Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Penyusutan, Amortisasi, Dan Revaluasi


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Praktikum Peepajakan)
Dosen Pengampu: Hj. Khristina Sri Prihatin S.E, M.S.I

Disusun Oleh Kelompok 4:


Atika Razma : 3202221018
Rini Nurajijah : 3202221034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BANTEN JAYA
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyusustan,
Amortisasi Dan Revaluasi” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Hj. Khristina Sri Prihatin, S.E,
M.S.I pada mata kuliah “Praktikum Perpajakan” Universitas Banten Jaya. Selain
itu juga kami berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
semuanya tentang “Penyusutan, Amortisasi, Dan Revaluasi”. Kami mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Hj. Khristina Sri Prihatin, S.E, M.S.I
selaku dosen “Akuntasi Keuangan Menengah 2”. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami..
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.
Serang, 09 Mai 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Pengertian Penyusutan...................................................................................2
2.2 Penggolongan Penyusutan..............................................................................3
2.3 Jenis-Jenis Harta Penyusutan Berwujud.........................................................3
2.4 Metode Dan Tarif Penyusutan......................................................................10
2.5 Saat Dimulainya Penyusutan........................................................................10
2.6 Contoh perhitungan Penyusutan...................................................................11
2.7 Pengertian Amortisasi...................................................................................12
2.8 Penggolongan Amortisasi.............................................................................12
2.9 Jenis Harta Tidak Berwujud.........................................................................13
2.10 Metode Dan Tarif Amortisasi.....................................................................13
2.11 Contoh Perhitungan Amortisasi..................................................................14
2.12 Amortisasi Berdasarkan Metode Satuan Produksi.....................................15
2.13 Pengertian Revalusi (Penilaian Kembali Aktiva Tetep).............................17
2.14 Perlakuan Pajak Atas Selisih Lebih Penilian Kembali Aktiva...................18
BAB III PENUTUP...............................................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan, penyusutan atau depresiasi
merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap berwujud, sedangkan
amortisasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap tidak
berwujud dan harga perolehan harta sumber alam. Jadi, dalam UU PPh
pengertian amortisasi mencakup juga pengertian deplesi seperti yang dikenal
dalam dunia akuntansi keuangan.
Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang Undang nomor 7 tahun 1983 dst
Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh)
pembebanan biaya atas perolehan harta berwujud dan tidak berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun harus dilakukan melalui
penyusutan atau amortisasi. Penyusutan aktiva tetap dan amortisasi harta tak
berwujud tersebut dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan (biaya
fiskal). Pada dasarnya, tujuan penyusutan dan amortisasi aktiva tetap menurut
UU PPh (fiskal) sama dengan menurut akuntansi /komersial. Tujuan
penyusutan dan amortisasi komersial dimaksudkan untuk mengalokasikan
nilai perolehan ke masa manfaat aktiva tetap dan harta tak berwujud tersebut
untuk dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung laba neto.
Metode penyusutan dan amortisasi dalam akuntansi banyak jenisnya. Namun
metode penyusutan dan amortisasi untuk kepentingan penghitungan pajak
telah diatur tersendiri dalam UU PPh dengan tujuan adanya keseragaman.

I.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Penyusustan?
2. Apa saja penggolongan Penyusutan?
3. Bagaimana metode dan tarif Penyusutan?
4. Bagaimana saat dimulainya Penyusustan?
5. Bagaimana cobtoh perhitungan Penyusutan?
6. Apa yang dimaksud dengan Amortisasi?
7. Apa saja penggolongan amortisasi?

iv
8. Bagaimana metode dan tarif Amortisasi?
9. Bagaimana contoh perhitungan Amortisasi?
10. Bagaimana Amortisasi Berdasarkan Metodoe Satuan Produksi?
I.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan mengenai Penyusustan.
2. Memaparkan penggolongan Penyusustan.
3. Memaparkan metode dan tarif penusustan.
4. Menjelaskan saat dimulainya penyusustan.
5. Memaparkan contoh perhitungan penysusutan.
6. Menjelaskan mengenai Amortisasi.
7. Memaparkan penggolongan Amortisasi.
8. Memaparkan metode dan tarif.
9. Memaparkan contoh penghitungan amortisasi.
10. Memaparkan berdasarkan metode satuan produksi

v
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan
sepanjang masa yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat
yang diberikan dan nilai dari aktiva tersebut semakin berkurang. Pengurangan
nilai aktiva dibebankan secara bertahap.
Pengakuan akan adanya penurunan nilai akiva/harta berwujud yang
didistribusikan secara sistematis menjadi biaya (expense) dalam setiap
periode akuntansi.
Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara
mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta berwujud
melalui penyusutan.
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh tanah hak milik,
termasuk tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai
yang pertama kali tidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut
dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan
dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untuk
memperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan untuk perusahaan
genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batu bata.
Yang dimaksud dengan “pengeluaran untuk memperoleh tanah hak
guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali” adalah
biaya perolehan tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak
pakai dari pihak ketiga dan pengurusan hak-hak tersebut dari instansi yang
berwenang untuk pertama kalinya, sedangkan biaya perpanjangan hak guna
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai diamortisasikan selama jangka
waktu hak-hak tersebut.
Sesuai dengan pembukuan Wajib Pajak, alat-alat kecil (small tools)
yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan. Ketentuan

vi
mengenai penyusutan aktiva/harta berwujud diatur dalam pasal 11 undang-
undang nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan.
II.2 Penggolongan Penyusutan
Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi
dua golongan, yaitu:
1. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan.
2. Harta berwujud yang berupa bangunan.
Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu:
1. Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 4 tahun.
2. Kelompok 2: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 8 tahun.
3. Kelompok 3: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 16 tahun.
4. Kelompok 4: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 20 tahun.
Harta berwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Permanen: masa manfaatnya 20 tahun.
2. Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan
yang tidak tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan.
Masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.
II.3 Jenis-Jenis Harta Penyusutan Berwujud
a. Jenis Harta Berwujud Kelompok 1
Berikut jenis harta penyusutan fiskal atau jenis-jenis harta berwujud
yang masuk kelompok I berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 96/PMK.03/2009 tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam
kelompok Harta Berwujud bukan bangunan untuk keperluan
penyusutan.

No Jenis Usaha Jenis Harta


1 Semua Jenis usaha a) Mebel dan peralatan dari kayu
atau rotan termasuk meja,
bangku, kursi, lemari dan
sejenisnya yang bukan bagian

vii
dari bangunan.
b) Mesin kantor untuk menunjang
pekerjaan seperti mesin tik, mesin
hitung, duplikator, mesin
fotokopi, mesin akunting atau
pembukuan, komputer, printer
dan scanner.
c) Perlengkapan lain seperti
amplifier, tape cassette, video
recorder, televisi dan sejenisnya.
d) Sepeda motor, sepeda kayuh dan
becak.
e) Peralatan khusus untuk
menunjang industri atau jasa yang
dijalankan pemilik usaha.
f) Peralatan dapur untuk memasak,
makan dan minum karyawan.
g) Dies, Jigs dan mould
h) Alat-alat komunikasi seperti
telepon, fax, ponsel inventaris
kantor dan sejenisnya.
Alat yang digerakkan oleh tenaga
Pertanian, perkebunan, manusia, bukan oleh tenaga mesin.
2 kehutanan, peternakan Contohnya cangkul, garu dan
dan perikanan peralatan lainnya yang dijalankan
oleh tenaga manusia.
Mesin ringan yang dapat
Industri makanan dan dipindahkan seperti hotel, pemecah
3
minuman kulit, penyosoh, pengering, pallet
dan sejenisnya.
Transportasi dan Taksi, bus dan truk yang digunakan
4
pergudangan sebagai angkutan umum.
Flash memory tester, mesin
tulis, biporar test
5 Industri semi konduktor
system, elimination (PE8-1), pose
checker.
Anchor, anchor chain, polyester
Jasa persewaan peralatan
6 rope, steel buoys, steel wire ropes,
tambat air dalam
morning accessories.
Jasa telekomunikasi Base Station Controller.
7
selular

b. Jenis Harta Berwujud Kelompok II


Berikut ini jenis-jenis harta berwujud yang masuk kelompok II,
berdasarkan PMK No. 96 Tahun 2009:

viii
No Jenis Usaha Jenis Harta
a) Mebel dan peralatan dari kayu
atau rotan termasuk meja,
bangku, kursi, lemari dan
sejenisnya yang bukan bagian
dari bangunan. Alat pendingin
1 Semua Jenis usaha
udara seperti AC, kipas angin dan
sejenisnya.
b) Mobil, bus, truk, perahu speed
boat dan sejenisnya.
c) Container dan sejenisnya
a) Mesin pertanian atau perkebunan
seperti traktor dan mesin bajak,
penggaruk, penanaman,
Pertanian, perkebunan, penebaran benih dan sejenisnya.
2 kehutanan, peternakan b) Mesin yang mengolah atau
dan perikanan menghasilkan atau memproduksi
bahan atau barang pertanian,
perkebunan, peternakan dan
perikanan
a) Mesin ringan yang dapat
dipindahkan seperti hotel,
pemecah kulit, penyosoh,
pengering, pallet dan
sejenisnya. Mesin yang
mengolah produk asal hewan,
unggas dan perikanan.
Contohnya, pabrik susu dan
pengalengan ikan.
Industri makanan dan b) Mesin yang mengolah produk
3
minuman nabati misalnya mesin minyak
kelapa, margarin, penggilingan
kopi, kembang gula, mesin
pengolah biji-bijian seperti
penggilingan beras, gandum dan
tapioka.
c) Mesin yang menghasilkan atau
memproduksi minuman dan
bahan-bahan minuman berbagai
jenis.
Mesin yang menghasilkan atau
memproduksi mesin ringan.
4 Industri Mesin
Contohnya mesin jahit dan pompa
air.
5 Perkayuan, Perhutanan a) Mesin dan peralatan penebang
kayu

ix
b) Mesin yang mengolah atau
menghasilkan atau memproduksi
bahan atau barang kehutanan.
Peralatan yang dipergunakan seperti
6 Kontruksi truk berat, dump truk, crane buldozer
dan sejenisnya.
a) Truk kerja untuk pengangkutan
dan bongkar muat, truk peron,
truk ngangkang dan sejenisnya.
b) Kapal penumpang, kapal barang,
kapal khusus yang dibuat untuk
pengangkutan barang tertentu,
misalnya gandum, batu-batuan,
bijih tambang dan sejenisnya.
Termasuk pula kapal pendingin,
kapal tangki, kapal penangkap
ikan dan sejenisnya yang
Transportasi dan
7 memiliki berat sampai 100 DWT.
Pergudangan
c) Kapal yang dibuat khusus untuk
menghela atau mendorong kapal-
kapal suar, kapal pemadam
kebakaran, kapal keruk, keran
terapung dan sejenisnya yang
mempunyai berat sampai 100
DWT.
d) Perahu layar yang menggunakan
atau tanpa motor yang mempunya
berat sampai 250 DWT.
e) Kapal balon.
a) Perangkat pesawat telepon.
b) Pesawat telegraf termasuk
8 Telekomunikasi pesawat pengiriman dan
penerimaan radio telegraf dan
radio telepon.
9 Industri Semi Konduktor Auto frame loader, automatic logic
handler, baking oven, ball shear
tester, bipolar test handler
(automatic), cleaning machine,
coating machine, curing oven,
cutting press, dambar cut machine,
dicer, die bonder, die shear test,
dynamic burn-in system oven,
dynamic test handler, eliminator
(PGE-01), full automatic handler,
full automatic mark, hand maker,
individual mark, inserter remover

x
machine, laser marker (FUM A-01),
logic test system, marker (mark),
memory test system, molding,
mounter, MPS automatic, MPS
manual, O/S tester manual, pass
oven, pose checker, re-form
machine, SMD stocker, taping
machine, tie bar cut press, trimming
atau forming machine, wire bonder,
wire pull tester.
Jasa Penyewaan Spooling machines, metocean data
10 Peralatan Tmabat Air collector.
Dalam
Mobile switching center, home
location register, visitor location
register, authentication center,
equipment identity register,
Jasa Telekomunikasi
11 intelligent network service control
Seluler
point, intelligent network service
management point, radio base
station, transceiver unit, terminal
SDH/mini link, antena.

c. Jenis Harta Berwujud Kelompok III


Berikut adalah jenis-jenis Harta Berwujud atau jenis harta penyusutan
fiskal yang termasuk dalam kelompok III:

No Jenis Usaha Jenis Harta


Mesin – mesin yang dipakai dalam
Pertambangan selain bidang pertambangan, termasuk
1
minyak dan gas mesin-mesin yang mengolah produk
pelikan.
Mesin yang mengolah atau
menghasilkan produk-produk tekstil.
Contohnya kain katun, sutra, serat-
serat buatan, wol, bulu hewan, lena
Permintalan, penenuan,
2 rami, permadani, kain-kain bulu dan
dan pencelepan
tule).
B. Mesin preparation, bleaching,
dyeing, printing, finishing, texturing,
packaging dan sejenisnya.
3 Perkayuan a) Mesin yang mengolah atau
menghasilkan produk-produk
kayu, barang-barang dari jerami,
rumput dan bahan-bahan

xi
anyaman lainnya.
b) Mesin dan peralatan
penggergajian kayu
a) Mesin peralatan yang mengolah
atau menghasilkan produk
industri kimia dan industri yang
ada hubungannya dengan industri
kimia.
b) Mesin yang mengolah atau
4 Industri Kimia
menghasilkan produk industri
lainnya. Seperti damar tiruan,
bahan plastik, ester dan eter dari
selulosa, karet sintetis, karet
tiruan, kulit samak, jangat dan
kulit mentah.
Mesin yang menghasilkan atau
memproduksi mesin menengah dan
5 Industri Mesin
berat. Misalnya mesin mobil dan
mesin kapal.
a) Kapal penumpang, kapal barang,
kapal khusus yang dibuat untuk
pengangkutan baran-barang
tertentu, kapal pendingin, kapal
tangki, kapal penangkap ikan dan
sejenisnya yang mempunyai berat
di atas 100 DWT sampai seribu
DWT
b) Kapal yang dibuat khusus untuk
mendorong kapal lain, kapal suar,
Transportasi dan
6 kapal pemadam kebakaran, kapal
Pergudangan
keruk, keran terapung dan
sejenisnya yang memiliki berat di
atas 100 DWT sampai seribu
DWT
c) Dok terapung
d) Perahu layar pakai atau tanpa
motor yang mempunyai berat di
atas 250 DWT.
e) Pesawat terbang dan helikopter
berbagai jenis
Perangkat radio navigasi, radar dan
7 Telekomunikasi
kendali jarak jauh.

d. Jenis Harta Berwujud Kelompok IV


Berikut adalah jenis-jenis Harta Berwujud atau jenis harta penyusutan
fiskal yang termasuk dalam kelompok IV:

xii
No Jenis Usaha Jenis Harta
1 Kontruksi Mesin berat untuk konstruksi.
a) Lokomotif uang pada tender
untuk rel
b) Lokomotif listrik atas rel,
dijalankan dengan baterai atau
dengan tenaga listrik dari sumber
luar.
c) Lokomotif atas rel lainnya.
d) Kereta, gerbong, penumpang dan
barang, termasuk kontainer
khusus yang dibuat dan
dilengkapi untuk ditarik dengan
salah satu alat atau beberapa alat
Transportasi dan pengangkut.
2
Pergudangan e) Kapal penumpang, kapal barang,
kapal khusus yang dibuat untuk
pengangkutan barang tertentu,
yang beratnya di atas seribu
DWT.
f) Kapal yang dibuat khusus untuk
menghela atau mendorong kapal,
kapal suar, kapal pemadam
kebakaran, kapal keruk, keran-
keran terapung dan sebagainya
yang mempunyai berat di atas
seribu DWT.
g) Dok – dok terapung

II.4 Metode Dan Tarif Penyusutan


Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight
line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Wajib
pajak diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk melakukan
penyusutan. Metode garis lurus diperkenankan CON dipergunakan untuk
semua kelompok harta tetap berwujud. Sementara itu, metode saldo menurun
hanya diperkenankan digunakan untuk kelompok harta berwujud
bukan bangunan saja.

xiii
Tabel berikut menggambarkan pengelompokan harta berwujud, metode, serta
tarif penyusutannya:

TARIF DEPRESIASI
KELOMPOK HARTA MASA
GARIS SALDO
BERWUJUD MANFAAT
LURUS MENURUN
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

II. Bangunan Permanen 20 tahun 5% -


Tidak Permanen 10 tahun 10% -

II.5 Saat Dimulainya Penyusutan


Saat penyusutan dapat dimulai pada:
1. Bulan dilakukannya pengeluaran.
2. Untuk harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai pada
bulan pengerjaan harta tersebut selesai.
3. Dengan izin dari Direktur Jenderal Pajak, penyusutan dapat dimulai pada
bulan harta berwujud mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut
mulai menghasilkan.

II.6 Contoh perhitungan Penyusutan


Contoh 1:
PT Nusantara mengeluarkan dana sebesar Rp150.000.000,00 untuk
pembangunan sebuah gedung. Pembangunan dimulai sejak tanggal 10
Agustus 2015. Gedung tersebut selesai dibangun dan langsung digunakan
pada bulan Mei 2016. Penyusutan atas bangunan tersebut dimulai sejak bulan
Mei 2016.

xiv
Contoh 2:
PT Sarimadu yang bergerak dalam bidang perkebunan tebu membeli traktor
pada bulan Maret 2016. Perkebunan tersebut mulai memanen hasilnya pada
bulan Juni 2018. Dengan persetujuan Dirjen Pajak, penyusutan traktor dapat
dilakukan mulai bulan Juni 2018.
Contoh 3:
PT Agri Jaya pada bulan Juli 2014 membeli sebuah alat pertanian yang
mempunyai masa manfaat 4 tahun seharga Rp1.000.000,00. Penghitungan
penyusutan atas harta tersebut adalah sebagai berikut:

Alternatif I: Metode Garis Lurus


Penyusutan tahun 2014:
6/12 x 25% x Rp1.000.000,00 Rp125.000,00
Penyusutan tahun 2015:
25% x Rp1.000.000,00 = Rp250.000,00
Penyusutan tahun 2016:
25% x Rp1.000.000,00 = Rp250.000,00
Penyusutan tahun 2017:
25% x Rp1.000.000,00 = Rp250.000,00
Penyusutan tahun 2018:
Sisanya disusutkan sekaligus = Rp125.000,00

Alternatif II: Metode Saldo Menurun


Penyusutan tahun 2014:
6/12 x 50% x Rp1.000.000,00 Rp250.000,00
Penyusutan tahun 2015:
50% x (Rp1.000.000,00 - Rp250.000,00)
50% x Rp750.000,00 = Rp375.000,00
Penyusutan tahun 2016:
50% x (Rp750.000,00 Rp375.000,00)

xv
50% x Rp375.000,00 Rp187.500,00
Penyusutan tahun 2017:
50% x (Rp375.000,00 Rp187.500,00)
50% x Rp187.500,00 = Rp93.750,00
Penyusutan tahun 2018:
Sisanya disusutkan sekaligus = Rp93.750,00
II.7 Pengertian Amortisasi
Pada UU PPh menggunakan istilah harta tak berwujud tidak dengan asset
tetapi mempunyai pengertian yang sama dengan asset dalam SAK. Seperti
yang telah dilakukan pada asset tetap berwujud, nilai asset tetap tak berwujud
harus juga dilakukan penyusutan yang disebut juga dengan Amortisasi.
Pengertian asset tak berwujud adalah asset tak lancar (non-current asset)
dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada
pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam
klasifikasi asset yang lain (PSAK no 19). Termasuk dalam asset tak berwujud
adalah hak paten, Good Will, hak merk.
II.8 Penggolongan Amortisasi
Harta tak berwujud digolongkan menjadi:

1. Kelompok 1: kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa


manfaat 4 tahun.
2. Kelompok 2: kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa
manfaat 8 tahun.
3. Kelompok 3: kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa
manfaat 16 tahun.
4. Kelompok 4: kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa
manfaat 20 tahun.

II.9 Jenis Harta Tidak Berwujud


Berikut jenis aset berwujud menurut Kieso, Weygandt dan Warfield,
berdasarkan pengelompokannya:
1. Aset tidak berwujud terkait pemasaran (merek dagang, nama dagang,
nama domain internet).

xvi
2. Aset tidak berwujud terkait pelanggan (basis data pelanggan).
3. Aset tidak berwujud terkait artistik (hak cipta/copyright).
4. Aset tidak berwujud terkait kontrak (hak waralaba, hak izin).
5. Aset tidak berwujud terkait teknologi (hak paten).
6. Muhibah atau goodwill (adanya aset tidak berwujud yang belum
teridentifikasi)
II.10 Metode Dan Tarif Amortisasi
Harga perolehan harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya
perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah
(goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
diamortisasi dengan metode garis lurus (straight line method) dan metode
saldo menurun (declining balance method). Wajib Pajak diperkenankan untuk
memilih salah satu metode untuk melakukan amortisasi.

Tabel berikut menggambarkan pengelompokan harta tak berwujud, metode,


serta tarif amortisasinya.
KELOMPOK TARIF AMORTIOSASI
MASA
HARTA TAK GARIS SALDO
MANFAAT
BERWUJUD LURUS MENURUN
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

Kelompok, metode, dan tarif amortisasi seperti disebutkan dalam tabel di atas
berlaku juga untuk:
1. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu
perusahaan. Pengeluaran ini dapat juga dibebankan pada tahun
terjadinya pengeluaran
2. Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial, misalnya biaya
studi kelayakan dan biaya produksi percobaan, yang mempunyai masa

xvii
manfaat lebih dari satu tahun. Pengeluaran ini dikapitalisasikan kemudian
diamortisasi sesuai tabel di atas. Satu hal yang harus diperhatikan adalah
bahwa biaya operasional yang bersifat rutin, seperti biaya rekening listrik
dan telepon, gaji pegawai, dan biaya kantor lainnya, tidak boleh
dikapitalisasi tetapi dibebankan sekaligus pada tahun pengeluaran.
II.11 Contoh Perhitungan Amortisasi
Contoh 4:
PT Asti Jaya pada tanggal 4 Januari 2014 mengeluarkan uang sebanyak Rp.
100.000.000,00 untuk memperoleh hak lisensi dari Phoenixcyle Ltd. selama 4
tahun untuk memproduksi Sepeda Phoenix. Perhitungan amortisasi hak
lisensi tersebut adalah sebagai berikut:
Alternatif I : Metode Garis Lurus
Amortisasi tahun 2014:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2015:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2016:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2017:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00

Alternatif II : Metode Saldo Menurun


Amortisasi tahun 2014:
50% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 50.000.000,00
Amortisasi tahun 2015:
50% x (Rp. 100.000.000,00 – Rp. 50.000.000,00)
50% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2016:
50% x (Rp. 50.000.000,00 – Rp. 25.000.000,00)
50% x Rp. 25.000.000,00 = Rp. 12.500.000,00
Amortisasi tahun 2017:

xviii
Karena tahun 2017 merupakan akhir masa manfaat, maka pada tahun 2017
seluruh sisa nilai buku diamortisasikan sekaligus sehingga amortisasi tahun
2017 adalah:
(Rp. 25.000.000,00 – Rp. 12.500.000,00) = Rp. 12.500.000,00

II.12 Amortisasi Berdasarkan Metode Satuan Produksi


Hak atau Pengeluaran di bidang Penambangan minyak dan gas bumi
Amortisasi dengan metode satuan produksi diterapkan pada amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 tahun di bidang penambangan minyak dan gas
bumi. Dalam hal ini, metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan
persentase tariff amortisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan
persentase perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi
pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh kandungan
minyak dan gas bumi dilokasi tersebut yang dapat diproduksi.
Contoh:5
PT Dira Oil mengeluarkan uangnya sebesar Rp. 1.000.000.000,00 unutk
memperoleh hak penambangan minyak bumi. Kandungan minyak bumi
ditaksir sebesar 5.000.000 barel. Produksi bumi tahun 2018 mencapai
1.500.000 barel. Besarnya amortisasi untuk tahun 2018 adalah:
Tarif amortisasi = (realisasi penambangan : taksiran kandungan) x 100%
= (1.500.000 : 5.000.000) x 100%
= 30%
Amortisasi 2018 = 30% x Rp 1.000.000.000,00
= Rp. 300.000.000,00
Seandainya jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang
diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran yang belum
diamortisasi, maka atas sisa tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam
tahun pajak yang bersangkutan.

xix
Hak Penambangan Selain Minyak dan Gas Bumi, Hak Pengusahaan
Hutan, Hak Pengusahaan Sumber dan Hasil Alam Lainnya
Amortisasi dengan metode satuan produksi setinggi-tingginya 20% setahun,
diterapkan pada amortisasi atas:
1. Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan
gas bumi.
2. Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan.
3. Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan sumber dan hasil
alam lainnya, yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Contoh 6:
PT DiraWood mengeluarkan uang sebesar Rp1.000.000.000,00 untuk
memperoleh hak pengusahaan hutan. Potensi hak pengusahaan hutan adalah
200.000 ha. Jumlah yang sudah dimanfaatkan pada tahun 2018 adalah
sebesar 80.000 ha.
Jumlah yang diamortisasi dengan persentase satuan produksi yang
direalisasikan dalam tahun 2018 adalah sebesar:
(80.000: 200.000) x Rp1.000.000.000,00
40% x Rp1.000.000.000,00 Rp400.000.000,00
Jumlah yang boleh diamortisasi maksimum adalah 20% dari pengeluaran,
maka amortisasi yang diperkenankan hanyalah sebesar 20% x
Rp1.000.000.000,00 Rp200.000.000,00
II.13 Pengertian Revaluasi (Penilaian Kembali Aktiva Tetep)
Perbedaan nilai buku dengan nilai riil aktiva perusahaan dapat
mengakibatkan kurang serasinya perbandingan antara penghasilan dengan
beban, dan nilai buku dengan nilai intrinsik perusahaan. Untuk mengurangi
perbedaan tersebut, kepada Wajib Pajak perlu diberikan kesempatan untuk
melakukan penilaian kembali aktiva tetap.

Yang dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap adalah Wajib Pajak
Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT), tidak termasuk

xx
perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam
Bahasa Inggris dan mata uang dollar Amerika Serikat yang telah memenuhi
semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum
masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Kewajiban pajak tersebut
adalah semua kewajiban dari Wajib Pajak yang bersangkutan, seperti Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah, dan Pajak Bumi dan Bangunan yang telah terutang sampai dengan
masa pajak sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali.

Aktiva tetap yang dapat dilakukan penilaian kembali adalah:

1. Seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik
atau hak guna bangunan.
2. Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau
berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.

Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai


pasar atau nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian
kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli
penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah. Dalam hal nilai pasar atau
nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai
ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, Direktur Jenderal
Pajak menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aktiva yang
bersangkutan. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal laporan Perusahaan
jasa penilai atau ahli penilai.

II.14 Perlakuan Pajak Atas Selisih Lebih Penilian Kembali Aktiva


Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa
buku fiskal semula dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar
10% (sepuluh persen).

Contoh 7:

xxi
Pada tahun 2014, PT Sukses melakukan penilaian kembali aktiva tetapnya.
Nilai buku fiskal aktiva yang dinilai kembali per 31 Desember 2014 adalah
Rp100.000.000,00. Nilai wajar aktiva tersebut adalah Rp150.000.000,00.
Besarnya PPh atas selisih lebih penilaian kembali aktiva adalah sebesar:

Nilai wajar aktiva Rp150.000.000,00

Nilai boku fiskal aktiva Rp100.000.000,00 -

Selisih lebih penilaian kembali aktiva Rp 50.000.000,00

PPh = Rp50.000.000,00 x 10%

= Rp5.000.000,00 (bersifat final)

Sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan berlaku


ketentuan sebagai berikut:

1. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan


penilaian kembali adalah nilai pada saat penilaian kembali.
2. Masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali
aktiva tetap perusahaan disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh
untuk kelompok aktiva tetap tersebut.
3. Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan.

Untuk bagian Tahun Pajak sampai dengan bulan sebelum bulan


dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan berlaku ketentuan
sebagai berikut:

1. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap adalah dasar penyusutan fiskal pada
awal Tahun Pajak yang bersangkutan.
2. Sisa masa manfaat fiskal aktiva tetap adalah sisa manfaat fiskal pada awal
Tahun Pajak yang bersangkutan.
3. Perhitungan penyusutannya dihitung secara prorata sesuai dengan
banyaknya bulan dalam bagian Tahun Pajak tersebut.

xxii
Penyusutan fiskal aktiva tetap yang tidak memperoleh persetujuan penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan, tetap menggunakan dasar penyusutan
fiskal dan sisa manfaat fiskal semula sebelum dilakukannya penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan.

xxiii
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
PPH (Pajak Penghasilan) terkait penyusutan, amortisasi, dan revaluasi adalah
pentingnya pemahaman yang mendalam tentang ketiga konsep tersebut dalam
konteks perpajakan. Penyusutan digunakan untuk mencerminkan depresiasi
aset, amortisasi untuk mengalokasikan biaya atas aset tak berwujud, dan
revaluasi untuk menyesuaikan nilai aset dengan nilai pasar. Pemahaman yang
baik tentang ketiga konsep ini akan membantu perusahaan dalam perencanaan
pajak dan pengelolaan aset secara efisien.

xxiv
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Akt., QIA., CFrA., CA. (2019). Perpajakan Edisi
2019. Penerbit ANDI (Anggota IKAPI). Yogyakarta.

xxv

Anda mungkin juga menyukai