dengan manajemen dan pemeliharaan yang baik.

26
Pemborong harus memastikan bahwa semua tingkat kebisingan dan vibrasi dari semua
Kegiatan Pemborong adalah sesuai dengan Hukum yang berlaku (rufuk terutama pada
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Na.48 Tahun 1996 tentang Tingkat Baku
Kebisingan dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 49 Tahun 1996 tentang
Tingkat Vibrasi.)

4) Oampak terhadap Lalu Lintas, Harta Milik yang Bersebelahan, dan Utilitas

a) Ketentuan-ketentuan yang diberikan tentang Manajemen dan Keselamatan Lalu Untas,


harus berlaku.

b) Galian parit atau galian lainnya yang memotong jalan harus dilaksanakan dengan
menggunakan pelaksanaan setengah lebar jalan sedemikian hingga jalan tersebut
dapat dipertahankan terbuka untuk lalu lintas setiap saat.

c) Pemborong harus bertanggung-jawab untuk semua akibat dari talu lintas dan harus
melarang lalu lintas semacam ini jika perlu dengan menyediakan ja!an alih atau
pelaksanaan setengah lebar jalan.

d) Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan ketidak-nyamanan bagi pengguna ja!an


yang sekecil mungkin dan paling sedikit lalu lintas satu Jajur harus dipertahankan
terbuka setiap saat.

e) Pada setlap saat selama pelaksanaan Pekerjaan, Pemborong harus memastikan bahwa
perkerasan, bahu jalan dan daerah yang bersebelahan di dalam Ruang Milik Jalan
harus dijaga bebas dari bahan konstruksi, sampah atau benda-benda lepas lainnya
yang dapat menghalangi atau membahayakan kebebasan dan keselamatan lalu lintas
yang lewat. Pekerjaan juga harus dijaga bebas dari setiap parker yang tidak sah atau
kegiatan perdagangan di jalanan kecuali di daerah yang dirancang untuk tujuan
tersebut.

f) Pemborong harus bertanggung-jawab untuk memperoleh setiap informasi yang ada


tentang keberadaan dan lokasi utilitas yang ada di bawah tanah dan untuk
)
memperoleh dan membayar jika diperlukan untuk setiap perijinan yang perlu atau
keperluan lainnya untuk pengalihan atau penghentian sementara.

g) Penyedia Jasa harus bertanggung-jawab untuk hati-hati dan perlindungan atas setiap
pipa, kabel, selongsong bawah tanah yang ada atau jaringan bawah tanah lainnya atau
struktur yang mungkin diketemukan dan untuk memperbaiki setiap kerusakan
terhadap utilitas bawah tanah yang disebabkan oleh pengoperasiannya.

h) Semua lubang pada perkerasan beraspal dan lubang-lubang yang dibuat pada
Pekerjaan yang sudah selesai akibat pengujian kepadatan atau sebaliknya harus
diperbaiki sesegera mungkin setelah lapisan yang rusak tersebut digali, agar dapat
menghindarkan halangan atau bahaya terhadap lalu lintas.

i) Pada saat kapanpun selama waktu untuk penyelesaian pemborong harus menyisakan
jalan masuk bagi kendaraan dan pejalan kaki menuju semua rumah, daerah bisnis,
indistri dan lainnya. Jalan masuk sementara harus disediakan bilamana pelaksanaan

27
---
'iKAN
----
telah mendekati jalan masuk permanen untuk setiap periode yang diatas 16 jam dan
semua penghuni dan anggota masyarakat yang terkena dampak ini_ harus diberitahu
paling tidak 24 jam sebelumnya atas setiap dampak yang akan terjadi pada jalan
masuk.

5} Kesehatan dan Keselamatan Manusia

a) Pemborong harus:
i) memenuhi semua peraturan keselamatan yang berlaku (rujuk terutama pada
Undang-undang No.1 tahun 1970 tentong Kese/amatan Kerja don Undang-undang
No.12 tahun 1999 tentang Pengamanan Kebakaran di Tempat Kerja);
ii) memperhatikan keselamatan semua personil yang berada di Lapangan; dan
iii) menyediakan setiap Pekerjaan Sementara (termasuk jalan raya, jalan setapak,
pengaman dan pagar) yang mungkin perlu, karena pelaksanaan Pekerjaan, untuk
manfaat dan perlindungan bagi publik dan penghuni dari lahan yang
bersebelahan.

b) Pemborong harus senantiasa melakukan semua peringatan yang layak uniuk menjaga
kesehatan dan keselamatan Personil Pemborong dan harus menunjuk seorang petugas
pencegahan kecelakaan di Lapangan, bertanggungjawab untuk menjaga keselamatan
dan perlindungan terhadap kecelakaan.

c) Pemborong harus senantiasa melakukan kegiatan yang perlu untuk melindungi


kesehatan dan kesejahteraan Pekerja yang dipekerjakan di Lapangan dengan
memastikan bahwa semua bagian dari tempat kerja secara teratur dijaga kebersihan
dan sanitasnya. •

d) Semua gigi-gigi, pulley (roda penyesuai putaran), rantai, gigi jentera dan bagian
bergerak yang berbahaya lainnya dari fnstalasi Pencampur harus diamankan dan
dilindungi seluruhnya.

e) Pasllltas pengendafian limbah sanitair yang sesuai harus disediakan untuk semua staf
kegiatan dan pekerja dan limbah tersebut harus dikumpulkan dan dibuang secara
berkafa sesuai dengan hokum yang berlaku (rujuk terutama Peraturan Pemerintah
No.82 tahun 2001 tentang Manojemen Mutu don Pengenda/ian Pencemaran Air, dan
Undang-undang No.1 ahun 1970 tentong Keselamatan Kerja).

6} Dampak terhadap Flora dan Fauna

a) Pemotongan pohon harus di/akukan hanya bilamana mutlak diperlukan baik untuk
pelebaran maupun untuk bahu jalan dan akan ditetapkan secara khusus serta
disepakati oleh semua pihak selama investigasi lapangan.
Setiap pohon yang ditebang harus diganti dengan dua pohon yang sudah hampir jadi
{bukan pohon kecil) dengan jenis yang sama atau sejenis. Tidak ada pohon yang boleh
ditanam dalam zona bebas.

28
-----
A��

b) Pemborong harus membatasi pergerakan para pekerja, 1okasi Base Camp, AMP dsb.
dan peralatannya di dalam daearah yang peka terhadap, seperti "Taman Nasional,
Daerah hutan dan semua daerah sentisif lainnya yang dilindungi secara resmi
sedemikian untuk memeperkecil kerusakan terhadap tanaman alami dan harus
berusaha untuk menghindari setiap kerusakan terhadap lahan. Tidak ada Base Camp,
AMP, tempat parkir peralatan atau kendaraan atau tempat penyimpanan yang
diijinkan di luar Ruang Milik Jalan bilamana jalan melalui daerah sentisif lainnya yang
dilindungi secara resmi.

7) Dampak Terhadap Tanah

a) Pemborong harus memastikan bahwa permukaan tanah yang terganggu oleh kegiatan-
kegiatan Pemborong tidak melampaui batas ambang yang disebutkan dalam Hukum
yang berlaku (rujuk terutama pada Peraturan Pemerintoh No. 82 tahun 2001 tentong
Manajemen Mutu don Pengendalion Pencemaron Air)

b) Agar dapat menghindari kelongsoran dan erosi tanah selama penggalian untuk bahan
timbunan, tepi dari galian untuk bahan timbunan tersebut tidak boleh lebih dekat 2
meter dari tumit timbunan atau 10 meter dari puncak setiap galian.

8} Pembuangan limbah

a) Pembuangan semua limbah padat dan cair dari kegiatan konstruksi harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dan ijin-ijin dari instansi yang bertanggung-jawab di
Propinsi atau Kabupaten/Kota.

b) Bilamana terdapat bahan yang hendak dibuang di luar Ruang Milik Jalan, maka
pemborong harus mendapatkan ijin tertulis dari pemilik tanah dimana bahan buangan
tersebut akan ditempatkan, dan ijin tersebut harus ditembuskan kepada Direksi
Pekerjaan bersama dengan permohonan (request) untuk pelaksanaan.

c) Bilamana bahan yang dibuang seperti yang disyaratkan diatas dan lokasi pembuangan
tersebut terlihat dari jalan, maka pemborong harus membuang bahan tersebut dan
meratakannya sedemikian'hingga dapat diterima oleh Oireksi Pekerjaan.

9} Dampak terhadap Warisan Budan

Ketentuan-ketentuan yang diberikan da1am Syarat-syarat Umum tentang warisan


budaya, harus berlaku.

29
@'iKAN
---- ---
10) Hal-hal lain

a) Untuk semua tempat pengambilan bahan (quarry) dan sumber bahan lainnyadimiliki
maupun bukan oteh pemborong) pemborong harus menyerahkan kepada Direksi
Pekerjaan lokasi sumber bahan yang terinci . Pemborong juga harus menyerahkan kepada
Direksi Pekerjaan suatu Denah Route Pengangkutan yang menjelaskan route yang
dilewati oleh pengangkutan bahan dari lokasi sumber bahan. Oireksi Pekerjaan dapat

b) meminta kepada Penyedia Jasa pernyataan instansi dari pemerintah daerah bahwa lokasi
dan pengoperasian sumber bahan, dan route operasi pengangkutan yang dilakukan
secara Lingkungan dan Sosial dapat diterima sesuai dengan peraturan-peraturan nasional
maupun daerah.

c) Semua tempat pengambilan bahan bahan (quarry) yang digunakan harus mendapat ijin
dan mempunyai kewenangan resmi sepenuhnya dari Pemerintah Daerah.

d) Pengambilan bahan konstruksi apapun di setiap Taman Nasional atau daerah sensitif
lainnya yang dilindungi secara resmi tidak diperkenankan.

e) Pemborong harus memastikan bahwa Base Camp yang dioperasikan sesuai dengan
praktek secara lingkungan yang balk dan dampak lingkungan yang kurang baik tersebut
dipertahankan pada tingkat yang senimim mungkin dan sesuai dengan seksi ini, dan
masyarakat setempat tersebut tidak terganggu oleh setiap kegiatan dari Base Camp.

f) Sesuai dengan praktek pengembangan yang berkelanjutan, semua bahan kayu untuk
turap, tiang pancang pemikul beban, cerucuk, harus dibeH deafer yang sah (tidak berasal
dari penebangan liar}. Di propinsi, Surat Keterangan Sahnya Hasi1 Hutan (SKSHH) yang
menyatakan keabsahan resmi dari bahan yang dilampirkan dalam dokumen pembelian
harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.

g) Semua bagian dari Lapangan harus dikembalikan ke kondisi semula seperti pada saat
sebelum pekerjaan dimulai.

30

Anda mungkin juga menyukai