Sempro 8 Sept Revisi
Sempro 8 Sept Revisi
BAB I
PENDAHULUAN
Senada dengan itu, dalam pembelajaran bahasa asing era industry 4.0,
Mitsumoto (2014) juga mengatakan bahwa siswa harus disiapkan untuk
memperoleh keterampilan hidup yang dibutuhkan pada abad 21 ini.
Keterampilan
Selain itu, pengalaman belajar dari dunia luar dapat langsung dibawa dan
dirasakan oleh mahasiswa dengan berbagai bantuan media pembelajaran
seperti teks digital, gambar, audio, video, grafis, serta banyak bentuk interaktif
lainnya.
Terkait TIK, Haryono (dalam Yusri, dkk, 2017) merangkum pendapat ahli
terkait definisi TIK, yang terdiri dari tiga terminologi penting, yaitu Teknologi
yang diartikan sebagai metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu
pengetahuan terapan; atau keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-
barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia,
Informasi diartikan sebagai data yang diproses dalam bentuk yang bermakna
dan Komunikasi diartikan sebagai proses interaksi antara komunikator dan
komunikan. Ketiga terminologi tersebut kemudian disimpulkan sebagai
teknologi yang berfungsi atau yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
proses komunikasi atau penyampaian informasi dari pengirim kepada
penerima.
a. communication,
b. collaboration,
Sehubungan dengan hal tersebut, sudah sejak dekade lalu optimalisasi ICT
(Information Communication and Technology) atau dalam bahasa Indonesia
lebih dikenal dengan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang terjadi
di berbagai bidang, juga mempengaruhi dunia pendidikan. Perbedaan persepsi
dan perbedaan kecakapan dalam memanfaatkan teknologi demi kemajuan
pendidikan memang menjadi permasalahan yang besar. Akan tetapi satu
konsep yang patut dipahami terkait optimalisasi TIK ini adalah, tugas pengajar
bukanlah menjadi semakin ringan, malahan sebaliknya. Peran pengajar
memang bukan lagi menjadi pusat atau sumber informasi, tetapi sekaligus
pengawas dari informasi yang tidak terbatas, dan ini tentu tidak mudah untuk
dilakukan (Wedayanti dan Titasari, 2018). penelitian ini berusaha untuk
membahas mengenai penerapan metode voice over, dengan mengoptimalkan
sumber-sumber pembelajaran yang tersedia dalam jaringan.
diucapkan berbeda. Misalnya, ungkapan sou desu ka, yang dilafalkan turun,
malah dilafalkan naik. Kesalahan yang nampaknya remeh tetapi mungkin
meninggalkan kesan negatif yang merugikan.
Sementara itu, sadar akan peran guru sebagai fasilitator dan orchestrator
pembelajaran kreativitas dan keberanian mencoba sesuatu yang baru
(adventurous strategies) perlu diasah. Sistem voice over, yang berkembang
dalam dunia entertainment, terpikirkan dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran pelafalan bahasa Jepang secara kreatif dan aktif. Kelebihan
sistem Voice Over ini berkaitan dengan pelafalan bahasa adalah sistem Voice
Over menimbulkan rasa senang atau keasyikan tersendiri bagi orang yang
menggunakannya. Sebagai contoh, dapat kita amati orang yang sedang
mengisikan suaranya pada video dokumenter. Bahkan aspek-aspek penting
dalam pembelajaran bahasa seperti kerjasama, keikutsertaan, pengulangan,
serta pengingatan (Tellefson, 2002) ada semua pada metode Voice Over.
Adapun rumusan masalah yang diangkat didalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
10
1) Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian dengan menggunakan metode Voice Over Project
Based Learning ini diharapkan dapat memberikan informasi dan penjelasan
mengenai penggunaan Voice Over Project Based Learning dalam
meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang secara online, sehingga
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengembangan metode
pembelajaran.
2) Manfaat Praktis
Manfaat lain yang dapat diperoleh selain manfaat secara teoritis ialah dapat
dilihat seperti pemaparan berikut:
a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian metode Voice Over Project Based
Learning ini dapat digunakan sebagai sebuah pengetahuan baru
untuk meningkatkan keterampilan pembelajar dalam bidang
keterampilan berbicara bahasa Jepang secara online atau e-learning,
serta dapat digunakan sebagai pengembangan metode pembelajaran
selanjutnya.
b. Bagi pembelajar, menjadikan proses pembelajaran dalam bidang
keterampilan berbicara bahasa Jepang menjadi lebih menarik dalam
pembelajaran berbasis online atau e-learning dan tidak
membosankan, sehingga dapat lebih meningkatkan keterampilan,
12
Penulisan tesis ini disajikan ke dalam lima bab, yaitu pendahuluan, kajian
pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan simpulan dan
saran. Adapun sistematika penulisan yang digunakan ialah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan dibahas beberapa teori yang berkaitan dengan
dengan tema penelitian sebagai berikut :
Voice Over atau dalam Bahasa Indonesia biasa disebut dengan sulih suara atau
suara latar merupakan sebuah kegiatan teknik produksi dengan memasukkan
narasi baik berupa narasi cerita, skrip, teks, maupun pesan-pesan yang direkam
dan dapat ditayangkan dengan atau tanpa mengguanakan grafis pada media radio,
televisi, anime, maupun video klip yang dilakukan oleh seorang pengisi suara.
Dunia hiburan yang pertama kali menerapkan penggunaan Voice Over adalah
bidang broadcasting dalam hal ini lebih khusus radio yang digunakan sebagai
media siaran dan iklan suara tanpa grafis atau video/gambar. Kemudian disusul
14
Awal mula penggunaan metode ini, iklan diproduksi dengan hanya mengambil
efek gambar, kemudian para Voice Over talent atau para pengisi suara secara
bersamaan mengisi suara iklan dengan diiringi musik atau orchestra secara
langsung atau live. Selain diterapkan dalam dunia hiburan, dalam dia
broadcasting, anime, maupun advertisement, Voice Over juga saat ini dapat
diterapkan di berbagai bidang ilmu seperti perkantoran, terjemahan, visualbook,
audiobook, dan bahkan dapat digunakan sebagai alternatif media dalam dunia
pendidikan modern. Sayangnya, di Indonesia sendiri, pemanfaatan media maupun
metode Voice Over dalam dunia pendidikan masih sangat minim. Pengetahuan
masyarakat luas akan Voice Over pun masih sangat terbatas, Voice Over masih
hanya terkotak-kotak atau identik dengan dubbing anime tanpa ada
pengembangan lain. Padahal sedianya, media ini cukup efektif dan efisien bisa
diterapkan sebagai media pembelajaran modern karena memiliki banyak
kelebihan baik secara aplikatif penerapan bahasa, motivasi, maupun berbagai
pesan moral yang dapat diselipkan sebagai feedback proses pembelajaran untuk
siswa maupun dosen pengampu materi bahan ajar yang diajarkan.
Salah satu teknik dalam kemampuan berbicara yang dapat dilakukan oleh
setiap orang adalah teknik Voice Over (VO). Voice Over termasuk teknik naratif,
di mana suara narator tanpa wajah terdengar melalui gambar yang berbeda dan ini
untuk tujuan yang berbeda (Franco et al., 2010). Teknik ini menyatukan antara
kemampuan berbicara dan pemasaran. Biasanya penggunaan VO dilakukan pada
proses pembuatan iklan produk ataupun pembacaan naskah resmi dalam berbagai
kesempatan. Dalam info komersial, iklan, dan video promosi, kegunaan Voice
Over adalah untuk memberikan informasi tambahan tentang suatu produk atau
layanan. Acara-acara televisi dan video-video sering mempekerjakan pekerja di
bidang itu untuk menceritakan elemen-elemen plot penting. Selain itu, Voice Over
juga sering digunakan untuk mengisi suara dialog pada video atau serial animasi.
Pengisian suara ini digunakan untuk memperkuat karakter tokoh di dalam
15
animasi. Selain digunakan di dunia hiburan, Voice Over juga digunakan untuk
jurnalistik. Biasanya, pengisian suara ini digunakan untuk memberi penjelasan
dari berita yang ditayangkan.
Voice over, atau yang sering disalahartikan oleh orang indonesia sebagai
dubbing, sebenarnya memiliki pengertian sebagai "Teknik produksi suara dengan
membacakan naskah oleh Voice Talent untuk menyampaikan pesan. Banyak
digunakan di media Radio, Produksi Televisi, Film, Games, Audio Book dan
banyak lainnya". Sedangkan dubbing, yang telah disinggung sebelumnya,
merupakan salah satu jenis voice over.
Voice over terbagi menjadi 3 jenis, yaitu ADR, Dubbing, dan Voice Character.
b. Dubbing
Dubbing adalah proses sulih suara, dimana istilah ini lekat dengan proses
mengubah bahasa dari sebuah film, ke bahasa yang lainnya. Dubbing banyak
dilihat pada film atau serial yang tayang di media nasional seperti TV.
Tantangan dalam melakukan dubbing yang sering ditemui adalah Jumlah
episode yang banyak sehingga memerlukan waktu produksi yang lebih panjang
serta hasil terjemahan naskah yang sering tidak pas dengan pergerakan bibir
artis dalam video/lipsync.
c. Voice Character
16
Voice character atau voice acting adalah seni melakukan voice over, yang
ditujukan untuk memainkan peran atau untuk menyediakan informasi dan
menggambarkan emosi sebuah cerita. Voice Character memerlukan latihan dan
keahlian tersendiri, biasanya seorang Voice Talent diharapkan mampu
memainkan 3-5 peran karakter yang berbeda.
Internet merupakan sebuah dunia yang tak terlihat, namun memiliki dampak
yang cukup signifikan, baik untuk dunia marketing, afeksi terhadap perilaku
sosial, dan banyak lainnya pengaruh internet terhadap kehidupan. Tak
terkecuali dengan voice over, kini, muncul banyak media baru, Sebut saja
Audio Book, E-Learning, Social Media Content dan Youtube, Mobile Games,
Mobile Applications, Online Course, Video Presentation dll yang mana
masing-masing dari media di atas terdapat Voice over sebagai salah satu unsur
keturunannya.
Audio book atau buku bersuara adalah salah satu media baru yang
berkembang pada tahun 1990an. Pada awal pengembangannya, Audio book
diciptakan bagi tuna netra, yang memiliki keterbatasan, namun ingin
menikmati sebuah bacaan buku. Namun seiring perkembangannya, Audio book
kini dapat dinikmati oleh siapa saja sebagai alternatif menikmati sebuah buku
bacaan. Dengan menggunakan Audio book, anda tentunya akan disajikan
sebuah tatanan efek suara, dan background musik yang dipergunakan untuk
tujuan membangun suasana cerita.
Voice over dituntut untuk dapat menuturkan sebuah cerita dengan baik,
menjiwai karakter yang ada dalam sebuah buku, dan menghantarkan pesan
yang ada dalam buku sesuai atau bahkan melebihi fantasi dari seseorang yang
membaca buku tersebut.
1. Narator
Narator biasanya bertugas sebagai penghubung jalan cerita, dari satu chapter
ke chapter lain. Intonasi yang digunakan adalah intonasi storytelling yang
mana biasanya berintonasi formal, dengan naik turunnya nada yang
disesuaikan dengan jeda per kalimat dari naskah buku yang ada. Seorang
narator juga dituntut untuk dapat mengekspresikan beberapa hal seperti, rasa
senang, bahagia, sedih, ketakutan, kebingungan, dll. sesuai dengan penggalan
cerita yang sedang ia karakterkan.
2. Karakter
3. Budgeting Audiobook
bentuk paket production service bersama dengan sesi perekaman studio, dan
sound designing project ini.
Voice over talent dalam e-learning biasanya berperan sebagai guru atau
partner, sehingga suara yang biasa digunakan dalam project-project e-learning
biasanya suara orang dewasa dengan karakter formal, speed medium, dan
intonasi seperti sedang mengajar.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika anda akan mengisi project
voice over untuk e-learning,
Video explainer
Pembacaan chart yang berbentuk pie chart dan bar chart
Materi yang dijelaskan
Pemberian contoh pada penjelasan yang sedang dijelaskan
22
Dari isi e-learning yang ada, durasi yang biasa didapati ketika
menyelesaikan sebuah project e-learning adalah mulai dari 15.000 words.
Salah satu kemampuan yang dapat diasah dalam lingkup akademik dan dapat
pula menjadikan manfaat di luar adalah kemampuan berbicara. Berbicara
dipercaya sebagai kemampuan berbahasa yang paling penting (Ur, 2012). Hal
tersebut dapat kita ketahui juga bersama dari penilaian berbicara dalam
berkomunikasi baik dalam penilaian akademik ataupun pada perlombaan,
kemampuan berbicara menjadi tolak ukur seseorang dapat berkomunikasi dengan
baik. Keberhasilan seorang dikala berhubungan dalam meresap bermacam pesan
serta data yang di informasikan oleh lawan bicara, sehingga lewat keahlian ini
lawan bicara bisa memperhitungkan sepanjang mana keahlian berbicara seorang
bisa disimpulkan (Hsu et al., 2013).
a. Pengertian Berbicara
3) berunding:
seperti berikut.
Ketepatan ucapan.
Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai.
Pilihan kata (diksi).
Ketepatan sasaran pembicaraan.
Menurut Mudini dan Purba (2009: 12-16) faktor kebahasaan dalam berbicara
meliputi ketepatan pengucapan, penempatan tekanan/nada/intonasi, pilihan kata
(diksi), dan ketepatan susunan penuturan. Sedangkan, faktor nonkebahasaan
meliputi sikap berbicara, pandangan mata, kesediaan menghargai pendapat, gerak-
gerik dan mimik, kenyaringan suara, kelancaran, dan penguasaan topik.
26
Dani Fitria Brilianti Arief Zul Fauzi Penerapan Metode Voice Over (Vo)
Pada Pembelajaran Listening Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar
Mahasiswa Saat Pembelajaran Daring Subjek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa DIII Teknik Komputer di Lingkungan Politeknik Harapan Bersama
Kota Tegal dengan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif menggunakan
metode Classroom Action Research (CAR) sebanyak dua siklus yang masing-
masing siklus terdiri dari empat tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan tes, kuisioner, wawancara, observasi, dan refleksi sesuai dengan
panduan Action Research. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa rata-rata
pre test sebesar 50, setelah mendaptkan treatment pada siklus 1, menghasilkan
27
kenaikan pada rerata siklus 1 yaitu 76.5. Kemudian ditingkatkan lagi pada
siklus 2 sehingga mendapatkan hasil rerata sebesar 88.5. Adapun total kenaikan
rerata pre-test dan siklus 2 adalah sebesar 56%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Voice Over (vo) method terbukti dapat meningkatkan kemampuan
listening skill mahasiswa dalam pembelajaran listening secara daring. Voice
Over (vo) method terbukti efektif dalam meningkatkan kemandirian belajar
mahasiswa dalam pengajaran listening skill secara daring.
Pada penelitian Noa Talaván Zanón & Antonio Jesús Tinedo Rodríguez
tahun 2021 yang berjudul Voice-Over To Improve Integrated Skills In Foreign
Language Education: The Vocal Project merupakan Proyek inovasi pengajaran
VOCAL (voice-over and language learning) bertujuan untuk menilai manfaat
didaktik potensial dari penggunaan mode terjemahan audiovisual (AVT) dari
voice-over sebagai sumber daya dalam pendidikan bahasa asing (L2). Selama
dua dekade terakhir, bidang AVT didaktik, yaitu penggunaan AVT dalam
pembelajaran L2, telah menarik perhatian yang semakin meningkat (Lertola,
2019; Talaván, 2020; Incalcaterra et al., 2020) dan sejumlah peneliti dan guru
L2 telah menggunakan beragam mode AVT didaktik, terutama subtitling dan
dubbing (Beltramello, 2019; Soler-Pardo, 2019; Talaván, 2019; Fernández-
Costales, 2021), untuk meningkatkan berbagai keterampilan dan kompetensi
L2. Sulih suara adalah mode AVT tradisional tetapi belum menerima perhatian
ilmiah yang sama seperti sulih suara atau subtitling yang paling terkenal, dan
hal yang sama berlaku untuk aplikasi didaktiknya pada konteks L2 (Talaván,
2021; Talaván & Rodríguez-Arancón, 2018). Namun, dapat dikatakan bahwa
kemungkinan didaktik dari mode AVT ini melampaui mode sulih suara
didaktik, asalkan kerangka kerja yang kurang menantang bagi pelajar yang
disajikannya (tidak perlu sinkronisasi bibir atau dramatisasi yang berlebihan
dalam sulih suara) dan praktik mediasi konstan yang terlibat (ada kebutuhan
untuk reduksi dan reformulasi asli dari pihak pelajar untuk menghormati
29
asinkronisasi, salah satu ciri khas utama sulih suara). Menjadi salah satu studi
pertama di bidang sulih suara didaktik, VOCAL menyajikan pendekatan
keterampilan L2 yang terintegrasi, dengan tugas-tugas sulih suara yang
dibingkai dalam rencana pelajaran lengkap di mana keterampilan produksi
(menulis dan berbicara) dan penerimaan (mendengarkan dan membaca) serta
mediasi dipraktikkan oleh siswa setiap saat. Hasil dari pengalaman selama dua
bulan cukup menggembirakan dan cukup signifikan, terutama dalam hal
keterampilan produksi, tetapi juga dalam hal keterampilan penerimaan dan
kompetensi penerjemahan.
Penelitian Nathan H. Lents dan Oscar E Cifuentes tahun 2009 yang berjudul
Web-Based Learning Enhancements: Video Lectures Through Voice-Over
PowerPoint in a Majors-Level Biology Course menggunakan voice over
power point sebagai media pengajaran biologi melalui software perekam layar
laptop Camtasia. Studi ini merupakan pengenalan eksperimental penyampaian
kuliah berbasis web ke dalam mata kuliah pengantar biologi tingkat jurusan.
Penyampaian berbasis web, yang dicapai melalui penggunaan video kuliah
Power Point Voice-Over yang direkam sebelumnya, diperkenalkan secara
terbatas pada bagian eksperimen sementara kelompok kontrol, dengan
instruktur yang sama, menerima penyampaian kuliah standar di dalam kelas.
Kuliah-kuliah tertentu disampaikan kepada bagian eksperimen melalui video,
menggantikan kuliah langsung di dalam kelas. Selama semester berlangsung,
analisis terperinci mengungkapkan bahwa kuliah video yang disampaikan
melalui internet mempersiapkan siswa untuk ujian seefektif kuliah langsung di
kelas. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa dapat mempelajari materi kuliah
biologi yang rumit melalui kuliah yang direkam sebelumnya dan disampaikan
melalui web seperti halnya mereka mengikuti kuliah di dalam kelas. Meskipun
diperlukan studi lebih lanjut yang cermat, hasil ini menjamin eksperimen lebih
lanjut dalam metode pengajaran berbasis web dalam ilmu pengetahuan. (Berisi
1 tabel dan 7 gambar).
30
yang tinggi kepada siswa dan memikirkan media yang efektif untuk
memecahkan masalah. Penggunaan metode pelatihan dan pembelajaran secara
online juga memiliki dampak meningkatnya kemampuan belajar mahasiswa
(Fauzi & Brilianti, 2021). Secara umum, mahasiswa tertarik dengan
penggunaan metode-metode maupun media yang selama ini belum pernah
diaplikasikan selama perkuliahan oleh pengajar di perkuliahan sebelumnya.
Lebih lanjut Lakawa (2007) menambahkan bahwa ada dua komponen utama
untuk mempertahankan motivasi dalam pembelajaran bahasa asing. Kedua
komponen utama ini berasal dari dalam dan luar diri pembelajar sendiri.
Komponen dari dalam diri berupa kebutuhan tentang pentingnya belajar bahasa
32
yang jelas (clear needs analysis) dan komponen dari luar diri berupa fasilitas
pembelajaran bahasa (language teaching facilities) yang memadai. Apabila
kedua komponen ini terpenuhi, maka proses pembelajaran dan pengajaran
bahasa Jepang dapat berjalan dengan baik.
Salah satu usaha untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran bahasa
adalah dengan menggunakan media pengajaran yang menarik. Menurut
Sanjaya (2010) ada 3 jenis media berdasarkan sifatnya yaitu media auditif,
visual, dan audio visual. Dari ketiga jenis media ini, media audiovisual
merupakan media yang paling solutif untuk melibatkan siswa dalam
pembelajaran bahasa Jepang, karena mengkombinasikan kedua unsur media
yaitu media auditif dan visual. Hal ini senada dengan pernyataan bahwa media
audiovisual adalah media yang lebih baik dan lebih menarik karena
mengandung kedua unsur dari media auditif dan media visual yaitu unsur suara
dan juga unsur gambar seperti rekaman video, slide suara, dan video. (Sanjaya,
2010).
Selain itu, metode pembelajaran juga memegang peranan penting bagi siswa
untuk memahami informasi yang diberikan. Metode pembelajaran yang efektif
dan efisien dapat membantu siswa terlibat dalam pembelajaran bahasa Jepang
dan sekaligus termotivasi untuk berkomunikasi dengan bahasa Jepang. Ada
tiga media voice over yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran bahasa
Jepang khususnya berbicara dalam bahasa Jepang yaitu whatsapp, power
point dan video.
33
Terkait dengan pembelajaran bahasa asing, metode Voice Over sekarang ini
merupakan metode yang paling efektif digunakan untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Jepang. Hal ini senada dengan
pernyataan dari José Javier Ávila & Noa Talaván dalam konferensi
Internasional ‘Congreco Internacional AESLA 2013’ di Universidad Nacional
de Educación a Distancia (UNED) bahwa “Until now AVT in language
learning has mainly focused on the benefits of subtitling to enhance various
communicative skills and activities and innovative use of dubbing also to
enhance oral skills. The pedagogical use of Voice Over and dubbing
(revoicing) offers multiple possibilities, almost all skills can be involved.
Selain itu, pilihlah tokoh karakter yang disukai siswa dan scene yang
terkait dengan materi pembelajaran. Hal ini juga membantu siswa fokus
terhadap materi pembelajaran dikelas
Strategi Kedua : Menyediakan Materi video dengan durasi pendek
Strategi kedua ini terkait dengan pemilihan video dengan durasi yang
pendek. Sebagai solusi untuk memudahkan siswa menguasai kosakata
bahasa Jepang adalah dengan menggunakan video yang berdurasi tidak
terlalu panjang .
BAB III
METODE PENELITIAN
Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang menjelaskan bahwa sesuatu yang
dikatakan bagus sebagai hasil dari suatu eksperimen baru akan terlihat jika
terdapat suatu pembanding di dalamnya (Sutedi, 2011).
R O X O
1 2
R O O
3 4
Keterangan :
X : Treatment ( perlakuan )
Model penelitian dari true experimental design ini dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu diantaranya adalah Post-Test Only Control Design dan Pre-test
and Post-test Control Group Design (Sugiyono, 2011).
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-test and Post-test
Control Group Design. Model tersebut ditentukan karena penulis
menggunakan dua buah kelompok yaitu kelas eksperimen yang berperan
sebagai kelas yang diberikan perlakuan (treatment) dan kelas kontrol
merupakan kelas yang berperan sebagai pembanding dari kelas eksperimen.
Kedua kelas ini memiliki latar belakang yang bersifat homogen dan di ambil
secara acak, sehingga dari kedua kelas tersebut peneliti dapat membandingkan
kemampuan berbicara melalui hasil belajar dari kedua kelas dan juga untuk
mengetahui apakah treatment yang diberikan memunculkan perubahan hasil
yang baik atau tidak.
Penelitian ini dilakukan di SMA Regina Pacis yang bertempat di Jalan Pal
Merah Barat , Kota Jakarta Barat, Provinsis DKI Jakarta. Semester ganjil
Tahun ajaran 2022/2023. Penelitian ini berlangsung sebanyak tujuh kali
pertemuan yang dimulai sejak bulan Oktober 2022 hingga bulan dengan
Desember 2022.
Sehingga dapat diektahui bahwa terdapat dua jenis instrumen yang dapat
dipilih oleh peneliti ketika melakukan sebuah penelitian. Instrumen sendiri
dijadikan sebagai alat ukur yang pengumpul data agar seluruh data yang
diterima dapat dikatakan akurat dan benar secara keseluruhan. Adapun
instrumen yang digunakan pada penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Tes
Pada penelitian ini tes yang digunakan adalah melalui tes secara lisan yaitu
berupa tes interview jarak jauh. Tes ini digunakan untuk mengukur
keterampilan berbicara pembelajar sebelum dan sesudah pembelajaran. Agar
data penelitian yang diperoleh melalui tes tersebut layak digunakan sebagai alat
pengumpul dari data penelitian, penulis melakukan uji validitas dan uji
reabilitas agar data yang dihasilkan cukup terandalkan.
jarak jauh) ini digunakan berdasarkan penilaian kurikulum tahun 2013 yaitu
sebagai berikut (Pendidikan dan Kebudayaan, 2017):
b. Angket
Angket merupakan salah satu alat yang ada pada instrumen penelitian
sebagai pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan
secara tertulis kepada para responden untuk mendapatkan sebuah informasi.
Jika dilihat secara mendetail, terdapat dua buah jenis yang ada pada angket.
Adapun jenis angket tersebut adalah angket terstruktur dan angket tidak
terstruktur. Angket terstruktur merupakan sebuah angket yang menyediakan
42
Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah angket terstruktur
dengan bentuk jawaban tertutup dan angket tak terstruktur dengan bentuk
terbuka. Pada angket terstruktur, setiap pertanyaan yang tertera telah diberikan
sebuah alternatif jawaban sehingga para responden dapat memilih jawaban
yang mendekati dengan pendapat responden. Bentuk ini dipilih agar jawaban
para responden mudah di analisis secara statistik dan dapat memperoleh
sebuah kesimpulan. Sedangkan untuk jenis angket tak terstruktur dengan
bentuk terbuka digunakan untuk mendapatkan informasi terkait dengan
pertanyaan yang diberikan sesuai dengan pendapat dari masing-masing
responden.
a. Tinjauan Pustaka
artikel serta makalah yang ditulis oleh pakar yang relavan dengan bidang yang
dikaji (Sutedi, 2011).
b. Instrumen Test
Tes merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
pembelajar setelah selesai satuan program pengajaran tertentu (Sutedi, 2011).
Pada penelitian ini, tes yang digunakan dan diberikan kepada para sampel ialah
dengan menggunakan pretest dan posttest.
Posttest merupakan tes yang hanya dapat diberikan kepada siswa yang
telah diberikan sebuah perlakuan atau treatment sebelumnya (Morris, 2008). Tes
akhir pada penelitian murni dikenal dengan postest. Posttest diberikan agar
peneliti dapat memperoleh data berdasarkan hasil dari pengujian soal tes akhir
untuk mengetahui kemampuan berbicara peserta didik setelah diterapkan metode
STEAM Project Based Learning. Posttest ini sendiri dilakukan setelah seluruh
44
rangkaian perlakuan atau treatment dilakukan oleh penulis. Soal posttest yang
dibuat oleh penulis sejenis dengan kisi-kisi soal namun sedikit berbeda dengan
soal pretest yang diberikan. Hal ini dilakukan agar penulis dapat mengetahui
kemampuan para siswa yang telah diperoleh selama diberlakukannya treatment.
d. Observasi
e. Angket/Kuesioner
Soal Soal
Jumlah 1 0
DAFTAR PUSTAKA
Brilianti, D., & Fithriyani, H. (2020). The Implementation of Video Blog (Vlog)
as a Teaching Media in Speaking Skill. Journal of Education, Teaching and
Learning, 5(2), 340–345.
Hsu, C.-K., Hwang, G.-J., Chang, Y.-T., & Chang, C.-K. (2013). Effects of Video
Caption Modes on English Listening Comprehension and Vocabulary Acquisition
Using Handheld Devices. In Educational Technology & Society (Vol. 16, Issue 1).
Mango Oraib. Students’ Perceptions and Attitudes toward the use of Flipgrid in
the Language Classroom. In Las Vegas: Association for the Advancement of
Computing in Education (AACE); 2019. Available from:
https://www.learntechlib.org/p/207916/
Safitri N., Khoiriyah I. Students’ Perceptions on the Use of English Vlog (Video
Blog) to Enhance Speaking Skill 1 Nailis Sa’adah Safitri, 2 Ianatul Khoiriyah. 5th
AASIC [Internet]. 2017;240–7. Available from:
http://103.216.87.80/index.php/selt/article/view/7980/6083%0Ahttp://e-
journal.usd.ac.id/index.php/LLT
Sun Z, Lin C-H, You J, Shen H jiao, Qi S, Luo L. Improving the English-
speaking skills of young learners through mobile social networking. Comput
Assist Lang Learn [Internet]. 2017 May 19;30(3–4):304–24. Available from:
https://doi.org/10.1080/09588221.2017.1308384
Ubaedillah, U., Pratiwi, D. I., Mukson, M., Masrikhiyah, R., & Nurpratiwiningsih,
L. . (2020). Pelatihan Wawancara Kerja Dalam Bahasa Inggris Bagi Siswa SMK
Menggunakan Metode Demonstrasi. JAMU : Jurnal Abdi Masyarakat UMUS,
1(01). Dapatdiunduhpada
http://jurnal.umus.ac.id/index.php/jamu/article/view/317
Vitasari, I. (2016). Kejenuhan (Burnout) Belajar ditinjau dari tingkat kesepian dan
Kontrol diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta. Skripsi. Fakultas
Ilmu Pendidikan. Universitas Yogyakarta.
50
Voice over distance: a case of podcasting for learning in online teacher education
Voice over instant messaging as a tool for enhancing the oral proficiency and
motivation of English-as-a-foreign-language learners
51
52
53
54