Pendederan Xi
Pendederan Xi
2023
PETA KEDUDUKAN MATERI AJAR
Menerapkan prosedur
Teknik Pendederan KPIAT
persiapan wadah
pendederan
Menerapkan prosedur
persiapan media
pendederan
Menerapkan prosedur
penebaran benih pada
kegiatan pendederan
Menerapkan pemantauan
perkembangan benih
iv
GLOSARIUM
v
DAFTAR ISI
Hal.
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Glosarium ......................................................................................................... v
A. Deskripsi ..................................................................................................... 1
C. Prasyarat...................................................................................................... 2
D. Petunjuk Penggunaan.................................................................................. 3
A. Deskripsi ............................................................................................... 8
3. Refleksi........................................................................................... 33
A. Deskripsi .............................................................................................. 34
vi
B. Kegiatan Pembelajaran ........................................................................ 34
1. Tujuan Pembelajaran ...................................................................... 34
3. Refleksi........................................................................................... 57
A. Deskripsi .............................................................................................. 58
3. Refleksi.......................................................................................... 76
A. Deskripsi .............................................................................................. 77
3. Refleksi.......................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA
TENTANG PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Hal.
viii
DAFTAR GAMBAR
Hal.
2. Siklus Nitrogen Salah Satu Sumber Gas Beracun di Dasar Kolam ............ 5
7. Kertas pH..................................................................................................... 49
8. pH Meter...................................................................................................... 50
12. Haemacytometer......................................................................................... 61
19.Filter Biologi................................................................................................ 79
ix
24.Cara Mengukur Data Panjang Rata – Rata Benih Ikan ............................... 123
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Budidaya perairan berasal dari dua kata yaitu budidaya dan perairan. Budidaya
merupakan kegiatan / upaya untuk memperoleh hasil (ikan) dengan melakukan
berbagai usaha supaya produktifitas dapat menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
perairan itu dibiarkan secara alami. Sedangkan perairan merupakan suatu hamparan
yang digenangi air atau dapat digenangi air. Dengan demikian budidaya perairan dapat
diartikan sebagai kegiatan / upaya untuk memperoleh hasil (ikan, udang, rumput laut
dan sebagainya) dengan jalan melakukan berbagai usaha supaya produktifitas menjadi
lebih tinggi pada suatu hamparan yang digenangi air.
Berdasarkan pengertian di atas, budidaya perairan merupakan suatu aktivitas
yang mengupayakan dengan berbagai usaha sehingga meningkatkan produksi perairan.
Kata melakukan berbagai usaha pada defenisi diatas berarti kegiatan budidaya perairan
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi agar perairan tersebut mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi. Dengan kata lain budidaya perairan merupakan upaya
sadar dan terencana dalam menggunakan dan mengelola sumberdaya alam secara
bijaksana bagi berbagai kegiatan budidaya ikan secara berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup. Upaya sadar terencana berarti telah melakukan studi
kelayakan berdasarkan pasar, kondisi lingkungan, komoditas, skala usaha, permodalan
dan sarana pendukung lainnya.
Dari keterangan di atas tujuan budidaya perairan adalah mengoptimalkan
sumberdaya perairan, meningkatkan produktifitas dan pelestarian komoditas perairan.
Mengoptimalkan sumberdaya perairan melalui budidaya ikan dapat dilakukan dengan
sistem tradisional, semi intensif dan intensif. Menggunakan ke tiga sistem diatas akan
mengoptimalkan sumberdaya perairan dan meningkatkn produktifitas dibandingkan
dengan produksi secara alami.
Usaha budidaya ikan menunjukan perkembangan yang sangat pesat dari tahun
ke tahun. Hal ini diakibatkan oleh semakin bertambahnya kesadaran manusia untuk
mengkonsumsi ikan dan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun. Jenis ikan yang
dibudidayakan juga semakin beragam, mulai dari ikan konsumsi hingga ikan hias.
Segmen usaha dalam kegiatan budidaya ikan dikelompokkan menjadi tiga yaitu
pembenihan, pendederan dan pembesaran. Menurut definisi dari Wikipedia
pendederan adalah tahap pelepasan / penyebaran benih (baik tumbuhan atau ikan /
udang) ke tempat pembesaran sementara. Pendederan adalah salah satu sektor kegiatan
budidaya perikanan setelah pembenihan dan pada beberapa komoditas ikan, pendederan
dapat dikategorikan dalam usaha pembesaran. Pendederan merupakan fase peralihan
dari kegiatan pembenihan ke kegiatan pembesaran. Hasil pendederan kemudian
dipelihara lagi (untuk ikan konsumsi) di wadah pembesaran. Pendederan dilakukan
untuk melindungi tumbuhan/hewan sewaktu kecil karena biasanya mereka rentan
terhadap hama, penyakit, serta perubahan lingkungan yang ekstrem.
C. Prasyarat
Sebelum mempelajari buku teks ini, peserta didik diharapkan :
1 Sehat jasmani dan rohani
2 Memiliki keinginan untuk bisa memahami dan menggali lebih banyak mengenai
informasi yang akan disampaikan
3 Mampu menganalisa materi yang akan disampaikan dengan sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang sesuai dengan scientific learning
D. Petunjuk Penggunaan
1. Prinsip – Prinsip Belajar
a. Berfokus pada peserta didik (student center learning)
b. Peningkatan kompetensi seimbang antara pengetahuan, keterampilan dan sikap
c. Kompetensi didukung empat pilar yaitu : inovatif, kreatif, efektif, dan produktif
2. Pembelajaran
a. Mengamati (melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak)
b. Menanya (mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai ke yang bersifat
hipotesis)
c. Mengeksplorasi / eksperimen (menentukan data yang diperlukan, menentukan
sumber data, mengumpulkan data)
d. Mengasosiasi (menganalisis data, menyimpulkan dari hasil analisis data)
e. Mengkomunikasikan (menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan,
tulisan diagram, bagan, gambar, atau media)
3. Penilaian/Asessmen
a. Penilaian dilakukan berbasis kompetensi
b. Penilaian tidak hanya mengukur kompetensi dasar tetapi juga kompetensi inti
dan standard kompetensi lulusan
c. Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat peserta didik sebagai instrument
utama penilaian kinerja peserta didik pada pembelajaran di sekolah dan industry
d. Penilaian dalam pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan dapat
dilakukan secara terpadu dengan proses pembelajaran
e. Aspek penilaian pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan meliputi
hasil belajar dan proses belajar peserta didik
f. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, observasi, tes
praktek, penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori, penilaian diri, dan
penilaian antar teman.
g. Pengumpulan data penilaian selama proses pembelajaran melalui observasi juga
penting untuk dilakukan
h. Data aspek afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat
diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman
E. Tujuan Akhir
Mata pelajaran teknik pendederan komoditas perikanan bertujuan untuk :
1 Menghayati hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya sebagai bentuk
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Allah, SWT yang
menciptakannya
2 Mengamalkan pengetahuan dan keterampilan pada pembelajaran teknik
pendederan komoditas perikanan sebagai amanat untuk kemaslahatan umat
manusia
3 Menghayati sikap cermat, teliti dan tanggung jawab sebagai hasil implementasi
dari pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan
4 Menghayati pentingnya kerjasama sebagai hasil implementasi dari pembelajaran
teknik pendederan komoditas perikanan
5 Menghayati pentingnya kepedulian terhadap kebersihan lingkungan
laboratorium / lahan praktek sebagai hasil implementasi dari pembelajaran
teknik pendederan komoditas perikanan
6 Menghayati pentingnya bersikap jujur, disiplin, serta bertanggung jawab sebagai
hasil dari implementasi pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan
7 Menjalankan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati – hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif,
dan peduli lingkungan) dalam aktifitas sehari – hari sebagai wujud implementasi
sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi dalam mata pelajaran teknik
pendederan komoditas perikanan
8 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktifitas sehari – hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan
F. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
A. Deskripsi
Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik prosedur persiapan wadah
pendederan komoditas perikanan diperlukan pengetahuan tentang prinsip – prinsip
wadah pendederan serta peralatan pendukung wadah pendederan.
Pada prosedur persiapan wadah pendederan ini akan dipelajari beberapa materi
antara lain :
1. Prosedur persiapan wadah pendederan komoditas perikanan
2. Prinsip – prinsip wadah pendederan komoditas perikanan sesuai
komoditas yang dibudidayakan
3. Persiapan wadah pendederan komoditas perikanan
4. Perhitungan peralatan pendukung wadah pendederan komoditas
perikanan
B. Kegiatan Belajar
1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :
2. Uraian Materi
Kolam adalah perairan terkendali, danau buatan, atau reservoir air yang
digunakan untuk memelihara sejumlah ikan untuk aktivitas budidaya ikan. Kolam
pemeliharaan benih adalah kolam yang digunakan untuk memelihara benih ikan sampai
ukuran siap jual (dapat berupa benih atau ukuran konsumsi). Kolam pemeliharaan
biasanya dapat dibedakan menjadi kolam pendederan dan kolam pembesaran ikan.
Wadah budidaya ikan selanjutnya adalah bak atau tanki yang dapat digunakan
untuk melakukan budidaya ikan. Bak atau tanki adalah suatu wadah budidaya ikan yang
sengaja dibuat oleh manusia yang berada di atas permukaan tanah yang dapat
menampung air dengan bahan baku yang digunakan untuk membuat bak tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Berdasarkan proses budidaya ikan, jenis bak
yang akan digunakan disesuaikan dengan skala produksi budidaya.
Persiapan peralatan
Persiapan peralatan meliputi :
a. Membuat daftar peralatan yang dibutuhkan
b. Membersihkan peralatan
c. Melakukan sanitasi
d. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kondisi peralatan
e. Memperbaiki kerusakan
f. Memasang/merangkai alat dan kelengkapan
g. Melakukan uji coba pengoperasian
Gambar 1. Blower, Pompa Air dan Generator
Formalin +
1. 8 % + (60-70%) Tinggi
Alkohol
2. Formalin 3-8 % Sedang tinggi
3. Yodium tinklor 0,6 – 70 % Sedang
4. Alkohol 70 – 90 % Sedang
5. Kaporit 4–5% Sedang
6. Fenol 0,5 – 3 % Rendah sedang
2. Jenis-jenis wadah
Wadah yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan pendederan antara
lain adalah kolam/tambak, bak beton, fiber glass, kolam air deras, akuarium dan
karamba jaring terapung.
Persiapan wadah
Wadah budidaya ikan yang akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya harus
disiapkan sesuai dengan kaidah-kaidah dalam melakukan kegiatan budidaya. Persiapan
wadah bertujuan untuk mengkondisikan wadah agar dapat digunakan secara maksimal
untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang optimal sehingga ikan dapat hidup dan
tumbuh dengan baik.
1) Kolam
Persiapan dasar kolam meliputi pengeringan dasar kolam, pengolahan dasar
kolam, pembuatan kamalir, pemupukan dan pengapuran serta pengisian air kolam.
a. Pengeringan dasar kolam
Pengeringan dan penjemuran dasar kolam dengan bantuan sinar matahari
bertujuan untuk mengoksidasi bahan lumpur yang terkandung dalam lumpur dasar
menjadi mineral (hara). Pengeringan dasar kolam bertujuan untuk membasmi hama dan
penyakit dan mengoksidasi gas beracun yang terdapat didasar kolam. Proses
pengeringan dilakukan selama 2-3 hari atau permukaan tanah sampai pecah-pecah.
Pengeringan dasar kolam sebagai tindakan higienis untuk membasmi hama dan
penyakit ikan dan untuk oksidasi serta mineraliasi lumpur sehingga menambah
kesuburan tanah dan meningkatkan suplai nutrien kedalam air kolam. Hal ini harus
dilakukan karena dasar kolam merupakan tempat berkumpulnya bahan organik baik
kotoran ikan, sisa pakan atau bahan organik lain yang dibawa oleh air kedalam kolam.
Bahan bahan organik tersebut mengendap dan terurai didasar kolam. Bahan organik
yang terurai akan menghasilkan posfat, sulfur, amoniak dan sebagainya. Bahan bahan
tersebut akan mempengaruhi kualitas air seperti peningkatan amonium, pH, penurunan
CO2, penurunan Oksigen dan sebagainya. Sehingga akan mempengaruhi proses
pemeliharaan dan survival rate benih ikan. Selain itu bakteri tumbuh dan berkembang
biak dengan baik pada perairan yang kaya dengan bahan organik. Sehingga pada
perairan yang kaya bahan organik, benih ikan memiliki besar peluang terserang
penyakit.
Secara umum, pengeringan kolam bertujuan untuk :
- Mengoksidasi bahan organik yang terkandung dalam lumpur dasar tersebut
menjadi mineral (hara).
- Menguapkan zat/bahan beracun pada tanah/lumpur yang dapat mengganggu
kehidupan ikan
- Memutus/membunuh siklus hidup organisme pengganggu yang terdapat pada
Lumpur/tanah
- Mempercepat proses dekomposisi oleh bakteri pengurai
Pengolahan dasar kolam dilakukan setelah atau sambil menunggu pengeringan
dasar kolam selesai dilakukan. Tujuan dari pengolahan dasar kolam agar tanah dasar
menjadi gembur sehingga memungkinkan aliran udara masuk ke sela-sela tanah,
sehingga proses oksidasi dapat berlangsung dengan baik. Pengolahan juga berguna
untuk membunuh organisme pathogen yang masih tertinggal di lapisan tanah.
Pengolahan bisa dilakukan dengan menggunakan cangkul, bajak, dan mesin
traktor. Untuk mengurangi kandungan bahan organik di dasar kolam, lapisan tanah
dasar kolam dicangkul sedalam 5 – 10 cm dan lumpur diangkat kemudian dipindahkan
ke pematang atau tempat lain di luar kolam.
Pengolahan dasar kolam bertujuan untuk mengoksidasi gas beracun,
memperbaiki dasar kolam dan mengurangi bahan organik didasar kolam. Pengolahan
dasar kolam meliputi mencangkul dasar kolam, membuang lumpur dan bahan organik
dan meratakan dasar kolam. Pemerataan dasar kolam penting dilakukan di kolam
pendederan benih agar pada saat panen benih ikan tidak tertinggal di antara lekukan
dasar kolam.
Gambar 2. Siklus Nitrogen Salah Satu Sumber Gas Beracun di Dasar Kolam
Kamalir
b. Pengangkatan Lumpur
Untuk mengurangi kandungan bahan lumpur di dasar kolam, lapisan tanah dasar
kolam dicangkul sedalam 5 – 10 cm dan lumpur diangkat kemudian dipindahkan ke
pematang atau tempat lain di luar kolam. Pengangkatan lumpur juga berguna untuk
mempertahankan kedalaman kolam.
c. Perbaikan pematang dan pintu air
Perbaikan pematang dan pintu air bertujuan untuk mengembalikan fungsi
komponen tersebut yang mengalami kerusakan atau tidak berfungsi secara optimal
setelah digunakan untuk proses produksi siklus terdahulu.
d. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah serta membunuh bakteri
patogen dan organisme hama. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian (CaCO3),
kapur tohor (CaOH2) dan dolomite. Dosis yang digunakan tergantung pada kondisi pH
tanah. Semakin rendah pH tanah maka kebutuhan kapur untuk pengapuran semakin
banyak. Kapur disebar merata dipermukaan tanah dasar kolam dan dibiarkan selama
beberapa hari. Kapur yang akan ditebar dengan dosis 0,1 kg/m2. Kapur ditebar merata
didasar kolam. Hickling ( 1962 ) melaporkan penggunaan 2200 kg/kg batu kapur
meningkatkan produksi kolam dari 243 sampai 385 kg/ha.
Pengapuran merupakan salah satu kegiatan dari sanitasi wadah dengan
memberikan kapur ke kolam/wadah pendederan ikan. Adapun tujuan dari pengapuran
adalah :
a. Meningkatkan pH air dan tanah dasar perairan hingga sesuai dengan persyaratan
yang dikehendaki ikan yang dibudidayakan, misalnya pH harus menjadi 7 – 8
b. Meningkatkan alkalinitas air sehingga produktivitas kolam menjadi tinggi
c. Meningkatkan penyediaan mineral di dalam dasar kolam sehingga pertumbuhan
pakan alami (fitoplankton) menjadi lebih baik. Dengan mengubah atau
meningkatkan pH menjadi netral atau sedikit basa (alkalis), maka kompleks humus
tanah dasar perairan menjadi lebih lancar melepaskan mineral-mineral yang
dikandungnya
d. Memberantas hama dan penyakit ikan, yaitu sebagai desinfektan.
Jenis-jenis kapur yang digunakan dalam budidaya ikan ada beberapa macam
yakni kapur pertanian (CaCO3), kapur tohor atau kapur mati (Ca(OH)2), kapur bakar
(CaO) dan Kalsium sianida (CaCN2). Jumlah kapur yang diberikan pada setiap kolam
akan berbeda-beda tergantung dari tingkat pH dan jenis tanah dasar perairan. Kolam
atau perairan yang mempunyai pH sangat rendah, untuk meningkatkan pH menjadi
netral atau alkalis, akan diperlukan kapur yang lebih banyak. Disamping itu, jenis tanah
dasar kolam juga termasuk faktor yang mempengaruhi dalam penentuan jumlah kapur
yang akan diberikan.
Kapasitas penetralan berbagai jenis kapur tersebut juga berbeda beda. Sebagai
contoh, perbandingan kapasitas penetralan dari satu kilogram kapur pertanian (CaCO 3)
dengan berbagai macam kapur adalah sebagai berikut :
0,7 kg kapur celup (Ca (OH)2)
0,55 kg kaput tohor (CaO)
2,25 kg kapur basa (CaCO3 + P2O5)
Semakin besar partikel (butir-butir) kapur, semakin berkurang efisiensinya.
Oleh karena itu, sebelum digunakan kapur terlebih dahulu dihancurkan sebelum
digunakan. Seperti telah dijelaskan bahwa pengapuran akan menimbulkan pengaruh
yang menguntungkan bagi budidaya ikan. Keuntungan akan dapat tercapai bila keadaan
kolam pada waktu itu membutuhkan kapur. Hickling ( 1962 ) melaporkan penggunaan
2200 kg/kg batu kapur meningkatkan produksi kolam dari 243 sampai 385 kg/ha
Sedang apabila keadaan kolam sudah cukup mengandung kapur, maka tindakan
pengapuran tersebut tidak akan berdaya guna.
Pengaruh pengapuran akan sangat kecil bila keadaan kolam sudah cukup
mengandung kapur, bahkan akan berbahaya bagi air yang sangat kaya akan unsur
kalsium. Hal ini karena bentuk fosfor akan diendapkan sebagai kalsium fosfat pada
dasar kolam. Pengapuran kolam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Pengapuran dasar kolam yang sedang dikeringkan
2. Pengapuran pada air kolam, yang dilakukan pada saat kolam masih berisi air
atau pada waktu pemeliharaan. Jadi, didalam kolam masih terdapat ikan.
3. Pengapuran pada aliran air yang akan masuk kedalam kompleks perkolaman.
Pada umumnya cara cara pengapuran tesebut diterapkan semuanya. Tetapi
apabila berhubungan dengan pengolahan dasar kolam, pengapuran dilakukan pada saat
kolam sedang dikeringkan. Berhasil atau tidaknya pengapuran pada saat tersebut
tergantung pada bagaimana kapur tersebut menyatu dengan tanah.
Pengapuran pada tanah dasar kolam, baik cara maupun jumlah kapur yang
dibutuhkan akan berbeda-beda antara satu kolam dan kolam yang lainnya. Kolam yang
baru digali harus diberikan perlakuan atau cara pengapuran yang berbeda dengan kolam
yang sudah pernah dikapur sebelumnya.
Pada kolam-kolam yang baru dibangun, pengapuran dengan menggunakan kapur
pertanian, memerlukan kapur sebanyak 20 – 150 kg per are (100 m2) atau 0,2 – 1,5 kg
permeter persegi. Adapun caranya adalah kapur diaduk dengan tanah dasar kolam
sedalam kurang lebih 5 cm. Kemudian air dimasukkan ke dalam kolam sampai
mencapai kedalaman 30 cm. Biasanya setelah satu minggu, pH air kolam akan
mencapai tingkat yang diinginkan yaitu 6,5 – 8,0
Pada kolam-kolam yang sudah pernah digunakan, perlu diperlukan kapur tohor
(quick lime) sebanyak kira kira 100-150 kg/ha. Adapun caranya adalah dengan
menaburkan kapur tohor pada dasar kolam yang masih lembab, dan biarkan selama 7-14
hari. Hal ini bertujuan untuk memberantas bibit penyakit, organisme parasit, dan
binatang invertebrata yang buas. Kemudian kolam diisi air kembali sampai mencapai
kedalaman kira kira 30 cm. Setelah itu pH air dapat disesuaikan menurut keperluan
dengan menambahkan kapur pertanian bila perlu.
e. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan hara bagi kebutuhan
fitoplankton untuk melakukan fotosintesis. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk
organik (kotoran ayam dan ternak lainnya, kompos) atau anorganik (urea, TSP, NPK,
KCl). Kolam yang akan digunakan untuk pembesaran benih ikan sebaiknya tersedia
pakan alami dan memiliki kualitas air yang baik. Pakan alami tersebut sangat baik bagi
benih ikan baik komposisi nutrisi, ukuran dan variasi pakan alami. Pemupukan
dilakukan menggunakan pupuk kandang seperti kotoran sapi, ayam, kompos dan
sebagainya. Pemupukan dilakukan dengan dosis 0,3 kg/m2. Pupuk dapat disebar
merata didasar kolam atau di tumpukkan pada salah sudut kolam. Pemupukan susulan
dilakukan setiap 3 minggu selama kegiatan pemeliharaan benih ikan.
Pada saat pupuk kandang masuk ke dalam kolam langsung terjadi proses alami
berupa pembusukan dan penguraian oleh bakteri. Sebagian hasil proses penguraian
tersebut di manfaatkan oleh phytoplanton dan zooplanton. Batterson ( 1988)
mengatakan pemupukan pada kolam ikan nila menunjukkan bahwa hasil panen dapat
meningkatkan produksi secara linier dengan bertambahnya pemupukan dengan pupuk
kotoran ayam kering 12,5 gr/m, 25 gr/m, 50 gr/m dan 100 gr/m dari 900 kg/ha/5 bulan
menjadi 2300 kg/ ha/5 bulan.
e. Pengisian air
Segera setelah pemupukan kolam dialiri dengan air. Pengairan dilakukan hingga
ketinggian air mencapai 30 – 40 cm. Setelah ketinggian tersebut, pipa pemasukan air di
tutup dan air dibiarkan tergenang selama 3 – 7 hari. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemupukan. Sebelum dilakukan pengisian air,
tersebih dahulu dilakukan penutupan pipa pengurasan air. Selain itu dilakukan
pemasangan saringan pada pipa pelimpasan.
2) Bak
Wadah budidaya ikan yang lainnya adalah bak tembok atau bak beton, bak yang
akan digunakan untuk budidaya ikan harus dilakukan persiapan wadah sebelum
dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya. Persiapan wadah bertujuan untuk
mengkondisikan wadah agar dapat digunakan secara efesien dan memenuhi persyaratan
lingkungan yang optimal, sehingga ikan dapat hidup dengan laju pertumbuhan yang
optimum. Persiapan bak budidaya ikan meliputi:
1. Sanitasi wadah
- Prinsip Prinsip Sanitasi Wadah Pendederan Ikan
Sanitasi wadah pendederan ikan merupakan usaha menjadikan wadah
pendederan ikan menjadi bersih bebas dari kotoran dan bahan berbahaya lainnya.
Bahan berbahaya dapat berbentuk terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen
kimia atau biologis dari penyakit. Sanitasi wadah pendederan ikan memiliki prinsip
yaitu bersih secara fisik, bersih secara kimiawi, dan bersih secara mikrobiologi.
Kolam atau bak yang akan digunakan untuk pendederan benih ikan harus bebas
dari kotoran dan hama serta penyakit. Umumnya bibit penyakit akan berkembang pada
perairan yang mengandung banyak bahan organik (kotoran). Persiapan bak pemijahan
meliputi mengeringkan, membersihkan bak dan sanitasi. Pengeringan bak pemijahan
dilakukan selama 1 – 2 hari untuk membasmi bibit penyakit. Membersihkan bak
dilakukan dengan mengeluarkan kotoran berupa sisa makanan dan kotoran ikan yang
ada pada bak. Sanitasi dilakukan dengan membasmi bibit hama dan penyakit yang
terdapat di bak. Sanitasi dilakukan dapat menggunakan formalin, kalium permanganat,
methalyn blue, bio security dan sebagainya.
- Teknik dan Sanitasi Wadah Pendederan Ikan
Sanitasi wadah penting di lakukan sebelum kegiatan pendederan ikan di mulai.
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah ikan bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan ikan.
Wadah yang akan digunakan untuk budidaya ikan sebelum digunakan
dibersihkan dari kotoran yang menempel, agar tidak terdapat sisa-sisa kotoran yang
dapat menyebabkan pembawa penyakit. Wadah pendederan ikan terdiri dari bak /
fiberglass / akuarium dan kolam.
Bak yang akan digunakan untuk pendederan benih ikan harus bebas dari kotoran
dan hama serta penyakit. Umumnya bibit penyakit akan berkembang pada perairan yang
mengandung banyak bahan organik (kotoran). Persiapan bak pemijahan meliputi
mengeringkan, membersihkan bak dan sanitasi.
Proses sanitasi bak dilakukan adalah dengan membersihkan seluruh permukaan
dan dinding bak. Membersihkan bak dilakukan dengan mengeluarkan kotoran berupa
sisa makanan dan kotoran ikan yang ada pada bak. Sanitasi dilakukan dengan
membasmi bibit hama dan penyakit yang terdapat di bak. Sanitasi dilakukan dapat
menggunakan formalin, kalium permanganat, methalyn blue, bio security, detergent,
dan sebagainya. Sanitasi wadah dapat dilakukan menggunakan Chlorin 200 ppm,
Malachite green 100 ppm, Formalin 25 ppm dan alkohol 70%.
Bahan sanitasi tersebut diberikan ke seluruh dasar dan dinding bak. Setelah itu,
dilakukan pembilasan wadah dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan sisa
deterjen atau bahan lain yang menempel dan menghilangkan bau dari bahan tersebut.
Penggunaan detergen mempunyai beberapa keuntungan karena detergen dapat melunakkan
lemak, mengemulsi lemak, melarutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin.
Detergen yang digunakan untuk mencuci alat/wadah dan alat pengolahan tidak boleh bersifat
korosif dan mudah dicuci dari permukaan. Proses sanitasi ini dilanjutkan dengan
pengeringan wadah selama 2 – 3 hari. Pengeringan atau penjemuran ini dilakukan untuk
menguapkan air sisa pembilasan, sehingga wadah benar-benar kering dan tidak berbau
bahan sanitasi. Melalui pengeringan atau penjemuran wadah tersebut, dapat mematikan
siklus hidup penyakit yang masih menempel atau tersisa. Setelah dilakukan sanitasi
wadah di isi dengan air untuk memeriksa kebocoran bak.
Untuk mencegah serangan jamur, terutama pada bak penetasan biasanya
digunakan Methylen Blue. Jamur biasanya akan menyerang telur-telur ikan terutama
bila temperatur air terlalu rendah. Methylen Blue juga dapat digunakan untuk mencegah
serangan jamur pada induk maupun anak-anak ikan yang dipelihara. Benih penyakit
atau parasit dapat masuk ke kolam karena terbawa air, tumbuhan air atau benda maupun
binatang lain yang sengaja dimasukkan sebagai hiasan. Selain itu, benih penyakit atau
parasit dapat pula terbawa oleh binatang jasad renik makanan ikan, seperti jentik
nyamuk (cuk), kutu air (cladocera, daphnia), cacing sutera.
Sanitasi wadah dimaksudkan agar wadah terbebas dari kehidupan bakteri, jamur
dan virus sehingga komoditas yang dipelihara tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Prinsip sanitasi wadah adalah :
a. Mengambat tumbuh dan berkembang bakteri, jamur dan virus
b. Membunuh bakteri, jamur dan virus, calon pengganggu komoditas yang dipelihara
Untuk lingkungan perairan sangat perlu dijaga kebersihanya, kebersihan dari
kotoran tidak hanya kotoran dari sampah melainkan kotoran yang tidak kelihatan
sekalipun perlu dijaga seperti bakteri, jamur dan virus, dengan cara paling tidak sebelum
masuk ke lokasi pendederan ikan baik indoor maupun outdoor terlebih dahulu sepatu
harus bebas dari penyakit. Hal ini bisa dilakukan dengan merendam atau melewati
wadah yang telah diberi methylin blue (MB), agar sepatu bebas dari parasit dan jamur.
2. Perbaikan wadah
Sebelum wadah digunakan dilakukan pemeriksaan apakah bak tersebut siap
digunakan untuk budidaya ikan atau tidak. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui
apakah bak yang akan digunakan mengalami kerusakan baik karena kebocoran dasar
dan dinding bak maupun karena adanya kebocoran pada pipa pengeluaran dan
pemasukan. Apabila terdapat kerusakan, harus diperbaiki dahulu sebelum digunakan.
Bahan untuk memperbaiki kebocoran bak dapat berupa resin serat kaca untuk bak yang
terbuat dari serat fiber, semen atau lem khusus untuk beton untuk bak yang terbuat dari
beton, bila bak yang akan digunakan terbuat dari plastik maka dapat digunakan selotip
tahan air untuk menutupi kebocoran wadah budidaya. Setelah kerusakan diperbaiki
maka bak harus dibiarkan beberapa hari agar bahan tersebut telah kering dan tidak
membahayakan ikan yang akan dibudidayakan.
3. Perbaikan Instalasi udara
Pada wadah budidaya ikan yang menggunakan bak biasanya menggunakan alat
bantu untuk meningkatkan kelarutan oksigen didalam wadah budidaya dengan
menggunakan aerator ataupun blower. Oleh karena itu harus dilakukan pemeriksaan
terhadap peralatan tersebut. Instalasi udara terdiri dari pompa udara, penyaring udara,
pipa penyalur, batu aerasi dan alat pengatur banyaknya aliran udara (kran).
Peralatan ini sering mengalami kebocoran pada pipa dan penyumbatan pada batu
aerasi. Ganti atau perbaiki peralatan yang rusak dan tidak berfungsi lagi. Pompa udara
merupakan alat yang paling penting pada proses budidaya ikan di bak karena banyaknya
pengudaraan pada air media tergantung dari kekuatan pompa yang ada. Oleh karena itu
pompa yang yang telah lemah harus segera diperbaiki, karena dapat berakibat fatal bagi
ikan bila terhentinya aliran udara dalam waktu lama.
4. Perbaikan Instalasi Air
Pada budidaya ikan menggunakan wadah bak biasanya tidak mempunyai pipa
pemasukan air seperti dikolam, pada bak pintu pemasukkan air merupakan kran air yang
dimasukkan kedalam bak budidaya. Sumber air yang digunkan dapat berasal dari mata
air atau dari sumur yang dipompakan ke bak-bak melalui pipa pengaturan. Kebocoran
sering terjadi pada pipa penyaluran dan kran pengatur aliran. Air harus tetap tersedia
karena untuk keperluan pergantian air pada media pemeliharaan ikan. Sedangkan pintu
pengeluarannya berupa pipa yang terbuat dari pipa PVC dalam bentuk L atau lurus.
Pintu pengeluaran air ini harus diperiksa apakah terjadi penyumbatan pada saluran
pembuangannya.
Pompa Air
Pompa air berfungsi memasukkan air dari sumbernya ke bak / kolam pendederan
ikan. Pompa air juga digunakan untuk resirkulasi air.
Instalasi Udara
Instalasi udara berfungsi untuk membagi udara dari blower/aerator ke bak/
kolam pendederan ikan. Pembagian udara di mulai dari blower/aerator yang
dihubungkan dengan pipa. Pipa udara tersebut di pasang dari bak / kolam ke bak /
kolam lainnya. Pipa disambung selang aerasi, dimana selang aerasi yang dilengkapi
batu aerasi masuk kedalam air bak / kolam.
B
C
A
Seser
Bentuknya bisa persegi atau bulat.Seser/serokan ini terbuat dari bahan nilon atau
polyetheline yang dilengkapi dengan tangkai dan kerangka dari kawat besar atau kayu.
Ukuran seser/serokan ini disesuaikan dengan peruntukannya (larva,benih, atau ikan
konsumsi). Fungsi seser adalah untuk menangkap benih ikan.
Gambar 8. Seser/serokan
Hapa
Hapa/waring/jarring.fungsinya untuk menampung/memelihara ikan.Bentuk nya
empat persegi yang terbuat dari bahan polyethiline.Ukuran disesuaikan dengan
kebutuan
Tabung Oksigen
Tabung oksigen, fungsinya untuk menambah suplai oksigen pada benih/ikan
yang dikemas dalam kantong plastik.
b) Penggantian Air
Penggantian air merupakan salah satu penanganan media pendederan ikan agar
lebih baik. Penggantian air bak / kolam dapat dilakukan melalui selang sifon atau
melalui pipa pengeluaran air. Penggantian air melalui selang sifon dapat dilakukan
dengan memasang saringan di ujung selang. Tujuan pemasangan saringan tersebut agar
ikan tidak ikut keluar melalui selang. Penggantian air melalui selang dapat juga
dilakukan dengan memasang seser diatas sterefoam dimana sterefoam tersebut
diletakkan diatas air bak. Selang sifon dimasukkan kedalam seser selanjutnya ujung
selang yang lain di hisap agar air keluar.
Jumlah air yang dikeluarkan dari bak pendederan ikan tergantung ukuran ikan.
Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh dan kecepatan beradaptasi benih ikan
terhadap air yang baru pengganti air yang dikeluarkan. Jika ikan dalam bak berukuran
larva maka jumlah air yang dikeluarkan sebanyak 1/3 – ½ total air bak. Jika ikan yang
ada dalam bak benih berukuran > 2 cm penggantian air dapat dilakukan sebanyak ½ -
2/3 total air dalam bak. Selanjutnya air bersih ditambahkan sebanyak air yang
dikeluarkan.
Penggantian air tersebut bertujuan memperbaiki kualitas air yang terdapat di bak
/ kolam. Penggantian air dapat dilakukan secara periode pada saat kualitas air bak .
kolam telah menurun. Penambahan air kedalam bak dilakukan hati hati agar larva /
benih ikan tidak teraduk oleh gerakan air. Cara penambahan air adalah dengan
menempatkan ujung selang pada salah satu dinding bak pendederan ikan sehingga
tekanan air tidak deras dan menyebar keseluruh bak.
Penggantian air dapat juga dilakukan dengan mengalirkan air kedalam bak /
kolam secara terus menerus. Penggantian air dengan cara ini dilakukan jika ikan dalam
bak / kolam telah berukuran > 2 cm. Jika ikan dalam bak masih berukuran larva
sebaiknya jangan mengalirkan air teru menerus. Debit air yang di masukkan kedalam
bak / kolam sebesar 0,5 – 1 liter/ menit. Selama mengalirkan air pipa pengeluaran air
di pasangan saringan agar ikan tidak keluar bak / kolam.
Gambar 13. Penggantian Air Bak Kolam
c) Pemasangan Aerasi
Pemasangan aerasi bertujuan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut
dalam air pendederan ikan. Udara yang dihembuskan oleh blower / aerator melalui
selang masuk kedalam air selanjutnya oksigen yang terdapat dalam udara direduksi
olehair. Sehingga oksigen menyatu dengan air selanjutnya di gunakan oleh ikan dan
planton yang terdapat di dalam air.
Jumlah titik pemasangan aerasi dalam bak tergantung luas bak dan padat
penebaran benih ikan. Jika padat penebaran ikan dalam bak tinggi sebaiknya dipasang
aerasi sebanyak 2-3 titik sehingga kebutuhan oksigen terlarut dalam media pendederan
ikan dapat tercukupi. Pemasangan aerasi sebaiknya menggunakan batu aerasi sehingga
gelembung udara lebih kecil. Gelembung udara yang lebih kecil akan dapat
meningkatkan daya reduksi air terhadap oksigen lebih tinggi. Selain itu, jika gelembung
air kecil, larva/ benih ikan tidak tertekan / terlempar oleh gelembung udara dalam air.
1 Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?
2 Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?
A. Deskripsi
Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik prosedur persiapan media
pendederan komoditas perikanan diperlukan pengetahuan tentang prinsip – prinsip
media pendederan, persyaratan optimal media pendederan serta teknik pengelolaan
media pendederan.
Pada prosedur persiapan wadah pendederan ini akan dipelajari beberapa materi
antara lain :
1. Prosedur persiapan media pendederan komoditas perikanan
2. Prinsip – prinsip media pendederan komoditas perikanan sesuai
komoditas yang dibudidayakan
3. Persyaratan optimal media pendederan sesuai komoditas yang
dibudidayakan
4. Teknik pengelolaan media pendederan
B. Kegiatan Belajar
1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :
2. Uraian Materi
Indikator pencapaian kompetensi dari materi prosedur persiapan media
pendederan adalah mampu menjelaskan prosedur persiapan media pendederan,
memahami prinsip – prinsip media pendederan, dan persyaratan optimal media
pendederan serta teknik pengelolaan media pendederan pada kolam dan bak :
1. Media Pendederan Ikan
Media pendederan ikan merupakan tempat hidup bagi ikan untuk tumbuh dan
berkembang yaitu air. Air juga sebagai media tumbuh biota air lainnya merupakan
pendukung sangat penting bagi pendederan ikan misalnya pakan alami, dekomposer dan
bakteri lainnya. Pakan alami sebagai makanan bagi benih ikan dapat tumbuh dengan
baik jika perairan subur dan memiliki parameter kualitas air dapat mendukung
kehidupan biota air.
Air yang dapat digunakan sebagai media pendederan ikan harus mempunyai
standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup ikan. Setiap
perairan memiliki kualitas air yang berbeda, bahkan beberapa kolam yang berada di satu
lokasi memiliki kualitas air yang berbeda. Pada waktu tertentu kualitas air dapat
berbeda antara pagi, siang dan malam hari pada wadah/kolam/bak yang sama.
Media pendederan ikan adalah air dan struktur komunitas yang ada didalamnya.
Air yang dapat digunakan sebagai media hidup ikan harus diukur dan dianalisa agar
ikan dan organisme air lainnya dapat tumbuh dengan baik. Keberadaan planton pada
wadah/ kolam / bak merupakan indikator kualitas air yang paling mudah di amati pada
kolam. Perairan yang subur dan baik akan banyak tumbuh planton, sebaliknya perairan
yang tercemar maka planton tidak akan tumbuh. Hal ini dikarenakan organisme ini
merupakan produsen primer sebagai pendukung kesuburan perairan. Oleh karena itu,
kondisi perairan/air harus mampu menyiapkan kondisi yang baik, terutama untuk
tumbuhan tingkat rendah (Fitoplankton) dalam proses asimilasi sebagai sumber
makanan hewan terutama ikan.
Kualitas air media pendederan ikan memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan kualitas dan kuantitas produksi benih. Kualitas air pada perairan alami
memiliki peranan yang berbeda dibanding perairan budidaya. Pada perairan alami,
kualitas air mempengaruhi seluruh komunitas perairan seperti bakteri, tanaman air,
ikan, zooplanton lainnya. Demikian juga setiap bagian siklus hidup masing masing
individu dalam komunitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan
struktur komunitas dalam perairan tersebut.
Pada budidaya secara intensif, air bertindak sebagai sarana bagi transport
oksigen dan hasil buangan ( kotoran) yang berasal dari ikan dan dampak kualitas air
tersebut dapat diterima dan tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ikan, penetasan telur dan sebagainya. Oleh karena itu hasil analisa kualitas air pada
media pendederan ikan ditujukan untuk proses pengembangbiakan dan pertumbuhan
benih ikan.
Media pendederan ikan khususnya kualitas air sangat pengaruh terhadap
keberhasilan pemijahan induk, penetasan telur, perawatan larva dan pendederan benih.
Persiapan media pendederan khususnya kualitas air harus di sediakan sesuai kebutuhan
ikan. Air yang akan digunakan untuk pendederan ikan ikan baik pemijahan induk,
penetasan telur, perawatan larva dan pendederan benih ikan disiapkan 1-2 dua hari
sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Selama persiapan air tersebut dipasang aerasi
agar oksigen terlarut, pH dan amoniak dapat sesuai dengan kebutuhan ikan.
Secara umum air sebagai lingkungan hidup mempunyai sifat fisika, sifat kimia
dan sifat biologi. Agar dapat melakukan pengelolaan kualitas air dalam budi daya ikan
maka harus dipahami ketiga parameter kualitas air yang sangat menentukan
keberhasilan suatu budi daya ikan.
2) Serangga air
Umumnya serangga bersifat pemangsa bagi hewan air yang lebih kecil termasuk
larva ikan, detritus dan alga. Jenis serangga air diantaranya kepik air (Hydrophilus),
capung/kumbang air (hepa sp), kalajengking air dan Backswimsmer.
Serangga air umumnya hidup diperairan tawar sehingga dalam kegiatan pendederan
ikan keberadaan serangga ini perlu untuk dicegah karena menjadi pemangsa bagi larva
ikan.
3) Benthos
Benthos merupakan organisme yang hidup baik di lapisan atas dasar perairan
(Epifauna) maupun di dalam dasar perairan (Infauna) dan dapat menjadi pakan alami
bagi ikan atau sebaliknya apabila dalam jumlah banyak menjadi penyaing atau predator
bagi ikan. Secara ekologi bentos yang berperan penting di perairan adalah zoobentos.
Berdasarkan ukurannya zoobenthos digolongkan atas empat jenis yaitu
Megalobenthos ukuran > 4,7 mm, Makrobentos ukuran antara 4,7 mm – 1,4 mm,
Meiobenthos ukuran antara 1,3 – 0,59 mm dan Mikrobenthos ukuran antara 0,5 mm –
0,15 mm.
Gambar 18. Bentos dalam kolam / bak pendederan ikan
Media pendederan ikan adalah air dan struktur komunitas yang ada didalamnya.
Kualitas air media pendederan ikan memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan kualitas dan kuantitas produksi benih. Kualitas air pada perairan alami
memiliki peranan yang berbeda dibanding perairan budidaya. Pada perairan alami,
kualitas air mempengaruhi seluruh komunitas perairan seperti bakteri, tanaman air,
ikan, zooplanton lainnya. Demikian juga setiap bagian siklus hidup masing masing
individu dalam komunitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan
struktur komunitas dalam perairan tersebut.
Persiapan media meliputi kuantitas dan kualitas air yang harus memenuhi
persyaratan teknis antara lain :
1. Kuantitas air harus cukup.
2. Air harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan biologi.
3. Bebas dari pestisida, minyak dan deterjen serta logam berat.
4. Bebas gulma, hewan pemangsa atau pengganggu dan jasad patogen.
5. Kisaran suhu air 25º - 30º C
6. pH 6,7 – 8,6
7. Oksigen terlarut 5 - 6 ppm
8. Karbondioksida maksimum 25 ppm
9. Salinitas 0 – 4 ‰
10. Alkalinitas 50 – 500 ppm
11. Pestisida maksimum 0,01 ppm
Ikan sebagai salah satu jenis organisme yang hidup pada suatu perairan, jika
manusia melakukan kegiatan budidaya yaitu memproduksi organisme tersebut dalam
suatu lingkungan perairan yang terbatas dan terkontrol dengan baik maka manusia harus
memahami tentang lingkungan perairan dimana ikan tersebut dapat tumbuh dan
berkembangbiak seperti di habitat aslinya. Lingkungan perairan tempat ikan yang
dibudidayakan tumbuh dan berkembang biasa disebut dengan media. Media yang dapat
dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan ada beberapa persyaratan-
persyaratan agar ikan dapat tumbuh dan berkembangbiak pada wadah yang terbatas
tersebut. Sumber air yang dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya ikan antara lain
adalah air tanah, air sungai atau air pam. Berdasarkan asalnya sumber air yang dapat
digunakan untuk kegiatan budidaya ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu air
permukaan dan air tanah. Air permukaan yaitu air hujan yang mengalami
limpasan/berakumulasi sementara ditempat-tempat rendah misalnya : air sungai, waduk,
danau dan rawa. Selain itu air permukaan dapat juga didefenisikan sebagai air yang
berada disungai, danau, waduk, rawa dan badan air lainnya yang tidak mengalami
infiltrasi kedalam. Sumber air permukaan tersebut sudah banyak dipergunakan untuk
kegiatan budidaya ikan. Sedangkan air tanah yaitu air hujan yang mengendap atau air
yang berada dibawah permukaan tanah. Air tanah yang saat ini digunakan untuk
kegiatan budidaya dapat diperoleh melalui cara pengeboran air tanah dengan kedalaman
tertentu sampai diperoleh titik sumber air yang akan keluar dan dapat dipergunakan
untuk kegiatan budidaya. Beberapa parameter yang menjadi acuan dalam melakukan
pengelolaan kualitas air baik aspek fisik. Kimia dan biologi pada usaha pembesaran
ikan dapat dilihat pada Tabel 3.
Aspek Kimia
1. Oksigen terlarut 5 – 6 ppm DO meter/Metode Winkler
2. Karbondioksida Max 25 ppm CO meter/Metode Titrasi
3. pH 6,5 – 8 pH meter/Kertas Lakmus
4. Alkalinitas 50 – 500 ppm CaCO3
5. Kesadahan 3 – 15 dH dH meter
6. Ammonia < 1,5 ppm Spektrofotometer
7. H2S < 0,1 ppm Spektrofotometer
8. Nitrit < 0,2 ppm Spektrofotometer
9. Nitrat 0 – 1,5 ppm Spektrofotometer
10. Phosphat < 0,02 ppm Spektrofotometer
Pada budidaya secara intensif, air bertindak sebagai sarana bagi transport
oksigen dan hasil buangan ( kotoran) yang berasal dari ikan dan dampak kualitas air
tersebut dapat diterima dan tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ikan, penetasan telur dan sebagainya. Oleh karena itu hasil analisa kualitas air pada
media pendederan ikan ditujukan untuk proses pengembangbiakan dan pertumbuhan
benih ikan.
Media pendederan ikan khususnya kualitas air sangat pengaruh terhadap
keberhasilan pemijahan induk, penetasan telur, perawatan larva dan pendederan benih.
Persiapan media pendederan khususnya kualitas air harus di sediakan sesuai kebutuhan
ikan. Air yang akan digunakan untuk budidaya ikan ikan baik pemijahan induk,
penetasan telur, perawatan larva, pendederan maupun untuk pembesaran ikan disiapkan
1-2 dua hari sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Selama persiapan air tersebut
dipasang aerasi agar oksigen terlarut, pH dan amoniak dapat sesuai dengan kebutuhan
ikan.
1 Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?
2 Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?
A. Deskripsi
Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik analisa kualitas benh pada
pendederan komoditas perikanan diperlukan pengetahuan tentang ciri – ciri benih yang
baik, teknik seleksi benih ikan, perhitungan daya dukung kolam, perhitungan padat
tebar / kebutuhan benih, teknik penebaran benih, teknik sampling benih ikan, teknik
grading benih ikan, perhitungan populasi, dan pengangkutan benih ikan.
B. Kegiatan Belajar
1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :
Menganalisis kualitas benih sesuai dengan kriteria benih yang baik pada
pendederan komoditas perikanan
Menjelaskan teknik seleksi benih ikan
Menentukan perhitungan padat penebaran
Menentukan teknik penebaran benih ikan
Menerapkan prosedur aklimatisasi pada kegiatan penebaran benih
Menerangkan teknik sampling benih ikan
Menerangkan teknik grading benih ikan
Menjelaskan perbedaan sortasi dan grading komoditas perikanan
Menjelaskan tentang pengangkutan benih ikan
2. Uraian Materi
Indikator pencapaian kompetensi dari materi analisa kualitas benih pada
pendederan komoditas perikanan adalah mampu menjelaskan ciri ciri benih yang baik,
teknik seleksi benih ikan, dan pengangkutan benih ikan serta teknik grading dan sortasi
benih :
1. Ciri – Ciri Benih Ikan
Penebaran benih bertujuan untuk menempatkan ikan dalam wadah kultur dengan
padat penebaran tertentu. Benih ikan dapat berasal dari produksi pendederan atau hasil
tangkapan dari alam. Penebaran benih merupakan proses awal kegiatan pendederan
ataupun pembesaran ikan. Dengan jumlah padat tebar yang sesuai dan benih yang baik
dan sehat, maka diharapkan akan mendapatkan hasil panen yang maksimal.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam melakukan penebaran benih ikan antara lain :
1. Menyeleksi benih sesuai dengan ciri-ciri benih yang baik dan sehat.
2. Menghitung padat penebaran benih.
3. Menebar benih sesuai prosedur
Agar dapat memperoleh pertumbuhan yang optimal selama pemeliharaan benih
ikan maka benih ikan yang akan ditebar harus dilakukan proses seleksi. Tahap awal
untuk melakukan seleksi ikan adalah dapat mengidentifikasikan ciri-ciri benih ikan yang
baik. Adapun ciri-ciri benih ikan yang baik antara lain adalah :
a. Organ tubuh lengkap
b. Berukuran seragam
c. Respon terhadap gangguan
d. Posisi tubuh di dalam air normal
e. Menghadap dan melawan arus ketika diberi arus
f. Berwarna cerah
g. Tidak membawa penyakit
Setelah memahami tentang ciri-ciri benih yang baik langkah selanjutnya adalah
melakukan proses seleksi benih ikan yang akan ditebar. Seleksi terhadap benih ikan ini
bertujuan agar pertumbuhan ikan pada pendederan dapat berlangsung secara maksimal.
Seleksi dilakukan berdasarkan keseragaman ukuran tubuh, kesehatan ikan, spesies
defenitif dan tidak bercampur dengan spesies lain.
3. Aklimatisasi
Benih ikan yang sudah dihitung padat penebarannya selanjutnya dilakukan
penebaran benih. Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari
pada saat suhu air stabil tidak tinggi, agar ikan tidak stress. Selain itu pada saat
penebaran dilakukan proses aklimasi dan atau aklimatisasi terlebih dahulu.
Aklimatisasi adalah proses penyesuaian biota air terhadap satu parameter
kualitas air di perairan tempat budidaya. Sedangkan aklimatisasi adalah penyesuaian
biota air terhadap faktor-faktor kualitas air pada lingkungan barunya seperti suhu, pH,
alkalinitas, dan sebagainya. Mengapa benih ikan yang akan ditebar harus
diaklimatisasi? Hal tersebut karena ikan adalah binatang berdarah dingin (Poikiloterm)
dimana suhu tubuhnya sama dengan suhu lingkungannya. Jadi apabila lingkungannya
berganti dimana suhu lingkungan hidupnya yang baru juga berganti.
Permasalahan akan terjadi apabila ada perbedaan suhu lingkungan asal dan
lingkungan baru berbeda terlalu besar maka ikan-ikan akan stres. Aklimatisasi
bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan akan terjadi “shock atau stres” bagi
biota air tersebut, dimana biota air akan terganggu fungsi fisiologisnya bahkan bisa
lebih parah lagi mengakibatkan kematian. Terlebih bagi biota air yang sudah dalam
kondisi lemah akan lebih fatal lagi.
Sedangkan aklimatisasi adalah penyesuaian biota air terhadap satu faktor
kualitas air saja, misalnya penyesuaian suhu saja, atau pH saja. Proses aklimatisasi
sebagai berikut :
1) Benih di dalam kemasan kantong plastik diapungkan di dalam wadah. Biarkan
kantong plastik mengapung selama lebih kurang 30 menit agar suhu di dalam
kantong kemasan sama dengan suhu di dalam wadah (proses aklimasi).
2) Setelah 30 menit, kantong dibuka satu persatu, tambahkan air dari wadah atau
air lingkungan sebanyak kira-kira 1/4 dari volume air kemasan ke dalam
kantong tersebut, biarkan selama 15 menit. Perlu diperhatikan agar setelah
kantong dibuka posisinya di air tidak miring, sehingga air tidak masuk.
3) Setelah 15 menit, tambahkan lagi air wadah sebanyak 1/4 volume volume air
kantong ke dalam kantong-kantong, lalu biarkan 30 -60 menit. Penambahan
air wadah atau lingkungan wadah ke dalam kantong untuk menyesuaikan pH
dan alkalinitas (salinitas untuk ikan payau dan laut) air dalam kantong dengan
air kolam/tambak secara bertahap.
4) Setelah dilakukan dua kali penambahan air media pada kantong, maka
diperkirakan salinitas air di kedua tempat sudah sama atau mendekati sama.
Bila petani memiliki alat pengukur kadar garam, seyogyanya kadar garam
diukur. Jika ada perbedaan kadar garam antara air kemasan benih dan air
petakan perbedaannya tidak boleh terlalu besar melebihi 5 ppt. Jika ternyata
perbedaan lebih besar, masukkan lagi air kolam/tambak ¼ volume lagi ke
dalam kantung dan biarkan tenang selama 30 menit.
5) Selanjutnya, periksa apakah benih sehat. Benih yang sehat akan berenang
dengan gesit. Apabila sudah dipastikan bahwa benih sudah melakukan
aktifitas berenang dengan aktif, maka saatnya kantong-kantong dimiringkan
hingga benih-benih dapat berenang keluar sendiri dari kantong dan menyebar
ke dalam kolam/tambak. Namun jangan lupa ambillah data tentang waktu
penebaran (hari, tanggal, jam), jumlah populasi benih yang ditebar, biomassa
rata-rata, dan biomassa total, sebagai data awal untuk menentukan kebutuhan
pakan. Ketika sampling data awal ini juga sangat dibutuhkan, karena untuk
menduga pertumbuhan biomassa ikan dan perhitungan FCR harus diketahui
data awal ini.
4. Teknik Sampling
Sampling merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantau jumlah dan
bobot rata-rata benih yang dipelihara. Sampling ini juga berfungsi untuk menentukan
jumlah pakan yang diberikan secara harian. Pemantauan populasi ini akan menghasilkan
informasi kelangsungan hidup benih, sedangkan pemantauan bobot rata-rata akan
menghasilkan informasi laju pertumbuhan dan kondisi kesehatan ikan. Informasi laju
pertumbuhan dapat digunakan untuk menganalisis nafsu makan ikan dan waktu panen,
sedangkan informasi kesehatan ikan dapat dijadikan landasan untuk penentuan teknik
penanganan ikan selanjutnya. Informasi nafsu makan benih ikan dapat digunakan untuk
menganalisis kondisi lingkungan dan mengantisipasi perbaikan lingkungan dalam
sistem budidaya.
Selain untuk mengetahui laju tumbuh mingguan dan pendugaan total bobot
biomassa ikan, sampling juga untuk mengecek kesehatan ikan yang dipelihara
khususnya pengecekan terhadap sisik, sirip dan insang karena jika diketahui salah satu
insang terserang penyakit dapat segera dilakukan pemisahan dari populasinya untuk
diobati.
Sampling dalam hal ini juga dilakukan untuk melihat keberhasilan dari kegiatan
pendederan ikan yang telah dilakukan. Keberhasilan kegiatan ini ditandai dengan nilai
mortalitas yang cukup rendah dari jumlah total benih ikan yang dipelihara. Dari hasil
sampling yang didapatkan dapat digunakan untuk mengetahui survival rate (SR) benih
ikan hasil pembesaran.
Sampling harus dilakukan pada kegiatan usaha pendederan ikan karena sangat
berfungsi pada saat menghitung jumlah kebutuhan pakan secara periodik dan dapat
mengetahui dampak pemberian pakan terhadap pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan
tersebut akan berdampak pada jumlah biomasa di dalam kolam pembesaran. Teknik
sampling yang digunakan adalah dengan cara sebagai berikut: Jika ikan dipelihara di
kolam maka cara mengambil sample ikan terlebih dahulu ditentukan titik pengambilan
sample. Sebaiknya tentukan titik yang diperkirakan bisa mewakili populasi, secara acak.
Sample diambil/ditangkap dengan cara dan alat yang sama. Kemudian lakukan
perhitungan jumlah populasi. Cara menghitung populasi dilakukan berdasarkan data
sampling yang diperoleh.
Contoh Sampling
Langkah sampling:
6. Survival Rate
Survival rate / kelangsungan hidup ikan adalah perbandingan jumlah ikan yang
bertahan hidup pada akhir suatu periode dengan jumlah ikan yang hidup pada awal
periode / awal penebaran (Effendie, 1979). Kelangsungan hidup dikatakan dikatakan
tinggi apabila tingkat kematian / mortalitasnya rendah. Kelangsungan hidup ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu kualitas air, ketersediaan pakan,
padat penebaran, cuaca, dan kanibalisme. Kelangsungan hidup dapat digunakan untuk
mengetahui toleransi dan kemampuan hidup ikan. Kelangsungan hidup benih ikan dapat
diamati dengan cara menghitung total benih yang hidup pada saat dilakukan
pemanenan.
Perhitungan tingkat kelangsungan hidup / survival rate benih ikan dapat
dilakukan dengan beberapa metode antara lain adalah dengan cara perhitungan total
atau langsung, dalam artian benih yang di panen tidak dihitung total persekat melainkan
dihitung dengan total per kolam, sehingga pada setiap benih yang dipanen dikumpulkan
per kolam kemudian dihitung satu per satu. Metode lainnya adalah gravimetri atau
volumetrik yang akan diuraikan selanjutnya.
Dalam suatu kegiatan produksi budidaya ikan khususnya pendederan,
pemanenan merupakan proses akhir dari kegiatan produksi. Untuk menentukan kapan
benih ikan akan dipanen, kita harus melihat dari permintaan pasar atau konsumen. Pasar
atau konsumen sangat menentukan bisa atau tidaknya benih ikan dipanen. Permintaan
pasar atau konsumen terhadap ukuran benih ikan yang dipanen sangat bervariasi
ukurannya. Misalnya, untuk ikan mas dan ikan nila, konsumen menginginkan yang 1
kilogram isi 50 – 100 ekor. Ukuran benih sangat berpengaruh terhadap waktu (periode)
pemeliharaan. Makin besar benih yang ditebar, makin cepat periode pemeliharaannya.
Banyaknya ikan atau benih ikan yang dipanen ditentukan oleh konsumen atau pasar.
Konsumen akan datang langsung ke tempat proses produksi berlangsung.
Jumlah ikan atau benih ikan dalam satu periode pemeliharaan dapat diketahui
dari penghitungan. Penghitungan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penghitungan
langsung, volumetrik dan gravimetrik.
a. Penghitungan langsung
Penghitungan langsung dilakukan dengan cara ikan atau benih dihitung satu
persatu. Cara ini sangat efektif untuk ikan atau benih yang jumlahnya sedikit. Sementara
kalau jumlah ikan atau benih banyak, cara ini kurang efektif karena membutuhkan
waktu yang lama dan ikan atau benih bisa rusak.
b. Penghitungan volumetrik
Penghitungan volumetrik didasarkan pada volume benih yang ada. Sistem ini
sangat efektif untuk jumlah benih yang banyak. Penghitungannya diawali dengan
pengambilan beberapa sampel benih yang masing-masing bervolume sama, misalnya
satu liter. Jumlah benih masing-masing sampel dihitung, lalu dirata-ratakan. Setelah itu,
benih ditakar sehingga diketahui volume keseluruhannya. Adapun jumlah keseluruhan
benih dapat diperoleh dari perkalian jumlah rata-rata setiap sampel dengan volume
benih keseluruhan. Selain dengan cara memakai takaran liter, penghitungan juga bisa
menggunakan sistem gelas, sendok dan tutup sirop.
c. Penghitungan gravimetrik
Penghitungan gravimetrik didasarkan pada berat ikan atau benih yang ada.
Sistem ini sangat efektif untuk jumlah ikan atau benih yang banyak. Selain itu, dapat
diketahui berat total ikan atau benih sehingga jumlah pakan selama masa pemeliharaan
dapat ditentukan. Penghitungannya diawali dengan mengambil beberapa sampel ikan
atau benih yang masing-masing berbobot sama, misalnya 1 kilogram. Jumlah ikan atau
benih masing-masing sampel dihitung dan dirata-ratakan. Setelah itu, seluruh ikan atau
benih hasil panen ditimbang secara bertahap untuk mengetahui berat total. Adapun
jumlah keseluruhan ikan atau benih dapat diperoleh dari perkalian jumlah rata-rata
dengan berat total.
Perhitungan Survival Rate/ Tingkat Kelulushidupan (SR) secara umum dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛iℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 ℎi𝑑𝑢𝑝
𝑆𝑅 = × 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑙iℎ𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
Nt
Survival Rate 100% (Effendi, 1997)
No
Keterangan :
1 Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?
2 Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?
A. Deskripsi
Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik prosedur teknik sampling
menghitung laju pertumbuhan pada pendederan komoditas perikanan, diperlukan
pengetahuan tentang factor – factor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, pengukuran
pertumbuhan ikan, teknik sampling pertumbuhan ikan, laju pertumbuhan harian ikan,
laju pertumbuhan mutlak ikan, survival rate ikan.
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :
Mengklasifikasikan factor – factor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan
secara santun
Menjelaskan prosedur pengukuran pertumbuhan ikan secara santun
Menjelaskan teknik sampling pertumbuhan ikan secara santun
Menghitung laju pertumbuhan harian ikan secara cermat dan santun
Menjelaskan laju pertumbuhan mutlak ikan secara cermat dan santun
2. Uraian Materi
Pertumbuhan Ikan
1.2.2 Pakan
Pakan adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
ikan karena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk meningkatkan pertumbuhan
dan mempertahankan kelansungan hidup. Ketersediaan pakan merupakan salah satu
persyaratan mutlak bagi berhasilnya usaha budidaya ikan. Pakan merupakan sumber
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang penting bagi ikan, oleh karena itu
pemberian pakan dengan ransum harian yang cukup dan berkualitas tinggi serta tidak
berlebihan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat keberhasilan
usaha budidaya ikan.
Konversi pakan dipengaruhi oleh daya serap nutrisi pakan oleh saluran
pencernaan. Saluran pencernaan ikan mengandung mikroorganisme yang membantu
penyerapan nutrisi. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi
mikroorganisme dalam sistem pencernaan, berakibat meningkatnya daya cerna bahan
pakan dan menjaga kesehatan. Berdasar penelitian sebelumnya pada ikan patin dan pada
ikan bandeng menunjukkan bahwa penambahan probiotik berpengaruh terhadap
pertumbuhan dari ikan tersebut.
1.2.3 Penyakit dan Parasit
Salah satu jenis penyakit ikan adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi
parasit. Infeksi parasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi
organisme patogen yang lebih berbahaya, yaitu berupa kerusakan organ luar,
pertumbuhan yang lambat, penurunan nilai jual, dan peningkatan sensitivitas
terhadap stressor. Tingkat infeksi parasit yang tinggi dapat mengakibatkan mortalitas
tanpa menunjukkan gejala terlebih dahulu.
Penyakit dan parasit juga mempengaruhi pertumbuhan terutama kalau yang
diserang itu alat pencernaan makanan atau organ lain yang vital sehingga efisiensi
berkurang karena kekurangan makanan yang berguna untuk pertumbuhan. Namun
sebaliknya dapat terjadi pada ikan yang diserang oleh parasit tidak begitu hebat
menyebabkan pertumbuhan ikan itu lebih baik daripada ikan normal atau tidak diserang
parasit tadi. Hal ini terjadi karena ikan tersebut mengambil makanan lebih banyak dari
biasanya sehingga terdapat kelebihan makanan untuk pertumbuhan.
1.2.5 Ammonia
Amonia merupakan hasil ekskresi primer ikan, namun bila ada dalam
konsentrasi yang tinggi dapat menghambat laju pertumbuhan. Sebagai contoh,
pengukuran berat juvenil Ictalurus punctatus yang ditempatkan pada akuarium dengan
kondisi penambahan kandungan amonia. Mekanisme penghambatan pertumbuhan olah
amonia masih belum diketahui. Pada umumnya, diketahui bahwa amonia un-ion (NH3)
di perairan lebih toksik dari pada bentuk ion amonia (NH4+) pada konsentrasi yang
sama. Proporsi dari kedua bentuk tersebut di perairan sangat tergantung pada pH air.
Pemantauan pH air merupakan bagian yang esensial dari sistem kultur ikan air tawar.
Walaupun amonia merupakan komponen alami di perairan, pengaruhnya terhadap ikan
menjadikan amonia ini polutan yang khas dan dapat menurunkan laju pertumbuhan.
Ammonia yang tak terionisasi (NH3) di air memberikan efek racun terhadap ikan
+
daripada bentuk yang terionisasi (NH 4 ) pada konsentrasi yang sama. Ketika
konsentrasi ammonia naik di dalam air, maka ekskresi ammonia oleh ikan menurun
sehingga konsentrasi ammonia dalam darah dan jaringan lainnya naik. Konsentrasi
ammonia yang tinggi dalam air juga memengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan
mereduksi konsentrasi ion internal. Ammonia juga meningkatkan konsumsi oksigen
oleh jaringan, merusak insang, dan mereduksi kemampuan darah membawa oksigen.
Perubahan histologic terjadi dalam ginjal, limpa, tiroid dan darah ikan yang terkena
konsentrasi subletal ammonia. Kenaikan ammonia meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit dan mereduksi pertumbuhan ikan.
1.2.6 Salinitas
Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh secara langsung
terhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi. Dengan memberikan
perlakuan salinitas diharapkan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam
proses osmoregulasi pada benih gurame (O. gouramy), sehingga mampu meningkatkan
pertumbuhannya. Salah satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah
tekanan osmotik dan konsentrasi cairan tubuh serta kebutuhan oksigen.
Salinitas juga mempengaruhi laju pertumbuhan. Ikan-ikan eurihalin
menunjukkan laju pertumbuhan yang maksimum pada salinitas 35 ppt dari pada
salinitas yang lebih tinggi atau lebih rendah. Fotoperiod (panjang hari) juga
mempengaruhi fenomena pertumbuhan secara musiman. Terdapat suatu hubungan yang
erat antara pertumbuhan ikan danau Coregonus clupeaformis dan fotoperiod musiman.
1.2.7 Kompetisi
Anak ikan yang lemah dan tidak berhasil mendapatkan makanan akan mati
sedangkan yang kuat terus mencari makanan dan pertumbuhannya baik. Jumlah
individu yang terlalu banyak dalam perairan yang tidak sebanding dengan keadaan
makanan akan terjadi kompetisi terhadap makanan itu. Keberhasilan mendapatkan
makanan akan menentukan pertumbuhan. Oleh karena itu akan didapatkan ukuran yang
bervariasi dalam satu keturunan.
Tingkat padat tebar akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara
dalam kepadatan yang rendah akan lebih agresif, sedang ikan yang dipelihara dalam
kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi
dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang terakumulasi dalam media air. Predasi dapat
di hindarkan dan kualitas air dapat di perbaiki melalui pemeliharaan benih terkendali
dalam ruangan.
Teknik Sampling
Sampling berasal dari kata sample atau bahasa Indonesianya „Sampel‟ yang
berarti contoh Sampling merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantau jumlah
dan bobot rata-rata benih yang dipelihara. Sampling ini juga berfungsi untuk
menentukan jumlah pakan yang diberikan secara harian. Pemantauan populasi ini akan
menghasilkan informasi kelangsungan hidup benih, sedangkan pemantauan bobot rata-
rata akan menghasilkan informasi laju pertumbuhan dan kondisi kesehatan ikan.
Informasi laju pertumbuhan dapat digunakan untuk menganalisis nafsu makan ikan dan
waktu panen, sedangkan informasi kesehatan ikan dapat dijadikan landasan untuk
penentuan teknik penanganan ikan selanjutnya.
Informasi nafsu makan benih ikan dapat digunakan untuk menganalisis kondisi
lingkungan dan mengantisipasi perbaikan lingkungan dalam sistem budidaya.
Sampling benih dilakukan dengan mengambil sejumlah contoh benih kemudian diukur
atau dihitung. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menduga bobot rata-
rata dan jumlah benih dalam wadah budidaya. Sampling dapat dilakukan secara
berkala, setiap 2 – 4 minggu sekali. Data yang diperoleh sebaiknya dicatat dengan jelas
dan teliti, mengingat data sampling ini memiliki nilai yang tinggi dan selanjutnya
dikompilasi (Tabel 12).
Tabel 5. Tabel Contoh Kompilasi Data Sampling Benih
Sampling dalam hal ini juga dilakukan untuk melihat keberhasilan dari kegiatan
pembesaran ikan yang telah dilakukan. Keberhasilan kegiatan ini ditandai dengan nilai
mortalitas yang cukup rendah dari jumlah total benih ikan yang dipelihara. Dari hasil
sampling yang didapatkan dapat digunakan untuk mengetahui survival rate (SR) benih
ikan hasil pembesaran.
Sampling harus dilakukan pada kegiatan usaha pemeliharaan ikan karena sangat
berfungsi pada saat menghitung jumlah kebutuhan pakan secara periodik dan dapat
mengetahui dampak pemberian pakan terhadap pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan
tersebut akan berdampak pada jumlah biomasa di dalam kolam pemeliharaan. Teknik
sampling yang digunakan adalah dengan cara sebagai berikut: Jika ikan dipelihara di
kolam maka cara mengambil sample ikan terlebih dahulu ditentukan titik pengambilan
sample. Sebaiknya tentukan titik yang diperkirakan bisa mewakili populasi, secara acak.
Sample diambil/ditangkap dengan cara dan alat yang sama. Sampel yang diambil
minimal 10 % dari jumlah populasi awal. Kemudian lakukan perhitungan jumlah
populasi. Cara menghitung populasi dilakukan berdasarkan data sampling yang
diperoleh.
8) Menghitung bobot biomass = Jumlah ikan atau populasi ikan di kolam kali bobot
ikan per individu
9) Menghitung kebutuhan pakan = 3-5% kali bobot biomass.
Teknik yang diterapkan untuk mengetahui biomasaa adalah dengan sampling untuk
mengukur panjang dan bobot benih ikan. Panjang benih yang diukur biasanya ada dua,
yaitu panjang total dan panjang baku. Panjang total adalah panjang ikan yang diukur
dari ujung ekor sampai kepala, sedangkan panjang baku adalah panjang ikan yang
diukur dari pangkal ekor sampai kepala. Penimbangan biomassa benih ikan yang akan
ditebar meliputi biomassa rata-rata dan biomassa total.
Pertumbuhan bobot harian adalah persentase penambahan berat benih per hari.
Pertumbuhan bobot harian dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
GR
AGR 100%
Wo
Keterangan :
AGR : Pertumbuhan bobot harian(%/hari)
Wt : Bobot rata – rata akhir ( gr/ekor )
Wo : Bobot rata – rata awal ( gr/ekor )
t : Waktu (hari)
Pertumbuhan panjang adalah perubahan panjang ikan pada awal penebaran
hingga saat pemanenan. Rumus untuk mencari pertumbuhan panjang ikan Lele
Sangkuriang adalah :
P Pt Po (Effendi, 1997)
Keterangan :
P : Pertumbuhan panjang (cm)
Pt : Panjang akhir ikan (cm)
Po : Panjang awal ikan (cm)
Jumlah dan bobot rata-rata ikan yang dibudidayakan dalam wadah produksi harus
diketahui setiap saat. Pengetahuan tersebut penting untuk mengetahui bobot biomasa
ikan sehingga asset dalam kolam dapat ditentukan dan jumlah pakan yang harus
diberikan secara harian dapat dihitung. Pemantauan populasi menghasilkan informasi
kelangsungan hidup ikan, sedangkan pemantauan bobot rata-rata akan menghasilkan
informasi laju pertumbuhan dan kondisi kesehatan ikan. Informasi laju pertumbuhan
dapat digunakan untuk menganalisa nafsu makan ikan dan waktu panen, sedangkan
informasi kesehatan ikan dapat dijadikan landasan untuk penentuan teknik penanganan
ikan selanjutnya. Informasi nafsu makan ikan dapat digunakan untuk menganalisis
kondisi lingkungan dan mengantisipasi perbaikan lingkungan dalam sistem budidaya
ikan. Perbaikan lingkungan yang dilakukan diharapkan bisa memperbaiki kelangsungan
hidup ikan.
Wt = Wf – Wi
Keterangan : Wt = Pertumbuhan mutlak
Wf = Bobot Akhir
Wi = Bobot Awal
lnW2−lnW1
SGR=
t2−t1
3. Refleksi
1 Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?
2 Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?
KESIMPULAN
Gusrina, Dr.M.Si.Ir. 2015. Modul Diklat PKB Guru Budidaya Perikanan Grade 6.
Kemendikbud. Dirjen Guru & Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur
Gusrina, Dr.M.Si.Ir. 2015. Modul Diklat PKB Guru Budidaya Perikanan Grade 8.
Kemendikbud. Dirjen Guru & Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur
Gusrina, Dr.M.Si.Ir. 2015. Modul Diklat PKB Guru Budidaya Perikanan Grade 10.
Kemendikbud. Dirjen Guru & Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur
Karyawan Perangin Angin, M.Si.S.St. 2015. Modul Diklat PKB Guru Budidaya
Perikanan Grade 7. Kemendikbud. Dirjen Guru & Tenaga Kependidikan
Pertanian. Cianjur
Karyawan Perangin Angin, M.Si.S.St. 2015. Modul Diklat PKB Guru Budidaya
Perikanan Grade 9. Kemendikbud. Dirjen Guru & Tenaga Kependidikan
Pertanian. Cianjur
Taufik Ahmad, Erna Ratnawati, M. Jamil R. Yakob. 2009. Budidaya Bandeng Secara
Intensif. Penerbit PT. Penerbit Swadaya. Jakarta