Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KELUARGA DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN


KESEHATAN DI RT 03 WONOKROMO
SURABAYA

DOSEN PEMBIMBING:
Iis Noventi,S.kep.,Ns.M.kep

OLEH:
Fitria Ayu Tri Wulandari
1150021005

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Keluarga Ny.S Dengan


Manajemen Kesehatan Tidak efektif di Rw 03 Rt 03 Karangrejo Sawah Timur I
Wonokromo surabaya telah di sahkan dan disetujui sebagai bukti praktik kerja
lapangan yang diselenggarakan pada tanggal 22 April-03 Mei 2024.

Surabaya, 30 Mei 2024


Mahasiswa

Fitria Ayu Tri W


1150021005

Mengetahui,

Ketua RW 03 Pembimbing Lapangan RT


05

............................ ......................................

Pembimbing Akademik

Iis Noventi, S.Kep.Ns.M.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah Kumpulan 2 orang atau lebih yang hidup Bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai
peran masing-masing merupakan bagian dari keluarga (friedman 2015).
Keluarga adalah suatu ikatan atau Persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
Bersama atau seorang laki-laki atau seorang Perempuan yang sudah
sendirian dengan/atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan
tinggal dalam sebuah rumah tangga (sayekti 2016).
Keluarga adalah unit terkecil dari Masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (effendy 2016).
2. Tipe Keluarga
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Tipe Keluarga Tradisional
The nuclear family (keluarga inti), keluarga yang terdiri darI
suami, istri, dan anak.
2) The dyad family keluarga yang terdiri dari suami dan istri
( tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila, keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah
tua dengan anak sudah memisahkan diri.
4) The childless family, keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya,
yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
5) The extended family (keluarga luas/besar), keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua
( kakek/nenek), keponakan, dan lain-lain).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda), keluarga yang
terdiri dari satu orang tua ( ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7) Commuter family, kedua orang tua bekerja dikota yang
berbeda ,tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada
anggota keluarga pada akhir pekan (weekend).
8) Multigenerational family, keluarga dalam beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
9) Kin-network family, beberapa keluarga inti yang tinggal dalam
satu rumah atau saling berdekatan dan saling mengunakan
barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya; dapur,
kamar mandi, televisi, telpon,dll.
10) Blended family, keluarga yang dibentuk oleh duda atau
janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alone / single -adult family , keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti: perceraian atau
ditingal mati.
b. Tipe Keluarga Non-Tradisional
1) The ummaried teenage mother, keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
2) The stepparent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family, beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama
dalam satu rumah, sumber dan fasilitias yang sama, sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak
bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and lesbian families, seseorang yang mempunyai
permasaan sex hidup bersama sebagaimana hubungan suami-
istri (marital-partners).
6) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama
diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family, beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family, keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat
orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family, keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan
atau problem Kesehatan mental.
11) Gang, sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga
yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam
kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga dimasyrakat sekitarnya yang
diadopsi Frindman, mengatakan ada empat struktur keluarga,yaitu:
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing
anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya ditingkat
masyarakat atau peran formal dan informal.
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma
keluarga yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya
yang berhubungan dengan Kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan
pola komunikasi ayah dan ibu (orangtua), orang tua dengan
anak-anak, anak dengan anggota keluarga lain ( pada keluarga
besar) dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga, merupakan kemampuan diri
individu untuk mengembalikan atau mempengaruhi untuk
merubah perilaku orang lain kearah yang positif.
4. Peran Keluarga
Peran keluarga mengambarkan seperangkat interpersonal,
sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dengan posisi dan
situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai
peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga dan sebagai anggota dan
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
b. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah
satu kelompok dalam peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dan lingkungannya di samping itu juga, ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, spiritual.
5. Fungsi Keluarga
Friedman (2017) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal, keluarga
yang merupakan basis kekuatan, sumber energi yang berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga, keluarga saling mepertahankan iklim yang positif. Hal
tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan
hubungan dalam keluarga dengan cara saling mengasuh, saling
menghargai, ikatan dan identifikasi. Apabila fungsi afektif tidak
terpenuhi maka akan timbul keretakan keluarga, masalah anak
atau masalah keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan prubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interkais sosial dan belajar
dalam lingkungan.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangusngan keturunan
dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan untuk memnuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan
tempat berlindung (rumah)
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga yang berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yangdapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggupan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Adapun tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :


1) Mengenal masalah
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan Masyarakat
6. Tingkatan Keperawatan Keluarga
Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
a. Level I
Keluarga menjadi latar belakang individu/ anggota keluarga
focus pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang
akan dikaji dan diintervensi
b. Level II
Keluarga merupakan pejumlah dari anggota-anggotanya, masalah
kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota
akan diintervensi bersama, masing-masing anggota dilihat sebagai
unit yang terpisah
c. Level III
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem
dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai
unit yang berinteraksi, focus intervensi: hubungan ibu
dengananak; hubungan perkawinan dan lain-lain
d. Level IV
Seluruh keluarga di pandang sebagai klien dan menjadi focus
utama dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi focus dan
individu sebagai latar belakang keluarga, keluarga dipandang
sebagai interaksional system, focus intervensi: dinamika internal
keluarga; struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem
keluarga dengan lingkungan luar

7. Tahap Perkembangan Keluarga


Meskipun demikian keluarga melalui tahapan perkembangannya
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola
yang sama yaitu melalui tahapan sebagai berikut:
a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
 Dimulai saat individu laki-laki/ perempuan membentuk keluarga
melalui perkawinan
 Meninggalkan keluarga mereka masing-masing

Tugas perkembangannya:

 Membina hubungan intim yang memuaskan


 Membina hubngan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
 Mendisukusikan rencana memiliki anak (KB)

Masalah kesehatan yang muncul:

 Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang


KB, penyakit kelamin baik sebelum/ sesudah menikah
 Konsep perkawinan tradisional: dijodohkan, hukum adat Tugas
Perawat:
 Membantu setiap keluarga untuk saling memahami satu sama
lainnya
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama
 Dimulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia
30bulan (2.5tahun). Keluarga dan mengasuh anak
Tahap perkembangan keluarga :
 Persiapan menjadi orang tua
 Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, dan hubungan seksual
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
Masalah kesehatan keluarga :
 Pendidikan maternitas focus keluarga, perawatan bayi,
imunisasi, konseling perkembangan anak, KB, pengenalan dan
penanganan masalah kesehatan fisik secara dini
 Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan
anak
c. Tahap III : Keluarga Anak Usia Pra-Sekolah
 Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 – 5 tahun. Keluarga
lebih majemukadan berbeda Tugas perkembangan keluarga
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal,
privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi
 Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang
lain
 Mempertahankan hubungan yang sehat internal/eksternal
keluarga, pembagian tanggung jawab keluarga
 Stimulasi tumbang anak (paling repot)
Masalah kesehatan keluarga
 Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar,
keracunan, dan kecelakaan dan lain-lain
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah
 Dimulai dengan anak pertama berusia 6-13 tahun
 Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal, keluarga
sangat sibuk
 Aktivitas sekolah, anak punya aktivitas masing-masing
 Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan
anak & dirinya
 Orang tua belajar menghadapi/ membirakan anak pergi (dengan
teman sebayanya )
 Orang tua mulai merasakan tekanan dari komunitas di luar rumah
(s ystem sekolah)
Tugas perkembangan keluarga

 Membantu sosialisasi anak : meningkatkan prestasi belajar anak


 Mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia
 Memenuhi kebutuhan & biaya kehidupan yang semakin
meningkat termasuk biaya kesehatan
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja
 Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun-19/20 tahun
 Tujuan keluarga tahap ini adalah melonggarkan ikatan
yang memungkinkan tanggung jawab dan kekebasa yang lebih
optimal bagi remaja untuk menjadi dewasa muda
Konflik perkembangan
 Otonomi yang meningkat (kebebasan anak remaja)
 Budaya anak remaja (perkembangan dengan teman sebaya)
 Kesenjangan antar generasi ( beda nilai-nilai dengan orang tua)
Tugas perkembangan
 Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
 Memfokuskan hubungan perkawinan
 Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak-anak
f. Tahap VI : Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda
 Dimuali pertama meninggalkan rumah
 Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak
( biasa berlangusng 6-7tahun), faktor ekonomi juga menjadi
kendala
Tugas perkembangan :
 Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya
 Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
 Membantu orang tua lansia yang sakit-sakitan dari pihak suami
maupu istri
 Membantu kemandirian keluarga
 Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak)

 Perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis : Hipertensi,


Kolesterol, Obesitas dan Menopause

g. Tahap VII : Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan


 Dimulai anak terkahir keluar dan berakhir sampai pensiun
atau kematian pasangan
 Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55 tahun dan berakhir
saat memasuki pensiun 16-18 tahun kemudian

Tugas perkembangan :

 Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan


 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua lansia, teman sebaya dan anak-anak
 Memperkokoh hubungan perkawinan

Masalah kesehatan :

 Kebutuhan promosi kesehatan : istirahat cukup, kegiatan waktu


luang dan tidur, nutrisi, olahraga teratur, BB harus ideal, no
smoking, pemeriksaan berkala
 Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak
dan teman sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri
h. Tahap VIII : Keluarga Masa Pensiun dan Lansia
 Dimulai salah satu atau keduanya pensiun sampai salah satu
atau keduanya meninggal
 Kehilangan yang lazim pada usia ini : ekonomi dan
pekerjaan (pensiun), perumahan ( pindah ikut anak atau panti ),
sosial
( kematian pasangan dan teman-temannya), kesehatan (penurunan
kemampuan fisik)

Tugas perkembangan

 Mempertahakan pengaturan hidup yang memuaskan


 Menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun
 Mepertahankan hubungan perkawinan
 Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
 Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
 Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan
dan integrasi hidup)
8. Peran Perawatan Keluarga
a. Pendidik
 Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar : Keluarga dapa melakukan program asuhan
kesehatan keluarga secara mandiri
 Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Koodinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan
untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin
ilmu agar tidak terjaid tumapang tindih dan pengulangan

c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,


klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam
memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat
kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat
dapat mendemostrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan
yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan
asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit

d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home
visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengindetifikasi
atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga

e. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi


masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada
keluarga, maka hubungan perawat- keluarga harus dibina degan
baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya

f. Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk


meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan
peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus
mengetahui system pelayanan kesehatan (system rujukan, dana
sehat, dan lain-lain)

g. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan


rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk
mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal

h. Penemu kasus

Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehinga tidak


terjadi ledakan atau wabah
B. KONSEP MANAJEMEN KESEHATAN TIDAK EFEKTIF

A. Konsep Dasar Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan


1. Definisi
Ketidakefektifan manajemen kesehatan merupakan pola
pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup
sehari-hari untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya yang tidak
memuaskan untuk memenuhi tujuan keshatan spesifik (Sebrina, 2019).
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) 2016,
manajemen kesehatan tidak efektif merupakan pola pengaturan dan
pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup
sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang
diharapkan.
2. Penyebab / Faktor Predisposisi
a. Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan
b. Kompleksitas program perawatan/pengobatan
c. Konflik pengambilan keputusan
d. Kurang terpapar informasi
e. Kesulitan ekonomi
f. Tuntutan berlebih (mis. individu, keluarga)
g. Konflik keluarga
h. Ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga
i. Ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak
j. Kekurangan dukungan social
(Sumber : SDKI. 2016)
Menurut NANDA 2015-2017 penyebab dari ketidakefektifan manajemen
kesehatan yaitu:
a. Kesulitan ekonomi
b. Ketidakberdayaan
c. Ketidakberdayaan petunjuk untuk bertindak
d. Kompleksitas regimen terapeutik
e. Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan
f. Konflik keluarga
g. Konflik pengambilan keputusan
h. Kurang dukungan social
i. Kurang pengetahuan tentang program terapeutik
j. Persepsi hambatan
k. Persepsi kerentanan
l. Persepsi keseriusan kondisi
m. Persepsi keuntungan
3. Pohon Masalah

Affect
Risiko Prilaku Kekerasan

Core Problem
Ketidakefektifan manajemen kesehatan

Causa
Defisiensi pengetahuan

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Tahap Pengkajian
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan
metode:
a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasilitas rumah
c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke
ujung kaki)
d. Data sekunder, seperti contoh : hasil laboraturium, hasil X-Ray,
pap semnar dan lain-lain.
Hal-hal uang perlu dikaji dalam keperawatan keluarga adalah :
i. Data Umum
1) Nama kepala keluarga
2) Usia
3) Alamat dan Telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi keluarga
7) Genogram
8) Tipe kelurga
9) Suku bangsa
10) Agama
11) Statsu sosial ekonomi
12) Aktivitas rekreasi kelaurga
ii. Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti saat ini dan sebelumnya
iii. Pengkajian leingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
3) Mobilitas keluarga
4) Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyrakat
5) System pendukung keluarga
iv. Pengkajian struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai atau norma keluarga
v. Fungsi keluarga
1) Pengkajian fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
vi. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan Panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
3) Strategi koping konstruktif yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional

vii. Pemeriksaan fsik


viii. Harapan keluarga
2. Perumusan Diagnosa Kperawatan Keluarga :
Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (terjadi deficit/ gangguan kesehatan), dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan
b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang
namun belum terjadi gangguan
c. Potensional (keadaan sejahtera/”Wellness”), suatu keadaan
dimana keluarga dalam keadaan sejahtra sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan
etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil
pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus
untuk mendiagnosis keperawatan potensial (sejahtera/”wellness”)
boleh menggunakan/tidak menggunakan etiologi.
Skoring :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan
bobot:
Skore
Angka tertinggi X Bobot
3) Jumlahkan lah skore untuk semua kriteria
3. Perencanaan keperawatan keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan
tujuan, yang menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta
dilengkapi kriteria dan standar. Kriteria dan sandar merupakan
pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap
tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan
4. Tahap tindakan keperawatan keluarga
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
 Memberikan informasi
 Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
 Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2) Menstimualsi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan
cara :
 Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan kegiatan
 Mengdentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
 Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sait dengan
cara :
 Mendemonstrasikan cara perawatan
 Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
 Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4) Membantu keluarga unruk menemukan cara bagaimana
membaut lingkungan
menjadi sehat, dengan cara :
 Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
 Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
5) Meotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara:
 Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga
 Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
5. Tahap evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu: evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan
pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan.
Sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada
tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu
berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam
suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan
selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil
dan pemberin asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai
berikut :

1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling


valid untuk menentukan adanya perubahan yaitu interpretasi
yang suyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan
instrument yang tepat dan tujuan yang telah mengenai proses atau
hasil
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang
menunjukan perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah
laku yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada
keluarga yang berperan penting
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan
kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat
keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan
yang diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP
sebagai tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:
Subyektif: pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber
lain tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau
kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan
Obyektif: data yang bisa diamati dan diukur melalui
teknnik observasi,palpasi, perkusi, dan auskultasi, sehingga dapat
dilihat kemajuan atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum
dan setelah diberikan tindakakn keperawatan
Analisa : pernyataan yang menunjukan sejauh mana masalah
keperawatan ditanggulangi
Planning : rencana yang ada dalam catatan perkembangan
merupakan rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan
atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan
modifikasi bagi perawat
DAFTAR PUSTAKA

Suprajitno. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : RGC


Long, B. C. (2017). Perawatan medical bedah. (Essential of medical surgical
nursing), Penerjemah R. Karnaen, Syamsunir adam, maria ulfa, hotma
rumahorobo, nurlina supartini, eva berty, eri suhaeri. Bandung :
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran
Friedman, M. M. (2017). Keperawatan Kleuarga Teori dan Praktek ( Family
nursing teori and practice). Edisi 3. Alih Bahasa Ina Debora R. L.
Jakarta :
EGC
Effendy. N (2017). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyrakat, Edisi 2.
Jakarta; EGC
Carpenito, L. J. (2021). Buku saku diagnose keperawatan. (Handbook of
Nursing
Diagnosis). Edisi 8, Alih Bahasa monica Ester. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai