DBD Pengendalian Vektor UNSIL
DBD Pengendalian Vektor UNSIL
Disusun Oleh :
Niken Ayuningtyas Utami Putri 194101011
Tantri Nur Isnaeni 194101040
Doni Andriyanto 194101049
Rahmi Maulani 194101102
Muhammad Kahlil Gibran 194101107
penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................4
DAFTAR TABEL......................................................................................................5
BAB I..........................................................................................................................6
A. Latar Belakang................................................................................................6
B. Rumusan Masalah............................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................8
D. Lokasi Penelitian.............................................................................................8
BAB II........................................................................................................................9
A. Demam Berdarah Dengue (DBD)...................................................................9
B. Vektor Penyakit DBD...................................................................................18
C. Pengendalian Vektor Penyakit DBD............................................................24
D. Pencegahan Penyakit DBD...........................................................................25
BAB III.....................................................................................................................27
A. Data Kasus DBD di Puskesmas Cilembang.................................................27
B. Tatalaksana Pengendalian Vektor.................................................................30
BAB IV.....................................................................................................................33
A. Kesimpulan...................................................................................................33
B. Saran.............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................34
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue melalui gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypti. Demam
dengue merupakan penyakit akibat nyamuk yang berkembang paling pesat di
dunia. Negara beriklim tropis dan sub tropis berisiko tinggi terhadap penularan
virus tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan temperature yang tinggi dan
perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor resiko penularan
virus dengue (Kemenkes RI, 2011).
Angka kejadian DBD yang terus meningkat ditambah dengan siklus
hidup aedes sebagai vektor DBD yang cepat adalah alasan pentingnya
melakukan tindakan pengendalian vektor. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk
menciptakan kondisi yang tidak sesuai bagi perkembangan vector. Hal ini
dikarenakan vektor berperan sebagai media transmisi penyakit DBD yang
menghantarkan virus dengue ke manusia sebagai host sehingga terjadinya
penyakit DBD. Apabila jumlah aedes sebagai vektor DBD ditekan, maka jumlah
media transmisi DBD menjadi minimal (Widoyono, 2011).
Sindrom renjatan dengue (SRD) merupakan masalah utama pada hampir
seluruh pasien DBD. Sindrom renjatan dengue ini terjadi karena perembesan
plasma. Penanganan yang tepat dan seawal mungkin terhadap penderita DBD
dan SRD, merupakan faktor yang penting untuk keberhasilan penanganan
penderita (Soedarmo, 2015).
Patofisiologi utama dari DBD adalah manifestasi perdarahan dan
kegagalan sirkulasi. Perdarahan biasanya disebabkan oleh trombositopaty dan
trombositopenia, karena itu perlu dilakukan pemeriksaan trombosit. Peningkatan
hemoglobin dan hematokrit menunjukkan derajat hemokonsentrasi, sehingga
penting dalam menilai perembesan plasma. Adanya nilai yang pasti dari
trombosit, hematokrit, dan hemoglobin untuk setiap derajat klinik DBD
diharapkan sangat membantu petugas medis agar lebih mudah untuk membuat
diagnosis dan menentukan prognosis dari DBD (Syumarta, Hanif, dan Rustam,
2014).
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat pada sel darah merah yang
mempunyai tugas utama menghantarkan oksigen ke paru – paru. Hemoglobin
dapat meningkat ataupun menurun (Gersten T, 2014). Nilai ambang batas kadar
hemoglobin pada perempuan dewasa 12,0 gr/dl dan laki – laki 13,5 gr/dl
(Nugraha, 2013). Peningkatan nilai hemoglobin dapat terjadi pada
hemokonsentrasi (polisitemia, luka 3 bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal
jantung kongestif dan pada orang yang hidup di dataran tinggi (Kemenkes RI,
2011).
Hemoglobin memegang peranan penting untuk membantu diagnosis
DBD terutama bila sudah terjadi kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
terjadinya syok. Pada fase awal atau fase tanpa syok hemoglobin pada hari-hari
pertama biasanya normal atau sedikit menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan
naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan
hematologi paling awal yang ditemukan pada DBD (Mayeti, 2010).
Sebaran DBD hampir ada di semua wilayah Kota Tasikmalaya. Pada
tahun 2022 Kota Tasikmalaya merupakan wilayah tertinggi adanya kasus DBD.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Puskesmas Cilembang
merupakan salah satu puskesmas yang memiliki predikat baik dalam upaya
penanganan DBD. Yang menjadi latar belakang penelitian ini dilakukan yaitu
untuk mengetahui data kasus DBD di Puskesmas Cilembang.
B. Rumusan Masalah
1. Ada berapa kasus DBD di Puskesmas Cilembang
2. Bagaimana Pengendalian Vektor penyakit DBD di Puskesmas Cilembang
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui berapa banyak kasus DBD di Puskesmas Cilembang
2. Untuk mengetahui bagaimana Pengendalian Vektor penyakit DBD di
Puskesmas Cilembang
D. Lokasi Penelitian
berikut:
a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari.
a. Derajat I (ringan), yaitu bila demam disertai dengan gejala konstitusional non
spesifik, satu-satunya manifestasi pendarahan adalah tes tourniket positif dan
mudah memar.
b. Derajat II (sedang), yaitu bila pendarahan spontan selain manifestasi pasien
pada Derajat I, biasanya pada bentuk pendarahan kulit atau pendarahan lain.
c. Derajat III (berat), yaitu bila gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi
cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan adanya
kulit dingin lembab serta gelisah.
d. Derajat IV (berat sekali), yaitu bila shock hebat dengan tekanan darah atau
nadi tidak terdeteksi.
3. Etiologi
DBD diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan
RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul
lipid. Virus ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae,
genus Flavivirus. Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter
45-60 nm, mempunyai RNA positif sense yang terselubung, bersifat termolabil,
sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada
suhu 70oC. Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3,
DEN 4.
Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti,
maka virus dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam
tubuh nyamuk itu virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri
dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada
dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang maka
alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu
dihisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang dihisapnya
tidak membeku. Bersama dengan air liur inilah virus dengue tersebut ditularkan
kepada orang lain.
4. Riwayat Alamiah Penyakit DBD
Masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10
hari, sedangkan inkubasi intrinsik (dalam tubuh manusia) berkisar antara 4-6 hari
dan diikuti dengan respon imun. Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala
demam, demam dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus
menerus selama 2-7 hari pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif,
trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan kebocoran plasma
akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.
a. Tahap Pre-Patogenesis
Host terpapar virus dengue tetapi kondisi host masih normal atau sehat.
b. Tahap Patogenesis
1) Tahap Inkubasi
Penyakit DBD masa inkubasi awal dari ke1-4.
2) Tahap Penyakit Dini
Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala
diantaranya seperti berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri persendian. Di
mana gejala panas penderita di hari ke 1- 4 rata-rata menunjukkan
peningkatan (cenderung panas) dimana suhu badan mencapai 39 oC-41oC,
dan hari ke 5-7 rata-rata panas cenderung menurun.
3) Tahap Penyakit Lanjut
Bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leucopenia, dan
terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
c. Tahap Pasca Pathogenesis
Meninggal bagi yang tidak segera ditangani, dan sembuh bagi yang
mendapatkan penanganan yang tepat.
Pasien demam berdarah dengue biasanya akan mengalami 3 fase, mulai dari
gejala muncul untuk pertama kalinya hingga pemulihan. Berikut adalah ketiga
fase demam berdarah tersebut:
a. Fase demam (febrile phase)
Pada fase ini, pasien akan mengalami demam tinggi hingga 40º Celsius
yang berlangsung selama 2-7 hari. Selain itu, pasien juga akan mengalami
beberapa gejala lain seperti mual, muntah, sakit kepala, sakit tenggorokan,
muncul bintik-bintik kemerahan di kulit, serta nyeri otot, tulang, dan sendi.
Dalam fase ini, dokter akan memantau jumlah keping darah (trombosit),
karena biasanya jumlah trombosit mengalami penurunan dengan cepat hingga
kurang dari 100.000/mikroliter darah. Penurunan jumlah trombosit ini terjadi
dalam waktu singkat, yaitu 2-3 hari.
b. Fase kritis (critical phase)
Setelah melewati fase demam, banyak pasien merasa dirinya telah sembuh
karena suhu tubuhnya mulai turun. Padahal, ini justru fase demam berdarah
yang paling berbahaya, karena kemungkinan bisa terjadi perdarahan dan
kebocoran plasma darah yang akan menyebabkan syok dan berpotensi
mengancam nyawa.
Fase kritis dapat terjadi 3-7 hari sejak demam dan berlangsung selama 24-
48 jam. Pada fase ini, cairan tubuh penderita harus dipantau ketat. Pasien
tidakboleh kekurangan maupun kelebihan cairan. Pada beberapa kasus, pasien
dapat mengalami syok atau penurunan tekanan darah yang drastis, serta
perdarahan pada kulit, hidung, dan gusi. Apabila tidak ditangani segera,
kondisi ini dapat berujung pada kematian.
c. Fase pemulihan (recovery phase)
Setelah melewati fase kritis, pasien akan memasuki fase pemulihan. Fase
ini akan terjadi 48-72 jam setelah fase kritis. Di fase ini, cairan yang keluar
dari pembuluh darah akan kembali masuk ke dalam pembuluh darah. Oleh
karena itu, sangat penting menjaga cairan yang masuk agar tidak berlebihan.
Cairan berlebih dalam pembuluh darah dapat menyebabkan kematian akibat
gagal jantung dan edema paru.
Kadar trombosit pun akan meningkat dengan cepat hingga mencapai
angka sekitar 150.000/mikroliter darah, sampai kemudian kembali ke kadar
normal. Dalam penanganan DBD, sebenarnya tidak ada pengobatan khusus
yang dapat diberikan. Penderita hanya disarankan untuk banyak beristirahat
dan minum air putih yang banyak untuk mencegah dehidrasi. Bila perlu,
dokter akan memberikan cairan melalui infus. Selain itu, dokter juga akan
memberikan obat penurun panas untuk meredakan demam.
Selama melalui fase-fase demam berdarah di atas, kondisi penderita harus
terus dipantau. Bila muncul keluhan berupa sesak napas, keluar keringat dingin,
atau terjadi perdarahan, segeralah ke IGD di rumah sakit terdekat.
b. Morfologi
Penyakit DBD merupakan penyakit demam serius yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk betina Aedes aegypti yang menyerang sistem
peredaran darah manusia. Penyakit DBD ini dapat menyerang semua kelompok
umur. Hampir setiap tahunnya puskesmas selaku unit pelayanan kesehatan pertama
selalu melaporkan terjadinya kasus DBD. Termasuk di Puskesmas Cilembang yang
pada tugas pengendalian vektor ini kami kunjungi untuk kami analisis mengenai
data kasus penyakit DBD serta upaya pengendalian vektor penyakit DBD yang
dilakukan oleh Puskesmas Cilembang.
Wilayah kerja puskesmas cilembang mencangkup dari tiga kelurahan yaitu
kelurahan yudanegara, kelurahan argasari, dan kelurahan cilembang. Data yang
kami dapatkan merupakan data hasil rekapan kasus DBD dari tahun 2019 – 2022.
Didapatkan pada tahun 2019 terjadi 17 kasus, kemudian pada tahun 2020
mengalami lonjakan kasus menjadi 54 kasus disertai dengan kematian 1 kasus,
sedangkan pada tahun 2021 sedikit mengalami penurunan menjadi 48 kasus namun
masih disertai kasus kematian 1 kasus. Saat ini tahun 2022 pencatatan baru
dilakukan sampai dengan bulan Agustus, didapatkan hasil per bulan januari – bulan
agustus 2022 sudah terjadi 55 kasus namun tidak disertai dengan kasus kematian.
Hal ini menunjukan pada tahun 2022 kembali mengalami peningkatan kasus yang
cukup signifikan.
Pada tugas makalah mengenai pengendalian vektor penyakit DBD di
Puskesmas Cilembang, kami memfokuskan pada data kasus tahun 2022 yang
terhitung dari bulan Januari – bulan Agustus dengan gambaran kasus:
1. Berdasarkan Umur
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui kasus DBD lebih banyak terjadi
pada laki-laki dari pada perempuan yaitu dengan perbandingan 7 : 4.
3. Berdasarkan Tempat
Argasari
8 Cilembang
JUMLAH
4
0
APRIL
MARET
OKTOBER
AGUSTUS
SEPTEMBER
NOPEMBER
DESEMBER
JANUARI
FEBRUARI
MEI
JULI
JUNI
BULAN
Selain beberapa upaya diatas yang dilakukan ketika adanya laporan kasus,
ada juga program-program lain yang dilakukan untuk tindakan pencegahan dan
pengendalian vektor sebelum terjadinya kasus yaitu:
1. Kader Jumantik, merupakan sebuah program kader-kader kesehatan untuk
menjadi Juru Pemantau Jentik di setiap RW nya. Kader akan diberikan tugas
untuk memeriksa sampel rumah minimal 20 di setiap RT yang nantinya akan
dilaporkan ke pihak Puskesmas. Dari laporan tersebut akan didata mana saja
rumah yang teridentikasi jentik atau tidak. Tindak lanjut dari rumah yang
teridentifkasi jentik akan diberikan arahan untuk melakukan kegiatan PHBS
atau 3M plus serta abatesasi.
2. Peningkatan upaya PHBS dan 3M plus di setiap wilayah yang bekerja sama
pemerintah setempat agar secara rutin dilakukan
3. Promosi kesehatan atau penyuluhan secara rutin terkait PHBS, 3M plus, bahaya
penyakit DBD dsb.
Dalam menjalankan tugasnya dalam pengedalian penyakit DBD, Puskesmas
Cilembang mendapatkan beberapa hambatan diantaranya:
1. Masih sulit mendapatkan kerja sama dari masyarakat dalam melakukan upaya
PHBS dan 3M plus. Biasanya masyarakat hanya akan melakukan sekali duakali
saja, Seharusnya upaya PHBS ini dilakukan secara rutin dan berkelanjutan
2. Keterbatasan anggaran untuk fogging, dikarenakan untuk tahun 2022
penganggaran fogging di Dinas Kesehatan sudah habis di bulan Juli. Hal ini
dikarenakan pada tahun 2022 permintaan fogging di kota Tasikmalaya banyak
akibat dari peningkatan kasus.
A. Kesimpulan
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang
terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia Demam Berdarah Dengue disebabkan
oleh virus dengue Didalam tubuh nyamuk itu virus dengue akan berkembang biak
dengan cara membelah diri dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Masa
inkubasi ekstrinsik berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsik berkisar
antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun. Penyakit DBD ini dapat menyerang
semua kelompok umur. Hampir setiap tahunnya puskesmas selaku unit pelayanan
kesehatan pertama selalu melaporkan terjadinya kasus DBD. Termasuk di Puskesmas
Cilembang yang pada tugas pengendalian vektor ini kami kunjungi untuk kami analisis
mengenai data kasus penyakit DBD serta upaya pengendalian vektor penyakit DBD
yang dilakukan oleh Puskesmas Cilembang.Wilayah kerja puskesmas cilembang
mencangkup dari tiga kelurahan yaitu kelurahan yudanegara, kelurahan argasari, dan
kelurahan cilembang. Data yang kami dapatkan merupakan data hasil rekapan kasus
DBD dari tahun 2019 – 2022. Saat ini tahun 2022 pencatatan baru dilakukan sampai
dengan bulan Agustus, didapatkan hasil per bulan januari – bulan agustus 2022 sudah
terjadi 55 kasus namun tidak disertai dengan kasus kematian. Hal ini menunjukan pada
tahun 2022 kembali mengalami peningkatan kasus yang cukup signifikan.
B. Saran
Habibi, Rizky Nurmuhammad. dkk. 2017. Aplikasi Model Fuzzy Untuk Sistem
Informasi Geografis Penentuan Wilayah Rawan Demam Berdarah Dengue
Privinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. [Online]. Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/52515/. [22 September 2022]