Anda di halaman 1dari 9

MEMPERKENALKAN ADAT DAN BUDAYA ACEH

NAMA : REKA ANDANI

NIM : 2006101020023

MK : ADAT DAN BUDAYA ACEH/02

Ada banyak adat dan budaya di nusantara ini terutama yang berada di Aceh, Aceh sendiri
memiliki begitu banyak adat dan budaya maka dari itu kita akan membahas beberapa adat
budaya aceh berikut :

1. Haria Peukan
Haria peukan adalah orang yang mengatur ketertiban, keamanan dan kebersihan pasar
serta mengutip restribusi pasar gampong. Dalam kehidupan masyarakat Aceh dikenal
dengan pasar mingguan atau hari pekan pada kedai kecamatan atau kedai yang agak
ramai mendapat giliran sebagai pusat pembelanjaan pada hari yang telah ditetapkan oleh
pemerintah setempat. Adanya ketentuan-ketentuan hari pekan ini untuk menumbuhkan
pasar-pasar strategis bagi perkembangan lalu lintas niaga/jual beli barang rakyat.
Lembaga haria peukan ini masih berjalan hamper di seluruh Aceh.

2. Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA)


Pada saat ini organisasi tersebut masih berkembang yaitu disebut dengan
HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh).Himpunan Ulama Dayah Aceh merupakan
organisasi ulama yang bergerak pada saat ini. Dari pemaparan diatas, Peneliti
mengangkat judul “Sejarah Perkembangan. Himpunan Ulama Dayah Aceh Di Nanggroe
Aceh Darussalam” Fokus penelitian ini adalah sejarah didirikan Himpunan Ulama Dayah
Aceh ,aktivitas-aktivitas Himpunan Ulama Dayah Aceh dari tahun 1999-2017 dan
eksistensi Himpunan Ulama Dayah Aceh

3. Imeum Meunasah
Imum Meunasah dipilih oleh masyarakat gampong mereka yang lebih paham terhadap
agama Islam, disamping memiliki kebijakan dan kecerdasan dalam memutuskan perkara,
terutama menyangkut dengan permasalahan keagamaan. Kedudukan Imum Meunasah di
sebuah gampong lebih terarah pada persoalan-persoalan agama atau adat yang terkait
dengan agama, imum meunasah adalah pimpinan yang lebih bertanggung jawab pada
pelaksanaan syari’at Islam di gampong tersebut. Meskipun tanggungjawab sudah jelas,
namun setiap masalah yang sifatnya kepentingan umum atau menyangkut dengan
kepentingan anggota masyarakat maka akan disikapi bersama oleh keuchikdan imum
meunasah. Setiap persoalan yang menyangkut dengan urusan dunia merupakan tanggung
jawab keuchik, namun sebelum dilaksanakan pekerjaan tersebut keuchik terlebih dahulu
berunding dengan teungku imum meunasah, dengan demikian setiap keputusan yang
telah disetujui oleh keuchik dan imum meunasahakan dianggap keputusan bersama oleh
masyarakat sepenuhnya.

4. Imeum Mukim
Mukim menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menentukan
kesatuan masyarakat hukum kemukiman dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
yang terdiri atas gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu
dan harta kekayaan sendiri, kedudukan langsung dibawah kecamatanatau nama lain yang
dipimpin oleh Imum Mukim atau nama lain.8
Dalam Qanun Nomor 4 Tahun 2003 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tentang
Pemerintahan Mukim, perangkat mukim memiliki fungsi:
- Penyelenggaraan pemerintahan baik berdasarkan asas desentralisasi, dekontralisasi
dan urusan serta membantu segala urusan pemerintahan lainnya
- Pelaksanaan pembangunan baik pembangunan ekonomi, fisik maupun pembangunan
mental spiritual
- Pembinaan masyarakat dibidang peaksanaan syari’at Islam, pendidikan, peradatan,
sosial budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat
- Peningkatan percepatan pelayanan kepada masyarakat Jurnal Ius Civile 31
- Penyelesaian dalam rangka memutuskan dan menetapkan hukum dalam hal adanya
persengketaan atau perkara adat atau hukum adat.

5. Jeuname/Jeulame
Jeulamee dalam perspektif masyarakat Aceh adalah pemberian wajib yang
berupa emas dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan suku Aceh
ketika akan melangsungkan akad nikah. Pemberian tersebut harus melalui pihak
keluarga, antara pihak laki-laki dan pihak perempuan. Jeulamee ini harus berbentuk
emas dengan ukuran mayam. Satu mayam sendiri setara dengan 3,3 gram emas. jeulamee
sama dengan mahar, hanya saja yang berbeda adalah bentuknya yang mengharuskan
emas dalam takaran mayam. Jeulamee merupakan simbol kehormatan baik bagi pihak
perempuan maupun pihak laki-laki. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar jeulamee
diantaranya pendidikan, keturunan, pekerjaan, dan kecantikan. Adapun tradisi jeulamee
dalam pernikahan suku Aceh ini masuk dalam kategori mashlahah Najmuddin al-Thufi.
Menikah dengan menetapkan jeulamee yang nilainya tinggi akan menarik suatu manfaat,
yaitu menjadi suatu motivasi bagi para pemuda untuk bekerja keras dan mereka bisa
mempersiapkan diri dan berupaya meningkatkan kesejahteraan keluarganya ketika sudah
menikah nanti

6. Karong
Munculnya karong secara tersendiri juga didasari pada tradisi sosial masyarakat Aceh
yang juga mengadopsi nilai matri focal (siegel, 1969). Matrifocallity ini memberi ruang
tersendiri bagi perempuan dalam membangun relasi yang lebih berimbang dari system
kekeluargaan secara makro dan mikro. Siapno (2002) melihat bahwa matrifocallity
adalah sebuah bentuk perbatsan tradisi terhadap dominasi patriaki, yang juga merupakan
nilai sosial yang di adopsi dan dipraktikan dalam masyarakat aceh, seperti kebanyakan
masyarakat aceh berbeda dengan system sosial yang mengutamakan kekerabatan “ninik
mamak” (kekerabatan daripihak ibu) yang dominan dalam masyarakat minangkabau yang
dilandasi atas nilai nilai matriarchy.

7. Kawom
Kawom adalah keluarga besar atau system kekerabatan di luar keluarga keluarga inti dan
di luar kerabat terdekat yang termaksuk didalamnya wali dan karong. Kalau dilihat dari
lapisan kekerabatanyang di mulai dari lapisan pertama yang berasal dari keluarga inti dan
lapisan berikutnya adalah wali dan karong, kemudian baru kawom yang berada di lapisan
terluar setelah wali dan karong dan sebelum masyarakat luas. Kalau di pahami secara
lebih khusus, kawom ini menyerupai paguyupan yang menunjukan beberapa kesamaan
yang dimiliki oleh sekolompok orang dalam suatu masyarakat, terkait aspek aspek
tertentu yang memiliki ciri : eksklusivitas, kedekatan, dan relasi relasi yang lebih
informal lainnya. Padanan frasa bahasa Indonesia yang relavan untuk menjelaskan kata
kawom adalah “kaum kerabat” yang juga memiliki makna kekerabatan, walaupun tidak
persis sama dengan makna kawom dalam masyarakat Aceh. Dalam keihidupan sosial
keseharian, masyarakat Aceh da ungkapan “bek peumalee kawom” yang bermakna “
jangan mempermalukan kaum sendiri” uangakapan ini memberi pemahaman makna
bahwa marwah, wibawa dan nama baik kawom juga harus di jaga, sama halnya dengan
nama baik dan marwah keluarga.

8. Keluarga batih
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Menurut tipenya,
keluarga terbagi atas dua yaitu keluarga batih yang merupakan satuan keluarga
terkecil (nuclear family) dan keluarga luas (extended family) (Rustina, 2014:287).
Keluarga batih merupakan keluarga yang terdiri atas keluarga inti yaitu, ayah, ibu,
dan anak-anaknya. Sedangkan keluarga luas merupakan keluarga yang terdiri atas
keseluruhan anggota keluarga baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Keluarga
batih atau nuclear family adalah keluarga yang terdiri hanya dari
suami, istri berserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga batih tersebut
lazimnya disebut juga rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam
masyarakat sebagai wadah dan proses pergaulan hidup (Soekanto, 1992:1). Dalam
keluarga batih di Jepang tidak terikat kepada peraturan seperti di keluarga
tradisionalnya, dan berhak menentukan jalan hidupnya masing-masing, ingin
menikah atau tidak, hidup bersama atau sendiri, punya anak atau tidak, dan lain-
lain dapat ditentukan oleh diri sendiri

9. Keluarga luas
Keluarga luas adalah keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari
kakek dan nenek yang sama termasuk keturunan masing-masing istri dan suami. Dengan
kata lain, keluarga luas adalah keluarga batih ditambah kerabat lain yang emmiliki
hubungan erat dan senantiasa dipertahankan (Suhendi & Wahyu,2001). Sebutan keluarga
yang diperluas (Extended Family) digunakan bagi suatu system yang masyarakatnya
menginginkan beberapa generasi yang hidup dalam satu atap rumah. Sistem ini terdapat
pada masyarakat Minangkabau, yaitu bila seorang perempuan telah menikah, ia dan
suaminya akan tinggal dengan orangtuanya dan saudara-saudara perempuannya yang lain
yang telah menikah dalam satu rumah dengan anak-anak mereka dan keturunannya
menurut garis perempuan. Istilah keluarga luas seringkali digunakan untuk mengacu pada
keluarga batih berikut keluarga lain yang memiliki hubungan baikdengannya dan tetap
memelihara dan mempertahankan hubungan tersebut.

10. Keujreun blang


Keujreun blang adalah orang yang membantu keuchik dan imum mukim dibidang
pengaturan dan penggunaan air irigasi untuk persawahan. Pada umumnya setiapgampong
memiliki area perswahan tetap memiliki lembaga adat keujreun blang. Keberadaan
lembaga adat keujreun blang telah memberikan makna yang cukup bernilai bagi
kehidupan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup mereka dan juga
bagi pemerintah dalam mendapatkan pendapatan negara, karena setiap produktifitas
rakyat pasti memberi dampak positif pula bagi suatu pemerintah. Dalam perkembangn
keujreun blang di posisikan sebagai mitra keuchik atau imeum mukim dalam wilayah
kekuasaan gampong dam mukim, khususnya dalam urusan petanian sawah. Posisi
kepengurusanya bersifat otonom tanpa penunjukan oleh keuchik, tetapi dipilih oleh
petani berdasaerkan musyawarah dalam satu area persawahan. Keberadaan keujreun
blang saat ini telah mendapatkan pangkuan dari pemerintah melalui sejumlah regulasi.

11. Kluet
Kluet adalah nama daerah yang terdiri atas dua kecamatan, yakni Kluet Utara dan Kluet
Selatan, yang termasuk ke dalam Kabupaten Aceh Selatan, Daerah Istimewa Aceh.
Sejarah Kluet dapat dibedakan antara "sejarah yang berdasarkan fakta" dan "sejarah yang
sudah menjadi legenda" . Berikut ini akan dipaparkan secara singkat sejarah Kluet.
Informasi tentang sejarah Kluet ini diperoleh dari ldris Adami, Kepala SMP Negeri
Bakongan, Aceh Selatan, yang juga berkedudukan sebagai Ketua LAKA (Lembaga
Kebudayaan Aceh) Kecamatan Kluet Utara. Selama bertahun-tahun ldris Adami menulis
sejarah sebagai salah satu hobinya yang penting. Di samping kesibukannya sebagai
guru/kepala sekolah, ia juga mengumpulkan data-data sejarah tentang Kluet, tempat ia
dilahirkan. Nama Kluet barasal dari kata Kluwat, sedangkan ucapan Kluet merupakan
ucapan orang Aceh (bukan masyarakat Kluet) yang menyebut- kan kata itu. Hal ini dapat
dibuktikan dengan menanyakan seseorang dari mana ia berasal. Jika ia berasal dari Kluet,
ia akan mengatakan bahwa ia berasal dari Kluwat atau Tanah Kluwat. Pada zaman Kejrun
Naib Amansyah sampai dengan Kejrun Merah Adam, yakni sampai zaman penjajaha
Belanda, wilayah Kluet memben-tang mulai dari Gunung Kapur (Kerajaan Trumon)
sampai ke Gunung Tangga Besi (wilayah Tapak Tuan) . Sesudah Indonesia merdeka,
daerah ini dibagi menjadi tiga kecamatan, yakni Kecamatan Kluet Utara, Kecamatan
Kluet Selatan, dan Kecamatan Kluet Bakongan. Suku Kluet dewasa ini hanya mendiami
empat permukiman, yaitu Mukim Manggamat . dan Mukim Sejahtera di Kecamatan
Kluet Utara, serta Mukim Makmur dan Mukim Perdamaian di Kecamatan Kluet Selatan.

12. Madeung
Madeung merupakan sebuah tradisi di Aceh untuk merawat ibu post partum, salah satu
tindakan yang dilakukan dengan melakukan pantangan makan. Pantangan makan dalam
budaya madeung dapat mengurangi nutrisi ibu hamil yang berdampak pada kesehatan ibu
dan bayinya. Salah satu budaya madeung yaitu dengan melakukan pantangan makan yang
dianggap sangat bermanfaat. Masalah yang sering terjadi dimasyarakat adalah adanya
pantang makanan setelah melahirkan. Padahal setelah melahirkan seorang wanita
memerlukan nutrisi yang cukup untuk memulihkan kembali seluruh alat genetalianya. Ibu
post partum yang melakukan pantang makanan tidak menyadari bahwa tindakannya akan
berpengaruh terhadap lambatnya pemulihan kesehatan. Prosesi pantangan dalam budaya
madeung ini telah berlangsung secara turun temurun di dalam masyarakat Aceh.
Kepercayaan dan keyakinan budaya terhadap perawatan ibu post partum, masih banyak
di jumpai di lingkungan masyarakat. Salah satu perawatan dan ketentuan dari tradisi ini
adalah ibu harus berpantang makanan tertentu, ibu dipantang untuk makan makanan yang
mengandung protein tinggi seperti udang, beberapa jenis ikan, telur dan sedikit
mengkonsumsi air, makan di batasi dan hanya boleh makan sayur - sayuran, tidak boleh
mandi, diet makanan, tidak boleh keluar rumah, menggunakan alas kaki menggunakan
gurita, tidak boleh tidur di siang hari bahkan mereka meyakini kolustrum tidak baik untuk
anak. Hal ini dikarenakan percaya bahwa, mengkonsumsi ikan dan telur akan
memberikan efek gatal-gatal pada luka pasca persalinan, serta luka akan sulit sembuh
karena basah.

13. Madrasah
Madrasah merupakan terjemahan dari istilah sekolah dalam bahasa Arab. Kata
“Madrasah” dalam bahasa Arab adalah bentuk kata "keterangan tempat" (zharaf makan)
dari akar kata "darasa". Secara harfiah "madrasah" diartikan sebagai "tempat belajar para
pelajar", atau "tempat untuk memberikan pelajaran". Dari akar kata “darasa” juga bisa
diturunkan kata “midras” yang mempunyai arti “buku yang dipelajari” atau tempat
belajar. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata “madrasah” memiliki arti
“sekolah”. Kendati demikian pada mulanya kata “sekolah” itu sendiri bukan berasal dari
bahasa Indonesia, melainkan dari bahasa asing yaitu school atau scola. Secara teknis
dalam proses belajar-mengajarnya secara formal, madrasah tidak berbeda dengan
sekolah, namun di Indonesia madrasah tidak lantas dipahami sebagai sekolah melainkan
diberi konotasi yang lebih spesifik lagi yaitu sekolah agama. Karenanya istilah madrasah
tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit tetapi juga bisa dimaknai rumah,
istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid, dan lain-lain. Bahkan juga seorang ibu bisa
dikatakan sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya.

14. Majelis Adat Aceh


Majlis Adat Aceh (MAA) sebagai wujud pengganti dari Lembaga Adat Kebudayaan
Aceh yang diganti pada Kongres Adat Aceh pada tanggal 24-28 September Tahun 2002.
Majlis Adat Aceh merupakan organisasi masyarakat yang memiliki visi membangun
masyarakat Aceh yang bermartabat berlandaskan adat istiadat yang bersendikan ajaran
Islam. Bentuk struktur organisasi MAA berada pada tingkat provinsi, kabupaten,
kecamatan, mukim, gampong serta perwakilan MAA diluar daerah. Majelis Adat Aceh
(MAA) adalah suatu lembaga yang mempunyai tugas untuk melestarikan dan mengembangkan
adat, seni dan budaya yang berada dalam provinsi Aceh. Aceh merupakan daerah yang multi
kultural sehingga dikenal memiliki kekayaan / keberagaman khazanah kebudayaan, kesenian
dan adat istiadat.

15. Makmeugang
Meugang adalah tradisi yang dilestarikan masyarakat Aceh sampai saat ini.
Meugang diadakan pada saat menyambut bulan Ramadhan, hari raya Idul
Fitri dan Idul Adha. Meugang merupakan wujud dari sebuah tafsir agama yang
diamalkan dalam bentuk budaya masyarakat Aceh. Bagaimana tradisi meugang
dalam masyarakat Aceh? Mengapa budaya meugang diyakini sebagai bagian
dari agama dan beroperasi sebagai tafsir agama dalam kehidupan masyarakat
Aceh. Meungang (bahasa Aceh) merupakan salah satu tradisi yang masih
dilestarikan di Aceh. Meugang atau sebagian menyebutnya ma’meugang adalah
sebuah tradisi makan daging pada saat sebelum memulai puasa Ramadhan,
lebaran Idul fitri dan lebaran Idul Adha. Tradisi ini diyakini sebagai suatu
hal yang sangat penting dan tidak boleh ditinggalkan bagi masyarakat Aceh.
Praktek perayaan meugang ini dirayakan oleh semua lapisan masyarakat, baik
di desa maupun di kota. Sehingga momen ini tidak ingin dilewatkan oleh
siapapun. Di Jawa, khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah, meugang ini serupa
dengan trdisi megengan (bahasa Jawa), yaitu upacara slametan sederhana,
untuk menandai akan masuknya bulan puasa yang diyakini sebagai bulan yang
suci dan khusus (Nursyam, 2014: http://nursyam.uinsby.ac.id). Megengan ini
juga dikenal dengan ruwah, asal kata dari arwah. Umat Islam di Jawa pada
hari tersebut biasanya mengunjungi kuburan dan mengadakan tahlilan dan
doa bersama untuk para arwah. Makanan yang terkenal dan mesti disediakan
ketika megengan adalah apem (Geertz, 1976: 78). Selain dianggap sebagai salah satu
bagian agama yang mesti dilaksanakan, Perayaan meugang ini juga menjadi momen
penting bagi keluarga, khususnya orang tua untuk berkumpul dengan keluarga. Biasanya
pada hari meugang tersebut, anak dan sanak saudara yang merantau atau telah
berkeluarga dan tinggal ditempat yang jauh, mereka akan pulang dan berkumpul pada
hari meugang tersebut. Tidak ada perayaan yang sangat spesial dalam perayaan
Meugang tersebut. Acara intinya adalah makan daging yang telah dimasak dengan
bermacam masakan secara bersama-sama. Di beberapa tempat, masakan daging ini
berbeda-beda sesuai dengan khas daerahnya sendiri.

16. Aceh pungo

Dalam bahasa Aceh, pungo memiliki arti generik "gila". Namun sesungguhnya makna itu
lebih luas, bahkan tidak melulu negatif. Meskipun seratus persen waras, seseorang yang
berkendaraan secara ugal-ugalan kerap diserapahi dengan kalimat "pungo" alias gila. Belanda
menyematkan julukan Aceh pungo (Aceh gila) setelah melihat perlawanan yang dilakukan para
pejuang di Tanah Rencong. Dalam perang melawan penjajah, sebagian pejuang Aceh bertindak
seorang diri dengan bermodalkan rencong. Istilah Aceh Pungo muncul ketika penjajah Belanda
mengirimkan pasukan elitnya ke Aceh pada 2 April 1890. Pasukan Marsose yang terdiri dari
serdadu pilihan itu ditugaskan memburu pejuang Aceh hingga ke pelosok-pelosok. Para tentara
penjajah disebut membunuh pejuang Aceh yang ditemukan atau setidaknya diasingkan ke luar
Tanah Rencong. Penjajah Belanda disebut melakukan cara-cara kekerasan dengan tujuan agar
rakyat atau pejuang Aceh menjadi takut.

17. Adat meulaot


Akibat perkembangan zaman, hukum adat laot (laut) telah banyak dikesampingkan
keberadaannya. Sehingga masyarakat nelayan telah mengabaikan kearifan lokal yang
seharusnya dipertahankan.1 Hukum adat laut pada dasarnya mengatur tata cara
operasional melaut, adat sosial ekonomi masyarakat nelayan, penangkapan ikan di
laut, bagi hasil, sewa-menyewa, pengupahan,dan lain-lain. Pengaturan tempat
penambatan perahu dan pukat dipantai, tempat penjemuran alat penangkapan ikan dan
memperbaiki kerusakan baik alat penangkapan ikan maupun perahunya, waktu
larangan melaut, penemuan harta di laut, penyelesaian sengketa di laut, perusakan
lingkungan, pencarian ikan di laut, kecelakaan di laut, kenduri laut serta semua
kegiatan yang berhubungan dengan mencari nafkah di laut. Namun hukum adat laot
sebagai kearifan lokal masyarakat nelayan dalam penangkapan ikan di
laut telah melemah keberaannya. Seperti kurang kepeduliannya panglima laot dan
masyarakat nelayan terhadap pelaksanaan kenduri laot, larangan hari melaut dan lain
sebagainya. Permasalahan, bagaimana hukum adat laot sebagai kearifan lokal
masyarakat nelayan aceh. Bagaimana revitalisasi hukum adat laot sebagai kearifan
lokal masyarakat nelayan dalam penangkapan ikan di laut di Kabupaten Aceh Timur.
Tujuan khusus yaitu untuk revitalisasi hukum adat laot sebagai kearifan local
masyarakat nelayan dalam penangkapan ikan di laut di Kabupaten Aceh Timur.
Sehingga kerukunan dan ketertiban masyarakat nelayan dalam aktifitas penangkapan
ikan di laut dapat terjaga sebagai kearifan local.

18. Alang tulung berat berbantu


Nilai budaya Gayo lainnya adalah sikap tolong- menolong, sebagaimana tercermin
dalam ungkapan alang-tolong berat-berbantu. Nilai ini menegaskan eksistensi
manusia sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan interaksi sosial yang
memungkinan proses memberi dan menerima (give and take, bukan take and give
sebagaimana sering disebut) sebagai perekat kohesi sosial. Dalam berbagai kegiatan
masyarakat yang berhubungana dengan rutinitas sehari-hari, terutama dalam
pertanian, sistem tolong menolong dan gotong royong yang disebut Alang Tulun
Berat Berbantu menjadi hal yang sangat menentukan.Contohnya tolong menolong
menanam padi secara bergiliran dari sawah ke sawah (menomang), tolong menolong
yang didasarkan atas rasa hormat terhadap seseorang seperti Kematen yaitu kegiatan
sosial yang dilakukan secara spontan dengan keikhlasan untuk berkorban. Kegiatan
tolong-menolong ini mencakup semua acara yang berhubungan dengan kematian.
Mah Atur atau memberikan yang disumbangkan kapada seseorang atas dasar hormat
atau simpati adalah suatu bentuk pengabdian yang diberikan seseorang kepada orang
lain tanpa didasarkan atas sesuatu jasa yang diterima sebelumnya oleh si pemberi dari
si penerima.

19. Asah bate jeurat


Aceh memproduksi beragam bentuk batu nisan. Ada yang sepasang untuk nagian
kepala dan ada kaki yang sama bentuknya. Ad pula badan (bate badan atau jeurat)
dalam bermacam macam ukuran. Kebanyakan batu jisan berbentuk tonggak berupa
prisma yangf bersegi empat, enam dan persegi delapan. Batu nisan yang berbentuk
rata bersegi empat sering mempunyai ornament yang sangat indah dan kadang-kadang
mempunyai hiasan yang bergulung lebar (cabeueng). Batu nisan ini terdapat di
kuburan perempuan (nisan inong) sering di hiasi dengan figure figure yang berbentuk
bulatan (rosette) dengan berbagaimotif didalamnya. Orang aceh menyebutnya dengan
subang ( anting-anting). Motif ini sekaligus untuk membedakannya dengan batu nisan
laki-laki (nisam agam). Sedangkan yang lain biasanya dihubungkan dengan sebuah
batu berbentuk bujur sangkar yang horizontal mencakup seluruh permukaan makam
dari bagian kepala sampai kebagian kaki yang disebut bate badan (batu badan atau
jirat).

20. Astronomi Nelayan Aceh


Bintang bintang tersebut ada yang di kenal dengan nama bintang lhee (bintang tiga),
kumpulan bintang ini dinamkan menurut letaknya yang berjajar tiga dan digunakan
sebagai pedemonan kompas. Selanjutnya nelayan Aceh juga mengenal kelompok
bintang Sembilan yaitu bintang venus (zohra) kalau pagi hari terbit di timur (bintang
timur atau bintang kejora) dan disebut bintang timu dan yang terbit di barat pada
malam hari dinamakan bintang rusa atau bintang pancuri karena hewan rusa dan
pencuri mulai mencarimakan atau keluar dari tempat apabila bintang itu terbit.
Bintang paroe atau bintang pari adalah bintang yang menyerupai ungkoet paroe (ikan
pari), apabila bintang ini muncul di sebelah timur menandakan musim barat mulai
tiba. Bintang paling utama dalam menentukan musim disebut bintang tujoh (bintang
tujuh) atau urueueng lee (orang banyak). Bintang ini bentuknya seperti perahu dan
adakalanya di sebut bintang perahu.

Anda mungkin juga menyukai