Alhamdulilah Amin
Alhamdulilah Amin
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Oleh :
Nama : Emi Elisa Bancin (4203341039)
Jurusan : Pendidikan Biologi
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN 2023/2024
PROPOSAL PENELITIAN
Menyetujui
Dosen Pembimbing Skripsi,
Mengetahui :
Khairiza Lubis, S.Si., M.Sc., Ph.D. Dr. Widya Arwita, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19810524 200801 2 014 NIP. 19871220 201504 2 001
Tanggal Ujian :
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.........................................................................8
1.3 Ruang Lingkup.................................................................................9
1.4 Batasan Masalah...............................................................................9
1.5 Rumusan Masalah............................................................................9
1.6 Tujuan Penelitian............................................................................10
1.7 Manfaat Penelitian..........................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................11
2.1 Kerangka Teoritis............................................................................11
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar..............................................................11
2.1.2 Aktivitas Belajar...........................................................................14
2.1.3 Ruang Lingkup Aktivitas Belajar...............................................14
2.1.4 Model Pembelajaran.....................................................................15
2.1.5 Pembelajaran Konvensional........................................................21
2.2 Tinjauan Materi...............................................................................25
2.2.1 Perubahan dan Pelestarian Lingkungan Hidup........................25
2.3 Kerangka Berfikir............................................................................34
2.4 Hipotesis Penelitian..........................................................................35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................36
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................36
3.2 Populasi dan Sampel.......................................................................36
3.2.1 Populasi.........................................................................................36
3.2.2 Sampel...........................................................................................36
3.3 Desain dan Variabel Penelitian.....................................................36
3.4 Defenisi Operasional.......................................................................37
3.5 Instrumen Penelitian......................................................................37
3.5.1 Instrumen Hasil Belajar..............................................................38
3.5.2 Instrumen Aktivitas Belajar........................................................41
3.6 Teknik Pengumpulan Data............................................................41
3.7 Prosedur Penelitian........................................................................42
3.8 Analisis Data....................................................................................43
3.8.1 Analisis Data Hasil Belajar..........................................................43
3.8.2 Analisis Data dan Instrumen Aktivitas Belajar.........................46
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3 Pedoman penskoran observasi aktivitas belajar peserta Didik ………41
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar dalam
suatu; lingkungan belajar. Kegiatan belajar merupakan inti dari segala yang telah direncanakan
dan akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang melibatkan semua komponen
pembelajaran. Proses pembelajaran yang diharapkan dapat memberikan motivasi dalam diri
siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang lebih baik sehingga akan menentukan
keberhasilan dalam proses pendidikan disekolah (Iwan dan Lestari, 2015:248). Proses belajar
mengajar merupakan salah satu upaya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas, sehingga membutuhkan peran guru sebagai pengelola sebagai proses belajar
mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik serta mampu memberikan rangsangan
kepada siswa agar siswa tertarik untuk belajar (Sari dan Handayani, 2014:1).
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil
belajar siswa adalah dengan menerapkan beberapa model pembelajaran yang
menyenangkan agar tercipta suasana dan lingkungan belajar yang kondusif. Model
pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar dengan
berbagai variasi sehingga siswa tidak bosan dan tercipta suasana belajar yang menarik
dan menyenangkan. Pembelajaran student teams achievement division (STAD), merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi dan mencapai prestasi
secara maksimal. Atau yang disebut Dengan bekerja kelompok siswa akan lebih bebas
bertanya terhadap teman kelompoknya tentang materi yang belum dikuasainya. Dalam satu
kelas siswa terbagi menjadi beberapa kelompok tergantung kapasitas siswa yang terdiri
dari 4-5 siswa tiap kelompoknya.
Tujuan strategi ini agar masing-masing siswa merasa bahwa mereka adalah satu dan
seperjuangan. Sedangkan jika salah satu kelompok dapat memenuhi kriteria yang
ditentukan, kelompok tersebut akan mendapatkan penghargaan. Keberhasilan dalam
pembelajaran didukung oleh strategi atau metode yang digunakan. Penggunaan strategi
dalam pembelajaran sangat penting karena, untuk mempermudah dalam belajar sehingga, dapat
mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi pembelajaran tidak akan optimal, dan tidak
akan berlangsung secara efektif dan efesien.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil
belajar siswa adalah dengan menerapkan beberapa model pembelajaran yang menyenangkan
agar tercipta suasana dan lingkungan belajar yang kondusif . Model pembelajaran adalah cara
yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar dengan berbagai variasi sehingga
siswa tidak bosan dan tercipta suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. Erman
mengemukakan bahwa, ”Model student teams achievement division (STAD) tergolong pada
model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran yang terdiri atas kelompok kecil
yang bekerja sama sebagai satu tim untuk memecahkan masalah, melengkapi tugas atau
menyelesaikan tugas bersama”. Dengan demikian, model student teams achievement division
(STAD) merupakan model pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas siswa untuk
mengemukakan pendapat, ide, dan gagasan dalam pembelajaran (Maulana, panji:2017).
Selain itu juga Model pembelajaran Cooperative Learning Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat diterapkan untuk memotivasi siswa yang berani mengemukakan
pendapatnya, menghargai pendapat orang lain/ teman, dan saling memberikan pendapat (sharing
ideal), selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau
pemecahan masalah. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan
karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong dalam menghadapi tugas
yang dihadapi. Kelebihan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division):
(1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma
kelompok, (2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, (3)
Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, (4)
Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan seorang guru
biologi di SMA N 1 SALAK Pada tanggal 25 Maret 2024, kendala yang sering sekali
dihadapi oleh guru didalam kelas pada saat proses KBM minat belajar siswa yang masih
rendah dan hasil belajar kognitif siswa yang masih rendah dimana seluruhnya belum
memenuhi kriteria ketuntasan minimu (KKM) sebanyak 40% dari jumlah siswa, Dimana
KKM yang diteteapkan pada sekolah tersebut pada mata pelajaran biologi yaitu 75.
Pembelajaran yang diterapkan cenderung teacher center. Sehingga tidak semua siswa
mampu aktif dalam proses belajar mengajar , dimana hanya 70% saja siswa yang aktif
dalam pembelajaran. Siswa tidak berani bertanya dan mengemukakan pendapat ataupun
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu, proses pembelajaran
yang diterapkan belum dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Dari hasil
observasi dan wawancara tersebut diketahui bahwa perlu adanya perbaikan dalam proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa yaitu dengan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif, salah satunya yaitu model
pembelajaran kooperatif dan memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut berperan aktif
dalam proses belajar mengajar.
STAD dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil
belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman atau perbedaan individu dan
pengembangan keterampilan sosial (Sukiyanto, 2018). Pembelajaran STAD akan membantu
dalam meningkatkan hasil belajar, aktivitas siswa, guru dan respon siswa (Nugroho &
Shodikin, 2018). Model STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi antara siswa untuk
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran, guna mencapai tujuan yang
diharapkan, siswa di tempatkan dalam tim belajar agar bekerja sama dalam kelompok
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, peneliti mengambil
sebuah sikap untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini
bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Biologi melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI IPA semester 2 tahun pelajaran
2023/2024.
BAB II
Tinjauan Pustaka
3.1. Kerangka teoritis
Teori-Teori Belajar
Teori belajar yakni serangkaian konsep dan prinsip yang dipergunakan untuk memberikan,
menjelaskan, serta memprediksi fenomena pembelajaran. Menurut Slavina (2000: 143), belajar
yakni hasil dari interaksi antara stimulus serta respons. Salah satu teori belajar yang dikenal
yakni Teori Belajar Behaviorisme, yang pertama kali dikemukakan oleh Gagne dan Berliner.
Teori ini awalnya berfokus pada perubahan perilaku sebagaimana hasil dari pengalaman, serta
kemudian berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berdampak dalam Penambahan
serta penerapan pembelajaran yang dikenal sebagaimana aliran behaviorisme.
Teori behaviorisme menekankan terbentuknya perilaku yang tampak sebagaimana hasil dari
pembelajaran. Dengan hubungan stimulus-respon, teori ini menggambarkan individu
sebagaimana penerima yang pasif terhadap pembelajaran. Respons ataupun perilaku tertentu
terbentuk melalui metode penelitian ataupun pembiasaan belaka. Perilaku akan menjadi lebih
kuat jika diberi penguatan, serta akan menghilang jika dikenai hukuman.
Menurut (Slavina (2000: 143), teori kognitif berkembang sebagaimana protes terhadap teori
perilaku yang mendominasi sebelumnya. Pendekatan kognitif menekankan bahwasanya peserta
didik aktif dalam memproses informasi dan pelajaran dengan mengorganisir, menyimpan, serta
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dipunya sebelumnya. Model
ini menitikberatkan pada proses pemrosesan informasi. Menurut Sardiman (2012: 37), teori
konstruktivisme menyatakan bahwasanya belajar yakni proses aktif di mana subjek belajar secara
aktif merangkai kembali makna dari teks, dialog, pengalaman fisik, serta lain-lain. Dalam teori
ini, belajar dipahami sebagaimana kegiatan yang melibatkan partisipasi aktif subjek belajar
dalam membangun pengetahuannya sendiri, di mana mereka juga aktif mencari pemahaman
terhadap materi yang dipelajari.
Menurut Trianto (2011), teori belajar pada dasarnya yakni penjelasan tentang bagaimana
proses belajar terjadi ataupun bagaimana informasi diproses pada pikiran siswa. Beberapa jenis
teori belajar antara lain meliputi: Teori konstruktivisme menegaskan bahwasanya siswa harus
aktif saat menemukan serta mengubah informasi yang kompleks, serta menguji informasi baru
dengan prinsip-prinsip yang sudah ada, kemudian merevisinya jika dibutuhkan. Untuk siswa
memahami serta menerapkan pengetahuan, mereka seharusnya terlibat dalam pemecahan
masalah, menemukan konsep sendiri, serta berusaha keras dengan ide-ide mereka. Teori
pembelajaran social Vygotsky menekankan pentingnya bantuan yang diberikan kepada anak
selama tahap awal perkembangannya, kemudian secara bertahap mengurangi bantuan tersebut
serta memberi kesempatan pada anak supaya mengambil alih tanggung jawab yang semakin
besar seiring dengan kemampuannya. Teori pemrosesan informasi menjelaskan bagaimana
informasi diproses, disimpan, serta dipulihkan kembali dalam otak. Proses-proses mental
dijelaskan sebagaimana transformasi informasi pada input (stimulus) ke output (respon).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki berbagai kelebihan. Dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru merasa lebih ringan pekerjaannya, karena untuk
memahami materi pelajaran guru sudah dibantu oleh siswa sehingga penanganan kesulitan
belajar siswa lebih mudah. Bagi siswa dapat memperoleh pengalaman hidup bersama melalui
kerja sama dalam kelompok, mampu memberikan sikap positif dan percaya diri, karena dalam
pembelajaran ada saling ketergantungan positif. Ketergantungan semacam ini selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari
setiap anggota kelompok (Sunilawati et al., 2013). Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe
STAD membantu menumbuhkan kompetensi siswa, berpikir kritis dan mengembangkan sikap
sosial sehingga dapat meningkatkan motivasi, dan aktivitas belajar siswa (Harahap, 2013).
Adapun keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibanding model
pembelajaran lain yaitu: (1) meningkatkan hubungan antarindividu, karena setiap siswa
berpeluang sama untuk terlihat aktif, interaksi yang lebih banyak saling membagi tanggung
jawab dan saling mengisi; (2) memberikan dukungan kepada interaksi siswa, karena akan
tertanam sikap saling menghargai pendapat teman yang berbakat cerminan dari sikap ilmiah,
meningkatkan ketekunan, ketabahan, dan keuletan dalam mengerjakan tugas-tugas; (3)
memupuk rasa percaya diri dan meningkatkan aktualitas konsep diri masing-masing siswa; (4)
siswa menjadi senang (puas) dengan pengalaman belajar mereka; dan (5) membantu siswa
mengembangkan kemampuan berkomunikasi (Suparsawan, 2020). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu meningkatkan
hubungan antar individu, memberikan dukungan kepada interaksi siswa, memupuk sikap positif
dan percaya diri siswa, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan meningkatkan
motivasi dan aktivitas belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari beberapa fase atau langkah. Adapun
langkahlangkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: (1) penyampaian tujuan dan
motivasi; (2) penyampaian informasi; (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
kooperatif; (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar; (5) evaluasi; dan (6) pemberian
penghargaan (Wijaya & Arismunandar, 2018). Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD
aktivitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa. Dalam penerapannya model kooperatif tipe
STAD tidak hanya menginginkan kinerja akademik, tetapi juga melatih siswa dalam mencapai
tujuantujuan hubungan sosial yang pada akhirnya berpengaruh pada prestasi akademik siswa
(Saragih, 2013). yang dikembangkan oleh Spencer Kagan di tahun 1992, memungkinkan siswa
supaya berbagi ide, mempertimbangkan jawaban yang sesuai, dan mengoptimalkan semangat
kerja sama di antara mereka. Teknik ini mampu diterapkan pada berbagai mata pelajaran serta
tingkatan usia siswa.
Kegiatan belajar mengajar bisa dikatakan efektif manakala ada perubahan positif pada
siswa dan perolehan hasil belajar yang memuaskan sejalan dengan KKM yang telah diterapkan.
Dari pengertian di atas dapat dipahami efektivitas pembelajaran adalah sebuah keberhasilan yang
dapat dicapai dalam proses belajar mengajar, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan pada penggunaan metode dan cara tertentu. Efektivitas pembelajaran dapat ditentukan
dari hasil belajar maupun prestasi belajar siswa. Keefektifan pembelajaran dapat diukur
berdasarkan kriteria keefektifan pembelajaran, yaitu mengacu pada tingkat penguasaan siswa
menurut Suryosubroto (2009) tercapai apabila mencapai kriteria minimal termaksud dalam
kategori sedang, tercapainya ketuntasan belajar menurut Trianto (2016) secara klasikal, yaitu
apabila ≥ 85% dari seluruh siswa di kelas tuntas belajar, tercapainya tujuan pembelajaran
menurut Jihad (2012) khusus atau ketuntasan pencapaian indikator, yaitu apabila ≥ 75% dari
seluruh indikator yang sudah ditentukan sudah tercapai. Apabila salah satu kriteria
keefektifan pembelajaran tidak tercapai, maka pembelajaran tersebut tidak efektif.
2.1.1.2.2. Efektif
Ranah efektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah efektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar efektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah efektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :
1. Receiving atau attending ( menerima atau memperhatikan )
2. Responding (menanggapi) artinya ialah “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing ( menilai atau menghargai )
4. Organization ( mengatur atau mengorganisasikan )
5. Characterization by evalue or calue complex ( karakterissasi dengan suatu nilai atau
complex lain ).
2.1.1.2.3. Psikomotorik
Ranah efektif psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu . Hasil
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan hasil belajar efektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecemderungan –kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) menurut Arikunto (2012) dapat diukur melalui :
(1).Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung, (2) Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan
memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan siswa dianjurkan
bekerjasama secara berpasangan, (3) Membimbing kelompok bekerja dan belajar, (4)
Mengadakan evaluasi atau memberikan kuis, serta, (5) Memberikan penghargaan kepada
kelompok terbaik/pengakuan pada prestasi tim.
Table 2.3 Dapat dilihat Sintaks pada model pembelajaran STAD yaitu:
Langkah Kegiatan
Langkah I Mengorganisir kelompok yang terdiri atas
empat anggota secara heterogen, dengan
mempertimbangkan perbedaan-prestasi,
jenis kelamin, latar belakang suku, serta
faktor lainnya.
Langkah II Guru menyajikan pelajaran.
Langkah III Guru menugaskan tugas kepada kelompok
dengan harapan setiap anggota dapat
berpartisipasi dalam pengerjaan. Anggota
yang memahami materi diminta supaya
menjelaskan pada yang lainnya sehingga
semua anggota kelompok dapat memahami
tugas tersebut.
Langkah IV Guru memberikan kuis ataupun pertanyaan
pada seluruh peserta didik.
Langkah V Memberi evaluasi.
Langkah VI Kesimpulan.
Sumber : (Trianto,2011).
Menentukan sampel
penelitian untuk kelas
STAD
Pre-test
Hasil
Perbandingan
Kesimpulan
BAB III
METODE PENELITIAN
Pengambilan sampel akan dilakukan secara acak ataupun random, sampel diambil berasal
dari dua kelas yang berjumlah 48 siswa.Setiap kelas yang diteliti melakukan perlakuan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievment Division (STAD) berjumlah 48 siswa
tersebut.
Aktivitas
Kelompok Pre Test Perlakuan Hasil Belajar
Belajar
I T1 (X1) T2
K
II T1 (X2) T2
Keterangan :
X1 : Perlakuan yang diberikan pada kelompok I (menggunakan model Student Achievment
Division )
X2 : Perlakuan yang diberikan pada kelompok II (menggunakan model Student Achievment
Division)
T1 : Pre Test
T2 : Post Test
K : Aktivitas Belajar Peserta Didik
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes berbentuk pilihan berganda
yang dilakukan diawal (pre-test) dan diakhir akan diberi (post-tes) dengan jumlah soal sebanyak
50 butir; setiap soal memiliki 5 pilihan (a, b, c, d, e) dan setiap jawaban yang benar diberi skor 2
dan jawaban yang salah diberi skor 0. Adapun kisi-kisi soal untuk mengukur aspek kognitif hasil
belajar peserta didik pada materi sistem ekskresi Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Soal sistem ekskresi
Keterangan :
Sebelum tes digunakan sebagai instrument penelitian, maka terlebih dahulu tes diuji
cobakan untuk melihat validitas instrument penelitian yang digunakan. Untuk melihat validitas
instrument penelitian tersebut, dilakukan dua jenis validitas yaitu validitas struktur dan
substansi. Validitas struktur didapatkan dari validator sedangkan validitas substansi diperoleh
dengan cara menguji cobakan instrument terlebih dahulu ke kelas validator yang bukan sampel
namun mempunyai karakteristik yang sama dengan kelas yang akan diteliti. Uji validitas
substansi instrumen tes diujicobakan di kelas XI SMA N 1 SALAK yang jumlah peserta
didiknya berjumlah 48 siswa, mengetahui validasi instrument penelitian, uji coba instrument ini
juga bertujuan untuk melihat reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal.
Validasi tes digunakan untuk mengetahui setiap item soal pada hasil tes belajar siswa
dinyatakan valid (mengukur apa yg seharusnya diukur) dengan menghitung korelasi product
moment menurut Arikunto (2012) yaitu :
r
xy = N(∑xy)-∑x)(∑y)
√{N∑X2 –(∑X)2}{N∑Y2-(∑Y)2}
Keberartian harga validitas tiap item tersebut dikonsultasikan ketabel kritik product
moment,dengan kriteria jika r hitung > r table dengan table signifikan 5% maka kolerasi valid dan
sebaliknya.
b. Reabilitas Tes
Untuk mengetahui reabilitas tes dalam penelitian ini,digunakan rumus KR-20 menurut
Arikunto (2012) sebagai berikiut ini :
n S 2 ∑ pq
R11 = ( )( )
n−1 S2
Keterangan :
R11 = reabilitas
P = properti subjek yang menjawab dengan benar
Q = proporsi subjek yang menjawab dengan salah (q = 1-p)
N = jumlah soal
S = standart deviasi dari tes.
Taraf kesukaran tes atau indeks kesukaran tes di cari dengan rumus:
B
P=
JS
(Arikunto, 2013)
Keterangan:
P = indeks kesukaran tes
B = banyaknya siswa yang menjawab soal benar
JS = jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran tes adalah sebagai berikut:
Untuk P = 0,00-0,30: soal sukar
Untuk P = 0,31-0,70: soal sedang
Untuk P = 0,71-1,00: soal mudah
Untuk menentukan daya beda item soal, digunakan rumus sebagai berikut:
BA BB
D = JA − JB
(Arikunto, 2013)
Keterangan:
D = daya beda
JA = banyak peserta kelompok atas
JB = banyak peserta kelompok bawah
BA = banyak peserta kelompok atas menjawab benar
BB = banyak peserta kelompok bawah menjawab salah
Klasifikasi daya pembeda soal adalah:
\Diskriminasi = <0,00 = sangat jelek
Diskriminasi = 0,00 – 0,19 = jelek
Diskriminasi = 0,20 – 0,39 = cukup
Diskriminasi = 0,40 – 0,69 = baik
Diskriminasi = 0,70 – 1,00 = baik sekali
Lembar observasi diberikan kepada observer untuk menilai aktivitas peserta didik pada saat
proses pembelajaran. Lembar observasi berbentuk tabel dengan beberapa kriteria penilaian.
Penentuan skor dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skor yang diperoleh dalam
penelitian ini diperoleh dengan mengamati keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Adapun aspek yang menjadi penilaian aktivitas belajar peserta didik meliputi visual activities,
oral activities, listening activities, dan writing activities.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik tes dan
non-tes. Teknik tes diberikan sebelum (pre-test) dan setelah perlakuan (post-test). Pre-test adalah
tes yang dilakukan sebelum memulai pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui
kompetensi awal, sampai dimana penguasaan peserta didik mengenai materi Sistem Ekskresi.
Sedangkan post-test merupakan tes yang dilakukan setelah materi pembelajaran diberikan oleh
guru. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan. Test hasil belajar
peserta didik ini disusun dalam bentuk pilihan berganda dengan 5 pilihan (a, b, c, d, dan e).
Tes disusun berdasarkan materi yang diajarkan kepada siswa. Tes aktivitas belajar peserta didik
berupa instrument penilaian aktivitas peserta didik terdiri dari 3 skor (0, 1, 2, dan 3). Tes
disusun berdasarkan indikator aktivitas belajar peserta didik.
X=
∑ Xi
n
(Sudjana, 2005)
Keterangan:
X = Rata-rata skor
Xi = Jumlah skor
n = Jumlah subjek
Untuk menghitung standart deviasi (S) digunakan rumus:
S = n¿¿
(Sudjana, 2005)
Keterangan:
X = Rata-rata skor
S = Standart deviasi
Xi = Jumlah skor
N = Jumlah subjek
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian antara kelas sampel
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan Reabilitas Tes,Untuk mengetahui
reabilitas tes dalam penelitian ini,digunakan rumus KR-20 menurut Arikunto (2012) sebagai
berikiut ini :
n S 2 ∑ pq
R11 = ( )( )
n−1 S2
Arikunto (2012)
Keterangan :
R11 = reabilitas
P = properti subjek yang menjawab dengan benar
Q = proporsi subjek yang menjawab dengan salah (q = 1-p)
N = jumlah soal
S = standart deviasi dari tes.
Untuk menafsirkan keberartian harga reabilitas dari soal maka harga tersebut
dikonfirmasikan ketabel harga kritik product moment,dengan kriteria jika rhitung > rtabel dengan tarif
signifikasi 5%maka soal tes dinyatakan reliable dan sebaliknya.
Tingkat reliabilitas tes ditentukan berdasarkan tes ditentukan berdasarkan kriteria dibawah ini :
0,00-0,40 = relabilitas rendah
0,40-0,70 = relabilitas sedang
0,70-0,90 = relabilitas tinggi
0,90-1,00 = relabilitas sangat tinggi.
Keterangan:
X1 : Skor rata-rata hasil belajar peserta didik yang diberikan pembelajaran dengan model
pembelajaran Student Achievement Division .
X2 : Skor rata-rata hasil belajar peserta didik yang diberikan pembelajaran dengan model
pembelajaran. Student Achievement Division
Dimana:
n1 = jumlah sampel eksperimen I (kelas model STAD)
n2 = jumlah sampel eksperimen II (kelas Model STAD)
X 1 = skor rata-rata eksperimen I (kelas model STAD)
X 2 = skor rata-rata eksperimen II (kelas model STAD)
S1 = simpangan baku eksperimen I (kelas model STAD)
S2 = simpangan baku eksperimen II (kelas model STAD)
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika thitung ≤ ttabel pada taraf signifikan α = 0,05
dengan dk = (n1 + n2 – 2).
Bila thitung > ttabel : H0 ditolak.
Bila thitung < ttabel : H0 diterima.
Instrument yang digunakan untuk mengukur aktivitas belajar peserta didik yaitu
menggunakan lembar observasi. Untuk mengamati aktivitas belajar peserta didik selama proses
pembelajaran berlangung, maka peneliti menggunakan pedoman penskoran. Rumus penilaian
aktivitas belajar peserta didik:
x
Aktivitas = x 100%
k
Keterangan:
x = jumlah perolehan nilai
k = jumlah nilai maksimum
(Arikunto, 2010)
Untuk skala penilaian aktivitas belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:
Kategori penilaian aktivitas belajar peserta didik:
86 – 100 : Sangat aktif
70 – 85 : Aktif
55 – 69 : Cukup aktif
< 55 : Kurang aktif