Anda di halaman 1dari 14

1

PARADIGMA ASESMEN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asesmen PBSI
Dosen Pengampu: Dr. Fatmah A.R. Umar, M.Pd.

Oleh
Yulinda Elfryanti
708523003

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asesmen adalah proses penting dalam pendidikan yang melibatkan
pengumpulan, interpretasi, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa.
Paradigma asesmen telah berkembang seiring waktu, dari pendekatan yang
bersifat tradisional hingga pendekatan yang lebih holistik dan inklusif. Makalah
ini akan membahas paradigma asesmen, evolusinya dari pendekatan tradisional
hingga yang lebih kontekstual, serta dampaknya dalam konteks pendidikan
modern. Asesmen menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dalam
kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran paradigma baru, perencanaan asesmen di
awal proses pembelajaran berfungsi sebagai identifikasi kebutuhan peserta
didik sehingga pembelajaran dapat dirancang menyesuaikan kebutuhan
dalam fase perkembangan dan tahap capaian peserta didik. Hasil asesmen
juga menyajikan informasi terkait umpan balik yang bersifat holistik bagi
pendidik, peserta didik, dan orang tua. Pendidik dapat menentukan dan
merancang strategi yang terbaik dalam pembelajaran berikutnya
berdasarkan hasil asesmen.
Berdasarkan peranan itulah, perencanaan asesmen menjadi bagian
yang tak kalah penting untuk dipelajari oleh tenaga pendidik. Perencanaan
asesmen dalam pembelajaran paradigma baru dimuat dalam modul ajar
maupun rencana pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik
dapat memilih untuk melakukan asesmen formatif atau asesmen sumatif
sesuai kebutuhan dalam mendesain pembelajaran. Asesmen formatif
digunakan untuk melihat capaian pembelajaran yang diperoleh, sedangkan
asesmen sumatif digunakan untuk memastikan pencapaian kompetensi
secara menyeluruh. Dalam pembelajaran paradigma baru, perencanaan
asesmen dilakukan berdasarkan wewenang pendidik dalam hal memilih
teknik dan waktu yang akan digunakan.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Pembelajaran Paradigma Baru?
2. Bagaimanakah Paradigma Asesmen?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan paparan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan Pembelajaran Paradigma Baru.
2. Mendeskripsikan Paradigma Asesmen.
4

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran Paradigma Baru
2.1.1 Pengertian Pembelajaran Paradigma Baru
Pembelajaran paradigma baru memastikan praktik pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik. Dengan paradigma baru ini,
pembelajaran merupakan satu siklus yang berawal dari pemetaan standar
kompetensi, perencanaan proses pembelajaran, dan pelaksanaan asesmen
untuk memperbaiki pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai
kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran paradigma baru memberikan
keleluasaan bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan
asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Pada
pembelajaran paradigma baru, Profil Pelajar Pancasila berperan menjadi
penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaharuan dalam
sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran, dan asesmen.
Asumsi-asumsi baru yang melandasi pembelajaran dengan
paradigm baru meliputi: a) orang sulit mentransfer pembelajaran karena
memerlukan pembelajaran isi maupun konteks; b) pembelajar merupakan
konstruktor pengetahuan yang aktif; c) belajar bersifat kognitif dan dalam
suatu keadaan pertumbuhan dan evolusi yang konstan; d) pembelajar
membawa kebutuhan dan pengalaman mereka ke dalam situasi-situasi
belajar; e) keterampilan dan pengetahuan sangat baik diperoleh dalam
konteks yang realistic; f) penilaian harus memiliki bentuk yang lebih
realistic dan holistic (Jonasen, 2006:666).
Paradigma baru belajar memiliki asumsi bahwa baik itu belajar
mengenai muatan/isi maupun konteks sama-sama diperlukan agar terjadi
transfer pembelajaran. Pembelajaran akan sangat dimungkinkan jika
ditransfer dari situasi-situasi pembelajaran yang kompleks dan kaya. Oleh
karenanya, aktivitas pembelajaran ini harus membantu para siswa untuk
berpikir secara mendalam mengenai muatan dalam konteks yang relevan
lagi realistik. Peran guru pun berdasarkan asumsi ini tidak mendominasi
5

proses belajar mengajar, sebaliknya siswalah yang harus lebih dominan


dan aktif.
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain untuk
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun
pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam
kegiatan belajar mengajar. Jadi, bisa dikatakan bahwa siswa bukanlah
sebatas penerima pengetahuan pasif dari gurunya melainkan sebagai
individu yang aktif memproses segala informasi yang ditemukan dari
lingkungannya untuk memperoleh pemahamannya sendiri.
Upaya memperoses segala informasi dari lingkungannya itu terarah
pada pengembangan/evolusi dan penciptaan struktur kognitif. Kita
hendaklah memfokuskan pada proses pemikiran dan penalaran selain dari
muatan, serta berupaya untuk membuat kedua proses tersebut menjadi
Nampak. Kedatipun demikian kita tidak boleh mengabaikan pengajaran
materi, dengan hanya mengajarkan pemikiran dan penalaran karena
pengetahuan konsep, teori, dan prinsip memberdayakan orang agar
berpikir secara efektif.

2.1.2 Perencanaan Asesmen dalam Paradigma Baru


Isi dan format artikel hasil penelitian dalam jurnal memiliki format
umum yang relatif baku. Berikut ini disajikan uraian singkat tentang isi
dan format atau sistematika penulisan artikel hasil penelitian yang lazim
digunakan.
Dalam pembelajaran paradigma baru, bentuk pembelajarannya
menekankan pentingnya integrasi pembelajaran dengan asesmen,
khususnya asesmen formatif. Pembelajaran dan asesmen menjadi sinyal
pentingnya pengembangan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Pembelajaran yang memfokuskan pada
pencapaian kompetensi memerlukan adanya asesmen secara berkala.
Perencanaan asesmen dalam pembelajaran paradigma baru dimulai
dengan merumuskan tujuan asesmen diikuti dengan pengembangan
6

instrumen penilaian. Asesmen yang dilakukan tersebut harus disesuaikan


dengan perkembangan fase tiap peserta didik.
Secara khusus, untuk fase pondasi atau jenjang PAUD tidak
digunakan tes tertulis untuk kegiatan asesmennya. Penilaian dilakukan
berdasarkan pengamatan mendalam sesuai kebutuhan tingkat satuan
pendidikan. Pada pendidikan khusus, asesmen lebih beragam karena
berdasarkan pendekatan peserta didik secara individual, dan untuk jenjang
SMK attau kejuruan dilakukan asesmen khas yang membedakan dari
jenjang lainnya, yaitu asesmen PKL (Praktik Kerja Lapangan).
Rencana asesmen dimuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
maupun modul ajar. Rencana asesmen yang terdapat dalam modul ajar
telah dilengkapi instrumen dan cara melakukan penilaiannya. Namun,
rencana asesmen ini tidak berlaku jika pendidik memilih modul ajar yang
telah disediakan oleh pemerintah sebagai referensi. Perencanaan asesmen
dapat dilakukan jika pendidik memutuskan untuk mengembangkan atau
memodifikasi secara mandiri modul ajar yang telah tersedia, sehingga
diperlukan asesmen formatif di dalamnya.

2.1.3 Prinsip Asesmen dalam Paradigma Baru


1) Asesmen menjadi bagian terintegrasi dalam proses, fasilitas, dan
penyediaan informasi dalam kegiatan pembelajaran
2) Asesmen dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan fungsi dari asesmen
yang akan dipilih
3) Asesmen yang menyajikan informasi capaian belajar peserta didik harus
disusun secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable)
4) Hasil asesmen berupa laporan capaian kompetensi yang harus disajikan
secara sederhana dan informatif
5) Hasil asesmen menjadi acuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran
di tiap sekolah.
7

Paradigma asesmen yang dibangun dalam Kurikulum Merdeka,


yaitu dengan mengimplementasikan growth mindset (pola pikir
bertumbuh) yang menganggap hasil akhir pembelajaran tidak begitu
penting dibanding capaian tujuan pembelajaran. Peran pendidik dalam
menerapkan konsep growth mindset ini diperlukan untuk menstimulasi
peserta didik agar memiliki kesadaran untuk melakukan refleksi dan
evaluasi diri dalam proses belajar. Konsep keterpaduan juga menjadi
bagian dari paradigma asesmen yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan di dalamnya. Ketiga unsur tersebut telah
diakamodir dalam rumusan capaian pembelajaran sehingga pendidik tidak
perlu memilih salah satu di antaranya karena secara langsung keterpaduan
sudah terpenuhi.
Dalam melaksanakan asesmen, pendidik diberikan kebebasan
dalam menentukan waktu pelaksanaan asesmen baik formatif maupun
sumatif berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai dalam tujuan
pembelajaran. Hal ini karena setiap kelas mungkin memiliki waktu yang
berbeda. Selain pemilihan waktu, pendidik juga memperoleh kemerdekaan
atau kebebasan dalam menentukan teknik dan instrumen asesmen sesuai
dengan pertimbangan karakteristik peserta didik, sumber daya yang
mendukung proses belajar, maupun capaian pembelajaran dan tujuan
pembelajaran.
Kriteria ketercapaian tujuan pendidikan yang berbeda dalam
asesmen disebabkan karena modul ajar dan alur tujuan pembelajaran yang
digunakan mungkin juga berbeda. Pendidik menggunakan kriteria capaian
pembelajaran dalam melaksanakan asesmen untuk merefleksikan proses
pembelajaran yang mengukur penguasaan kompetensi peserta didik.
Kriteria tersebut digunakan dengan harapan agar hasil refleksi tersebut
dapat memberikan pembelajaran yang lebih sesuai pada peserta didik di
masa depan. Setelah melaksanakan asesmen, hasil data yang diperoleh
akan diolah sesuai kebutuhan yang membantu pertimbangan peserta didik
dalam menentukan kenaikan kelas dengan kriteria yang telah ditetapkan.
8

2.1.4 Prosedur Asesmen dalam Kegiatan Pembelajaran


Asesmen dalam proses belajar dimulai dari mendesain perencanaan
asesmen, melaksanakan, mengolah, hingga melaporkan hasil asesmen.
Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Perencanaan Asesmen
Perencanaan awal dalam asesmen menuntut pendidik untuk
memilih dan menentukan teknik, instrumen, maupun waktu yang akan
digunakan dalam mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Perencanaan tersebut harus dilandaskan pada tujuan pembelajaran
yang mengacu pada dimensi profil pelajar Pancasila yang telah
dirumuskan oleh pemerintah. Perencanaan asesmen di awal proses
belajar atau disebut praasesmen yang dapat digunakan untuk
menganalisis kondisi peserta didik dalam memenuhi kebutuhan
belajarnya.
2. Pelaksanaan Asesmen
Pelaksanaan asesmen dapat dilakukan dengan berkelanjutan baik di
tahap awal, proses hingga akhir pembelajaran untuk menampilkan
proses dan pencapaian kompetensi peserta didik secara menyeluruh
dan utuh. Asesmen yang dilaksanakan oleh pendidik dapat berupa
asesmen terhadap pembelajaran (assessment of learning), untuk
pembelajaran (assessment for learning), dan sebagai pembelajaran
(assessment as learning).
3. Pengolahan Asesmen
Pengolahan asesmen yang diperoleh dari data formatif dan sumatif
setiap peserta didik digunakan untuk menggambarkan pencapaian
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Pengolahan asesmen
dilakukan dengan cara penilaian (skor) dan dilanjutkan dengan
pendeskripsian umpan balik antara pendidik dan peserta didik.
4. Laporan dan Umpan Balik
Setelah mengolah hasil asesmen maka tingkat satuan pendidikan
akan mengomunikasikan pada peserta didik mengenai hal-hal yang
9

dapat mereka lakukan selanjutnya untuk perbaikan (remidial).


Pelaporan hasil asesmen akan menyajikan perkembangan proses
peserta didik, menganalisis ranah pembelajaran yang memerlukan
pengembangan, serta memberi kontribusi untuk mencapai efektivitas
dalam pembelajaran.
Umpan balik dalam asesmen menjadi salah satu unsur yang
penting sebagai interpretasi penilaian dan perbaikan kinerja belajar di
masa depan karena asesmen tanpa adanya umpan balik itu tidak lebih
dari sekumpulan nilai akhir semata. Bentuk laporan asesmen yang
paling umum digunakan oleh tingkat satuan pendidikan adalah laporan
hasil belajar (rapor). Rapor akan memuat hasil analisis pendidik yang
dikomunikasikan kepada orang tua peserta didik dan peserta didik itu
sendiri.
Dalam laporan hasil belajar akan memuat pula kemajuan belajar
peserta didik serta capaian kompetensi yang telah diperolehnya.
Selanjutnya, laporan proyek menginformasikan capaian kognitif dan
nonkognitif peserta didik yang berlandaskan profil pelajar Pancasila.
Dalam laporan proyek tersebut, bentuk umpan balik berupa proses
pembelajaran proyek akan disajikan dalam bentuk catatan (kualitatif).

2.2 Paradigma Asesmen


2.2.1 Penerapan Pola Pikir Bertumbuh
Penerapan pola pikir bertumbuh (growth mindset) dalam asesmen
diharapkan membangun kesadaran bahwa proses pencapaian tujuan
pembelajaran lebih penting daripada sebatas hasil akhir. Pendidik
diharapkan mampu menerapkan ide dalam Growth Mindset khususnya
yang tergambar pada pemberian umpan balik yang menstimulasi pola pikir
bertumbuh, memberikan peserta didik kesempatan untuk melakukan
evaluasi diri dan merefleksikan pembelajarannya, serta melaksanakan
moderasi dalam asesmen.
10

2.2.2 Keterpaduan
Asesmen sebagai bagian dari pembelajaran mencakup kompetensi
pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang saling terkait.
Rumusan Capaian Pembelajaran telah mengakomodasi tiga ranah tersebut.
Pada saat pendidik melakukan asesmen berdasarkan tujuan pembelajaran
yang merupakan turunan dari Capaian Pembelajaran, maka secara
langsung keterpaduan ini terpenuhi. Dengan demikian, pendidik tidak
perlu memilih asesmen berdasarkan ketiga ranah tersebut.

2.2.3 Keleluasaan dalam Menentukan Waktu Pelaksanaan Asesmen


Pendidik memiliki keleluasaan dalam menentukan waktu pelaksanaan
asesmen formatif dan sumatif sesuai dengan karakteristik kompetensi pada
tujuan pembelajaran. Karena Alur Tujuan Pembelajaran yang digunakan
mungkin berbeda, maka waktu pelaksanaan asesmen formatif dan sumatif
di setiap kelas mungkin berbeda.

2.2.4 Keleluasaan dalam Menentukan Teknik dan Instrumen Asesmen


Pendidik memiliki keleluasaan dalam merencanakan dan
menggunakan teknik dan instrumen asesmen dengan mempertimbangkan:
karakteristik mata pelajaran, karakteristik dan kemampuan peserta didik,
Capaian Pembelajaran dan tujuan pembelajaran, serta sumber daya
pendukung yang tersedia.

2.2.5 Keleluasaan Menentukan Kriteria Ketercapaian Tujuan


Pembelajaran
Setiap satuan pendidikan dan pendidik akan menggunakan alur tujuan
pembelajaran dan modul ajar yang berbeda, oleh sebab itu untuk
mengidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran, pendidik akan
menggunakan kriteria yang berbeda, baik dalam bentuk angka kuantitatif
maupun data kualitatif sesuai dengan karakteristik tujuan pembelajaran,
aktivitas pembelajaran, dan asesmen yang dilaksanakan. Kriteria ini
11

disebut dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran. Kriteria


ketercapaian tujuan pembelajaran berfungsi untuk merefleksikan proses
pembelajaran dan mendiagnosis tingkat penguasaan kompetensi peserta
didik agar pendidik dapat memperbaiki proses pembelajaran dan atau
memberikan intervensi pembelajaran yang sesuai kepada peserta didik

2.2.6 Keleluasaan dalam Mengolah Hasil Asesmen


Mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, Capaian
Pembelajaran, alur tujuan pembelajaran, dan aktivitas pembelajaran,
pendidik memiliki keleluasaan untuk mengolah hasil asesmen sesuai
dengan kebutuhan serta kemampuan pendidik dalam melaksanakan
asesmen dan mengolah data hasil asesmen

2.2.7 Keleluasaan dalam Menentukan Kenaikan Kelas


Pendidik dan satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk
menentukan kriteria kenaikan kelas, dengan mempertimbangkan:
• Laporan Kemajuan Belajar
• Laporan Pencapaian Projek Profil Pelajar Pancasila
• Portofolio peserta didik
• Ekstrakurikuler/prestasi/penghargaan peserta didik
• Tingkat kehadiran

Khusus SMK, terdapat juga bentuk asesmen khas yang membedakan dengan
jenjang yang lain, yaitu:

a. Asesmen Praktik Kerja Lapangan


 Asesmen/pengukuran terhadap Capaian Pembelajaran peserta didik
selama melaksanakan pembelajaran di dunia kerja, meliputi substansi
kompetensi ataupun budaya kerja.
 Asesmen dilakukan oleh pembimbing/instruktur dari dunia kerja. Hasil
asesmen disampaikan pada rapor dengan mencantumkan keterangan
12

industri tentang kinerja peserta didik secara keseluruhan berdasarkan


jurnal PKL, sertifikat, atau surat keterangan PKL dari dunia kerja
 Mendorong peserta didik berkinerja baik saat melakukan pembelajaran
di dunia kerja serta memberikan kebanggaan pada peserta didik
b. Uji Kompetensi Kejuruan
 Asesmen terhadap pencapaian kualifikasi jenjang 2 (dua) atau 3 (tiga)
pada KKNI yang dilaksanakan di akhir masa studi oleh Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP-P1/LSP-2/LSP-3) atau satuan pendidikan
terakreditasi bersama DUDI
 Dapat memperhitungkan paspor keterampilan (Skills Passport) yang
diperoleh peserta didik pada tahap pembelajaran sebelumnya
 Dapat berupa observasi, demonstrasi, tes lisan, tes tulis, dan/atau
portofolio
 Membekali peserta didik sertifikat keahlian untuk menghadapi dunia
kerja
c. Ujian Unit Kompetensi
 Asesmen terhadap pencapaian satu atau beberapa unit kompetensi yang
dapat membentuk 1 (satu) Skema Sertifikasi Profesi, dilaksanakan
setiap tahun oleh satuan pendidikan terakreditasi. Unit Kompetensi
terdiri atas 1 (satu) atau beberapa Kompetensi (Capaian Kompetensi)
untuk mencapai kemampuan melaksanakan satu bidang pekerjaan
spesifik
 Dapat berupa observasi, demonstrasi, tes lisan, tes tulis, dan/atau
portofolio
 Mendorong pendidik melaksanakan pembelajaran tuntas (mastery
learning) pada materi kejuruan
 Membekali peserta didik skill passport sebelum menghadapi Uji
Kompetensi Keahlian di akhir masa pembelajaran

.
13

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kurikulum paradigma baru mencakup pemetaan standar kompetensi,
merdeka belajar dan asesmen kompetensi minimal sehingga menjamin ruang
yang lebih leluasa bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran
dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.
Kompetensi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan dan
keterampilan individu untuk mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan
definisi ini, maka beberapa hal penting yang terkait dengan kompetensi di
antaranya adalah pengetahuan, sikap, pemahaman, nilai, bakat atau
kemampuan, dan minat.
Pembelajaran paradigma baru memastikan praktik pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Dengan paradigma baru ini, pembelajaran
merupakan satu siklus yang berawal dari pemetaan standar kompetensi,
perencanaan proses pembelajaran, dan pelaksanaan asesmen untuk
memperbaiki pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai
kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran paradigma baru memberikan
keleluasaan bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan
asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Pada
pembelajaran paradigma baru, Profil Pelajar Pancasila berperan menjadi
penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaharuan dalam
sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran, dan asesmen
14

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan. 2021. Pembelajaran dan


Asesme pada Pembelajaran Paradigma Baru. Jakarta.

Sufyadi, Susanti., dkk. 2021. Pembelajaran Paradigma Baru. Jakarta

Rohmadi, Slamet. 2022. Paradigma Baru Pembelajaran di Era Kurikulum


Merdeka. Malang: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai