Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERJANJIAN YANG DILARANG : OLIGOPSONY DAN INTEGRASI


VERTIKAL

Disusun untuk memenuhi tugas dari matakuliah Hukum Persaingan Usaha

Dosen pengampu : Bhismoadi Tri Wahyu Faizal, M.H.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Selvia Rusdiana Putri : 22382042084

Moh. Iqbal Afian Alwi : 22382041086

Humaidi Nurhidayat : 22382041041

Achmad Syarifudin Royhan : 22382041046

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “ Perjanjian Yang DiLarang : Oligopsony dan Integrasi Vertikal”. Tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini.

Sebagai penyusun kami menyadari bahwa masih terdapat banyak


kekurangan baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memeperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga
makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.

Pamekasan, 1 Mei 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................2

A. Pengertian Oligopsoni ............................................................................2


B. Pengertian Integrasi Vertikal ..................................................................3

BAB III PENUTUP ..........................................................................................6

A. Kesimpulan ...........................................................................................6
B. Saran .....................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oligopsoni adalah situasi pasar di mana terdapat sedikit pembeli
yang dominan untuk suatu produk atau jasa. Dalam oligopsoni, beberapa
perusahaan atau entitas mengontrol sebagian besar permintaan pasar, yang
memberi mereka kekuatan tawar-menawar yang tinggi terhadap penjual.
Dalam konteks ini, penjual sering kali memiliki sedikit pilihan dalam
menentukan harga atau kondisi penjualan mereka.
Sementara itu, integrasi vertikal adalah strategi bisnis di mana
perusahaan menggabungkan beberapa tahap produksi atau distribusi dalam
satu entitas tunggal. Dalam integrasi vertikal, perusahaan menggabungkan
entitas yang berbeda dalam rantai pasokan mereka, seperti produsen dengan
distributor atau pengecer.
Ketika kedua konsep ini digabungkan, dapat terjadi integrasi vertikal
dalam situasi oligopsoni. Misalnya, beberapa perusahaan pembeli yang
dominan dalam pasar tertentu dapat memutuskan untuk mengakuisisi atau
mengendalikan perusahaan penjual yang berada dalam rantai pasokan
mereka. Hal ini memberikan pembeli kekuatan yang lebih besar dalam
menentukan harga dan kondisi pembelian mereka, serta mengurangi pilihan
penjual dalam mencari pembeli alternatif.
Hal ini dapat menciptakan ketidakseimbangan kekuatan dalam
pasar, di mana pembeli memiliki keunggulan tawar-menawar yang
signifikan atas penjual. Dalam beberapa kasus, integrasi vertikal dalam
oligopsoni dapat mengarah pada praktik monopoli atau penyalahgunaan
kekuasaan pasar.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Oligopsoni?
b. Pengertian Integrasi Vertikal?
C. Tujuan
a. Untuk Mengetahui Pengertian Oligopsoni
b. Untuk Mengetahui Pengertian Integrasi Vertikal

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Oligopsoni
Oligopsoni merupakan bentuk suatu pasar yang didominasi oleh
sejumlah konsumen yag memiliki kontrol atas pembelian. Struktur pasar ini
mirip dengan struktur pasar oligopoly, hanya saja struktur pasar ini fokus
pada pasar input. Oleh karena itu distorsi akibat kolusi antar pelaku usaha
akan mendistorsi pasar.
UU No.5 Tahun 1999 memasukkan perjajian oligopsoni ke dalam
salah satu perjajian yang dilarang pasal 13 ayat 1 UU No.5 Tahun 1999
menyebutkan bahwa “ pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang bertujuan untuk bersama-sama menguasai
pembelian dan penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas
barang dan jasa dalam pasar bersagkutan, yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat”.
Sedangka pasal 13 ayat 2 menambahkan bahwa “ pelaku usaha patut
diduga atau dianggap secara bersama-sama menguasai pembelian atau
penerimaan pasokan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 apabila 2 atau 3
pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Oligopsoni oleh pasal 13 UU No.5 Tahun 1999 diterapkan dengan
pendekatan rule of reason, itu berarti sebenarnya oligopsoni tidak secara
otomatis dilarang, namun salam oligopsoni terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya adanya kemungkinan terjadinya kolusi dalam
penetapan harga sehingga menimbulkan efek anti persaingan. Jika produk
yang dibeli berdasarkan perjanjian ini hanya mencakup sebagian kecil dari
total pembelian pasar, perjajian tersebut tidak akan kondusif untuk kolusi
harga. 1

1
Kiagoos Haqqy Annafi Ghany Aziz, “Perjajian Yang Dilarang Berdasarkan Perspektif Hukum
Persaingan Usaha Indonesia”, Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, 5, No.2, (Maret, 2021), 54

2
Dalam konteks oligopsoni, pihak yag merasakan dampak negatifnya
adalah produsen atau penjual. Berbeda dengan bentuk-bentuk praktek anti
persaingan lainnya seperti kartel dan sebagainya yang umumnya merugikan
konsumen. Dalam scenario oligpsoni, produsen membuat perjajian dengan
produsen lainnya dengan maksud untuk bersama sama menguasai
pembelian atau penerimaan pasokan, dengan tujuan akhir dapat mengotrol
harga barang atau jasa di pasar yang bersangkutan.2
Terdapat bebrapa syarat agar oligopsoni dapat berhasil diantaranya yaitu :
a. Pelaku usaha harus setuju, baik secara tegas maupun secara diam-diam
untuk bertindak bersama.
b. Mereka haruslah merupakan pembeli dalam jumlah yang besar atau
dominan
c. Adanya mekanisme agar perjanjian ditaati dan tidak ada kecurangan
d. Mereka harus mmapu mencegah masuknya pemain baru, karena apabila
pemain baru bisa masuk, maka perjanjian oligopsoni tidak akan efektif
Oligopsoni sebenarnya merupakan bagian dari kartel, yaitu kartel
pembelian. Seperti pada kartel, maka oligopsoni juga ada yang pro
persaingan dan ada yang merugikan persaingan. 3
B. Pengertian Integrasi Vertikal
Integrasi vertikal adalah penggabungan beberapa perusahaan yang
memiliki kelanjutan produksi, perusahaan-perusahaan yang melakukan
integrasi vertikal tidak akan menghasilkan produk yag serupa. Dalam
konsep integrasi vertikal terdapat perusahaan yang proses produksinya lebih
awal (bagian hulu) dan ada perusahaan yang memiliki tahapan produksi
sampai dengan barang-barang jadi (bagian hilir). Dengan demikian
integrase vertikal terjadi antara perusahaan-perushaan yang memiliki
kelajutan proses produksi baik yang dihulu maupun yag dihilir.
Larangan integrasi vertikal tercantum dalam pasal 14 Undang-
Undag Nomor.5 Thaun 1999 yang menyatakan “pelaku usaha dilarang
membuat perjajian dengan pelaku usaha lain untuk menguasai sejumlah

2
Alfatri Anom dan Lona Puspita, “ Pengelolaan perusahaan Ritel Modern Berdasarkan Prinsip-
prinsip Hukum Persaingan Usaha”, Pagaruyuang Law Journal, 7, No.2, (Januari, 2024), 312,
3
Sudiarto, Pengantar Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2021), 33

3
produk yang termasuk dalam ragkaian produksi barang atau jasa tertentu
yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau
proses lanjutan, baik dalam satu ragkaian langsung maupun tidak langsung,
yag dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat atau
merugika masyarakat.
Bentuk perjanjian yang terjadi berupa penggabungan sebagian atau
seluruh kegiatan operasi yang berkelajutan dalam suatu rangkaian produksi
atau operasi. Perjanjian ini tentunya tidak mengenal asas itikad baik, asas
itikad baik adalah asas bahwa para pihak harus melaksanakan substansi
kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan
baik dari para pihak.
Suatu perusahaan yang melakukan integrasi vertikal harus memiliki
motivasi yang terbaik karena integrasi vertikal dapat mengakibatkan
timbulnya biaya-biaya substansial. Terdapat tiga konsekuensi yang
mungkin diakibatkan dengan adanya strategi integrasi vertikal yaitu :
a. Biaya yang terbentuk dari memasok sendiri bahan baku yang
dibutuhkan atau mendistribusikan sendiri produk yang dihasilkan akan
lebih besar pada perusahaan yang melakukan integrasi vertikal
dibandingkan dengan perusahaan yang menggantungkan pada
mekanisme pasar yang kompetitif yang akan memperlakukan dengan
lebih efisien.
b. Integrasi vertikal menjadikan suatu perusahaan semakin besar sehingga
diperlukan biaya pengelolaan yang lebih tinggi dikarenakan kesulitan
dalam mengelola perusahaan terintegasi tersebut yang semakin besar.
c. Suatu perusahaan yang melakukan integrasi vertikal mungkin akan
dihadapkan pada biaya proses hukum yang mengatur tentang merjer
dengan perusahaan lain. 4
Selanjutnya, pasal 14 UU No.5 Tahun 1999 yang mengatur integarsi
vertikal diterapkan dengan pendekatan rule of reason, karena integrasi
vertikal bisa saja berdampak positif pada persaingan dan mungkin juga

4
Yeti dkk, “Praktik Monopolo Pada CV Indri Jati Furnitur di Pekanbaru Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999”, Jurnal Hukum Respublica, 18, No.1 (2018), 98

4
berdampak buruk bagi persaingan. Denga kata lain pelaku usaha sebenarnya
tidak dilarang membuat perjajian dengan pelaku usaha lain untuk menguasai
produksi berbagai produk yang termasuk dalam rangkaian produksi suatu
barang atau jasa masing-masing diolah atau diolah lebih lanjut, selama tidak
menimbulkan persaingan usaha yag tidak sehat atau merugikan kepentingan
umum dan perjanjian tersebut memiliki alasan yanga dapat diterima, maka
perjanjia tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.5
Apabila ditelusuri ketentuan dalam pasal 14 Undang-Undang No.5
Tahun 1999 diketahui pula bahwa agar suatu perjajian yag mengatur
integrasi vertikal dilarang diadakan bila memenuhi unsur-unsur berikut :
1. Adanya perjanjian
2. Perjanjian diadakan pelaku usaha dengan pelaku usaha lain yang mejadi
pesaingnya, yaitu pelaku usaha yang erada dalam suatu rangkaian
produksi atau operasi baik di hulu maupun di hilir.
3. Tujuan perjajian tersebut untuk menguasai produksi sejumlah produk,
yang termasuk dalam ragkaian produksi barang atau jasa tertentu yag
merupakan hasil pengolahan atau proses lajutan dari pengolahan.
4. Termasuknya produk dalam suatu rangkaian yang langsung maupun
tidak langsung
5. Perjajian atau perbuatan dimaksud dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat atau dapat merugikan kepentingan
masyarakat banyak. 6

5
Kiagoos Haqqy Annafi Ghany Aziz, “Perjajian Yang Dilarang Berdasarkan Perspektif Hukum
Persaingan Usaha Indonesia”, Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, 5, No.2, (Maret, 2021), 54
6
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), 318

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu bagian dari perjanjian yag dilarang dalam hukum
persaingan usaha adalah Oligopsoni dan Integrasi Vertikal, Oligopsoni
merupakan bentuk suatu pasar yang didominasi oleh sejumlah konsumen
yag memiliki kontrol atas pembelian, sedangka Integrasi Vertikal
merupakan perjanjian yang terjadi berupa penggabungan sebagian atau
seluruh kegiatan operasi yang berkelajutan dalam suatu rangkaian produksi
atau operasi. Kedua perjajian ini diterapkan dengan pendekatan rule of
reason yang artinya kedua perjajian ini bisa berdampak postif dan juga bisa
berdampak negatif.
B. Saran
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan sebagai acuan
dalam pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai
pembangun untuk penulis demi kesempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.

6
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Kiagoos Haqqy Annafi Ghany. Perjajian Yang Dilarang Berdasarkan
Perspektif Hukum Persaingan Usaha Indonesia, Vol. 5, No.2, Jurnal Ilmu
Sosial dan Pendidikan, Maret, 2021
Anom,Alfatri dan Puspita, Lona. Pengelolaan perusahaan Ritel Modern
Berdasarkan Prinsip-prinsip Hukum Persaingan Usaha, Vol.7, No. 2,
Pagaruyuang Law Journal, Januari, 2024
Sudiarto, Pengantar Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Jakarta : Kencana,
2021
Yeti dkk, Praktik Monopolo Pada CV Indri Jati Furnitur di Pekanbaru
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Vol. 18, No.1 Jurnal
Hukum Respublica 2018
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika,
2013

Anda mungkin juga menyukai