Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR SHALAT

Oleh:

1. Alifa Indah Pratiwi (2310070100116)


2. Putri Shakira Annadjwa (2310070100120)
3. ⁠Dea Firmanita (2310070100122)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul "Konsep Dasar Shalat".
Dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada para pembaca, baik dosen, teman sejawat, maupun rekan-rekan yang telah
memberikan dorongan, bimbingan, serta dukungan dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini membahas konsep dasar tentang shalat, salah satu rukun Islam yang
memiliki peran sentral dalam kehidupan umat Muslim. Kami berusaha menyajikan
informasi yang lengkap dan jelas mengenai esensi, tata cara, dan pentingnya shalat dalam
praktik keagamaan sehari-hari.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
dan keterbatasan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber pengetahuan dan
pemahaman yang baik tentang konsep dasar shalat bagi pembaca yang budiman. Terima
kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
2.1 Definisi Shalat .................................................................................................... 6
2.2 Ketentuan Pelaksanaan Shalat (Syarat, Rukun, Waktu, Kaifiyat) ................. 6
2.3 Shalat Khusyu’................................................................................................... 8
2.4 Shalat Jama’ / Qashar dan Ketentuannya ........................................................ 9
2.5 Shalat Berjamaah ............................................................................................ 13
2.6 Hikmah Shalat Pada Aspek Kesehatan .......................................................... 16
2.7 Kandungan Surat Al-Isra’: 78 dan Ar-Rum: 17-18 ....................................... 17
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Shalat, sebagai salah satu rukun Islam yang memiliki posisi sentral dalam kehidupan
seorang muslim, menawarkan lebih dari sekadar rutinitas ritual; ia adalah titik pertemuan
antara hamba dengan Tuhannya, sebuah wadah spiritual untuk berkomunikasi secara
langsung dengan Sang Pencipta. Konsep dasar shalat merupakan fondasi yang kokoh bagi
praktik ibadah ini, memperinci segala hal mulai dari tata cara pelaksanaan hingga makna
filosofis yang tersembunyi di dalamnya.
Makalah ini mengajak untuk menjelajahi lebih dalam tentang esensi shalat,
melampaui sekadar gerakan fisik dan ucapan-ucapan yang terucap. Kami akan menelusuri
konsep dasar shalat dengan cermat, mengurai setiap aspeknya secara komprehensif, dari
persyaratan yang harus dipenuhi hingga tata cara pelaksanaannya yang seharusnya penuh
dengan kesadaran dan penghayatan.
Pentingnya memahami konsep dasar shalat tak hanya terletak pada kewajiban agama,
tetapi juga dalam mencari kedamaian batin dan keharmonisan dalam hubungan dengan
Sang Khalik. Makalah ini mengajak pembaca untuk menyelami lebih dalam tentang esensi
shalat, merenungkan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya, serta menggali
pemahaman yang lebih mendalam tentang perintah Allah SWT. dan ajaran Rasulullah
SAW. terkait dengan ibadah shalat.
Melalui pemahaman yang mendalam terhadap konsep dasar shalat, diharapkan setiap
muslim dapat menghadirkan kekhusyukan yang lebih dalam dalam setiap rakaatnya,
menjadikan shalat bukan sekadar rutinitas harian, tetapi sebuah kesempatan untuk
memperkuat ikatan spiritual dengan Sang Pencipta. Dengan demikian, makalah ini tidak
hanya menjadi bahan kajian akademis, tetapi juga menjadi panduan spiritual bagi mereka
yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui ibadah shalat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi shalat secara bahasa dan istilah dalam Islam?
2. Apa saja ketentuan pelaksanaan shalat, termasuk syarat, rukun, waktu, dan kaifiyatnya?
3. Bagaimana konsep shalat khusyu' dan bagaimana cara mencapainya?
4. Apa yang dimaksud dengan shalat jama'/qashar dan apa saja ketentuannya?
5. Mengapa shalat berjamaah memiliki nilai penting dalam Islam dan bagaimana cara
menjalankannya?
6. Apa hikmah dari praktik shalat terkait dengan aspek kesehatan?
7. Apa yang dapat dipetik dari kandungan Surat Al-Isra’: 78 dan Ar-Rum: 17-18 terkait
dengan makna dan pentingnya shalat dalam kehidupan seorang muslim?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai definisi shalat dalam Islam,
baik dari segi bahasa maupun istilah teknis.
2. Mendeskripsikan secara detail ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan shalat, termasuk syarat-syarat, rukun-rukun, waktu-waktu, dan
kaifiyatnya.
3. Membahas konsep shalat khusyu' serta memberikan panduan tentang bagaimana
mencapai kekhusyukan dalam beribadah.
4. Menjelaskan konsep dan ketentuan shalat jama'/qashar beserta relevansinya dalam
praktik keagamaan sehari-hari.
5. Menyampaikan pentingnya shalat berjamaah dalam Islam dan memberikan panduan
tentang cara melaksanakannya.
6. Menguraikan hikmah-hikmah dari praktik shalat yang berkaitan dengan aspek
kesehatan, baik fisik maupun mental.
7. Menganalisis kandungan Surat Al-Isra’: 78 dan Ar-Rum: 17-18 untuk memahami
pesan-pesan tentang shalat dalam perspektif Al-Quran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Shalat


Shalat menurut etimologi (bahasa) berarti do‟a. Sedangkan secara istilah
(terminologi) shalat adalah perkataan dan perbuatan tertentu atau khusus yang dimulai
dengan takbir (takbiratul ihram) dan diakhiri dengan salam. Shalat merupakan rukun
perbuatan yang paling penting di antara rukun islam yang lain sebab ia mempunyai
pengaruh yang baik bagi kondisi akhlak manusia.
Sedangkan secara istilah Sholat adalah salah satu ibadah yang diperintahkan Allah
subhana wa ta’ala, yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan, diawali dengan takbir
dan diakhiri dengan salam, yang didasari dengan beberapa syarat dan rukun-rukunnya.
Sholat mengandung unsur spiritual dan aktivitas fisik, yang memberikan dampak relaksasi
jiwa dan raga dari segala ketegangan dan menciptakan suatu perasaan damai dan puas.
Shalat adalah cahaya yang dapat menunjukkan kepada kebenaran, mencegah dari
maksiat dan perbuatan keji dan mungkar. Shalat mempunyai jasad dan ruh. Adapun
jasadnya adalah berdiri, ruku‟, sujud, duduk dan membaca bacaan. Dan adapun ruhmya
adalah mengagungkan Allah, memuji, memohon, meminta ampun kepadaNya, memuja-
Nya, mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasul, keluarga beliau, dan hamba-hamba
Allah yang Shalih.

2.2 Ketentuan Pelaksanaan Shalat (Syarat, Rukun, Waktu, Kaifiyat)


1. Syarat
a) Suci dari dua hadats Suci ( besar dan kecil)
b) Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat dari najis
c) Menutup aurat
d) Masuknya waktu shalat
e) Menghadap kiblat
f) Mengetahui mana yang fardhu dan mana yang sunnah
g) Menjauhi hal-hal yang membatalkan shalat
2. Rukun
a) Niat Bacaan niat shalat misalnya shalat subuh yaitu
b) Berdiri bagi yang mampu
c) Takbiratul ihram
d) Membaca surat Al-Fatihah
e) Ruku dengan tumakninah Lafadz bacaannya dibaca sebanyak 3 kali
f) I’tidal dengan thuma’ninah
g) Sujud dua kali dengan thuma‟ninah
h) Duduk antara dua sujud dengan thuma‟ninah,
i) Duduk tasyahhud pertama
j) Duduk tasyahhud akhir
k) Mengucapkan salam
l) Tertib, yang artinya beruntun menurut peraturan yang telah ditentukan.
3. Waktu dan Jumlah Rakaat Shalat Fardhu
a) Shalat subuh yang dilakukan oleh seorang muslim dipermulaan hari, di antara fajar
menyingsing dengan terbitnya matahari sebanyak dua raka‟at
b) Shalat zuhur yang dikerjakan didalam batas waktu yang terbatas di antara lohor
hingga pertangahan masa yang yang berada lohor, jumlah raka‟atnya empat
c) Shalat ashar, waktu mengerjakan di antara pertangahan masa dengan terbenamnya
matahari, jumlah raka‟atnya empat
d) Shalat magrib, waktnnya ditetapkan di antaranya hilangnya cahaya senja dari ufuk,
jumlah raka‟atnya tiga
e) Shalat isya, waktunya mulai hilangnya sinar merah matahari sampai terbitnya fajar.
Jumlah raka‟atnya empat.
4. Kaifiyat
Kaifiyat shalat adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk kepada
kondisi atau tata cara pelaksanaan shalat dalam agama Islam. Istilah ini sering
digunakan untuk menyatakan bagaimana seseorang melakukan shalat, baik dari segi
gerakan, bacaan, maupun perasaan dalam menjalankannya. Berikut adalah kaifiyatnya:
a) Mengambil Wudhu
b) Menghadap Kiblat
c) Takbiratul Ihram
d) Membaca Doa Iftitah
e) Membaca Surat Al-Fatihah
f) Membaca Sebagian Ayat Al-Qur’an
g) Ruku’ Dengan Tuma’ninah Atau Tenang
h) I’tidal Dengan Tuma’ninah
i) Sujud Dengan Tuma’ninah
j) Duduk Diantara Dua Sujud
k) Sujud Yang Kedua Dengan Tuma’ninah
l) Duduk Tasyahud Awal
m) Duduk Tasyahud Akhir
n) Salam

2.3 Shalat Khusyu’


Kata khusyu’ disebutkan di dalam Al-Qur’an pada 16 ayat. Makna bahasanya berkisar
pada hina/menunduk, rendah/tenang, kering/mati, ketakutan serta merendahkan dan
menundukkan diri. Makna khusyu’ adalah hadir di hadapan Allah dengan segenap hati
ketika shalat, dengan rasa tunduk dan hina serta mendalami dan memahami semua bacaan
ayat-ayat al-Qur’an, bacaan doa, dan zikir.
Shalat khusyu’ adalah sikap tunduk dan tawadhu’ serta menjaga ketenangan hati
kepada Allah, mewujudkan jiwa shalat dan hakikatnya. Ada beberapa makna khusyu’
menurut beberapa ulama, ada yang mengatakan bahwa khusyu’ artinya tunduk dan
merendahkan diri tanpa mengangkat penglihatan dari tempat sujud dan tidak menoleh ke
kanan dan ke kiri.
Khusyu’ adalah terpusatnya pikiran terhadap shalat yang sedang dilaksanakan hingga
tidak diketahui siapa orang yang di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Kekhusyu’an hati
juga dipengaruhi oleh kondisi jasmani. Jasmani yang segar dan bersih akan memberikan
pengaruh pada kekhusyu’an hati, kondisi jasmani saling mempengaruhi kondisi rohani
yang berlangsung selama shalat. Hati yang khusyu’ dalam mengerjakan shalat yaitu dapat
menghayati apa yang dilakukan dalam shalat, merasakan isi bacaan, hati benar-benar hadir
dan merasa sedang menghadap Allah Swt. dan anggota badan tenang, tidak mengadakan
gerakan-gerakan diluar tuntunan shalat serta gerakangerakan yang dituntunkan dengan
sempurna.
Shalat khusyu’ adalah dengan menghadirkan hati dan menunaikan apa yang
seharusnya dilakukan serta ketika seseorang secara sadar merasakan berdiri di hadapan
Allah, mengetahui makna bacaan dalam shalatnya dan berkomunikasi dengan Allah.
Seseorang yang shalat harus mampu menghadirkan makna dari apa yang ia ucapkan dan
perbuat, harus mampu menghadirkan dirinya dihadapan Allah, karena kekhusyu’an
termasuk dari bagian kesempurnaan shalat. Kualitas shalat terletak pada kekhusyu’an
dalam menunaikannya, khusyu’ adalah roh dari shalat itu sendiri. Khusyu’ dalam shalat
akan dapat diperoleh bila hati benar-benar kosong dari memikirkan hal lain selain shalat.
2.4 Shalat Jama’ / Qashar dan Ketentuannya
1. Ketentuan Shalat Jama’
a. Pengertian Shalat Jama’
Jama’ menurut bahasa berarti mengumpulkan.Sedangkan shalat jama’
menurut istilah adalah mengumpulkan dua shalat wajib yang dikerjakan dalam satu
waktu. Misalnya menggabungkan shalat zuhur dan ashar dikerjakan pada waktu
zuhur atau pada waktu ashar. Atau menggabungkan shalat magrib dan isya
dikerjakan pada waktu magrib atau pada waktu isya.
Sedangkan shalat subuh tetap pada waktunya tidak boleh digabungkan dengan
shalat lain.Hal ini merupakan rukhshah (keringanan) dari Allah Swt. Dalam
melaksanakan shalat dalam keadaan tertentu.Menjama’ shalat hukumnya mubah
atau boleh bagi orang yang sudah memenuhi syarat.
b. Macam-Macam Shalat Jama’
1) Jama’ taqdim, adalah mengumpulkan dua shalat wajib dikerjakan pada waktu
yang pertama (awal). Jama’ taqdim ada dua macam yaitu:
• Mengumpulkan shalat zuhur dan shalat ashar, dikerjakan pada waktu dzuhur
• Mengumpulkan shalat magrib dan isya, dikerjakan pada waktu magrib.
2) Jama’ ta’khir, adalah mengumpulkan dua shalat wajib dikerjakan pada waktu
yang kedua (akhir). Jama’ ta’khir ada dua macam, yaitu:
• Mengumpulkan shalat zuhur dan shalat ashar, dikerjakan pada waktu ashar.
• Mengumpulkan shalat magrib dan isya, dikerjakan pada waktu isya.
c. Syarat-syarat Shalat Jama’
1) Musafir, orang yang sedang dalam perjalanan dan perjalanan tidak untuk
maksiat.
2) Jarak perjalanan minimal 80.64 km.
3) Tidak boleh makmum dengan orang yang mukim
d. Tata Cara Shalat Jama’
1) Shalat Jama’ Taqdim
• Mengumpulkan shalat dhuhur dan shalat ashar dikerjakan pada waktu
dhuhur (a) Berniat menjama’ shalat dhuhur dengan jama’ Taqdim Catatan:
setelah salam pada shalat yang pertama harus langsung berdiri, tidak boleh
diselingi perbuatan atau perkataan misalnya, dzikir, berdoa, bercakap dan
lain-lain.
• Mengumpulkan shalat magrib dan shalat isya, dikerjakan pada waktu
magrib (a) Berniat menjama’ shalat magrib dengan Jama’ Taqdim (b)
Takbiratul ihram (c) Shalat magrib tiga rakaat seperti biasa (d) Salam (e)
Berdiri lagi dan berniat shalat yang kedua ( isya’) (f) Takbiratul ihram (g)
Shalat isya’ empat rakaat seperti biasa (h) Salam Catatan :Setelah salam
pada shalat yang pertama harus langsung berdiri, tidak boleh diselingi
perbuatan atau perkataan misalnya, dzikir, berdoa, bercakap dan lainlain).
2) Shalat Jama’ Ta’khir
• Mengumpulkan shalat dhuhur dan shalat ashar, dikerjakan pada waktu ashar
(a) Berniat menjama’ shalat dhuhur dengan jama’ ta’khir (b) Takbiratul
ihram (c) Shalat dhuhur empat rakaat seperti biasa (d) Salam (e) Berdiri lagi
dan berniat shalat yang kedua (ashar) (f) Takbiratul ihram (g) Shalat ashar
empat rakaat seperti biasa (h) Salam
• Mengumpulkan shalat maghrib dan shalat isya’, dikerjakan pada waktu
isya’ (a) Berniat menjama’ shalat maghrib dengan jama’ ta’khir (b)
Takbiratul ihram (c) Shalat maghrib tiga rakaat seperti biasa (d) Salam (e)
Berdiri lagi dan berniat shalat yang kedua (isya) (f) Takbiratul ihram (g)
Shalat isya’ empat rakaat seperti biasa (h) Salam
2. Ketentuan Shalat Qasar
a. Pengertian Shalat Qasar
Qasar secara bahasa berarti meringkas, sedangkan shalat qasar adalah
meringkas shalat wajib empat rakaat menjadi dua rakaat. Mengqashar shalat bagi
orang yang memenuhi syarat hukumnya mubah (boleh) karena merupakan rukhsah
(keringanan) dalam melaksanakan shalat bagi orang-orang yang memenuhi syarat.
Shalat yang boleh diqashar adalah salat dhuhur, ashar, isya’. Shalat maghrib dan
shubuh tidak boleh diqashar karena jumlah rakaatnya tidak empat rakaat.
b. Syarat-syarat Shalat Qashar
1) Musafir, orang yang sedang dalam perjalanan dan perjalanan tidak untuk
maksiat. Contohnya Mudik, dan Field trip
2) Jarak perjalanan minimal 80.64 km
3) Tidak boleh makmum dengan orang yang mukim
4) Berniat shalat Qashar
c. Tata Cara Shalat Qashar
1) Shalat Qashar Zuhur
• Berniat menqashar shalat zuhur
• Takbiratul ihram
• Shalat dzuhur dua rakaat
• Salam
2) Shalat Qashar Ashar
• Berniat menqashar shalat ashar
• Takbiratul ihram
• Shalat ashar dua rakaat
• Salam
3) Shalat Qashar Isya’
• Berniat menqashar shalat isya’
• Takbiratul ihram
• Shalat isya’ dua rakaat
• Salam.
3. Ketentuan Shalat Jama’ Qasar
a. Pengertian Shalat Jama’ Qashar
Mengumpulkan dua shalat wajib yang dikerjakan dalam satu waktu dan
jumlah rakaat ringkas menjadi dua rakaat.
b. Macam-macam shalat Jama’ Qashar
1) Jama’ Qashar menggunakan jama’ taqdim, adalah mengumpulkan dua shalat
wajib dikerjakan pada waktu yang pertama (awal) dan jumlah rakaat ringkas
menjadi dua rakaat. Jama’ taqdim ada dua macam yaitu:
• Mengumpulkan shalat zuhur dan shalat ashar, dikerjakan pada waktu dzuhur
• Mengumpulkan shalat magrib dan isya, dikerjakan pada waktu magrib.
2) Jama’ Qashar menggunakan jama’ ta’khir, adalah mengumpulkan dua shalat
wajib dikerjakan pada waktu yang kedua (akhir) dan jumlah rakaat ringkas
menjadi dua rakaat. Jama’ ta’khir ada dua macam, yaitu:
• Mengumpulkan shalat zuhur dan shalat ashar, dikerjakan pada waktu ashar.
• Mengumpulkan shalat magrib dan isya, dikerjakan pada waktu isya’
c. Syarat-syarat Shalat Jama’ Qashar
1) Musafir, orang yang sedang dalam perjalanan dan perjalanan tidak untuk
maksiat : Contohnya mudik dan Field trip
2) Jarak perjalanan minimal 80.64 km.
3) Tidakbolehmakmumdengan orang yang mukim
4) Berniat shalat Jama’Qashar
d. Tata Cara Shalat Jama’ Qashar
1) Shalat Jama’Qashar menggunakan jama’ taqdim:
• Mengumpulkan shalat zuhur dan shalat ashar, dikerjakan pada waktu dzuhur
dan jumlah rakaat diringkas menjadi dua rakaat (a) Berniat menjama’
Qashar shalat zuhur dengan Jama’ Taqdim (b) Takbiratul ihram (c) Shalat
dzuhur dua rakaat (diringkas) (d) Salam (e) Berdiri lagi dan berniat shalat
yang kedua ( ashar) (f) Takbiratul ihram (g) Shalat ashar dua rakaat
(diringkas) (h) Salam
• Mengumpulkan shalat magrib dan shalat isya, dikerjakan pada waktu
magrib dan jumlah rakaat diringkas menjadi dua rakaat, kecuali shalat shalat
magrib tetap tiga rakaat. (a)Berniat menjama’ Qashar shalat magrib dengan
Jama’ Taqdim (b) Takbiratul ihram (c)Shalat magrib tiga rakaat seperti
biasa (d) Salam (e)Berdiri lagi dan berniat shalat yang kedua ( isya’)
(f)Takbiratul ihram (g) Shalat isya dua rakaat (diringkas) (h) Salam
2) Shalat Jama’Qashar menggunakan jama’ ta’khir:
• Mengumpulkan shalat zuhur dan shalat ashar, dikerjakan pada waktu Ashar
dan jumlah rakaat diringkas menjadi dua rakaat (a) Berniat menjama’
Qashar shalat zuhur dengan Jama’ Ta’khir (b) Takbiratul ihram (c) Shalat
dzuhur dua rakaat (diringkas) (d) Salam (e) Berdiri lagi dan berniat shalat
yang kedua ( ashar) (f) Takbiratul ihram (g) Shalat ashar dua rakaat
(diringkas) (h) Salam.
• Mengumpulkan shalat magrib dan shalat isya, dikerjakan pada waktu isya’
dan jumlah rakaat diringkas menjadi dua rakaat, kecuali shalat magrib tetap
tiga rakaat (a)Berniat menjama’ Qashar shalat magrib dengan Jama’ Ta’khir
(b) Takbiratul ihram (c)Shalat magrib tiga rakaat seperti biasa (d) Salam
(e)Berdiri lagi dan berniat shalat yang kedua ( isya’) (f) Takbiratul ihram (g)
Shalat isya dua rakaat (diringkas) (h) Salam.
2.5 Shalat Berjamaah
1. Pengertian Shalat Berjamaa’ah
Kata jama’ah menurut bahasa arab (ja’ah ) yang berarti: mengumpulkan dan
menggabungkan sesuatu dengan mendekatkan sebagian yang lain. Adapun menurut
istilah:
a. Apabila ada dua orang bersembayang bersama dan salah satu diantara mereka
mengikuti yang lain, maka keduanya dinamakan sholat berjama’ah. Orang yang
dikuti ( yang dihadapannya ) dinamakan iman dan yang mengikuti dibelakang
makmum.
b. Sholat berjama’ah adalah sholat yang dikerjakan secara bersama sama – oleh dua
orang atau lebih, seorang menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan
syarat – syarat yang telah ditentukkan. Dari pengertian – pengertian sholat
berjama’ah tersebut diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa yang dinamakan
sholat berjama’ah tersebut adalah sholat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih
secara bersama – sama dengan aturan – aturan tertentu dimana orang bertindak
sebagai iman dan yang lain sebagai makmum
Dalam islam sholat yang disunnahkan berjama’ah itu ada beberapa macam yaitu
diantaranya:
a. Sholat fardhu: adalah sholat yang diwajibkan bagi tiap – tiap orang yang dewasa
dan berakal, dikerjakan sehari semalam. Mula – mula perintah wajib sholat itu ialah
sampai pada malam isra’ setahun sebelum tahun hijriyah.
b. Sholat jum’at: yaitu sholat mingguan yang dilakukkan setiap hari jumat dengan
berjamaah sambil mendengarkan nasehat – nasehat sebelumnya.
c. Sholat hari raya : dalam islam sholat hari raya ada 2 yaitu sholat : Hari raya Idul
fitri, dilaksanakan setiap tanggal 1 bulan syawal. Hari raya Idul Adha, dilaksanakan
setiap 10 Dzulhijjah.
d. Sholat Tarawih dan Witir bulan Ramadhon
e. Sholat Tarawih adalah sholat yang dikerjakkan dibulan suci Ramadhan dilakukkan
setelah sholat isya’
f. Sholat Witir adalah sholat yang jumlah rakaatnya ganjil yang dilakukkansetelah
sholat tarawih
g. Sholat Istisqoq’ sholat yang dilakukkan untuk meminta hujan kepada Allah SWT.
h. Sholat khusuf adalah sholat yang dilakukkan ketika terjadinya gerhana, baik
gerhana matahari maupun gerhana bulan.
i. Sholat Jenazah adalah sholat yang dilakukkan oleh kaum muslimin apabila ada
saudaranya yang meninggal dunia.
2. Ketentuan Shalat Berjama’ah
a. Syarat Menjadi Imam
1) Lebih banyak mengerti dan paham masalah ibadah solat.
2) Lebih banyak hapal surat-surat Alquran.
3) Lebih fasih dan baik dalam membaca bacaan-baca'an salat.
4) Lebih senior / tua daripada jama'ah lainnya.
5) Tidak mengikuti gerakan shalat orang lain
6) Laki-laki. Tetapi jika semua makmum adalah wanita, maka imam boleh
perempuan.
1) Adapun ketentuan-ketentuan menjadi imam adalah sebagai berikut:
2) Laki-laki, perempuan, dan banci boleh menjadi ma'mum kepada laki-laki.
3) Perempuan tidak boleh menjadi imam untuk laki-laki.
4) Orang dewasa boleh ma'mum kepada anak yang sudah mumayyiz (hampir
dewasa). Hamba sahaya boleh ma'mum kepada orang yang merdeka atau
sebaliknya. Laki-laki tidak boleh menjadi ma'mum kepada banci atau
perempuan.
5) Banci tidak boleh ma'mum kepada perempuan.
6) Orang yang sedang ma'mum kepada orang lain tidak boleh dijadikan imam.
7) Tidak boleh ma'mum kepada orang yang diketahui bahwa shalatnya tidak sah
(batal). Contohnya tidak boleh ma'mum kepada orang yang berhadats.
b. Syarat-syarat Menjadi Ma'mum
1) Jika imam batal, maka seorang makmum maju ke depan menggantikan imam.
2) Jika imam lupa jumlah roka'at atau salah gerakan sholat, makmum
mengingatkan dengan membaca Subhanallah dengan suara yang dapat didengar
imam. Untuk ma'mum perempuan dengan cara bertepuk tangan
3) Makmum dapat melihat atau mendengar imam.
4) Makmum berada di belakang imam.
5) Mengerjakan ibadah sholat yang sama dengan imam.
6) Jika datang terlambat, maka makmum akan menjadi masbuk yang boleh
mengikuti imam sama sepertimakmum lainnya, namun setelah imam salam
masbuk menambah jumlah rakaat yang tertinggal. Jika berhasil mulai dengan
mendapatkan ruku' bersama imam walaupun sebentar maka masbuk
mendapatkan satu raka'at. Jika masbuk adalah makmum pertama, maka masbuk
menepuk pundak imam untuk mengajak sholat berjama'ah.
c. Susunan Shaf dalam Shalat berjamaah
1) Posisi ma'mum bila satu orang adalah di sebelah kanan imam agak mundur
sedikit. Bila datang lagi satu orang, maka orang ini berdiri di samping kiri
ma'mum pertama. Dalam pada itu ada dua kemungkinan yang musti dilakukan.
Pertama, imam bergeser agak ke depan untuk memberikan ruang buat sujud
kedua ma'mum di belakangnya dan mengambil posisi tengah/sentris. Kedua,
ma'mum pertama mundur ke belakang sejauh ruang untuk sujud baginya dan
bersama dengan ma'mum kedua, keduanya berdiri di belakang imam secara
sentris pula. Bila datang lagi ma'mum ketiga, maka dia mengambil posisi di
sebelah kanan barisan, yaitu sebelah kanan ma'mum pertama. Bila datang lagi
ma'mum ke empat, maka mengambil posisi di sebelah kiri shaf atau sebelah kiri
ma'mum kedua. Begitu seterusnya sehingga posisi iman selalu berada di tengah-
tengah (sentris).
2) Jika jama'ah terdiri dari beberapa shaf, ada laki-laki dan perempuan, maka
pengaturan shafnya adalah di belakang imam shaf laki-laki dewasa, kemudian
shaf anak laki-laki, kemudian shaf anak perempuan, lalu shaf perempuan
dewasa
d. Hukum Masbuq
Masbuq artinya tertinggal dari imam, yaitu orang yang mengikuti sholat
berjama'ah tetapi tidak sempat mengikutinya sejak imam melakukan takbiratul
ihram (sejak rakaat pertama).
Cara ma'mum mengikuti imam yang tertinggal adalah dengan mengerjakan
gerakan sebagaimana yang sedang dikerjakan imam. Jika ma'mum masih sempat
mendapati imam belum ruku' atau sedang ruku' dan dia dapat melaksanakan ruku'
dengan sempurna maka ma'mum tadi terhitung meengikuti jama'ah satu rakaat
(hendaknya berusaha membaca surat Al-Fatihah walaupun satu ayat sebelum ruku').
Jika imam selesai sholat, sedangkan ma'mum masih kurang bilangan rakaatnya
maka ma'mum menambah kekurangan rakaatnya setelah imam mengucapkan salam
2.6 Hikmah Shalat Pada Aspek Kesehatan
1. Berdiri lurus
Berdiri lurus adalah pelurusan tulang belakang, dan menjadi awal dari sebuah
latihan pernapasan, pencernaan dan tulang.
2. Takbir
Takbir merupakan latihan awal pernapasan, Paru-paru adalah alat pernapasan,
Paru kita terlindung dalam rongga dada yang tersusun dari tulang iga yang melengkung
dan tulang belakang yang mencembung. Susunan ini didukung oleh dua jenis otot yaitu
yang menjauhkan lengan dari dada (abductor) dan mendekatkannya (adductor). Takbir
berarti kegiatan mengangkat lengan dan merenggangkannya, hingga rongga dada
mengembang seperti halnya paru-paru. Dan mengangkat tangan berarti meregangnya
otot-otot bahu hingga aliran darah yang membawa oksigen menjadi lancar.
3. Ruku
Dengan ruku’, memperlancar aliran darah dan getah bening ke leher oleh karena
sejajarnya letak bahu dengan leher. Aliran akan semakin lancar bila ruku’ dilakukan
dengan benar yaitu meletakkan perut dan dada lebih tinggi daripada leher. Ruku’ juga
mengempiskan pernapasan. Pelurusan tulang belakang pada saat ruku’ berarti
mencegah terjadinya pengapuran. Selain itu, ruku’ adalah latihan kemih (buang air
kecil) untuk mencegah keluhan prostat. Pelurusan tulang belakang akan mengempiskan
ginjal. Sedangkan penekanan kandung kemih oleh tulang belakang dan tulang
kemaluan akan melancarkan kemih. Getah bening (limfe) fungsi utamanya adalah
menyaring dan menumpas kuman penyakit yang berkeliaran di dalam darah.
4. Sujud
Sujud Mencegah Wasir, mengalirkan getah bening dari tungkai perut dan dada ke
leher karena lebih tinggi. Dan meletakkan tangan sejajar dengan bahu ataupun telinga,
memompa getah bening ketiak ke leher. Selain itu, sujud melancarkan peredaran darah
hingga dapat mencegah wasir. Sujud dengan cepat tidak bermanfaat. Ia tidak
mengalirkan getah bening dan tidak melatih tulang belakang dan otot. Tak heran kalau
ada di sebagian sahabat Rasul menceritakan bahwa Rasulullah sering lama dalam
bersujud. Selain itu sujud adalah manifestasi ketotalan kita dalam berpasrah diri kepada
Allah, bahwa manusia adalah mahluk yang lemah, seorang hamba yang sudah bisa
menikmati sholatnya, maka jiwanya dalam titik nol, dalam kondisi yang paling pasrah
dan stabil, seseorang yang dilanda stres akan terlepas segala beban di jiwa dalam posisi
ini.selain secara fisik otot2 leher yang kaku karena stres akan diulur, sehingga seorang
hamba yang beriman dan pandai memaknai sholatnya tidak akan pernah dilanda
keputusasaan (Stress)
5. Duduk antara 2 sujud
Duduk di antara dua sujud dapat mengaktifkan kelenjar keringat karena
bertemunya lipatan paha dan betis sehingga dapat mencegah terjadinya pengapuran.
Pembuluh darah balik di atas pangkal kaki jadi tertekan sehingga darah akan memenuhi
seluruh telapak kaki mulai dari mata kaki sehingga pembuluh darah di pangkal kaki
mengembang. Gerakan ini menjaga supaya kaki dapat secara optimal menopang tubuh
kita.
6. Salam
Gerakan salam yang merupakan penutup sholat, dengan memalingkan wajah ke
kanan dan ke kiri bermanfaat untuk menjaga kelenturan urat leher. Gerakan ini juga
akan mempercepat aliran getah bening di leher ke jantung.

2.7 Kandungan Surat Al-Isra’: 78 dan Ar-Rum: 17-18


1. Kandungan surah al-isra’: 78
ْ ‫سق ٱليْل َوقُ ْر َءانَ ٱ ْلفَجْر ۖ إن قُ ْر َءانَ ٱ ْلفَجْر كَانَ َم‬
‫ش ُهودًا‬ َ ‫أَقم ٱلصلَوةَ ل ُدلُوك ٱلش ْمس إلَى‬
َ ‫غ‬

Artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap


malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan
(malaikat).
a. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dirikanlah shalat dengan sempurna dari waktu tergelincirnya matahari di
tengah hari hingga waktu datangnya malam. Dan masuk dalam pengertian ini shalat
dzhur, ashar, maghrib, dan isya. Dan laksanakanlah sholat subuh dan panjangkanlah
bacaan al-qur’an di dalam shalat shubuh, karena sesungguhnya sholat subuh itu
dihadiri malaikat penjaga malam dan malaikat penjaga siang.
b. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah
pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an
Univ Islam Madinah
Allah memerintahkan Nabi Muhammad dan umatnya dengan perkara yang
agung: “Senantiasalah mendirikan shalat dari waktu tergelincirnya matahari pada
siang hari hingga malam hari -masuk di dalamnya shalat dhuhur, ashar, maghrib,
dan isya’-, dan dirikanlah shalat subuh dengan memanjangkan bacaannya, karena
bacaan al-Qur’an pada shalat fajar akan disaksikan para malaikat yang bertugas
pada malam hari dan para malaikat yang bertugas pada siang hari.”
Kemudian Allah memerintahkan Rasulullah untuk mendirikan shalat sunnah
tahajjud pada malam hari untuk memperbanyak bacaan al-Qur’an agar beliau
mendapat derajat pemberi syafaat bagi kaum muslimin pada hari kiamat.
c. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr.
Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
Dirikanlah salat dengan melaksanakannya secara sempurna di waktu-
waktunya, mulai dari tergelincirnya matahari dari tengah langit yang mencakup
waktu salat zuhur dan asar, sampai gelapnya malam yang mencakup waktu salat
magrib dan isya, serta dirikanlah salat fajar dengan memperpanjang bacaan Al-
Qur`ān di dalamnya, karena salat fajar dihadiri oleh Malaikat malam dan Malaikat
siang.
2. Kandungan surah ar-rum: 17-18
َ‫*ولَهُ ٱ ْل َح ْم ُد فى ٱلس َم َوت َو ْٱْل َ ْرض َوعَشيًّا َوحينَ ت ُ ْظه ُرون‬
َ َ‫سونَ َوحينَ تُصْب ُحون‬ ُ ‫َف‬
ُ ‫س ْب َحنَ ٱّلل حينَ ت ُ ْم‬
Artinya: Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari
dan waktu kamu berada di waktu subuh, Dan bagi-Nya-lah segala puji di langit dan di
bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu
Zuhur.
a. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Wahai orang-orang Mukmin, bertasbih dan sucikanlah Allah dari sekutu, istri
dan anak. Sifatilah Dia dengan sifat-sifat kesempurnaan dengan lisan kalian.
Wujudkanlah hal itu dengan anggota badan kalian seluruhnya saat kalian
mendapatkan waktu petang dan waktu pagi, di waktu malam dan siang hari.
BagiNya sanjungan dan pujian di langit dan di bumi, siang dan malam.
b. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr.
Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
Dan hanya bagi-Nya semata segala pujian di langit yang dipujikan oleh para
Malaikat, dan di bumi yang dipujikan oleh makhluk-makhluk-Nya. Dan sucikanlah
Dia ketika kalian memasuki waktu sore, yaitu waktu untuk melaksanakan salat asar
dan sucikanlah Dia ketika kalian memasuki waktu zuhur.
c. Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr.
Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim -
Saudi Arabia
Allah ta'ala menggabungkan pujian untuk dirinya pada waktu dan tempat
seluruhnya, Allah ta'ala berfirman: { ‫ض‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫" } َولَه ْال َح ْمد فِي ال‬Dan bagi-Nya-
ِ ‫س َم َاوا‬
lah segala puji di langit dan di bumi" Dan Allah juga berfriman: { ‫ّللا َل ِإ َٰلَهَ ِإ َّل ه َو‬ َّ ‫َوه َو‬
‫" } لَه ْال َح ْمد فِي ْاْلولَ َٰى َو ْاْلخِ َر ِة‬Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, bagi-Nya-lah segala puji di dunia dan di akhirat"; maka
dengan ini jelaslah bahwasanya al-Alif dan Laam pada kata { ‫ } ْال َح ْمد‬mencakup
segala macam tempat pujian, dan itulah pujian yang dengannya Allah memuji
diriNya, dan dari kandungan ayat juga menunjukkan Allah memerintahkan hamba-
hambaNya untuk memujiNya dengan lafadz yang sama.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
• Shalat memiliki makna secara etimologi (bahasa) berarti doa, sedangkan secara istilah
(terminologi) adalah serangkaian perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam. Shalat menjadi rukun Islam kedua setelah dua kalimat
syahadat. Rasulullah mengatakan bahwa amal pertama yang akan dihisab pada hari
kiamat adalah shalat, dan jika baik maka baiklah amalan lainnya, dan jika buruk maka
buruklah amalan lainnya. Hukum shalat adalah wajib dan memiliki banyak dalil yang
menunjukkan kewajibannya, baik dalam Al-Qur'an maupun Hadits.
• Ketentuan pelaksanaan shalat terdiri dari syarat, rukun, waktu, dan kaifiyat. Syarat-
syarat shalat meliputi kebersihan, menutup aurat, masuknya waktu shalat, menghadap
kiblat, dan lain-lain. Rukun-rukun shalat meliputi niat, takbiratul ihram, membaca Al-
Fatihah, ruku, sujud, duduk antara dua sujud, tasyahhud, dan salam. Waktu dan jumlah
rakaat shalat fardu terbagi sesuai dengan lima waktu shalat. Kaifiyat shalat merujuk
pada tata cara pelaksanaan shalat, mulai dari wudhu hingga salam.
• Shalat khusyu' adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu' saat menjalankan shalat,
di mana jiwa yang khusyu' akan tercermin pada aktivitas fisiknya. Sedangkan shalat
berjamaah adalah shalat yang dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih, di
mana salah satu menjadi imam dan yang lain menjadi makmum.
• Terkait aspek kesehatan, shalat memiliki beberapa manfaat, seperti berdiri lurus yang
membantu meluruskan tulang belakang, gerakan-gerakan fisik yang dapat
meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot, serta fokus mental yang membantu
meredakan stres dan meningkatkan konsentrasi.
• Kandungan dari surah Al-Isra’: 78 dan Ar-Rum: 17-18 menjelaskan bahwa Allah
memerintahkan umat-Nya untuk mendirikan shalat secara sempurna dari waktu
tergelincirnya matahari hingga malam hari, termasuk shalat subuh yang harus
diperpanjang bacaannya. Shalat subuh disaksikan oleh malaikat penjaga malam dan
penjaga siang. Selain itu, Allah juga memerintahkan umat-Nya untuk bertasbih kepada-
Nya di waktu petang dan waktu pagi serta menyucikan-Nya ketika memasuki waktu
sore dan waktu zuhur.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, N. (2021). Shalat Khusyu’sebagai Terapi Ketenangan Jiwa (Kajian Surat Al-
Mu’minun Ayat 2) (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry).
Muslimah, S., & Abidin, S. (2019). Studi Komparatif menurut Imam Hanafi dan Imam
Syafi’i tentang Sholat Jamak dan Qasar bagi Musafir. Academia: Jurnal Ilmu Sosial
Humaniora, 2(1), 1-18.
Pratami, A. Z. P., Wardhana, M. F., & Asse, S. F. H. (2023). Pengaruh Gerakan Sholat
Terhadap Kesehatan Mental dan Jasmani. Islamic Education, 1(4), 94-107.
Rahman, U. A. (2016). Panduan Sholat Wajib & Sunnah Sepanjang Masa Rasulullah Saw.
Shahih.
Sholat, S. M. D. Sepengal Manfaat Diwajibkannya Sholat. Sains dan Kesehatan dalam
Perspektif Islam# 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Islam Indonesia.
Syekh, A. K. (2018). Tatacara Pelaksanaan Shalat Berjama’ah Berdasarkan Hadis
Nabi. Jurnal Ilmiah Al-Mu'ashirah: Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi
Perspektif, 15(2), 177-190.
https://tafsirweb.com/4682-surat-al-isra-ayat-78.html
https://tafsirweb.com/7381-surat-ar-rum-ayat-17-18.html

Anda mungkin juga menyukai