Anda di halaman 1dari 17

PERMASALAHAN PENDIDIKAN LAYANAN BK DAN ABK

DI SEKOLAH INKLUSI

Mata kuliah : Bimbingan di SD dan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu : Dr.Halida,M.Pd

Disusun Oleh:

Nur Affni F1081221009

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2023
ULANGAN TENGAH SEMESTER
BIMBINGAN DI SD & ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Nama : Nur Affni


NIM : F1081221009
Kelas : 3A Regular
Mata Kuliah : Bimbingan di SD & Anak Berkebutuhan Khusus

SOAL:
1. Tulis 5 identifikasi masalah pendidikan yang terjadi di Kalbar sesuai dg yang saudara
ketahui terkait layanan BK di SD dan layanan ABK (sekolah inklusif).
2. Eksplorasi penyebab 5 masalah tersebut.
3. Sebutkan solusi apa yang terbaik dari 5 masalah tersebut.

JAWAB:
1. Terdapat beberapa masalah yang terjadi didalam dunia Pendidikan khususnya Kalbar,
dari beberapa sumber serta kajian literatur yang saya dapat dan lakukan terdapat beberapa
masalah yaitu:
 Tidak adanya layanan BK khusus di SD,
 Guru kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM),
 Guru mengalami kesulitan untuk bekerjasama dengan orang tua,
 Siswa yang kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
 Sikap emosional dari siswa yang mengganggu di kelas,
 Sarana dan prasarana disekolah yang masih belum memadai,
 Kurangnya pengetahuan guru tentang pelayanan ABK dan sekolah inklusi.

2. Berikut adalah penjabaran dari beberapa masalah yaitu:


1. Tidak adanya layanan Bimbingan Konseling (BK) secara khusus di SD
Di SD yang melakukan layanan BK adalah guru kelas. Bimbingan konseling
merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa mengatasi
masalah yang dihadapinya, guru tidak hanya membantu menyelesaikan masalah anak
yang bermasalah, tetapi bagi seluruh siswa. Jadi layanan bimbingan konseling
merupakan salah satu aspek Pendidikan yang memegang peranan penting dalam
mencapai tujuan Pendidikan. Dengan tidak adanya layanan BK khusus di SD maka
guru kelas diharuskan untuk mengemban tanggung jawab dalam memberikan layanan
konseling dikelas, jadi guru kelas harus memiliki bekal untuk melakukan berbagai
layanan tersebut. Guru Sekolah Dasar harus melaksanakan semua layanan
bimbingan konseling agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat
diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak mengganggu jalannya proses
pembelajaran. Namun, realita yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa peran
guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara
optimal. Mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang penuh dengan
beban, seperti mengajar dan mengevaluasi siswa, sehingga tugas memberikan
layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan
prestasi belajar siswa sekolah dasar inilah yang membuat betapa pentingnya
bimbingan dan konseling untuk siswa sekolah dasar. Sehingga keberadaan guru
bimbingan sangat diperlukan dalam pendidikan sekolah dasar. Disamping
membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dan mengembangkan potensinya,
guru bimbingan dan konseling juga akan membantu guru kelas dalam memberikan
bimbingan dan pelayanan bagi siswa sekolah dasar agar layanan bimbingan dan
konseling lebih maksimal lagi.
Salah satu faktor yang menyebabkan tidak adanya layanan BK khusus di SD
adalah bahwa pemerintah menganggap bahwa anak pada usia Sekolah Dasar masih
belum menghadapi masalah yang menuntut adanya pelayanan BK di Sekolah Dasar
maksudnya, masalah yang dihadapi oleh anak seusia mereka masih bisa diselesaikan
oleh guru kelas, dan juga mereka menganggap bahwa anak-anak sekolah dasar belum
bisa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan konseling yang ada dalam Bimbingan dan
konseling.
2. Guru kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
Guru memiliki peranan yang penting dalam terlaksananya pembelajaran
disekolah. Proses Pembelajaran yang baik diharapkan dapat menghasilkan belajar
yang baik, karena proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai
pemegang peranan utama. Dengan demikian proses pembelajaran yang baik banyak
tergantung pada kemampuan profesional guru yang bersangkutan, sebab
bagaimanapun baiknya dan canggihnya teori dan teknologi pengajaran tanpa
kemampuan dan kemauan guru dalam melaksanakannya tidak akan mungkin
diperoleh hasil yang diharapkan.
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya kesulitan dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM), yaitu pelaksanaan kurikulum yang masih kurang baik, struktur
materi yang ada dalam kurikulum masih belum sesuai dengan tingkatan kemampuan
siswa, sarana dan prasarana yang masih kurang baik untuk kegiatan pembelajaran,
serta alokasi waktu untuk menyelesaikan terget kurikulum belum cukup dengan
alasan alasan tertentu seperti materinya yang cukup luas dan sebagainya.
3. Guru mengalami masalah bekerjasama dengan orang tua siswa
Untuk mencapai tujuan pembelajaran sudah tentu diperlukan kerjasama dari
berbagai pihak seperti kerjasama antara guru dan orang tua siswa. Jika kerjasama
antara guru dan orang tua siswa tidak dapat berjalan dengan baik maka hal ini dapat
menyebabkan beberapa dampak pada siswa seperti anak akan mengalami kesulitan
dalam menerima materi dikelas, emosional anak kemungkinan akan terpengaruh juga.
Dari wawancara yang saya lakukan juga terdapat masalah kerjasama antar guru dan
orangtua, seperti orang tua yang melimpahkan semua tanggung jawab untuk
mengurus Pendidikan anak kepada guru, terdapat orang tua yang tidak terlalu peduli
dengan kegiatan anak di sekolah, serta kadang ada orang tua yang tidak mau
memfasilitasi sarana belajar anak dirumah yang nanti akan berdampak pada proses
perkembangan anak dan juga proses pembelajaran di sekolah. Jadi, kerjasama antara
semua pihak ini perlu dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mewujudkan tujuan
dari pebelajaran yang diharapkan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti, orang tua yang berfikir bahwa
gurulah yang bertanggung jawab atas Pendidikan anak, selain itu juga apabila
dikaitkan dengan pelayanan ABK terdapat beberapa penyebab terjadinya kurang
kerjasama antara guru dan orang tua siswa seperti, kepedulian orangtua terhadap
penanganan ABK kurang, pemahaman orangtua tentang ABK kurang, orangtua
merasa malu sehingga menginginkan anaknya disekolah umum, toleransi dari
orangtua siswa reguler terhadap ABK kurang, orangtua kurang sabar menangani
ABK, pengasuhan orangtua tunggal.
4. Siswa yang kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran atau kesulitan belajar
Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya, hal ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi, tetapi
juga disebabkan oleh faktor non intelegensi. Siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar ini biasanya mengalami kesulitan dalam beberapa mata pelajaran, tetapi
menunjukkan nilai yang baik pada mata pelajaran yang lain. Dari wawancara yang
saya lakukan, terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar misalnya dia mengerti
akan salah satu mata pelajaran tetapi dia kurang mengerti dengan mata pelajaran yang
lainnya.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar yaitu:
a. Faktor internal siswa:
1. Faktor fisiologis, kondisi fisik anak juga akan mempengaruhi belajar anak,
anak yang memiliki jasmani yang baik dan segar akan dapat belajar
dengan baik, sebaliknya anak yang kekurangan gizi atau fisiknya yang
kurang sehat kemampuan belajarnya akan kurang dibandingkan yang
segar dan jasmaninya baik.
2. Faktor psikologi, dari faktor psikologi siswa seperti cacat mental, bakat,
motivasi, ego, serta intelegensi anak.
b. Faktor eksternal siswa
1. Faktor keluarga, keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam
proses belajar anak, Orang tua yang kurang memperhatikan perannya,
kesehatan yang kurang baik, kebiasaan keluarga yang tidak menunjang,
kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan, waktu belajar yang
kurang memadai dapat mengakibatkan kesulitan belajar bagi siswa.
2. Faktor lingkungan sekolah, faktor yang datang dari sekolah seperti
kegaduhan, bau busuk dan sebagainya. Sekolah juga mempunyai peranan
khusus dalam menangani kesulitan belajar yang dialami siswa.
3. Faktor lingkungan tempat tinggal, faktor ini merupakan salah satu faktor
penting juga karena berkaitan dengan hubungan sosial sehingga dapat
mengakibatkan siswa kurang memperhatikan belajar.
5. Perkembangan emosi dari siswa yang mengganggu di kelas
Emosi merupakan salah satu perkembangan yang sama pentingnya
denganperkembangan lainnya seperti fisik dan kognitif. Emosi bukan hanya tentang
rasa marah tapi lebih dari itu, emosi merupakan perasaan yang dirasakan ketika anak
melakukan atau merasakan sesuatu. Emosi memiliki peranan yang sangat
penting dalam perkembangan anak, baik padamasa bayi, prasekolah maupun pada
tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karenamemiliki pengaruh terhadap perilaku
anak. Setiap anak memiliki kebutuhan emosional yaitukebutuhan untuk dicintai,
dihargai, merasa aman, merasa kompeten, dan kebutuhan untukmengoptimalkan
kompetensi. Emosi dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi sosial dan anak.
Pengaruh tersebutbisa menjadi hal yang berdampak positif ataupun negatif terhadap
anak. Dari wawancara yang saya lakukan, disekolah tersebut ada siswa yang memiliki
sikap emosional yang bisa dibilang mengarah ke dampak negatif dari tidak
terkendalinya emosi dari seorang anak, anak tersebut kadang suka marah-marah dan
bahkan menyebabkan perkelahian sehingga mengganggu jalannya kegiatan
pembelajaran di kelas.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masalah tersebut, yaitu:
1. Keadaan anak secara individu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
ketidaksempurnaan fisik atau kekurangan pada diri anak itu sendiri, sehingga
anak akan merasa rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari
lingkungannya, anak akan merasa tidak nyaman dengan kekurangan yang
dimilikinya sehingga mereka akan menutup diri dari pergaulan teman sebaya
yang akan mempengaruhi perkembangan sosial.
2. Pengalaman belajar. Pengalaman belajar anak akan menentukan reaksi
potensial mana yang merekagunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang
menunjang perkembangan emosi antara lainbelajar dengan coba-coba, belajar
dengan meniru, belajar melalui pengondisian, belajar dengan bimingan dan
pengawasan.
3. Konflik-konflik dalam proses perkembangan. Setiap anak pasti memiliki
masalah dalam perkembangan, jika anak tidak dapat melewati atau gagal
menyelesaikan konflik, biasanya mengalami gangguan-gangguan emosi. Pada
usia aktif sekolah, mereka mungkin akan meluapkan emosi dengan
menggunakan fisik.
4. Lingkungan keluarga. Gaya pengasuhan keluarga akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan emosi anak. Apabila anak dikembangkan dalam
lingkungan keluarga yang emosinya positif, makaperkembangan emosi anak
akan menjadi positif. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam
mengekspresikan emosinya negatif seperti, melampiaskan kemarahan dengan
sikap agresif, mudah marah, kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah,
maka perkembangan emosi anak akan menjadi negatif.
6. Sarana dan prasarana disekolah yang masih belum memadai
Sarana Pendidikan adalah semua fasilitas yang secara langsung digunakan dalam
proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar tercapainya
tujuan Pendidikan, seperti Gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat alat media
pengajaran lainnya. Sedangkan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses Pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, atau
taman sekolah dan lain sebagainya. Dapat dilihat dari sebagian besar sekolah yag
lumayan jauh dari pusat kota, sarana dan prasarana Pendidikan yang ada disekolah
tersebut terbilang kurang memadai, sarana dan prasarana yang kurang memadai ini
akan berdampak pada prestasi dan juga kegiatan pembelajaran disekolah tersebut,
siswa juga sudah pasti merasa kurang nyaman, motivasi anak terhadap belajar akan
turun, dan lain sebagainya.
Sarana dan prasarana yang kurang memadai ini disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah kurangnya koordinasi antara pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah, terkadang proses pengawasan dan pengontrolan pendidikan
yang dilakukan pemerintah pusat tidak menjangkau daerah-daerah yang terpencil.
7. Kurangnya pengetahuan guru tentang pelayanan ABK dan sekolah inklusi
Kendala utama yang dihadapi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah
terkait dengan kompetensi SDM, terutama guru. Kompetensi guru kelas dalam
penanganan ABK masih rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman
guru terkait kerakteristik ABK. Untuk itu, guru perlu meningkatkan kompetensi
pedagogik dan profesional mengenai anak berkebutuhan khusus. Peningkatan
kompetensi dapat dilakukan secara mandiri dan/atau dalam bentuk pelatihan.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut yaitu,
latar belakang pendidikan yang tidak memberikan bekal kepada guru tentang anak
berkebutuhan khusus menjadi penyebab guru di sekolah regular menolak adanya
kebijakan sekolah inklusi. Guru menganggap diri mereka tidak memiliki keterampilan
untuk mengajar siswa dengan berbagai kebutuhan khusus, namun kebijakan telah
menuntut mereka untuk menerima keberadaan anak berkebutuhan khusus di kelas
mereka, kurangnya profesionalisme guru dalam pembelajaran untuk kelas inklusi,
kurangnya pengalaman kontak dengan siswa berkebutuhan khusus, guru kurang
memahami kondisi siswa baik dari segi fisik dan psikis siswa bekebutuhan khusus,
tidak adanya fasilitas dan tidak mengetahui fasilitas yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan program Pendidikan inklusi, serta kurangnya pelatihan yang terkait
dengan Pendidikan inklusi.

3. Solusi dari berbagai masalah tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengatasi ketidakadaannya pelayanan Bimbingan Konseling secara khusus di
SD
Tanggung jawab untuk memberikan layanan BK kepada siswa adalah tanggung
jawab guru kelas. Guru kelas sebagai guru bimbingan konseling berperan dalam
berbagai upaya untuk menyelesaikan semua masalah yang dilakukan oleh siswa
apalagi jika berkaitan dengan pribadinya sendiri. Jika siswa bermasalah di sekolah
maka guru kelas sebagai guru bimbingan konseling harus memberikan motivasi
ataupun nasihat untuk siswa tersebut sehingga merubah sikap menjadi yang lebih
baik. Guru juga bisa menyelipkan berbagai layanan BK misalnya disaat mengajar
mata pelajaran baik itu IPA, IPS,Agama, Ppkn, dan lain sebagainya.
2. Untuk mengatasi masalah guru yang kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM) adalah sebagai berikut:
 Sarana prasarana sekolah seperti gedung sekolah, perpustakaan dan
laboratorium dilengkapi sehingga proses Pembelajaran berjalan dengan baik.
 Hendaknya MGMP dan PGRI dilibatkan untuk membahas masalah - masalah
yang ditemukan/ terjadi dilapangan.
 Agar diterbitkan buku paket yang lengkap dan ditambah terus ke
sekolahsekolah.
 Waktu yang disediakan dalam pengembangan materi pelajaran persentasenya
dengan pembelajaran konsep yang diajarkan.
3. Untuk mengatasi masalah guru yang kurang bekerjasama dengan orang tua siswa
adalah sebagai berikut:
 Mengadakan pertemuan pada hari penerimaan siswa baru dan sekaligus
membuat komiten
 Mengadakan surat menyurat antara orang tua dan guru tentang progress anak
di sekolah
 Adanya daftar nilai rapot
 Kunjungan guru kerumah siswa atau sebaliknya
 Mengadakan perayaan, pesta sekolah, atau pameran-pameran untuk
merayakan hasil kerja siswa
 Mendirikan perkumpulan antara orang tua dan guru
4. Terdapat beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah
kesulitan belajar siswa, sebagai berikut:
1. Identifikasi, suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemuka siswa yang
mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa, apakah
siswa yang bersangkutan memiliki kesulitan belajar atau tidak.
2. Diagnosis, penentuan mengenai hasil dari pengolahan data tentang siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa.
3. Prognosis, merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang
diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa.
4. Memberikan bantuan atau terapi, terapi yang dimaksud disini adalah
memberikan bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai
dengan program yang disusun pada tahap prognosis
Menurut wawancara yang telah saya lakukan kepada guru di salah satu sekolah,
cara mereka untuk mengatasi masalah kesulitan belajar siswa adalah dengan
mencari tahu apakah anak tersebut mengalami kesulitan belajar atau tidak, lalu
guru tersebut akan mencari penyebab terjadinya kesulitan belajar siswa, dan guru
akan mencoba mendekati siswa dan memberikan bantuan seperti mendengarkan
keluhan siswa, memberikan waktu tambahan belajar dan biasanya anak dengan
kesulitan belajar ini akan diberi perhatian khusus demi mengatasi masalah
kesulitan belajar yang dihadapinya.
5. Beberapa solusi untuk mengatasi masalah perkembangan emosi dari siswa yang
mengganggu di kelas.
Guru harusmemperhatikan dan memahami emosi anak dengan cara membangun
ikatan emosional, menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan dan
menyingkirkan segalaancaman dari suasana belajar. Dengan memahami perbedaan
setiap anak, diharapkan agar tidak ada penyimpangan seperti kekerasan antara guru
pada anak atau antara anak satu dengan anak yang lainnya, serta dapat memberikan
sumbangan positif bagi prestasi belajarmereka di sekolah.
Selain itu terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah
emosi anak yang meledak-ledak, seperti:
1. Perhatikan sumber masalahnya
2. Memberi perhatian yang cukup
3. Tidak melakukan kekerasan yang akan membuat emosi anak menjadi
meledak-ledak
4. Menjauhkan anak dari pergaulan yang salah
5. Memberikan contoh yang berdampak positif kepada anak
6. Mengajak anak berbicara dan memberi apresiasi untuk hal-hal kecil yang ia
gapai
7. Meluangkan waktu Bersama
6. Tentunya terdapat beberapa cara untuk mengatasi sarana dan prasarana yang kurang
memadai, yaitu sebagai berikut:
1. Peningkatan anggaran, Hal ini perlu dilakukan agar pemerintah dapat lebih
fokus dalam memperbaiki kondisi sarana dan prasarana yang ada.
2. Peningkatan partisipasi swasta, Tidak hanya pemerintah, partisipasi swasta
juga dapat berperan dalam memperbaiki sarana dan prasarana. Pemerintah
dapat memberikan insentif atau kemudahan bagi swasta dalam berinvestasi
pada pembangunan infrastruktur.
3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemerintah juga perlu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan sarana dan
prasarana. Dan ini bisa dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada
tenaga yang terlibat.
4. Pemanfaatan teknologi, teknologi juga perlu untuk di manfaatkan demi
meningkatkan sarana dan prasarana yang kurang memadai.
5. Meningkatkan keterlibatan masyarakat, keterlibatan masyarakat juga
merupakan faktor penting untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang
kurang memadai, pemerintah dapat mengajak para masyarakat untuk bekerja
sama.
6. Pengembangan daerah, Pengembangan daerah juga perlu dilakukan untuk
mengatasi sarana dan prasarana yang kurang memadai. Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan pembangunan infrastruktur yang memadai dan
memperbaiki kondisi ekonomi di daerah tersebut.
7. Peningkatan aksesibilitas, Peningkatan aksesibilitas juga dapat membantu
mengatasi sarana dan prasarana yang kurang memadai. Hal ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan akses transportasi atau membangun jalan
alternatif.
7. Solusi untuk mengatasi masalah kurangnya pengetahuan guru tentang pelayanan
ABK dan sekolah inklusi
Untuk meningkatkan kompetensi guru di bidang pendidikan luar biasa, perlu
adanya pengembangan model pendidikan guru. perubahan desain pendidikan guru
dapat dilakukan dengan cara menambah matakuliah baru atau pengalaman lapangan
baru. pada mata kuliah yang diikuti oleh calon guru (regular dan khusus) melalui
berbagai aktivitas kolaboratif antar mahasiswa, menjadikan mahasiswa lebih siap
untuk membuat perencanaan pembelajaran, menggunakan berbagai pembelajaran,
melakukan modifikasi, dan cara membuat administrasi kelas. Dalam matakuliah
tersebut akan mengarahkan pada suasana belajar yang membuka peluang berbagai
pendapat untuk menentukan keputusan, komunikasi terbuka, dan kolaborasi antara
guru regular dan guru khusus. Dengan demikian kompetensi dan pengetahuan guru
terhadap anak berkebutuhan khusus akan meningkat. Guru tidak lagi terbebani
dengan modifikasi kurikulum, administrasi kelas, dan kolaborasi dengan pihak lain.
LAMPIRAN WAWANCARA

Nama guru : Yudha Eka Putri, S.Pd

NIP : 199505142020122020

Nama sekolah : SDN 36 Pontianak Kota

Hari/Tanggal : Minggu/ 15 Oktober 2023

Pertanyaan Jawaban
1. Apa saja masalah yang dihadapi Sebagai guru sekolah dasar pasti masalahnya
sebagai guru di sekolah dasar? disini ruang lingkupnya yaitu murid, murid
disini ada yang masalah di dalam kelas dan
ada masalah di luar. Salah satu contoh
masalah yang saya hadapi sebagai guru kelas,
anak-anak ini tidak semua sama, tidak semua
sama sama dari cara pemikirannya, cara
memahami materi. Masalah itu salah satunya
adalah anak-anak yang susah menangkap
materi ada anak yang susah dan harus
dibimbing dengan secara khusus baru bisa
menangkap materi, tetapi jika Bersama-sama
dia akan sulit menerima materi. Tidak semua
anak sama, ada anak yang cuman bisa hitung
hitungan tetapi dalam pengetahuan atau ada
anak yang pandai dalam pengetahuan tetapi
tidak dalam hitung-hitungan, jadi bagaimana
caranya biar anak itu bisa memahami apa
yang diajarkan gurunya. Ada juga masalah
anak misalnya tantrum, misalnya dia disuruh
baca, atau disuruh jawab dia tidak mau,
malahan dia menjadi marah jika disuruh. Lalu
ada masalah tidak mau menulis, itu juga
menjadi masalah, kadang ada anak yang tidak
mau menulis tapi dia Cuma mau
mendengarkan, ada anak yang tidak mau
disuruh sampai marah hingga ngamuk sendiri,
dan itulah masalah dari dalam. Untuk masalah
diluar, ada anak yang suka tidak masuk
sekolah.
2. Apa penyebab terjadinya masalah- Penyebabnya itu yang pertama adalah
masalah tersebut? lingkungan, lalu keluarga, lingkungan sekitar,
pertemanannya dan bisa juga dari dirinya
sendiri.
3. Bagaimana solusi dari beberapa untuk menyelesaikan pasti kita punya cara-
masalah tersebut? cara tersendiri sesuai dengan permasalahan
yang ada, misalnya disuatu kelas ada anak
yang kurang, diberi bimbingan secara khusus,
diberi waktu tambahan, misalnya pada waktu
jam pulang sekolah, ibu akan mengumpulkan
anak-anak yang kurang ini dan akan ibu
bimbing lagi dan diberi waktu tambahan
untuk belajar tambahan, anak yang kurang
akan ibu panggil, dan ibu cari masalahnya
lalu akan dicarikan solusi, serta diajarkan
dengan benar-benar. Lalu ada juga kasusnya
salah satu anak yang tidak mau masuk
sekolah, kita teliti lagi apa penyebabnya
apakah anak tersebut dibully atau apakah ada
yang ia takutkan, jadi secara personal ke
anaknya melalui pendekatan. Sehingga jika
ada kasus maka ibu yang harus kerumahnya.
Ada suatu kasus pada saat pandemic kemarin,
ada satu anak yang tidak pernah mengirim
tugas, ternyata anaknya memiliki masalah
seperti tidak memiliki hp, jadi salah satu
caranya adalah ibu pergi kerumahnya dan
mengambil tugasnya atau karena rumahnya
dekat jadi dia yang mengantar tugasnya
langsung ke sekolah. Lalu ada anak yang
sering mengganggu temannya dikelas, akan
kita panggil dan beri masukan, juga kita akan
beri sanksi sesuai dengan masalah yang
dilakukan, kita harus memberi efek jera
kepada siswa agar mereka tidak melakukan
kesalahan itu lagi.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Tarnoto, N. (2016). Permasalahan-permasalahan yang dihadapi sekolah penyelenggara


pendidikan inklusi pada tingkat SD. Humanitas, 13(1), 50-61.

Indrawan, I. (2015). Pengantar manajemen sarana dan prasarana sekolah. Deepublish.

Pratiwi, J. C. (2016). Sekolah inklusi untuk anak berkebutuhan khusus: tanggapan terhadap
tantangan kedepannya. Prosiding Ilmu Pendidikan, 1(2).

Kusumabangsa, A. D. (2016). Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri


Sosrowijayan Kota Yogyakarta. Basic Education, 5(3), 169-182.

Purnomo, E. (2016). Kebutuhan guru sekolah dasar inklusi dalam meningkatkan kompetensi
melalui media video. Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan, 4(2), 95-109.

Labudasari, E., & Sriastria, W. (2018). Perkembangan Emosi Pada Anak Sekolah Dasar.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon (pp. 5-6).

Pratiwi, L. T., Maghfiroh, M. N., Andika, D. S., Marcela, I. N., & Afifah, A. F. (2022).
Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Sekolah Inklusi Di Indonesia. Jurnal
Pendidikan Dasar Flobamorata, 3(2), 314-318.

Utami, F. N. (2020). Peranan Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SD. Edukatif:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 93-101.

Kadariah, K., Kusmaladewi, K., & Hasmiah, H. (2020). Faktor Kesulitan Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar Di Ditinjau Dari Pengunaan Kurikulum, Struktur Materi, Sarana Dan
Prasarana, Dan Alokasi Waktu. JEKPEND: Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan, 3(2), 15.

Anda mungkin juga menyukai