Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Pengantar Intervensi Psikologi

Dosen Pengampu : Widyastuti, S. Psi., M. Psi., Psikolog

Novi Yanti Pratiwi, S. Psi., M. Psi., Psikolog

“MEMBUAT PAPER TENTANG PERANAN RISET


DAN TEORI DALAM INTERVENSI ”

Disusun Oleh:
Jizaira Qaza Sanzabillah Harun Sally (220701502085)
Kalysa Nayla Amin (220701502079)
Khalwat Mukasyafah (220701500009)
Khumairah Fath Lolo (2207015020002)
Kelompok 6
Kelas F

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2024
A. Konsep Intervensi Psikologi
Intervensi atau campur tangan adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin yang
mengandung arti "coming between", menunjukkan bahwa hal itu terjadi di antara
sesuatu. Intervensi secara umum mengacu pada upaya untuk mempengaruhi perubahan
dalam kehidupan seseorang dengan cara tertentu. Perubahan yang diinginkan dapat
berupa hal kecil atau besar, positif atau negatif. Orang-orang yang bekerja dalam bidang
pemberian bantuan memiliki tujuan etis yang serupa, yaitu membantu klien tanpa
menimbulkan kerugian bagi mereka (Sundberg, Winebarger, & Taplin,2007).
Intervensi psikologi adalah langkah yang diperlukan bagi individu yang
mengalami gangguan mental. Tujuannya adalah untuk mengubah perilaku negatif
menjadi positif. Secara substansial, intervensi psikologis adalah metode yang mampu
memengaruhi tingkah laku, pemikiran, dan perasaan seseorang. Dalam konteks
psikologi, intervensi dapat berbentuk individual, kelompok, komunitas, organisasi, atau
sistem. Jenis intervensi tersebut dapat mencakup psikoterapi, rehabilitasi, dan upaya
pencegahan (Trull, 2005). Namun demikian, penting untuk diingat bahwa intervensi
psikologi tidak dapat dilakukan secara mandiri, tetapi memerlukan bantuan dari ahli. Hal
ini karena intervensi psikologi merupakan bagian integral dari proses terapi yang
kompleks dan membutuhkan pengetahuan serta keahlian khusus dalam bidang tersebut.
B. Teknik Intervensi Psikologi
1. Psikoterapi:
• Kognitif-behavioral therapy (CBT): CBT adalah pendekatan yang sangat
umum dalam psikoterapi. Ini menggabungkan elemen kognitif (perubahan
pola pikir) dan perilaku (perubahan perilaku) untuk membantu individu
mengatasi masalah psikologis. Dalam CBT, klien bekerja dengan terapis
untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang mungkin
menyebabkan atau memperburuk gejala mereka.
• Psikoanalisis: Metode ini dikembangkan oleh Sigmund Freud dan
melibatkan pemeriksaan mendalam terhadap konflik bawah sadar dan
pengalaman masa lalu klien. Terapis psikoanalisis membantu klien
memahami bagaimana pengalaman masa kecil dan mekanisme pertahanan
mereka dapat memengaruhi kehidupan dan hubungan mereka saat ini.
2. Intervensi Kognitif:
• Pemrosesan Kognitif: Teknik ini membantu individu mengubah pola pikir
yang disfungsional atau merugikan. Pemrosesan kognitif melibatkan
identifikasi pikiran negatif dan distorsi kognitif, serta penggantian mereka
dengan pemikiran yang lebih sehat dan realistis.
• Pelatihan Keterampilan Kognitif: Ini mencakup pengembangan
keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan manajemen
emosi. Klien dilatih untuk menghadapi tantangan dengan cara yang lebih
efektif dan adaptif.
3. Intervensi Behavioral:
• Modifikasi perilaku: Teknik ini fokus pada perubahan perilaku dengan
menggunakan penguatan positif atau hukuman. Ini dapat melibatkan
pembentukan perilaku baru atau penghilangan perilaku yang tidak
diinginkan.
• Terapi Ekspose: Digunakan terutama dalam pengobatan gangguan
kecemasan, terapi ekspose membantu individu untuk menghadapi dan
mengatasi ketakutan atau kecemasan mereka dengan secara bertahap
terpapar pada stimulus yang menimbulkan kecemasan.
4. Intervensi Kelompok:
• Terapi Kelompok: Terapi kelompok memanfaatkan kekuatan dukungan
sosial dan interaksi antara anggota kelompok. Ini dapat membantu individu
merasa didukung, memahami bahwa mereka tidak sendiri dalam
pengalaman mereka, dan memperoleh perspektif baru.
• Pendidikan Kelompok: Kelompok individu dengan kebutuhan serupa dapat
berkumpul untuk memahami masalah bersama, membagikan pengalaman,
dan belajar keterampilan baru. Ini dapat menjadi pendekatan yang kuat
untuk masalah seperti manajemen stres atau keterampilan sosial.
5. Intervensi Psikofarmakologi:
• Obat Psikiatri: Psikofarmakologi melibatkan penggunaan obat-obatan untuk
mengelola gejala gangguan mental. Antidepresan, antipsikotik, dan
anksiolitik adalah beberapa contoh obat yang dapat digunakan, seringkali
dalam kombinasi dengan terapi lainnya.
6. Intervensi Psikoedukasi:
• Memberikan Informasi: Pendidikan dan informasi tentang kondisi
psikologis dan strategi untuk mengelolanya dapat membantu individu dan
keluarga memahami dan mengatasi tantangan yang dihadapi.
• Pelatihan Keterampilan: Psikoedukasi juga dapat melibatkan pelatihan
keterampilan konkret, seperti keterampilan komunikasi, manajemen stres,
atau keterampilan sosial.
7. Intervensi Konseling:
• Konseling Karir: Pekerjaan ini dapat membantu individu mengidentifikasi
tujuan karir, menavigasi perubahan karir, atau mengatasi konflik di tempat
kerja.
• Konseling Keluarga: Dalam konseling keluarga, fokusnya adalah pada
dinamika hubungan keluarga. Terapis membantu anggota keluarga
berkomunikasi lebih baik, menyelesaikan konflik, dan membangun
hubungan yang sehat.
8. Intervensi Psikososial:
• Dukungan Sosial: Dukungan dari keluarga, teman, atau komunitas dapat
menjadi faktor penting dalam pemulihan dan kesejahteraan mental. Terapis
dapat membantu individu membangun dan memperkuat jaringan dukungan
mereka.
• Intervensi Krisis: Dalam situasi krisis, intervensi yang cepat dan efektif
diperlukan. Ini mungkin melibatkan evaluasi risiko, dukungan emosional,
dan bantuan praktis.
C. Langkah-langka Intervensi Psikologi

Menurut Nurmina, Aviani, Hermaleni, Rusli & Lubis (2019), intervensi psikologi dalam
bentuk konseling kelompok terdiri dari empat tahap, yaitu tahap awal, tahap peralihan,
tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.

1. Tahap awal

a. Psikolog membuka dan memulai pertemuan dengan memperkenalkan diri terlebih


dahulu.

b. Psikolog memberikan penjelasan terkait tujuan pertemuan dan kegiatan yang akan
dilakukan serta menjelaskan asas-asas yang wajib dipatuhi selama kegiatan, seperti:

1. Asas keterbukaan : klien diharapkan untuk terbuka dalam mengungkapkan


permasalahan yang dialami
2. Asas kesukarelaan : klien diharapkan mengikuti kegiatan secara sukarela tanpa
adanya paksaan
3. Asas kenormatifan : klien diharapkan mengikuti norma-norma yang berlaku,
menjaga etika, dan memberikan solusi sesuai dengan norma yang berlaku
4. Asas kegiatan : klien mengikuti proses konseling kelompok mulai dari awal
hingga akhir
5. Asas kemandirian : klien diharapkan mandiri dan tidak bergantung pada orang
lain
6. Asas keaktifan : klien diharapkan berpartisipasi aktif selama kegiatan berlangsung

2. Tahap peralihan
Psikolog memberikan lebih banyak peluang kepada setiap anggota kelompok untuk
berbagi terkait situasi dan permasalahan yang sedang dihadapi. Setiap anggota kelompok
memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara secara bergantian dan anggota
kelompok yang lain diharapkan untuk tetap tenang dan hanya mendengarkan tanpa
mengajukan pertanyaan atau merespon cerita dari pembicara. Selama tahap peralihan ini,
peserta juga diizinkan untuk melakukan katarsis emosional, seperti menangis atau
melepaskan perasaan mereka tanpa diinterupsi oleh siapa pun.
3. Tahap kegiatan
Pada tahap ini terdapat upaya bersama untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang
dialami. Setiap peserta diberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat, memberikan
saran, dan memberikan nasehat dari sudut pandang pribadinya terhadap setiap masalah
yang telah diceritakan oleh sesama anggota kelompok. Pada tahap ini, psikolog berperan
sebagai fasilitator untuk mengatur jalannya diskusi agar setiap peserta memiliki
kesempatan yang sama untuk berbicara dan mendengarkan orang lain yang sedang
berbicara.
4. Tahap pengakhiran
Tahap ini ditandai dengan anggota kelompok mulai mengubah perilaku mereka di dalam
kelompok. Adapun langkah-langkah dalam tahap pengakhiran yaitu sebagai berikut:
a. Menyampaikan bahwa kegiatan konseling kelompok akan segera berakhir dan
psikolog bertugas untuk merangkum kembali hal yang telah disampaikan oleh
semua peserta dan menekankan kepada peserta untuk mengimplementasikan hal-
hal yang telah diperoleh selama konseling kelompok.
b. Anggota kelompok menyampaikan kesan dan pesan selama mengikuti kegiatan.
c. Mengakhiri sesi konseling dengan mengucapkan terimakasih dan melakukan doa
bersama.
D. Peranan Riset dan Teori Dalam Intervensi
Penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ilmu
psikologi. Teori-teori klasik yang memiliki dampak besar dalam bidang psikologi
bahkan dapat dipertanyakan keberlakuannya melalui penelitian terbaru yang
menunjukkan bahwa teori-teori tersebut sudah tidak relevan lagi. Karena perilaku
manusia sangat kompleks, dinamis, dan terus berubah seiring waktu, penelitian yang
mendalam dan terkini sangat penting untuk memahami fenomena psikologis dengan
lebih baik dan akurat.
Penelitian ini juga membantu masyarakat dalam memahami psikologi dengan
lebih baik. Metode-metode yang digunakan dalam penelitian psikologi klinis disusun
melalui proses yang ketat untuk memastikan akurasi dalam merekam fenomena yang
diteliti, yang dikenal sebagai validitas. Selain itu, peneliti harus memastikan
kepercayaan (reliabilitas) penelitian dengan menjaga konsistensi dan keandalan
instrumen penelitian, sehingga hasil penelitian dapat diandalkan dan diterapkan
dalam praktik psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Ediati, A., & Kaloeti, D. V. S., & Sakti, H., & Dewi, K. S., & Kahija, Y. F. L., & Rahmandani, A.,
& Salma. (2020). Psikologi Psikologi klinis: klinis: teori dan aplikasi aplikasi. Semarang:
Penerbit Erlangga.
Mawarpury, M., & Humam, F. (2013). Peran Psikologi dalam Pelayanan Kesehatan Mental di
Puskesmas. Psikogenesis, 2(1), 76-87.
Nurmina, N., Aviani, Y. I., Hermaleni, T., Rusli, D., & Lubis, A. (2019). Asesmen Dan Intervensi
Psikologi Untuk Mengurangi Stres Psikologis Pada Para Ibu Di Desaku Menanti. PLAKAT:
Jurnal Pelayanan Kepada Masyarakat, 1(2), 144-152.
Putra, A. D., Kusumawardhani, D. E., & Narhetali, E. (2019). Teknik intervensi nudge dengan
pendekatan norm untuk meningkatkan perilaku membaca remaja. Jurnal Psikologi Sosial,
17(1), 3-11.
Sundberg, N. D., Winebarger, A. A., & Taplin, J. R. (2007). Psikologi Klinis: Perkembangan Teori,
Praktik, dan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai