Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah : Informatika Keperawatan

Dosen : Rini Rachmawaty, S,Kep., Ns., MN, Ph.D

INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE)


INTERPROFESIONAL COLLABORATION (IPC)

KELOMPOK II

SYAMSUL ALAM NATSIR R012231026 REZI RAHAYU R012231042


WAHYUNI. B R012231027 RIDWAN R012231043
GABRIELLA DELFIE NATALIA R012231028 SEPTRIANTO MARANNU SAPAN R012231035
FADIAH IZZATI SALIM R012231029 KIKI FATMAWATI M R012231046
DEMITRIUS LIKLAO SIKONE R012231030 PUTRI PUSPITASI R012231047
JUKAS MIRNOTO R012231033 SAMUEL LEONARDO SIAGIAN R012231048
UKKAS HI. AKIL R012231034 LA ODE MUHAMMAD SUYATNO R012231036
JIBRIL R012231035 NENENG SUNDARI R012231041
SALMIA R012231037 WIWIK SRI WAHYUNI R012231044
ANDI ADITYA R012231039 AISYAH NOOR BAKRI R012231031
DIANA RERUNG R012231040 IKA ARFIANTI R012231032

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas
“Interprofessional Education Dan (IPE) Interprofesional Collaboration (IPC)”
sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Informatika Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa kandala yang dialami
kelompok, namun oleh karena do’a serta dukungan dari teman-teman sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan ini kelompok ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada para dosen fasilitator yang telah
bersedia menerima makalah kami. Sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kami mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan, karena keadaan kelompok yang masih dalam tahap pembelajaran.
Akhir kata semoga makalah kami ini memberi manfaat bagi kita semua, terutama
bagi kami sebagai penyusun.
Makassar, 6 Mei 2024
Tim Penyusun

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan ..........................................................................................................2
C. Manfaat..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................4
A. Komunikasi Tim Interprofesional..................................................................4
B. Konsep Interprofesional Education (IPE)......................................................5
C. Konsep Interprofessional Collaboration (IPC) .............................................7
D. Peran Dan Tanggungjawab Interprofesional.................................................11
E. Komunikasi Sebagai Langkah Pemecahan Masalah/Konflik........................12
BAB III PENUTUP ..................................................................................................14
A. Kesimpulan ...................................................................................................14
B. Saran .............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari 421 juta rawat inap
tahunan di dunia sekitar 42,7 juta peristiwa buruk terjadi karena kesalahan
medis dan penanganan pasien yang tidak tepat. Masalah keselamatan pasien
terkait komunikasi menjadi perhatian global, karena itu, kurangnya
komunikasi yang efektif antara perawat dan dokter dapat menye- babkan efek
buruk pada pasien. Ketika tingkat ko- munikasi antara dokter dan perawat
meningkat, angka kematian pasien dan tingkat kesalahan pengobatan menurun
(Babaei et al., 2018). Secara internasional, kolaborasi antar profesi kesehatan
sangat penting untuk menciptakan pelayanan yang optimal dan meningkatkan
keselamatan pasien.
Interprofessional education (IPE) merupakan metode pembelajaran antar
profesi kesehatan yang berbeda dan terjadi ketika dua atau lebih disiplin ilmu
dalam proses belajar bersama untuk meningkatkan kolaborasi serta memahami
peran masing-masing (Bolesta & Chmil, 2014). Pendidikan interprofesional
telah berkembang dan menjadi bagian dari kurikulum di perguruan tinggi dan
perawatan kesehatan khususnya di kedokteran dan keperawatan pada saat ini
(Bolesta & Chmil, 2014).
Implementasi IPE dalam kurikulum pendidikan memberi pemahaman
yang lebih baik tentang peran profesi kesehatan lainnya dan meningkatkan
kesiapan mereka untuk kolaborasi dimasa depan secara efektif dalam
pelayanan perawatan pasien. Pendidikan tinggi saat ini sedang
mengembangkan IPE dalam mempersiapkan siswa untuk menghargai kerja
tim dan mengembangkan keterampilan untuk bekerja dalam tim
interprofesional (Anderson & Kinnair, 2016).
Interprofessional education (IPE) telah banyak diterapkan di negara-
negara maju dan berkembang seperti Amerika Serikat. Di perguruan tinggi
kesehatan sangat penting dalam meningkatkan komunikasi antarprofesional

1
kesehatan. Hal ini dipercaya mampu menjadi bekal pada saat memasuki dunia
kerja di bidang kesehatan (Anwar & Rosa, 2019).
Komunikasi adalah keterampilan klinis mendasar yang harus dilakukan
secara kompeten dan efisien untuk memfasilitasi pembentukan hubungan
kepercayaan antara staf medis dan pasien. Dengan demikian, komunikasi
merupakan keterampilan penting yang harus di- kuasai mahasiswa
keperawatan agar efektif dalam bekerja (Pragholapati, 2020). Keterampilan
komunikasi interpersonal sangat penting karena memungkinkan untuk
pengembangan hubungan dokter-pasien, yang memfasilitasi berbagi
informasi, kepatuhan dengan pengobatan dan kepuasan pasien secara
keseluruhan. Pentingnya komunikasi yang efektif antarprofesi sebagai
pemberi pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan tantangan bagi
tenaga kesehatan.
Interprofesional Collaboration (IPC) adalah proses dalam
mengambangkan dan mempertahankan hubungan kerja yang efektif antar
pelajar, praktisi, pasien, keluarga pasien serta masyarakat agar tercipta
hubungan yang baik demi meningkatkan pelayanan yang optimal (Morgan et
al., 2015). IPE dan IPC merupakan dua hal yang berbeda namun saling
keterkaitan. Kedua hal ini sangat dibutuhkan demi tercitanya tujuan pelayanan
prima dalam suatu wadah kesehatan (Morgan et al., 2015). Oleh karena itu,
menerapkan IPE maupun IPC dalam meningkatkan komunikasi dan kolaborasi
antarprofesi kesehatan sangan penting untuk menurunkan kesalahan medis dan
meningkatkan keselamatan pasien dalam pengembangan modul IPE dan
penerapan dalam kurikulum (Chichirez CM & VL, 2018).
B. Tujuan
Adapun tujuan komunikasi Interprofessional education (IPE) dan
Interprofesional Collaboration (IPC) ini meliputi:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bentuk komunikasi Interprofessional education (IPE)
dan Interprofesional Collaboration (IPC) dalam edukasi pasien pada
masyarakat Indonesia.

2
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini antara lain:
a. Untuk mengetahui pengertian komunikasi interprofesional
b. Untuk mengetahui konsep Interprofessional education (IPE)
c. Untuk mengetahui konsep Interprofesional Collaboration (IPC)
d. Untuk mengetahui Peran Dan Tanggung Jawab Interprofesional
e. Untuk mengetahui Komunikasi Sebagai Langkah Pemecahan
Masalah/Konflik
C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini antara lain:
1. Bagi institusi pendidikan
Dengan tersedianya makalah tentang Interprofessional education (IPE)
dan Interprofesional Collaboration (IPC), diharapkan dapat menjadi
bahan literasi bagi siapa saja yang membacanya terlebih bagi para
mahasiswa lingkup kesehatan dalam mempersiapkan diri memasuki dunia
kerja di bidang kesehatan.
2. Bagi tenaga kesehatan
Makalah ini dapat dijadikan bahan referensi sebagai pedoman dalam
melakukan pelayanan dalam lingkup bidang kesehatan agar terciptanya
pelayanan kesehatan yang optimal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Tim Interprofesional


Konsep komunikasi interpersonal dan hubungan interpersonal
membentuk dasar komunikasi yang efektif pada kerja tim dalam perawatan
kesehatan; “Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi yang
digunakan ketika kita memandang orang lain sebagai individu yang unik dan
berinteraksi dengan mereka untuk tujuan menjaga hubungan yang
berkelanjutan” (Peeters & Wryobeck, 2018). Komunikasi dan kerja tim yang
efektif dimulai dengan pengakuan bahwa setiap anggota tim memiliki
keterampilan dan kemampuan unik untuk ditawarkan dan layak untuk terlibat
dalam interaksi yang saling menghormati dengan anggota tim lainnya.
Hubungan berkelanjutan yang sehat dan saling menghormati adalah tujuan
dari komunikasi tim perawatan kesehatan. Tidak adanya komunikasi yang
efektif menyebabkan hambatan bagi pengembangan tim kesehatan yang
efektif. Komunikasi kesehatan yang efektif harus terbuka, jujur, tidak
menghakimi, dan didasarkan pada setiap anggota tim yang memiliki
kedudukan yang sama dalam tim. Empat level komunikasi yang efektif adalah
sebagai berikut (Singh & Matthees, 2021):
1. Efektivitas: pesan yang dikirim harus sesuai dengan pesan yang diterima.
Komunikasi antar anggota tim harus jelas dan ringkas.
2. Sensitivitas: setiap anggota tim harus peka terhadap kebutuhan dan
perspektif anggota lainnya. Komunikasi tidak boleh dengan sengaja tidak
peka terhadap peran anggota tim lainnya.
3. Kesesuaian: komunikasi tim harus disesuaikan dengan situasi individu
yang dihadapi. Beberapa situasi mungkin memerlukan lebih atau kurang
gaya komunikasi langsung dan tim harus mampu beradaptasi sesuai
kebutuhan.
4. Menjaga hubungan antar anggota: memelihara atau meningkatkan
hubungan harus tetap menjadi tujuan akhir komunikasi tim kesehatan.

4
Sebuah tim tidak dapat efektif jika hubungan internal para anggota tim
yang terlibat tidak dipertahankan.
Salah satu bentuk komunikasi yang dapat digunakan dalam
Interprofessional Collaboration adalah SBAR (Situation – Background –
Assesment – Recommendation) yang dapat membantu meningkatkan
keselamatan pasien (Sembiring et al., 2022). Komunikasi merupakan
kompetensi penting dalam praktik interprofessional collaboration yang
digunakan tenaga kesehatan dalam dalam membuat proses dan memilih media
ataua pendekatanuntuk meningkatkan pertukaran informasi antar tim
(McLaney et al., 2022). Strategi komunikasi dapat sangat membuat IPC
menjadi efektif.
B. Konsep Interprofesional Education (IPE)
Konsep Interprofesional education atau disingkat dengan IPE adalah
sebuah inovasi yang sedang dieksplorasi dalam dunia pendidikan profesi
kesehatan. Interprofessional education merupakan suatu proses dimana
sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar
belakang profesi melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu,
berinteraksi sebagai tujuan yang utama, serta untuk berkolaborasi dalam upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan jenis pelayanan kesehatan yang
lain. Melalui Interprofesional education (IPE) diharapkan berbagai profesi
kesehatan dapat menumbuhkan kemampuan antarprofesi, dapat merancang
hasil dalam pembelajaran yang memberikan kemampuan berkolaborasi,
meningkatkan praktik pada masing-masing profesi dengan mengaktifkan
setiap profesi untuk meningkatkan praktik agar dapat saling melengkapi
membentuk suatu aksi secara bersama untuk meningkatkan pelayanan dan
memicu perubahan; menerapkan analisis kritis untuk berlatih kolaboratif,
meningkatkan hasil untuk individu,keluarga, dan masyarakat; menanggapi
sepenuhnya untuk kebutuhan mereka, mahasiswa dapat berbagi pengalaman
dan berkontribusi untuk kemajuan dan saling pengertian dalam belajar
antarprofesi dalam menanggapi pertanyaan, di konferensi dan melalui literatur
profesional dan antarprofesi.

5
Menurut (Murdoch et al., 2017) manfaat dari Interprofessional
Education antara lain meningkatkan praktik yang dapat meningkatkan
pelayanan dan membuat hasil yang positif dalam melayani klien;
meningkatkan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang
memerlukan kerja secara kolaborasi; membuat lebih baik dan nyaman
terhadap pengalaman dalam belajar bagi peserta didik; secara fleksibel dapat
diterapkan dalam berbagai setting. Hal tersebut juga dijelaskan oleh WHO
(2010) tentang salah satu manfaat dari pelaksanaan praktek IPE dan
kolaboratif yaitu strategi ini dapat mengubah cara berinteraksi petugas
kesehatan dengan profesi lain dalam memberikan perawatan.
Melalui implementasi IPE tentunya memberikan kontribusi positif
terhadap tantangan kesehatan di dunia diantaranya adalah sebagai berikut
(Gilbert et al., 2010):
a. Kesehatan keluarga dan komunitas Kematian ibu dan bayi masih menjadi
masalah hampir di seluruh dunia. Setiap hari masih tercatat kasus ibu
meninggal diakibatkan komplikasi kehamilan dan persalinan. Melihat
situasi tersebut tentunya menjadi tantangan bagi dunia kesehatan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Sangat penting bagi petugas
kesehatan untuk mengidentifikasi kemampuan para tim kesehatan untuk
mengatur isu kesehatan yang kompleks tersebut.
b. HIV/AIDS, Tuberculosis dan Malaria Sebagai langkah pencegahan,
deteksi, dan pengobatan pada penyakit-penyakit tersebut diperlukan
kolaborasi petugas kesehatan di dalam sistem kesehatan. Tim
interprofessional yang memiliki keahlian di bidang masing-masing
diharapkan mampu merespons masalah kesehatan di setiap wilayah
dengan melakukan kegiatan edukasi dan meningkatkan kepedulian
terhadap penanggulangan masalah kesehatan.
c. Kesehatan di situasi krisis Pada situasi krisis dan konflik kemanusiaan,
respons cepat kondisi darurat harus dipersiapkan dengan baik, seperti
halnya ketersediaan air bersih, makanan, obat-obatan menjadi hal yang
sangat penting. Pada kondisi tersebut, tenaga kesehatan harus memiliki
pengetahuan, kemampuan, serta ketrampilan untuk mengatasi masalah

6
kesehatan di situasi krisis. IPE berperan penting pada situasi krisis yaitu
menyediakan tenaga kesehatan dengan kemampuan dan ketrampilan
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima kepada pasien di
situasi tersebut.
d. Keamanan kesehatan Keamanan kesehatan) dikaitkan dengan epidemik
dan pandemi yang berpengaruh terhadap kebutuhan pada sistem
kesehatan. Tenaga kesehatan yang terbiasa bekerja secara kolaborasi
tentunya akan dapat merespon isu-isu keamanan kesehatan di situasi
pandemi global maupun bencana alam. Contohnya: penanganan pandemi
COVID-19 tentunya melibatkan kolaborasi para tenaga kesehatan yaitu
bidang kedokteran yang bekerja untuk merawat dan mengobati pasien,
bidang farmasi berperan dalam penyediaan obat dan edukasi obat kepada
masyarakat, bidang kesehatan masyarakat yang berperan melakukan
edukasi promosi kesehatan untuk mencegah peningkatan penularan,
keperawatan memberikan peran dalam merawat pasien di rumah sakit
maupun di rumah (perawatan kesehatan komunitas).
e. Penyakit tidak menular dan kesehatan mental Tim IPE juga melakukan
pendekatan secara komprehensif dalam melakukan tindakan pencegahan
serta penatalaksanaan penyakit kronik seperti demensia, gizi buruk, dan
asma. Kondisi tersebut sangat memerlukan respon kolaborasi lintas
profesi dalam upaya menanggulangi penyakit-penyakit tersebut.
f. Layanan dan Sistem Kesehatan IPE dan praktik kolaborasi meningkatkan
kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam menunjukkan
kapasitas mereka untuk menciptakan inovasi-inovasi terbaru pada sistem
kesehatan.
C. Konsep Interprofesional Collaboration (IPC)
Interprofessional Collaboration (IPC) adalah proses dalam
mengembangkan dan mempertahankan hubungan kerja yang efektif antara
pelajar, praktisi, pasien/ klien/ keluarga serta masyarakat untuk
mengoptimalkan pelayanan kesehatan.Untuk mencapai IPC yang baik perlu
ada komitmen yang baik pula dari semua profesi kesehatan dan memiliki satu
tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien. Dalam

7
pelaksanaan IPC perlu ada pengenalan IPE terlebih dahulu agar mahasiswa
atau calon tenaga kesehatan tidak syok dengan budaya kolaborasi dan
komunikasi dalam kerjasama ini (La & Nurmiaty, 2020).
Kolaborasi kesehatan merupakan aktivitas yang bertujuan untuk
memperkuat hubungan diantara profesi kesehatan yang berbeda. Kolaborasi
tim kesehatan terdiri dari berbagai profesi kesehatan seperti dokter, perawat,
psikiater, ahli gizi, farmasi, pendidik di bidang kesehatan, dan pekerja sosial.
Tujuan utama dari kolaborasi tim kesehatan adalah memberikan pelayanan
yang tepat, oleh tim kesehatan yang tepat, di waktu yang tepat, serta di tempat
yang tepat. Membangun dan mempertahankan kolaborasi tim kesehatan sangat
diperlukan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan
optimal. Konsep kolaborasi tim kesehatan itu sendiri merupakan konsep
hubungan kerja sama yang kompleks dan membutuhkan pertukaran
pengetahuan yang berorientasi pada pelayanan kesehatan untuk pasien di
rumah sakit.
Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan
memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan dalam kerangka
kerja bidang respektif mereka. Praktik kolaboratif menekankan tanggung
jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien dengan berkomunikasi
dan membuat keputusan yang memungkinkan adanya pengaruh sinergis dari
ketrampilan dan pengetahuan berbagai disiplin ilmu kesehatan. Kolaborasi
adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktik bersama
sebagai kolega. Bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup
kerja mereka dengan berbagai nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai
terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu keluarga dan
masyarakat. Kolaborasi tim kesehatan adalah hubungan kerja yang memiliki
tanggung jawab bersama dengan penyedia layanan kesehatan lain dalam
pemberian (penyediaan) asuhan pasien. Kolaborasi kesehatan merupakan
aktivitas yang bertujuan untuk memperkuat hubungan diantara profesi
kesehatan yang berbeda (La & Nurmiaty, 2020) . Tujuan utama dari
kolaborasi tim kesehatan adalah memberikan pelayanan yang tepat, oleh tim
kesehatan yang tepat, di waktu yang tepat, serta di tempat yang tepat. Konsep

8
kolaborasi tim kesehatan itu sendiri merupakan konsep hubungan kerja sama
yang kompleks dan membutuhkan pertukaran pengetahuan yang berorientasi
pada pelayanan kesehatan untuk pasien. Berikut merupakan bentuk/jenis
kolaborasi tim kesehatan, diantaranya:
1. Fully Integrated Major Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim
memiliki tanggung jawab dan kontribusi yang sama untuk tujuan yang
sama.
2. Partially Integrated Major Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim
memiliki tanggung jawab yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan
bersama.
3. Joint Program Office Bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan
bersama tetapi memiliki hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila
dikerjakan bersama.
4. Joint Partnership with Affiliated Programming Kerja sama untuk
memberikan jasa dan umumnya tidak mencari keuntungan antara satu dan
lainnya.
Menurut Family Health Teams, terdapat 12 jenis kolaborasi tim, yaitu
perawatan reproduktif primer (misalnya, pre-natal, kebidanan, pasca
persalinan, dan perawatan bayi baru lahir); perawatan kesehatan mental
primer, perawatan paliatif primer; in-home/fasilitas penggunaan yang
mendukung pelayanan; pelayanan koordinasi/care navigation; pendidikan
pasien dan pencegahan; pre-natal, kebidanan, pasca melahirkan, dan
perawatan bayi baru lahir; program penanganan penyakit kronis – diabetes,
penyakit jantung, obesitas, arthritis, asma, dan depresi; promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit; kesehatan ibu/anak; kesehatan kerja; kesehatan lansia;
pengobatan kecanduan; pelayanan rehabilitasi; dan pengasuhan. Berikut
merupakan prinsip-prinsip kolaborasi tim kesehatan:
1. Patient-centered Care Prinsip ini lebih mengutamakan kepentingan dan
kebutuhan pasien. Pasien dan keluarga merupakan pemberi keputusan
dalam masalah kesehatannya.
2. Recognition of patient-physician relationship Kepercayaan dan berperilaku
sesuai dengan kode etik dan menghargai satu sama lain.

9
3. Physician as the clinical leader Pemimpin yang baik dalam pengambilan
keputusan terutama dalam kasus yang bersifat darurat.
4. Mutual respect and trust Saling percaya dengan memahami pembagian
tugas dan kompetensinya masing-masing. Pentingnya Kolaborasi Tim
Kesehatan dan Patient Safety Kolaborasi tim kesehatan sangat penting
karena masing-masing tenaga kesehatan memiliki pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, keahlian, dan pengalaman yang berbeda.
Dalam kolaborasi tim kesehatan, mempunyai tujuan yang sama yaitu
sebuah keselamatan untuk pasien. Selain itu, kolaborasi tim kesehatan ini
dapat meningkatkan performa di berbagai aspek yang berkaitan dengan
sistem pelayanan kesehatan. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk
memiliki kualifikasi baik pada bidangnya masing-masing sehingga dapat
mengurangi faktor kesalahan manusia dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
Interprofessional Education Collaborative (IPEC) menghasilkan empat
kompetensi umum untuk praktik kolaboratif interprofessional dan contoh
perilaku yang diharapkan. Perilaku yang diharapkan pada praktik komunikasi
interprofessional meliputi (AlSarhan et al., 2023) :
1. Pilih alat dan teknik komunikasi yang efektif, termasuk sistem informasi
dan teknologi komunikasi, untuk memfasilitasi diskusi dan interaksi yang
meningkatkan peran tim.
2. Sampaikan informasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim perawatan
kesehatan dalam istilah yang mudah dimengerti, hindari terminologi
khusus (istilah ilmiah) disiplin jika memungkinkan.
3. Sampaikan pengetahuan dan pendapat anda kepada anggota tim yang
terlibat dalam perawatan pasien dengan percaya diri, jelas, dan penuh rasa
hormat& rasa hormat, sehingga mudah dipahami dan dapat segera diambil
tindakan penanganan pasien.
4. Dengarkan secara aktif pendapat anggota tim dan berikan ide atau gagasan
kepada anggota tim lainnya.
5. Berikan umpan balik tentang kinerja anggota tim dengan tepat waktu dan
rasa hormat.

10
6. Gunakan bahasa santun yang sesuai untuk situasi sensitif, percakapan
penting, atau konflik interprofesional.
IPE dan IPC merupakan konsep yang terpisah namun terdapat keterkaitan
antar satu sama lain. Model pendidikan IPE memiliki keterkaitan secara
langsung terhadap implementasi IPC pada pelayanan kesehatan
primer.Pengenalan dan pengaplikasian nilai-nilai yang terkandung dalam IPC
kepada mahasiswa rumpun kesehatan perlu dimulai sejak tahap pendidikan
sehingga bisa meningkatkan kesiapan dalam berkolaborasi ketika nanti telah
bekerja dalam pelayanan kesehatan dan tergabung dalam tim praktik
kolaborasi. Hal ini dapat diupayakan melalui penerapan kurikulum IPE dalam
kurikulum pendidikan Kesehatan.
D. Peran Dan Tanggungjawab Interprofesional
IPE dipandang sebagai langkah penting berikutnya dalam
mempersiapkan tenaga kesehatan yang “siap praktik kolaboratif” yang telah
belajar bagaimana bekerja secara kompeten dalam tim interprofessional.
Praktik kolaboratif semacam ini hanya terjadi ketika banyak profesional
kesehatan bekerja sama dengan pasien, keluarga, pengasuh, dan masyarakat
untuk memberikan perawatan dengan kualitas terbaik). Waktu dan tempat
terbaik untuk memberikan paparan kepada profesi kesehatan lain bukanlah
saat pekerjaan dalam profesi tersebut dimulai, melainkan IPE harus menjadi
bagian integral dari kurikulum setiap program profesi perawatan kesehatan.
IPE menjadi harapan program profesi kesehatan. Standar akreditasi khusus
IPE berlaku untuk disiplin ilmu sebagai berikut: kedokteran gigi, ilmu
kedokteran, keperawatan, okupasi, terapis, farmasi, terapi fisik, studi asisten
dokter, dan kesehatan masyarakat (Putriana & Saragih, 2020). Individu yang
memasuki lingkungan perawatan kesehatan akan bersinergi dengan berbagai
profesional kesehatan dari berbagai disiplin ilmu, seperti: dokter, perawat,
terapis okupasi, terapis fisik, pekerja sosial, teknisi laboratorium, apoteker,
terapis pernapasan, ahli gizi, atau dokter gigi, serta kesehatan masyarakat.
Tanpa koordinasi dan perencanaan oleh anggota tim kesehatan maka akan
berdampak terhadap keselamatan pasien. Untuk alasan ini, sangat penting bagi
profesional kesehatan untuk bekerja sama dan memahami kontribusi yang

11
dapat diberikan oleh setiap anggota tim untuk merawat pasien. Setiap disiplin
ilmu membawa pengetahuan dan keterampilan khusus kepada masing-masing
anggota tim. Bekerja secara tim dapat memberikan layanan serta perawatan
yang efektif kepada pasien.
Dalam IPE semua anggota tim memiliki tanggung jawab yang sama
walaupun berbeda disiplin ilmu. Tanggung jawab anggota tim IPE adalah
bersikap kooperatif, berpartisipasi dalam tugas yang ada, menjalankan fungsi
tim yang efektif, dan menghormati kontribusi orang lain. Namun, ada
beberapa fungsi khusus yang unik untuk disiplin ilmu tertentu, yaitu (Peeters
& Wryobeck, 2018):
1. Dokter, perawat, asisten dokter, apoteker: Dokter, perawat, atau asisten
dokter harus memastikan bahwa masalah medis/diagnostik yang tepat
sehingga tepat pengambilan keputusan dalam tindakan medis. Kelompok
ini juga membuat keputusan tentang obat yang akan sering dipesan dengan
masukan dari apoteker.
2. Pekerja sosial: Pekerja sosial klinis berlisensi dalam tim, pekerja sosial ini
dapat memberikan penilaian menyeluruh terhadap masalah kesehatan
mental yang dapat berkontribusi pada kesehatan fisik.
3. Pasien, keluarga dan/atau pengasuh: Peran pasien, keluarga, atau pengasuh
sebagai anggota tim perawatan kesehatan dapat dijelaskan dalam hal
kontribusi mereka untuk proses perencanaan perawatan kepada tim lintas
profesi.
E. Komunikasi sebagai Langkah Pemecahan Masalah/Konflik
Komunikasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah yang
terjadi di dalam tim. Terdapat sebelas strategi untuk menghindari konflik tim,
yaitu (La & Nurmiaty, 2020).
1. Dapat menjelaskan masalah yang menyebabkan kesulitan dalam bekerja
secara tim.
2. Memiliki sikap positif .
3. Berusaha menempatkan diri pada kondisi orang lain .
4. Mencari kesamaan.
5. Menghadapi fakta bukan mengedepankan emosi.

12
6. Menyajikan fakta dan bukti.
7. Memberikan saran dan alternative.
8. Komunikasi terbuka (menjadi pendengar aktif).
9. Tunjukkan minat pada pendapat orang lain.
10. Mencari pilihan solusi bersama-sama.
11. Berbicara dengan nada tidak tinggi namun penekanan yang tegas.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi adalah hal terpenting dalam suatu hubungan
profesionalisme. Di bidang kesehatan, komunikasi merupakan hal yang sangat
fundamnetal untuk diketahui setiap disiplin ilmu. Hal ini dikarenakan demi
terciptanya suatu pelayanan yang prima di masyarakat sangat bergantung dari
bagaimana masing-masing profesi dalam berkomunikasi. Interprofessional
education (IPE) dan Interprofesional Collaboration (IPC), merupakan salah
satu bentuk komunikasi tersebut. Interprofessional education (IPE)
merupakan salah satu pendekatan pendidikan di mana individu dari berbagai
profesi kesehatan belajar bersama, bekerja sama, dan saling memahami peran
dan tanggung jawab masing-masing dalam tim interprofesional. Pendekatan
ini bertujuan untuk mempersiapkan para profesional kesehatan untuk
berkolaborasi secara efektif dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
terintegrasi dan holistik kepada pasien. Sedangkan Interprofesional
Collaboration (IPC) merupakan merupakan praktik kerjasama
antarprofesional di dalam tim kesehatan yang terdiri dari berbagai disiplin
ilmu. Melalui kolaborasi ini, para profesional kesehatan saling menghormati
dan memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman masing-
masing untuk merencanakan, memberikan, dan mengevaluasi perawatan yang
paling efektif bagi pasien. IPC bertujuan untuk meningkatkan hasil kesehatan
pasien, meningkatkan kepuasan pasien, dan meminimalkan risiko kesalahan
medis. Kesimpulannya, IPE dan IPC adalah dua konsep yang saling
mendukung dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Melalui
pendidikan interprofesional, para profesional kesehatan dipersiapkan untuk
berkolaborasi secara efektif dalam tim interprofesional, sementara IPC
menekankan pentingnya kerjasama tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang terintegrasi dan berorientasi pada pasien. Dengan demikian,
keduanya merupakan bagian integral dari transformasi sistem kesehatan
menuju pelayanan yang lebih holistik, terkoordinasi, dan berkualitas.

14
B. Saran
 Penting untuk terus memperkuat kemampuan komunikasi interpersonal
dan interprofesional serta keterampilan kolaborasi melalui pelatihan dan
pengembangan yang berkelanjutan.
 Implementasi IPE dan IPC dalam kurikulum pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan persiapan mahasiswa untuk bekerja dalam tim
interprofesional di lapangan.
 Diperlukan pemahaman yang mendalam tentang peran dan tanggung
jawab masing-masing profesi dalam tim serta bagaimana memaksimalkan
kontribusi setiap anggota tim.
 Praktik kolaboratif dan komunikasi yang efektif harus ditekankan sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan untuk meningkatkan keselamatan
pasien dan kualitas perawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

AlSarhan, M. A., Alaqeely, R. S., Ahmedani, M. S., AL Jasser, R. N., Alotaibi, D.


H., Aloraini, S. S., & Habib, S. R. (2023). Dental students’ attitudes and
perceptions about intraprofessional collaboration/education. Journal of
Taibah University Medical Sciences, 18(2), 287–294.
https://doi.org/10.1016/j.jtumed.2022.09.003
Anderson, E. S., & Kinnair, D. (2016). Integrating the assessment of
interprofessional education into the health care curriculum. Journal of
Taibah University Medical Sciences, 11(6), 552–558.
https://doi.org/10.1016/j.jtumed.2016.10.005
Anwar, H., & Rosa, E. M. (2019). Meningkatkan Komunikasi dan Kolaborasi
dengan Interprofessional Education (IPE): Literature Review. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah Alamat, 91–101.
Babaei, M., Mohammadian, M., Abdollahi, M., & Hatami, A. (2018).
Relationship between big five personality factors, problem solving and
medical errors. Heliyon, 4(9), e00789.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2018.e00789
Bolesta, S., & Chmil, J. V. (2014). Interprofessional education among student
health professionals using human patient simulation. American Journal of
Pharmaceutical Education, 78(5). https://doi.org/10.5688/ajpe78594
Chichirez CM, & VL, P. (2018). Interpersonal communication in healthcare.
Journal of Medicine and life, 11(2), 119–122.
Gilbert, J. H. V., Yan, J., & Hoffman, S. J. (2010). A WHO report: Framework for
action on interprofessional education and collaborative practice. Journal of
Allied Health, 39(SUPPL. 1), 196–197.
La, B., & Nurmiaty. (2020). Modul interprofesional education (IPE). In Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari (Vol. 7, Nomor 2).
McLaney, E., Morassaei, S., Hughes, L., Davies, R., Campbell, M., & Di
Prospero, L. (2022). A framework for interprofessional team collaboration in
a hospital setting: Advancing team competencies and behaviours. Healthcare
Management Forum, 35(2), 112–117.

16
https://doi.org/10.1177/08404704211063584
Morgan, S., Pullon, S., & McKinlay, E. (2015). Observation of interprofessional
collaborative practice in primary care teams: An integrative literature review.
International Journal of Nursing Studies, 52(7), 1217–1230.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2015.03.008
Murdoch, N. L., Epp, S., & Vinek, J. (2017). Teaching and learning activities to
educate nursing students for interprofessional collaboration: A scoping
review. Journal of Interprofessional Care, 31(6), 744–753.
https://doi.org/10.1080/13561820.2017.1356807
Peeters, M., & Wryobeck, J. (2018). Piloting an Online Module for
Interprofessional Education to Introduce First-Year Students to Health
Behavior Change. INNOVATIONS in pharmacy, 9(1), 17.
https://doi.org/10.24926/iip.v9i1.961
Pragholapati, A. (2020). Tinjauan Pustaka Interprofessional Collaborative Practice
( IPCP ). OSF Preprints, 1–6.
Putriana, N. A., & Saragih, Y. B. (2020). Pendidikan Interprofessional dan
Kolaborasi Interprofesional. Majalah Farmasetika, 5(1), 18–22.
https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v5i1.25626
Sembiring, M. C., Lestari Ramadhani Nasution, S., & Girsang, E. (2022). The
Effect Of Sbar Communication On Nurse Attitude In Increasing Patient
Safety In Krmt Wongsonegoro Hospital, Semarang. International Journal of
Health and Pharmaceutical (IJHP), 2(4), 680–683.
https://doi.org/10.51601/ijhp.v2i4.91
Singh, J., & Matthees, B. (2021). Facilitating interprofessional education in an
online environment during the COVID-19 pandemic: A mixed method study.
Healthcare (Switzerland), 9(5). https://doi.org/10.3390/healthcare9050567

17

Anda mungkin juga menyukai