Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

Fakultas : FST
Program Studi : Teknologi Pangan
Kode/Nama MK : PANG4225 /Pen dan Peng Serealia dan Palawija
Butir Soal No. :1
Skor Maks. : 35

Perontokan padi yang dilakukan petani di Desa Pasalae Kecamatan Gentuma Raya Kabupaten
Gorontalo Utara yaitu dengan cara mengangkat dan membanting segenggam padi keatas di
sebidang papan yang ukurannya tidak tetap. Saat petani mengambil setangkap padi biasanya
malai ataupun batang padi tersangkut pada malai atau batang padi lain sehingga batang padi
yang diangkat tinggi-tinggi akan terjadi goyangan yang memungkinkan gabah bisa jatuh dari
malainya. Kemudian saat petani membanting padi, batang padi diangkat diatas kepala
kemudian dibanting berulang-ulang ke papan, bantingan tersebut bukanlah utuh bantingan
tetapi sesuai pengamatan peneliti setengah mengayunkan sehingga memungkinkan sebagian
butir gabah terlempar jauh dari papan. Bantingan baik dalam perontokan adalah mengangkat
padi sejajar dengan pundak kemudian dibanting diatas papan, tetapi sebagaimana biasanya
seorang petani yang merontok mengalami rasa lelah sehingga kehilangan tidak dapat
terhindarkan. Pemungutan gabah yang dianggap hilang dipungut dari yang terlempar jauh dari
alas terpal tempat perontokan, tertinggal dialat perontok dan tertinggal di malai. Hasil
penelitian susut pada perontokan ini adalah sebesar 2 % ±0.80%.

Sumber: Tatipang et al, 2015. Susut Panan dan Pascapaenn Padi Gogo Varietas Burungan (Studi Kasus di Desa Molonggota
Kecamatan Gentum Raya Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Cocos 6(9):1-10

a. Jelaskan susut apa saja yang terjadi pada proses perontokan padi di Desa Pasalae?
b. Apa penyebab susut dalam proses perontokan padi tersebut?
c. Selain secara manual, sebutkan alternatif alat yang dapat digunakan dalam perontokan
padi?
d. Jelaskan faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses perontokan padi untuk
mengurangi susut!

*) Coret yang tidak perlu


Fakultas : FST
Program Studi : Teknologi Pangan
Kode/Nama MK : PANG4225 /Pen dan Peng Serealia dan Palawija
Butir Soal No. :2
Skor Maks. : 30

Selama mengalami proses pemanenan, perontokan dan pengeringan, gabah mungkin


tercampur dengan batu-batuan. Tercampurnya batu-batuan dalam gabah sangat mengganggu
konsumen, apalagi bila sampai ikut tercampur pada nasi. Pemisahan batu-batuan dari gabah
dilakukan dengan mesin yang disebut destoner atau stoner yang ditunjukan pada gambar
dibawah ini. Jelaskan prinsip pemisahan apa saja yang digunakan dalam destoner ini ?

Sumber: http://mekanisasi.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/galeri-
media/download1/category/24-panduan?download=268:panduan
Fakultas : FST
Program Studi : Teknologi Pangan
Kode/Nama MK : PANG4225 /Pen dan Peng Serealia dan Palawija
Butir Soal No. :3
Skor Maks. : 35

Capaia Pembelajaran :
Mahasiswa mampu menerapkan penanganan dan pengolahan gabah menjadi beras dan
pengkelasan mutu gabah
Indikator :
menerapkan metode pengeringan, pengepakan, dan pengkelasan mutu gabah

Dalam suatu perusahaan penggilingan beras didapatkan hasil dari gabah kering giling (GKG)
dari sebagai berikut:

Kriteria Mutu Syarat Mutu


Kadar air (% maks) 16
Butir gabah hampa atau kosong (% maks) 5
Butir kapur dan hijau (% maks) 8
Butir kuning dan rusak (% maks) 2
Butir beras merah (% maks) 0

a. Dari hasil tersebut apakah sudah sesuai dengan standar kriteria mutu GKG?Jelaskan!
b. Berilah saran apa yang harus dilakukan agar GKG sesuai dengan standar mutu?
Kaitkan dengan tahapan mana yang perlu diperbaiki!

Nama : Allam Usamah Zeifi Al Farras


NIM : 042241588

Jawaban

1. a. Susut yang terjadi pada proses perontokan padi di Desa Pasalae mencakup
beberapa faktor, antara lain:
- Hilangnya gabah yang terlempar jauh dari tempat perontokan.
- Gabah yang tertinggal di alat perontok dan pada malai.
- Susut akibat kelelahan petani yang merontokkan padi, yang mengakibatkan
penggunaan teknik perontokan yang kurang efisien.

b. Penyebab susut dalam proses perontokan padi tersebut meliputi:


- Teknik perontokan yang kurang efektif, seperti cara membanting padi yang
tidak tepat dan mengakibatkan sebagian butir gabah terlempar jauh dari tempat
perontokan.
- Kondisi fisik alat perontok dan malai yang kurang optimal, sehingga
menyebabkan sebagian gabah tertinggal di dalamnya.
- Kelelahan petani yang merontokkan padi dapat mengakibatkan penurunan
kualitas teknik perontokan dan penggunaan tenaga yang kurang efisien.
c. Alternatif alat yang dapat digunakan dalam perontokan padi selain secara manual
antara lain:
- Mesin perontok padi, yang dapat meningkatkan efisiensi proses perontokan dan
mengurangi susut.
- Alat perontok padi mekanis yang lebih canggih dan efisien, seperti combine
harvester, yang dapat secara otomatis melakukan perontokan dan pemisahan gabah
dari batang padi.

d. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses perontokan padi untuk


mengurangi susut meliputi:
- Penggunaan teknik perontokan yang tepat, seperti mengangkat padi sejajar
dengan pundak dan membantingnya dengan cara yang efektif.
- Pemeliharaan dan perawatan alat perontok agar dalam kondisi optimal sehingga
mengurangi kemungkinan gabah tertinggal di dalamnya.
- Penggunaan alat perontok yang lebih canggih dan efisien, seperti mesin
perontok padi, untuk mengurangi susut dan meningkatkan produktivitas.
- Pelatihan dan pendidikan kepada petani mengenai teknik perontokan yang baik
dan efisien serta pemeliharaan alat perontok untuk meningkatkan hasil panen dan
mengurangi susut.

2. Destoner pada gambar tersebut bekerja berdasarkan beberapa prinsip pemisahan,


yaitu:

1. Hoper: Tempat dimana gabah dan batu-batuan yang tercampur dimasukkan ke


dalam mesin.

2. Pengatur pengumpanan: Mengatur aliran gabah dan batu-batuan ke dalam mesin


secara terkontrol.

3. Ayakan: Digunakan untuk memisahkan gabah dan batu-batuan berdasarkan


ukurannya. Biasanya, ayakan memiliki lubang yang cukup besar untuk
membiarkan gabah melewati sementara batu-batuan yang lebih besar akan tertahan.

4. Kipas Pertama: Kipas pertama digunakan untuk mengatur aliran udara dalam
mesin. Udara dipompa ke arah yang tepat untuk membantu memisahkan gabah dan
batu-batuan berdasarkan perbedaan massa jenisnya. Batu-batuan yang lebih berat
cenderung akan tertahan sedangkan gabah yang lebih ringan akan terbawa oleh
aliran udara.

5. Lengan eksentrik: Bagian ini mungkin digunakan untuk menghasilkan gerakan


yang memisahkan gabah dan batu-batuan saat berada di atas ayakan.

6. Poros penggerak: Berfungsi untuk menggerakkan seluruh mekanisme mesin


destoner.

7. Kipas Kedua: Seperti kipas pertama, kipas kedua juga berperan dalam mengatur
aliran udara untuk membantu pemisahan gabah dan batu-batuan.

8. Corong pengeluaran gabah: Tempat keluarnya gabah yang telah dipisahkan dari
batu-batuan setelah melalui proses pemisahan.

9. Klep pengumpul batuan: Berguna untuk menampung batu-batuan yang terpisah


dari gabah.
10. Corong pengeluaran batuan: Tempat keluarnya batu-batuan yang terpisah dari
gabah setelah melalui proses pemisahan.

Dengan menggunakan prinsip-prinsip di atas, mesin destoner dapat efektif


memisahkan gabah dan batu-batuan, sehingga menghasilkan gabah yang bersih dan
siap untuk diproses lebih lanjut.

3. a. Dalam hasil dari Gabah Kering Giling diatas itu tidak memenuhi/sesuai dengan
standar kriteria mutu GKG hal ini dijelaskan sebagai berikut:

Kadar Air :
Dalam Kadar air diatas adalah sebesar 16 % dan itu melebihi standar kriteria mutu
GKG yang berstandar maks 14 %.

Butir gabah hampa atau kosong :


Pada syarat mutu yang disebutkan diatas adalah 5% dan itu melebihi standar
kriteria mutu GKG yang hanya sebesar 3%

Butir Kapur dan hijau :


Pada hasil diatas disebutkan bahwa didapatkan hasil sebesar 8% dan itu melebihi
batas standar kriteria mutu GKG yang hanya sebesar 5%

Butir kuning dan rusak :


Pada hasil diatas disebutkan bahwa didapatkan hasil sebesar 2% itu sudah sesuai
dengan standar kriteria mutu GKG, hal ini karena Standar kriteria mutu GKG untuk
hal ini adalah 3% dan hasil yang diatas tidak lebih dari standar.

Butir beras merah :


Pada hasil diatas disebutkan bahwa didapatkan hasil sebesar 0% dan itu sudah
sesuai dengan standar kriteria mutu GKG, hal ini karena Standar kriteria mutu
GKG untuk hal ini adalah 3% dan hasil yang diatas tidak melebihi standar.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ini tidak memenuhi standar karena hanya
ada 2 poin yang sesuai standar yaitu Butir kuning dan rusak, dan Butir beras merah
selain itu melebihi standar kriteria mutu GKG.

b. Untuk memastikan bahwa hasil penggilingan beras (GKG) sesuai dengan standar
mutu, perlu dilakukan beberapa langkah perbaikan tergantung pada aspek yang
tidak memenuhi batas standar. Berikut adalah beberapa tahapan yang perlu
diperhatikan:

1. Kadar Air yang Tinggi: Jika kadar air GKG melebihi batas standar, langkah yang
dapat diambil termasuk penyesuaian pada tahap pengeringan gabah sebelum proses
penggilingan. Ini bisa melibatkan penyesuaian pada mesin pengering atau
peningkatan pengawasan terhadap proses pengeringan.

2. Butir Gabah Hampa atau Kosong: Jika terdapat terlalu banyak butir gabah
hampa atau kosong dalam GKG, perlu diperbaiki pada tahap pemilahan gabah
sebelum proses penggilingan. Ini bisa melibatkan peningkatan penggunaan mesin
pemilah atau peningkatan pelatihan bagi operator untuk memastikan bahwa hanya
butir gabah berkualitas yang masuk ke tahap penggilingan.

3. Butir Kapur: Jika terdapat butir kapur yang melebihi batas standar, perlu
dilakukan penyesuaian pada tahap penggilingan itu sendiri. Hal ini bisa termasuk
penyesuaian pada mesin penggiling untuk meminimalkan penambahan partikel
kapur ke dalam GKG atau penggunaan teknik pemisahan yang lebih efektif.

4. Butir Hijau: Untuk mengatasi kelebihan butir hijau dalam GKG, perlu diperbaiki
pada tahap pemilahan atau penapisan. Ini bisa melibatkan peningkatan penggunaan
mesin pemisah hijau atau peningkatan pengawasan untuk memastikan bahwa hanya
butir beras yang masuk ke dalam hasil akhir.

Selain langkah-langkah di atas, penting juga untuk melakukan pengawasan dan


pengendalian kualitas yang ketat di setiap tahap proses penggilingan beras. Ini
termasuk pengawasan terhadap kondisi mesin, pelatihan operator, serta pengujian
secara teratur terhadap sampel GKG untuk memastikan bahwa hasil akhir sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan.

Sumber Referensi :

Wijandi, S. 2022. Penanganan dan Pengolahan Serealia dan Palawija. tangerang


selatan:Universitas terbuka

Anda mungkin juga menyukai