Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PELANGGARAN HAM

PERISTIWA JAMBO KEUPOK, ACEH 2003

DOSEN PENGAMPU : FITRI KARTIKA SARI, S.H,M.H

DISUSUN OLEH :
1. M.ARIA AMIRULLAH
2. RAROZA AMANDA

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MERANGIN (UM)

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah menjadi teladan bagi umat manusia dalam segala aspek
kehidupan. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menggali lebih dalam mengenai
pelanggaran HAM, Melalui penulisan ini, kami berharap dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam kepada para pembaca, serta memberikan
kontribusi dalam pemahaman dan pengembangan bidang ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengacu pada berbagai sumber
terpercaya dan menggunakan pendekatan yang sistematis dalam mengulas setiap
aspek yang relevan. Kami berusaha menyajikan informasi dengan cara yang jelas,
terstruktur, dan komprehensif, sehingga pembaca dapat memahami dengan baik
materi yang disampaikan.Tentu saja, makalah ini tidak luput dari keterbatasan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan
yang membangun dari para pembaca guna meningkatkan kualitas dan
kebermanfaatan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca dan turut berkontribusi
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

BANGKO, 2 MEI 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................5
1.3 TUJUAN PENELITIAN.............................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................6
2.1 APA ITU HAM.............................................................................................6
2.2 PELANGGARAN HAM DI ACEH........................................................7
2.3 DAMPAK PELANGGARAN PADA MASYARAKAT ACEH............8

BAB III PENUTUP………………………….……..…………………………...9


3.1 KESIMPULAN…………………………………..………….…….................…...9
3.2 SARAN…………………………………..………….…….................…...9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada tahun 2003, di desa Jambo Keupok, Aceh, Indonesia, terjadi serangkaian
peristiwa yang melibatkan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang serius. Desa
Jambo Keupok terletak di Provinsi Aceh, sebuah wilayah yang saat itu dilanda
konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang menuntut kemerdekaan dari
Indonesia dan pemerintah Indonesia.
Berikut adalah latar belakang dan kronologi peristiwa pelanggaran HAM di Jambo
Keupok, Aceh, pada tahun 2003 secara lengkap:
Konteks Konflik Aceh: Aceh telah menjadi pusat konflik bersenjata antara GAM dan
pemerintah Indonesia sejak tahun 1976. Konflik ini dipicu oleh ketidakpuasan atas
pemerintahan sentral di Jakarta, eksploitasi sumber daya alam, dan ketidakadilan
sosial ekonomi di Aceh.
Operasi Militer Pemerintah: Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia meluncurkan
Operasi Militer yang Intensif (OMI) di Aceh dengan tujuan untuk menumpas gerakan
separatis GAM. Operasi militer ini menyebabkan meningkatnya kekerasan,
pelanggaran HAM, dan penderitaan bagi masyarakat sipil.
Peristiwa di Jambo Keupok: Pada bulan Juli 2003, desa Jambo Keupok menjadi saksi
dari serangan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia. Serangan tersebut
diduga sebagai tanggapan terhadap aktivitas GAM di wilayah tersebut. Selama
serangan tersebut, terjadi penembakan yang mengakibatkan korban jiwa di antara
penduduk desa, termasuk perempuan dan anak-anak.
Pelanggaran HAM: Selama serangan di Jambo Keupok, terdapat laporan-laporan
tentang pelanggaran HAM yang serius, termasuk penembakan sewenang-wenang,
penggunaan kekerasan yang berlebihan, penangkapan dan penahanan tanpa proses
hukum yang adil, serta penghilangan paksa terhadap penduduk desa.
Reaksi Masyarakat dan Media: Peristiwa di Jambo Keupok memicu reaksi keras dari
masyarakat Aceh serta masyarakat sipil dan organisasi HAM di Indonesia dan
internasional. Banyak media melaporkan tentang pelanggaran HAM yang terjadi di
desa tersebut, menyoroti perlunya penyelidikan yang menyeluruh dan keadilan bagi
korban.
Respons Pemerintah: Pemerintah Indonesia merespons peristiwa ini dengan
membentuk tim investigasi untuk menyelidiki tuduhan pelanggaran HAM. Namun,
respons pemerintah dianggap kurang memuaskan oleh beberapa pihak, yang
mengkritik kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam proses tersebut.
Peristiwa pelanggaran HAM di Jambo Keupok, Aceh, pada tahun 2003 menyoroti
kompleksitas dan kekerasan konflik Aceh serta tantangan dalam menegakkan HAM
di tengah kondisi konflik bersenjata. Peristiwa ini juga menegaskan pentingnya
perlindungan HAM bagi masyarakat sipil yang terdampak konflik, serta perlunya
rekonsiliasi dan perdamaian yang berkelanjutan di Aceh.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Berdasarkan latar belakang diatas apa yang dimaksud dengan HAM ?
2. Dari latar belakang diatas peristiwa ham apa yang diangkat?
3. Berdasarkan latar belakang dampak pelanggaran ham bagi masyarakat?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Berdasarkan latar belakang diatas penulis bertujuan untuk mengetahui apa itu ham
2. Berdasarkan latar belakang diatas penulis bertujuan . untuk mengetahui peristiwa
ham yang terjadi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada semua individu tanpa
kecuali, yang dianugerahkan oleh kodrat dan keberadaan manusia itu sendiri. HAM
meliputi berbagai hak yang diakui secara universal, inheren, dan tak dapat dicabut,
yang memberikan perlindungan terhadap martabat, kebebasan, dan kesejahteraan
manusia. Berikut adalah penjelasan lengkap dan rinci tentang HAM:
Hak Sipil dan Politik: Ini mencakup hak-hak yang terkait dengan kebebasan individu
dari campur tangan negara, seperti kebebasan berpendapat, beragama, berkumpul,
berserikat, dan bergerak secara bebas. Hak-hak ini juga meliputi hak untuk
mendapatkan perlindungan hukum yang adil, hak atas kehidupan, kebebasan dari
penyiksaan atau perlakuan yang tidak manusiawi, dan hak untuk tidak dipenjara
secara sewenang-wenang.
Hak Ekonomi: Ini mencakup hak-hak yang memungkinkan individu untuk mencapai
kesejahteraan ekonomi, seperti hak untuk bekerja, hak atas upah yang adil, hak untuk
memiliki properti, hak untuk memperoleh pendidikan dan kesehatan yang memadai,
dan hak untuk memperoleh akses ke sumber daya ekonomi.
Hak Sosial: Ini meliputi hak-hak yang terkait dengan kesejahteraan sosial dan
keadilan, seperti hak atas perumahan yang layak, hak atas makanan dan air bersih,
hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai, hak atas pendidikan
yang berkualitas, dan hak atas perlindungan sosial.
Hak Budaya: Ini mencakup hak-hak yang melindungi kebebasan individu untuk
mempertahankan, mengembangkan, dan mengekspresikan identitas budaya, agama,
dan bahasa mereka sendiri. Hak-hak ini juga meliputi hak untuk berpartisipasi dalam
kehidupan budaya dan seni, serta hak untuk tidak mengalami diskriminasi
berdasarkan identitas budaya atau etnis.
Hak-hak Khusus: Ada juga hak-hak khusus yang diperuntukkan bagi kelompok-
kelompok tertentu yang rentan, seperti anak-anak, perempuan, penyandang
disabilitas, minoritas etnis atau agama, dan migran. Hak-hak khusus ini bertujuan
untuk melindungi mereka dari diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan.
Perlindungan dan penghormatan terhadap HAM diakui secara internasional oleh
berbagai instrumen hukum, termasuk Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB,
Konvensi tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, Konvensi tentang Hak-Hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya, serta berbagai perjanjian regional dan nasional. Upaya untuk
mempromosikan, melindungi, dan memenuhi HAM merupakan komitmen penting
dalam membangun masyarakat yang adil, beradab, dan demokratis.

2.2 PELANGGARAN HAM JAMBO KEUPOK, ACEH 2003

Peristiwa pelanggaran HAM di Jambo Keupok, Aceh, pada tahun 2003 merupakan
salah satu episode tragis dalam konflik bersenjata antara Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) dan pemerintah Indonesia di Provinsi Aceh. Berikut adalah cerita lengkap
tentang peristiwa tersebut:
Konteks Konflik Aceh: Aceh telah menjadi pusat konflik bersenjata antara GAM
yang menuntut kemerdekaan dari Indonesia dan pemerintah Indonesia sejak tahun
1976. Konflik ini dipicu oleh ketidakpuasan atas pemerintahan sentral di Jakarta,
eksploitasi sumber daya alam, dan ketidakadilan sosial ekonomi di Aceh.
Operasi Militer Pemerintah: Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia meluncurkan
Operasi Militer yang Intensif (OMI) di Aceh dengan tujuan untuk menumpas gerakan
separatis GAM. Operasi militer ini menyebabkan meningkatnya kekerasan,
pelanggaran HAM, dan penderitaan bagi masyarakat sipil.
Serangan di Jambo Keupok: Pada bulan Juli 2003, desa Jambo Keupok menjadi
sasaran serangan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia. Serangan ini
diduga sebagai tanggapan terhadap aktivitas GAM di wilayah tersebut. Selama
serangan tersebut, terjadi penembakan yang mengakibatkan korban jiwa di antara
penduduk desa, termasuk perempuan, anak-anak, dan orang tua.
Pelanggaran HAM: Selama serangan di Jambo Keupok, terdapat laporan-laporan
tentang pelanggaran HAM yang serius. Pelanggaran tersebut termasuk penembakan
sewenang-wenang, penggunaan kekerasan yang berlebihan, penangkapan dan
penahanan tanpa proses hukum yang adil, serta penghilangan paksa terhadap
penduduk desa.
Reaksi Masyarakat dan Media: Peristiwa di Jambo Keupok memicu reaksi keras dari
masyarakat Aceh serta masyarakat sipil dan organisasi HAM di Indonesia dan
internasional. Banyak media melaporkan tentang pelanggaran HAM yang terjadi di
desa tersebut, menyoroti perlunya penyelidikan yang menyeluruh dan keadilan bagi
korban.
Respons Pemerintah: Pemerintah Indonesia merespons peristiwa ini dengan
membentuk tim investigasi untuk menyelidiki tuduhan pelanggaran HAM. Namun,
respons pemerintah dianggap kurang memuaskan oleh beberapa pihak, yang
mengkritik kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam proses tersebut.
Peristiwa pelanggaran HAM di Jambo Keupok, Aceh, pada tahun 2003 menunjukkan
betapa kompleksnya konflik Aceh dan tantangan dalam menegakkan HAM di tengah
kondisi konflik bersenjata. Peristiwa ini juga menegaskan pentingnya perlindungan
HAM bagi masyarakat sipil yang terdampak konflik, serta perlunya rekonsiliasi dan
perdamaian yang berkelanjutan di Aceh.

2.3 DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PELANGGARAN HAM JAMBO


KEUPOK BAGI MASYARAKAT
Dampak pelanggaran HAM di Aceh pada tahun 2003 memiliki sisi positif dan negatif
yang kompleks. Berikut adalah penjelasan rinci tentang kedua dampak tersebut:
Dampak Positif:
Peningkatan Kesadaran HAM: Pelanggaran HAM yang terjadi di Aceh pada tahun
2003 meningkatkan kesadaran masyarakat, baik di dalam maupun di luar Aceh,
tentang pentingnya perlindungan HAM dan perlakuan yang adil terhadap semua
individu, terutama dalam konteks konflik bersenjata.
Mobilisasi Masyarakat Sipil: Peristiwa pelanggaran HAM tersebut memicu reaksi
keras dari masyarakat sipil, LSM, dan organisasi HAM di Indonesia dan
internasional. Hal ini mengakibatkan mobilisasi yang lebih besar dalam
memperjuangkan perlindungan HAM, meminta akuntabilitas bagi pelaku
pelanggaran, dan mendukung perdamaian di Aceh.
Pengawasan Terhadap Pemerintah: Pelanggaran HAM juga memicu peningkatan
pengawasan terhadap tindakan pemerintah dan aparat keamanan. Masyarakat, media,
dan LSM menjadi lebih aktif dalam memantau tindakan pemerintah dan menuntut
transparansi, keadilan, dan akuntabilitas dalam menangani kasus pelanggaran HAM.
Dampak Negatif:
Trauma dan Ketakutan: Pelanggaran HAM yang terjadi di Aceh menyebabkan trauma
dan ketakutan yang mendalam di kalangan masyarakat. Pengalaman menyaksikan
atau menjadi korban kekerasan dapat meninggalkan bekas yang dalam dan
memengaruhi kesejahteraan mental dan emosional individu dan komunitas.
Polarisasi Masyarakat: Peristiwa pelanggaran HAM dapat memperdalam polarisasi di
antara masyarakat, terutama antara pendukung dan lawan gerakan kemerdekaan
Aceh. Konflik yang disebabkan oleh pelanggaran HAM dapat memperkuat
perpecahan di antara kelompok-kelompok etnis, agama, atau politik di wilayah
tersebut.
Ketidakpercayaan terhadap Otoritas: Pelanggaran HAM dapat mengakibatkan
hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap otoritas dan institusi pemerintah.
Ketidakpercayaan ini dapat memperburuk ketegangan antara masyarakat dan
pemerintah, serta mempersulit upaya perdamaian dan rekonsiliasi.
Keterhambatan Pembangunan: Pelanggaran HAM dapat menghambat upaya
pembangunan di Aceh dengan menciptakan ketidakstabilan politik, sosial, dan
ekonomi. Investasi dan pembangunan infrastruktur serta pelayanan dasar seperti
pendidikan dan kesehatan dapat terganggu akibat konflik yang disebabkan oleh
pelanggaran HAM.
Dengan demikian, dampak pelanggaran HAM di Aceh pada tahun 2003 adalah hasil
dari keseimbangan antara efek positif dan negatifnya, yang mencerminkan
kompleksitas konflik dan tantangan dalam menegakkan HAM di wilayah yang
terkena dampak konflik bersenjata.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Peristiwa Jambo Keupok di Aceh tahun 2003 mencerminkan kekerasan dan
konflik yang melanda wilayah tersebut selama puluhan tahun. Serangan yang terjadi
di desa tersebut tidak hanya menyebabkan trauma dan kehilangan nyawa di antara
penduduk lokal, tetapi juga menimbulkan ketidakstabilan sosial yang mendalam.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi selama serangan tersebut menyoroti
eskalasi konflik yang berkelanjutan dan kebutuhan mendesak akan penyelesaian
damai yang berkelanjutan. Respons terhadap peristiwa ini dari pemerintah Indonesia
menunjukkan tantangan dalam menangani pelanggaran HAM dalam konteks konflik
bersenjata. Meskipun ada upaya penyelidikan dan pengadilan, transparansi dan
akuntabilitas seringkali diragukan, meninggalkan ketidakpastian atas keadilan bagi
korban. Namun, reaksi keras dari masyarakat, LSM, dan organisasi HAM
menunjukkan kepentingan yang kuat dalam penegakan HAM dan penyelesaian
perdamaian yang adil di Aceh.
3.2 SARAN
Dalam peristiwa Jambo Keupok menegaskan pentingnya rekonsiliasi dan
perdamaian yang inklusif. Dialog antara pemerintah Indonesia dan GAM, dengan
partisipasi aktif masyarakat sipil, menjadi kunci untuk mengakhiri konflik bersenjata
dan membangun fondasi perdamaian yang kokoh. Kesimpulan dari peristiwa ini
adalah perlunya komitmen bersama dari semua pihak untuk memastikan perlindungan
HAM, mencari keadilan bagi korban, dan mencegah tragedi serupa terjadi di masa
depan. Hanya dengan upaya bersama untuk mencapai perdamaian yang
berkelanjutan, Aceh dapat melangkah menuju masa depan yang lebih baik
bagi semua warganya.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/18069/1/Mukhlis%20Akbar,
%20150801008,%20FISIP,%20IP,%20082277149808.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Jambo_Keupok
https://chatgpt.com/?oai-dm=1

Anda mungkin juga menyukai