Sempro 8 Sept Revisi
Sempro 8 Sept Revisi
BAB I
PENDAHULUAN
Senada dengan itu, dalam pembelajaran bahasa asing era industry 4.0,
Mitsumoto (2014) juga mengatakan bahwa siswa harus disiapkan untuk
memperoleh keterampilan hidup yang dibutuhkan pada abad 21 ini.
Keterampilan
ケーション能力、コラボレーション能力、情報リテラシー」といったこ とが挙げ
られている。」
Selain itu, pengalaman belajar dari dunia luar dapat langsung dibawa dan
dirasakan oleh mahasiswa dengan berbagai bantuan media pembelajaran seperti
teks digital, gambar, audio, video, grafis, serta banyak bentuk interaktif lainnya.
Terkait TIK, Haryono (dalam Yusri, dkk, 2017) merangkum pendapat ahli
terkait definisi TIK, yang terdiri dari tiga terminologi penting, yaitu Teknologi
yang diartikan sebagai metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu
pengetahuan terapan; atau keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-
barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia,
Informasi diartikan sebagai data yang diproses dalam bentuk yang bermakna dan
Komunikasi diartikan sebagai proses interaksi antara komunikator dan
komunikan. Ketiga terminologi tersebut kemudian disimpulkan sebagai
teknologi yang berfungsi atau yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
proses komunikasi atau penyampaian informasi dari pengirim kepada penerima.
a. communication,
b. collaboration,
Sehubungan dengan hal tersebut, sudah sejak dekade lalu optimalisasi ICT
(Information Communication and Technology) atau dalam bahasa Indonesia
lebih dikenal dengan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang terjadi
di berbagai bidang, juga mempengaruhi dunia pendidikan. Perbedaan persepsi
dan perbedaan kecakapan dalam memanfaatkan teknologi demi kemajuan
pendidikan memang menjadi permasalahan yang besar. Akan tetapi satu konsep
yang patut dipahami terkait optimalisasi TIK ini adalah, tugas pengajar bukanlah
menjadi semakin ringan, malahan sebaliknya. Peran pengajar memang bukan
lagi menjadi pusat atau sumber informasi, tetapi sekaligus pengawas dari
informasi yang tidak terbatas, dan ini tentu tidak mudah untuk dilakukan
(Wedayanti dan Titasari, 2018). penelitian ini berusaha untuk membahas
mengenai penerapan metode voice over, dengan mengoptimalkan sumber-
sumber pembelajaran yang tersedia dalam jaringan.
kompetensi dasar yang diajarkan. Jika guru dan siswa belum siap dalam
peralihan kurikulum tersebut, maka mutu pendidikan tidak akan memperlihatkan
perubahan yang membaik.
Sementara itu, sadar akan peran guru sebagai fasilitator dan orchestrator
pembelajaran kreativitas dan keberanian mencoba sesuatu yang baru
(adventurous strategies) perlu diasah. Sistem voice over, yang berkembang
dalam dunia entertainment, terpikirkan dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran
pelafalan bahasa Jepang secara kreatif dan aktif. Kelebihan sistem Voice Over
ini berkaitan dengan pelafalan bahasa adalah sistem Voice Over menimbulkan
9
Adapun rumusan masalah yang diangkat didalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian dengan menggunakan metode Voice Over Project Based
Learning ini diharapkan dapat memberikan informasi dan penjelasan mengenai
penggunaan Voice Over Project Based Learning dalam meningkatkan
kemampuan berbicara bahasa Jepang secara online, sehingga dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif pengembangan metode pembelajaran.
2) Manfaat Praktis
Manfaat lain yang dapat diperoleh selain manfaat secara teoritis ialah dapat
dilihat seperti pemaparan berikut:
a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian metode Voice Over Project Based
Learning ini dapat digunakan sebagai sebuah pengetahuan baru untuk
meningkatkan keterampilan pembelajar dalam bidang keterampilan
berbicara bahasa Jepang secara online atau e-learning, serta dapat
digunakan sebagai pengembangan metode pembelajaran selanjutnya.
b. Bagi pembelajar, menjadikan proses pembelajaran dalam bidang
keterampilan berbicara bahasa Jepang menjadi lebih menarik dalam
pembelajaran berbasis online atau e-learning dan tidak membosankan,
sehingga dapat lebih meningkatkan keterampilan, meningkatkan skill
komunikasi, dan kreatifitas pada diri pembelajar ketika berbicara
dalam bahasa Jepang.
c. Bagi pengajar, dengan menggunakan metode Voice Over Project
Based Learning diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu alternatif
terhadap bidang pengajaran untuk meningkatkan keterampilan
pembelajar, khususnya terhadap keterampilan berbicara bahasa
Jepang.
Penulisan tesis ini disajikan ke dalam lima bab, yaitu pendahuluan, kajian
pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan simpulan dan
saran. Adapun sistematika penulisan yang digunakan ialah sebagai berikut:
12
BAB I Pendahuluan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan dibahas beberapa teori yang berkaitan dengan
dengan tema penelitian sebagai berikut :
Voice Over atau dalam Bahasa Indonesia biasa disebut dengan sulih suara atau
suara latar merupakan sebuah kegiatan teknik produksi dengan memasukkan narasi
baik berupa narasi cerita, skrip, teks, maupun pesan-pesan yang direkam dan dapat
ditayangkan dengan atau tanpa mengguanakan grafis pada media radio, televisi,
anime, maupun video klip yang dilakukan oleh seorang pengisi suara.
Dunia hiburan yang pertama kali menerapkan penggunaan Voice Over adalah
bidang broadcasting dalam hal ini lebih khusus radio yang digunakan sebagai media
siaran dan iklan suara tanpa grafis atau video/gambar. Kemudian disusul oleh
televisi guna menampilkan iklan dengan penerapan Voice Over konvensional.
Awal mula penggunaan metode ini, iklan diproduksi dengan hanya mengambil
efek gambar, kemudian para Voice Over talent atau para pengisi suara secara
bersamaan mengisi suara iklan dengan diiringi musik atau orchestra secara
langsung atau live. Selain diterapkan dalam dunia hiburan, dalam dia broadcasting,
anime, maupun advertisement, Voice Over juga saat ini dapat diterapkan di
berbagai bidang ilmu seperti perkantoran, terjemahan, visualbook, audiobook, dan
bahkan dapat digunakan sebagai alternatif media dalam dunia pendidikan modern.
Sayangnya, di Indonesia sendiri, pemanfaatan media maupun metode Voice Over
dalam dunia pendidikan masih sangat minim. Pengetahuan masyarakat luas akan
Voice Over pun masih sangat terbatas, Voice Over masih hanya terkotak-kotak atau
identik dengan dubbing anime tanpa ada pengembangan lain. Padahal sedianya,
media ini cukup efektif dan efisien bisa diterapkan sebagai media pembelajaran
modern karena memiliki banyak kelebihan baik secara aplikatif penerapan bahasa,
14
motivasi, maupun berbagai pesan moral yang dapat diselipkan sebagai feedback
proses pembelajaran untuk siswa maupun dosen pengampu materi bahan ajar yang
diajarkan.
Salah satu teknik dalam kemampuan berbicara yang dapat dilakukan oleh setiap
orang adalah teknik Voice Over (VO). Voice Over termasuk teknik naratif, di mana
suara narator tanpa wajah terdengar melalui gambar yang berbeda dan ini untuk
tujuan yang berbeda (Franco et al., 2010). Teknik ini menyatukan antara
kemampuan berbicara dan pemasaran. Biasanya penggunaan VO dilakukan pada
proses pembuatan iklan produk ataupun pembacaan naskah resmi dalam berbagai
kesempatan. Dalam info komersial, iklan, dan video promosi, kegunaan Voice Over
adalah untuk memberikan informasi tambahan tentang suatu produk atau layanan.
Acara-acara televisi dan video-video sering mempekerjakan pekerja di bidang itu
untuk menceritakan elemen-elemen plot penting. Selain itu, Voice Over juga sering
digunakan untuk mengisi suara dialog pada video atau serial animasi. Pengisian
suara ini digunakan untuk memperkuat karakter tokoh di dalam animasi. Selain
digunakan di dunia hiburan, Voice Over juga digunakan untuk jurnalistik. Biasanya,
pengisian suara ini digunakan untuk memberi penjelasan dari berita yang
ditayangkan.
Voice over, atau yang sering disalahartikan oleh orang indonesia sebagai
dubbing, sebenarnya memiliki pengertian sebagai "Teknik produksi suara dengan
membacakan naskah oleh Voice Talent untuk menyampaikan pesan. Banyak
digunakan di media Radio, Produksi Televisi, Film, Games, Audio Book dan
banyak lainnya". Sedangkan dubbing, yang telah disinggung sebelumnya,
merupakan salah satu jenis voice over.
Voice over terbagi menjadi 3 jenis, yaitu ADR, Dubbing, dan Voice Character.
suara di lapangan terganggu oleh noise seperti suara kendaraan bermotor, angin,
pemasangan clip-on yang tidak tepat, dan lain sebagainya. ADR diperlukan
untuk menghasilkan suara yang crystal clear, contoh ini sering kita temui pada
produksi film Hollywood dimana 90% dialog yang kita dengar adalah hasil
proses ADR.
b. Dubbing
Dubbing adalah proses sulih suara, dimana istilah ini lekat dengan proses
mengubah bahasa dari sebuah film, ke bahasa yang lainnya. Dubbing banyak
dilihat pada film atau serial yang tayang di media nasional seperti TV. Tantangan
dalam melakukan dubbing yang sering ditemui adalah Jumlah episode yang
banyak sehingga memerlukan waktu produksi yang lebih panjang serta hasil
terjemahan naskah yang sering tidak pas dengan pergerakan bibir artis dalam
video/lipsync.
c. Voice Character
Voice character atau voice acting adalah seni melakukan voice over, yang
ditujukan untuk memainkan peran atau untuk menyediakan informasi dan
menggambarkan emosi sebuah cerita. Voice Character memerlukan latihan dan
keahlian tersendiri, biasanya seorang Voice Talent diharapkan mampu
memainkan 3-5 peran karakter yang berbeda.
Internet merupakan sebuah dunia yang tak terlihat, namun memiliki dampak
yang cukup signifikan, baik untuk dunia marketing, afeksi terhadap perilaku
sosial, dan banyak lainnya pengaruh internet terhadap kehidupan. Tak terkecuali
dengan voice over, kini, muncul banyak media baru, Sebut saja Audio Book, E-
Learning, Social Media Content dan Youtube, Mobile Games, Mobile
Applications, Online Course, Video Presentation dll yang mana masing-masing
dari media di atas terdapat Voice over sebagai salah satu unsur keturunannya.
Audio book atau buku bersuara adalah salah satu media baru yang
berkembang pada tahun 1990an. Pada awal pengembangannya, Audio book
diciptakan bagi tuna netra, yang memiliki keterbatasan, namun ingin menikmati
sebuah bacaan buku. Namun seiring perkembangannya, Audio book kini dapat
dinikmati oleh siapa saja sebagai alternatif menikmati sebuah buku bacaan.
Dengan menggunakan Audio book, anda tentunya akan disajikan sebuah tatanan
efek suara, dan background musik yang dipergunakan untuk tujuan membangun
suasana cerita.
satu file tambahan berupa mp3 atau wav yang merupakan audiobook dari buku
yang telah anda beli.
Voice over dituntut untuk dapat menuturkan sebuah cerita dengan baik,
menjiwai karakter yang ada dalam sebuah buku, dan menghantarkan pesan yang
ada dalam buku sesuai atau bahkan melebihi fantasi dari seseorang yang
membaca buku tersebut.
1. Narator
Narator biasanya bertugas sebagai penghubung jalan cerita, dari satu chapter
ke chapter lain. Intonasi yang digunakan adalah intonasi storytelling yang mana
biasanya berintonasi formal, dengan naik turunnya nada yang disesuaikan
dengan jeda per kalimat dari naskah buku yang ada. Seorang narator juga
dituntut untuk dapat mengekspresikan beberapa hal seperti, rasa senang, bahagia,
sedih, ketakutan, kebingungan, dll. sesuai dengan penggalan cerita yang sedang
ia karakterkan.
2. Karakter
Karakter adalah tokoh yang memerankan cerita dalam sebuah buku, misalnya
dalam sebuah buku fantasi Sherlock Holmes, terdapat beberapa karakter seperti
Sherlock, Watson, irene Adler, James Moriarty, dll. Karakter terlepas dari
narator, yang mana karakter akan memerankan suara dari karakter yang ada
19
dalam buku dengan voice character. Seorang voice over talent harus mampu
menerjemahkan bagaimana suara yang pas untuk karakter yang ada, sesuai
dengan penggambaran karakternya.
3. Budgeting Audiobook
Penghitungan budget audiobook tidak didasarkan dari jumlah words yang ada
dalam buku, sehingga penghitungan menggunakan WPM tidak dilakukan pada
project ini. Biasanya untuk menghitung budget project ini, didasarkan kepada
jumlah halaman yang ada dalam sebuah buku, dan disediakan dalam bentuk
paket production service bersama dengan sesi perekaman studio, dan sound
designing project ini.
Baik computer based training, ataupun aplikasi e-learning berbasis web tetap
membutuhkan jasa voice over talent dalam pengembangan e-learning tersebut.
Biasanya penyampaian materi pembelajaran dalam e-learning melalui media
audio visual, yaitu melalui cuplikan video, slide show materi, dll. Yang
ditambahkan dengan suara voice over talent untuk menuntun proses belajar
mengajar yang berlangsung.
Voice over talent dalam e-learning biasanya berperan sebagai guru atau
partner, sehingga suara yang biasa digunakan dalam project-project e-learning
biasanya suara orang dewasa dengan karakter formal, speed medium, dan
intonasi seperti sedang mengajar.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika anda akan mengisi project
voice over untuk e-learning,
• Video explainer
• Pembacaan chart yang berbentuk pie chart dan bar chart
• Materi yang dijelaskan
• Pemberian contoh pada penjelasan yang sedang dijelaskan
Dari isi e-learning yang ada, durasi yang biasa didapati ketika menyelesaikan
sebuah project e-learning adalah mulai dari 15.000 words.
Salah satu kemampuan yang dapat diasah dalam lingkup akademik dan dapat
pula menjadikan manfaat di luar adalah kemampuan berbicara. Berbicara dipercaya
sebagai kemampuan berbahasa yang paling penting (Ur, 2012). Hal tersebut dapat
kita ketahui juga bersama dari penilaian berbicara dalam berkomunikasi baik dalam
penilaian akademik ataupun pada perlombaan, kemampuan berbicara menjadi tolak
ukur seseorang dapat berkomunikasi dengan baik. Keberhasilan seorang dikala
berhubungan dalam meresap bermacam pesan serta data yang di informasikan oleh
lawan bicara, sehingga lewat keahlian ini lawan bicara bisa memperhitungkan
sepanjang mana keahlian berbicara seorang bisa disimpulkan (Hsu et al., 2013).
a. Pengertian Berbicara
3) berunding:
seperti berikut.
• Ketepatan ucapan.
• Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai.
• Pilihan kata (diksi).
• Ketepatan sasaran pembicaraan.
Menurut Mudini dan Purba (2009: 12-16) faktor kebahasaan dalam berbicara
meliputi ketepatan pengucapan, penempatan tekanan/nada/intonasi, pilihan kata
(diksi), dan ketepatan susunan penuturan. Sedangkan, faktor nonkebahasaan
meliputi sikap berbicara, pandangan mata, kesediaan menghargai pendapat, gerak-
gerik dan mimik, kenyaringan suara, kelancaran, dan penguasaan topik.
Arief Zul Fauzi, Dani Fitria Brilianti, Bahri Kamal Peningkatan Kemampuan
Berbicara Mahasiswa Menggunakan Teknik Voice over Pelaksanaan
Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilakukan secara daring menggunakan Zoom
Meeting dengan menggunakan metode ceramah, tutorial dan diskusi. Tim
pengabdi sebagai pemateri memberikan bekal berupa pemahaman dan tutorial
seputar teknik voice over. Pemilihan Zoom Meeting sebagai media pelatihan
tidak terlepas dari segala bentuk dan fitur kemudahan yang ditawarkan. Zoom
Meeting ini dinilai praktis dan efisien bagi siswa, karena dengan menggunakan
Zoom Meeting ini, komunikasi antara siswa dan guru lebih mudah daripada
menulis atau sekedar mengirimkan pesan (Haqien & Rahman, 2020).
Penyampaian materi disampaikan secara bergantian oleh para pengabdi sebagai
pemateri dimulai dari penjelasan awal seputar serba-serbi seputar tekink
berbicara, cara meningkatkan percaya diri. Materi pelatihan berkonsentrasi pada
pemaparan jenis-jenis suara, pembagian klasifikasi suara, dan teknik
menciptakan suara yang enak didengar oleh pendengar . Di akhir pelatihan,
26
Dani Fitria Brilianti Arief Zul Fauzi Penerapan Metode Voice Over (Vo) Pada
Pembelajaran Listening Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa
Saat Pembelajaran Daring Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa DIII
Teknik Komputer di Lingkungan Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal
dengan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif menggunakan metode
Classroom Action Research (CAR) sebanyak dua siklus yang masing-masing
siklus terdiri dari empat tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan tes, kuisioner, wawancara, observasi, dan refleksi sesuai dengan
panduan Action Research. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa rata-rata pre
test sebesar 50, setelah mendaptkan treatment pada siklus 1, menghasilkan
kenaikan pada rerata siklus 1 yaitu 76.5. Kemudian ditingkatkan lagi pada siklus
2 sehingga mendapatkan hasil rerata sebesar 88.5. Adapun total kenaikan rerata
pre-test dan siklus 2 adalah sebesar 56%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Voice Over (vo) method terbukti dapat meningkatkan kemampuan listening skill
mahasiswa dalam pembelajaran listening secara daring. Voice Over (vo) method
terbukti efektif dalam meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa dalam
pengajaran listening skill secara daring.
berdasarkan kerangka teori. Pada akhirnya, semua data disajikan sebagai bukti
jawaban penelitian. Questioner dibagikan setelah nilai mata kuliah mereka
dipublikasikan. Anonimitas dan informasi tujuan questioner dinyatakan di awal
questioner. Setelah data terkumpul, kemudian dikategorikan dan
diinterpretasikan berdasarkan teori.
Pada penelitian Noa Talaván Zanón & Antonio Jesús Tinedo Rodríguez tahun
2021 yang berjudul Voice-Over To Improve Integrated Skills In Foreign
Language Education: The Vocal Project merupakan Proyek inovasi pengajaran
VOCAL (voice-over and language learning) bertujuan untuk menilai manfaat
didaktik potensial dari penggunaan mode terjemahan audiovisual (AVT) dari
voice-over sebagai sumber daya dalam pendidikan bahasa asing (L2). Selama
dua dekade terakhir, bidang AVT didaktik, yaitu penggunaan AVT dalam
pembelajaran L2, telah menarik perhatian yang semakin meningkat (Lertola,
28
2019; Talaván, 2020; Incalcaterra et al., 2020) dan sejumlah peneliti dan guru
L2 telah menggunakan beragam mode AVT didaktik, terutama subtitling dan
dubbing (Beltramello, 2019; Soler-Pardo, 2019; Talaván, 2019; Fernández-
Costales, 2021), untuk meningkatkan berbagai keterampilan dan kompetensi L2.
Sulih suara adalah mode AVT tradisional tetapi belum menerima perhatian
ilmiah yang sama seperti sulih suara atau subtitling yang paling terkenal, dan hal
yang sama berlaku untuk aplikasi didaktiknya pada konteks L2 (Talaván, 2021;
Talaván & Rodríguez-Arancón, 2018). Namun, dapat dikatakan bahwa
kemungkinan didaktik dari mode AVT ini melampaui mode sulih suara didaktik,
asalkan kerangka kerja yang kurang menantang bagi pelajar yang disajikannya
(tidak perlu sinkronisasi bibir atau dramatisasi yang berlebihan dalam sulih
suara) dan praktik mediasi konstan yang terlibat (ada kebutuhan untuk reduksi
dan reformulasi asli dari pihak pelajar untuk menghormati asinkronisasi, salah
satu ciri khas utama sulih suara). Menjadi salah satu studi pertama di bidang
sulih suara didaktik, VOCAL menyajikan pendekatan keterampilan L2 yang
terintegrasi, dengan tugas-tugas sulih suara yang dibingkai dalam rencana
pelajaran lengkap di mana keterampilan produksi (menulis dan berbicara) dan
penerimaan (mendengarkan dan membaca) serta mediasi dipraktikkan oleh
siswa setiap saat. Hasil dari pengalaman selama dua bulan cukup
menggembirakan dan cukup signifikan, terutama dalam hal keterampilan
produksi, tetapi juga dalam hal keterampilan penerimaan dan kompetensi
penerjemahan.
Penelitian Nathan H. Lents dan Oscar E Cifuentes tahun 2009 yang berjudul
Web-Based Learning Enhancements: Video Lectures Through Voice-Over
PowerPoint in a Majors-Level Biology Course menggunakan voice over power
point sebagai media pengajaran biologi melalui software perekam layar laptop
Camtasia. Studi ini merupakan pengenalan eksperimental penyampaian kuliah
berbasis web ke dalam mata kuliah pengantar biologi tingkat jurusan.
Penyampaian berbasis web, yang dicapai melalui penggunaan video kuliah
Power Point Voice-Over yang direkam sebelumnya, diperkenalkan secara
terbatas pada bagian eksperimen sementara kelompok kontrol, dengan instruktur
29
satu soft skill yang dapat menghasilkan pendapatan sebagai voice over talent
atau dubber jika ada kesempatan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa.
Lebih lanjut Lakawa (2007) menambahkan bahwa ada dua komponen utama
untuk mempertahankan motivasi dalam pembelajaran bahasa asing. Kedua
komponen utama ini berasal dari dalam dan luar diri pembelajar sendiri.
Komponen dari dalam diri berupa kebutuhan tentang pentingnya belajar bahasa
yang jelas (clear needs analysis) dan komponen dari luar diri berupa fasilitas
pembelajaran bahasa (language teaching facilities) yang memadai. Apabila
kedua komponen ini terpenuhi, maka proses pembelajaran dan pengajaran
bahasa Jepang dapat berjalan dengan baik.
Salah satu usaha untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran bahasa
adalah dengan menggunakan media pengajaran yang menarik. Menurut Sanjaya
(2010) ada 3 jenis media berdasarkan sifatnya yaitu media auditif, visual, dan
audio visual. Dari ketiga jenis media ini, media audiovisual merupakan media
yang paling solutif untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran bahasa Jepang,
karena mengkombinasikan kedua unsur media yaitu media auditif dan visual.
Hal ini senada dengan pernyataan bahwa media audiovisual adalah media yang
lebih baik dan lebih menarik karena mengandung kedua unsur dari media auditif
dan media visual yaitu unsur suara dan juga unsur gambar seperti rekaman video,
slide suara, dan video. (Sanjaya, 2010).
Di dalam tugas pembuatan video voice over, siswa dapat melatih kemampuan
berbicara dan menulis dalam bahasa Jepang. Tugas ini memudahkan siswa
menghafal huruf dan kosakata bahasa Jepang melalui pemberian subtitle pada
32
Selain itu, metode pembelajaran juga memegang peranan penting bagi siswa
untuk memahami informasi yang diberikan. Metode pembelajaran yang efektif
dan efisien dapat membantu siswa terlibat dalam pembelajaran bahasa Jepang
dan sekaligus termotivasi untuk berkomunikasi dengan bahasa Jepang. Ada tiga
media voice over yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran bahasa
Jepang khususnya berbicara dalam bahasa Jepang yaitu whatsapp, power point
dan video.
Terkait dengan pembelajaran bahasa asing, metode Voice Over sekarang ini
merupakan metode yang paling efektif digunakan untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Jepang. Hal ini senada dengan
pernyataan dari José Javier Ávila & Noa Talaván dalam konferensi Internasional
‘Congreco Internacional AESLA 2013’ di Universidad Nacional de Educación
a Distancia (UNED) bahwa “Until now AVT in language learning has mainly
focused on the benefits of subtitling to enhance various communicative skills and
activities and innovative use of dubbing also to enhance oral skills. The
pedagogical use of Voice Over and dubbing (revoicing) offers multiple
possibilities, almost all skills can be involved.
Strategi Pertama: Memilih anime, music video atau game favorit yang
paling banyak disukai siswa. Ada banyak judul anime, music video, drama,
film, dan game yang sudah diproduksi hingga saat ini. Namun, pilihlah
gambar dari anime, music video, drama, film, dan game yang paling
diminati oleh siswa dan mudah mereka dapatkan seperti film dari youtube,
sehingga mereka mudah memperoleh materi tersebut dengan cara
mendownloadnya dari internet. Pemilihan gambar dari anime, music video,
drama, film dan games yang paling disukai dapat memotivasi siswa
terlibat dalam pembelajaran bahasa Jepang karena mereka memahami
anime dan music video yang mereka sukai. Misalnya anime, music video,
drama, dan film . Beberapa video ini dapat dijadikan sebagai solusi
alternative untuk memudahkan siswa memahami bahasa Jepang karena
menggunakan kosakata yang mudah dimengerti.
Selain itu, pilihlah tokoh karakter yang disukai siswa dan scene yang
terkait dengan materi pembelajaran. Hal ini juga membantu siswa fokus
terhadap materi pembelajaran dikelas
Strategi Kedua : Menyediakan Materi video dengan durasi pendek
Strategi kedua ini terkait dengan pemilihan video dengan durasi yang
pendek. Sebagai solusi untuk memudahkan siswa menguasai kosakata
bahasa Jepang adalah dengan menggunakan video yang berdurasi tidak
terlalu panjang .
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Jepang. Pada penelitian ini penulis menggunakan true experimental design atau
eksperimen murni. Hal ini dikarenakan pada proses penelitian, penulis
memerlukan sebuah kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang berfungsi
sebagai pembanding sampel. Kelas pembanding digunakan pada penelitian agar
penulis mengetahui apakah hasil yang diperoleh benar-benar bagus ketika
diterapkan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang menjelaskan bahwa sesuatu yang
dikatakan bagus sebagai hasil dari suatu eksperimen baru akan terlihat jika
terdapat suatu pembanding di dalamnya (Sutedi, 2011).
R O1 X O2
R O3 O4
38
Keterangan :
X : Treatment ( perlakuan )
Model penelitian dari true experimental design ini dibagi menjadi dua bentuk,
yaitu diantaranya adalah Post-Test Only Control Design dan Pre-test and Post-
test Control Group Design (Sugiyono, 2011).
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-test and Post-test
Control Group Design. Model tersebut ditentukan karena penulis menggunakan
dua buah kelompok yaitu kelas eksperimen yang berperan sebagai kelas yang
diberikan perlakuan (treatment) dan kelas kontrol merupakan kelas yang
berperan sebagai pembanding dari kelas eksperimen. Kedua kelas ini memiliki
latar belakang yang bersifat homogen dan di ambil secara acak, sehingga dari
kedua kelas tersebut peneliti dapat membandingkan kemampuan berbicara
melalui hasil belajar dari kedua kelas dan juga untuk mengetahui apakah
treatment yang diberikan memunculkan perubahan hasil yang baik atau tidak.
Penelitian ini dilakukan di SMA Regina Pacis yang bertempat di Jalan Pal
Merah Barat , Kota Jakarta Barat, Provinsis DKI Jakarta. Semester ganjil Tahun
ajaran 2022/2023. Penelitian ini berlangsung sebanyak tujuh kali pertemuan
yang dimulai sejak bulan Oktober 2022 hingga bulan dengan Desember 2022.
Sehingga dapat diektahui bahwa terdapat dua jenis instrumen yang dapat
dipilih oleh peneliti ketika melakukan sebuah penelitian. Instrumen sendiri
dijadikan sebagai alat ukur yang pengumpul data agar seluruh data yang diterima
dapat dikatakan akurat dan benar secara keseluruhan. Adapun instrumen yang
digunakan pada penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Tes
Pada penelitian ini tes yang digunakan adalah melalui tes secara lisan yaitu
berupa tes interview jarak jauh. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan
berbicara pembelajar sebelum dan sesudah pembelajaran. Agar data penelitian
yang diperoleh melalui tes tersebut layak digunakan sebagai alat pengumpul dari
data penelitian, penulis melakukan uji validitas dan uji reabilitas agar data yang
dihasilkan cukup terandalkan.
𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑷𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏
b. Angket
Angket merupakan salah satu alat yang ada pada instrumen penelitian sebagai
pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan secara tertulis
kepada para responden untuk mendapatkan sebuah informasi. Jika dilihat secara
mendetail, terdapat dua buah jenis yang ada pada angket. Adapun jenis angket
tersebut adalah angket terstruktur dan angket tidak terstruktur. Angket
terstruktur merupakan sebuah angket yang menyediakan beberapa kemungkinan
jawaban kepada responden. Bentuk dari angket terstruktur diantaranya adalah
bentuk jawaban tertutup dimana setiap pertanyaannya telah memiliki berbagai
alternatif jawaban. Yang kedua adalah bentuk jawaban tertutup tetapi pada
bagian akhir diberikan sebuah alternatif jawaban secara terbuka (jawaban bebas
diisi sesuai kehendak responden), hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan
sebuah kesempatan kepada responden untuk menjawab secara terbuka.
Sedangkan untuk angket tak terstruktur merupakan sebuah angket yang
memberikan sebuah jawaban secara terbuka yaitu, responden akan diberikan
kebebasan dalam menjawab pertanyaan yang akan diberikan (Hermawan, 2019;
Sugiyono, 2014).
Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah angket terstruktur
dengan bentuk jawaban tertutup dan angket tak terstruktur dengan bentuk
terbuka. Pada angket terstruktur, setiap pertanyaan yang tertera telah diberikan
sebuah alternatif jawaban sehingga para responden dapat memilih jawaban yang
mendekati dengan pendapat responden. Bentuk ini dipilih agar jawaban para
responden mudah di analisis secara statistik dan dapat memperoleh sebuah
kesimpulan. Sedangkan untuk jenis angket tak terstruktur dengan bentuk terbuka
digunakan untuk mendapatkan informasi terkait dengan pertanyaan yang
diberikan sesuai dengan pendapat dari masing-masing responden.
42
a. Tinjauan Pustaka
Dengan mengumpulkan berbagai macam teori yang berkaitan dan juga sesuai
dengan masalah dari penelitian ini, berbagai macam teori yang tercantum pada
penelitian ini diantaranya adalah metode yang digunakan oleh penulis, yaitu
metode STEAM Project Based Learning, keterampilan dan kemampuan
berbicara yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
b. Instrumen Test
Tes merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
pembelajar setelah selesai satuan program pengajaran tertentu (Sutedi, 2011).
Pada penelitian ini, tes yang digunakan dan diberikan kepada para sampel ialah
dengan menggunakan pretest dan posttest.
Posttest merupakan tes yang hanya dapat diberikan kepada siswa yang telah
diberikan sebuah perlakuan atau treatment sebelumnya (Morris, 2008). Tes akhir
pada penelitian murni dikenal dengan postest. Posttest diberikan agar peneliti dapat
memperoleh data berdasarkan hasil dari pengujian soal tes akhir untuk mengetahui
kemampuan berbicara peserta didik setelah diterapkan metode STEAM Project
Based Learning. Posttest ini sendiri dilakukan setelah seluruh rangkaian perlakuan
atau treatment dilakukan oleh penulis. Soal posttest yang dibuat oleh penulis sejenis
dengan kisi-kisi soal namun sedikit berbeda dengan soal pretest yang diberikan.
Hal ini dilakukan agar penulis dapat mengetahui kemampuan para siswa yang telah
diperoleh selama diberlakukannya treatment.
d. Observasi
e. Angket/Kuesioner
Pada penelitian ini sudah disediakan 10 pertanyaan pilihan ganda untuk mengetahui
kesan terhadap Metode Voice over Bahasa Jepang Untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca Huruf Hiragana. Kisi-kisi bahan angket adalah sebagai
berikut.
Soal Soal
Jumlah 1 0
45
DAFTAR PUSTAKA
Brilianti, D., & Fithriyani, H. (2020). The Implementation of Video Blog (Vlog) as
a Teaching Media in Speaking Skill. Journal of Education, Teaching and Learning,
5(2), 340–345.
Franco, E., Matamala, A., & Orero, P. (2010). Voice-over translation: An overview.
Hsu, C.-K., Hwang, G.-J., Chang, Y.-T., & Chang, C.-K. (2013). Effects of Video
Caption Modes on English Listening Comprehension and Vocabulary Acquisition
Using Handheld Devices. In Educational Technology & Society (Vol. 16, Issue 1).
46
Mango Oraib. Students’ Perceptions and Attitudes toward the use of Flipgrid in the
Language Classroom. In Las Vegas: Association for the Advancement of
Computing in Education (AACE); 2019. Available from:
https://www.learntechlib.org/p/207916/
47
Safitri N., Khoiriyah I. Students’ Perceptions on the Use of English Vlog (Video
Blog) to Enhance Speaking Skill 1 Nailis Sa’adah Safitri, 2 Ianatul Khoiriyah. 5th
AASIC [Internet]. 2017;240–7. Available from:
http://103.216.87.80/index.php/selt/article/view/7980/6083%0Ahttp://e-
journal.usd.ac.id/index.php/LLT
Soler Pardo, B. (2019). Subtitling and Dubbing as Teaching Resources for Learning
English as a Foreign Language Using ClipFlair Software. Realia (Research in
Education and Learning Innovation Archives, (22), 48–59. https://doi.org/DOI:
10.7203/realia.22.15379
Sun Z, Lin C-H, You J, Shen H jiao, Qi S, Luo L. Improving the English-speaking
skills of young learners through mobile social networking. Comput Assist Lang
48
Ubaedillah, U., Pratiwi, D. I., Mukson, M., Masrikhiyah, R., & Nurpratiwiningsih,
L. . (2020). Pelatihan Wawancara Kerja Dalam Bahasa Inggris Bagi Siswa SMK
Menggunakan Metode Demonstrasi. JAMU : Jurnal Abdi Masyarakat UMUS,
1(01). Dapatdiunduhpada http://jurnal.umus.ac.id/index.php/jamu/article/view/317
Vitasari, I. (2016). Kejenuhan (Burnout) Belajar ditinjau dari tingkat kesepian dan
Kontrol diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Yogyakarta.
Voice over distance: a case of podcasting for learning in online teacher education
Voice over instant messaging as a tool for enhancing the oral proficiency and
motivation of English-as-a-foreign-language learners
50
51
52
53