Anda di halaman 1dari 4

Diskusi 5 Pendidikan kewarganegaraan

Identitas nasional merupakan ciri khas yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain.
Bagi Indonesia, Pancasila menjadi landasan identitas nasional yang mempersatukan bangsa
yang beragam. Implementasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari menjadi kunci dalam
menjaga keutuhan dan jati diri bangsa.

Namun, derasnya arus globalisasi menghadirkan berbagai tantangan dalam internalisasi


Pancasila. Nilai-nilai individualisme, materialisme, dan hedonisme mulai menggeser nilai-
nilai luhur Pancasila.

Sebagai mahasiswa Ilmu Administrasi Negara , saya memiliki tanggung jawab untuk
berperan aktif dalam internalisasi Pancasila. Berikut beberapa strategi yang dapat dijalankan:

Strategi Internalisasi Pancasila di Jurusan Ilmu Administrasi Negara

1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang Komprehensif:

 Memperkuat kurikulum PPKn dengan materi yang lebih kontekstual dan aplikatif.
 Melibatkan dosen dan mahasiswa dalam penelitian dan pengabdian masyarakat terkait
implementasi Pancasila.
 Mengadakan seminar, workshop, dan diskusi tentang Pancasila dengan menghadirkan
narasumber ahli.

2. Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler (Ekskul) Berbasis Pancasila:

 Membentuk organisasi mahasiswa (ormawa) yang fokus pada internalisasi Pancasila.


 Mengadakan lomba, pameran, dan festival budaya yang mengangkat nilai-nilai
Pancasila.
 Menyelenggarakan kegiatan bakti sosial dan pengabdian masyarakat yang
berlandaskan Pancasila.

3. Pengembangan Kepemimpinan Berbasis Pancasila:

 Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam materi kepemimpinan dan manajemen


publik.
 Memberikan pelatihan kepemimpinan bagi mahasiswa dengan fokus pada penerapan
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
 Mendorong mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan kepemimpinan di organisasi
mahasiswa dan masyarakat.

4. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK):

 Membangun platform digital untuk edukasi dan sosialisasi Pancasila kepada


masyarakat.
 Mengembangkan aplikasi mobile yang interaktif untuk belajar dan memahami nilai-
nilai Pancasila.
 Melakukan kampanye Pancasila di media sosial dengan melibatkan influencer dan
komunitas online.

Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, indeks pemahaman Pancasila
masyarakat Indonesia mencapai 68,07%. Angka ini menunjukkan bahwa masih terdapat
ruang untuk meningkatkan internalisasi Pancasila di masyarakat.

Hal ini diperkuat dengan fenomena maraknya ujaran kebencian, intoleransi, dan radikalisme
yang menunjukkan lemahnya pemahaman dan penerapan Pancasila di kalangan masyarakat.

Meningkatkan internalisasi Pancasila sebagai identitas nasional Indonesia merupakan


tanggung jawab bersama. Jurusan Ilmu Administrasi Negara memiliki peran strategis dalam
menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda, khususnya calon-calon pemimpin
bangsa.

Sumber Referensi:

BMP Pendidikan kewarganegaraan

Badan Pusat Statistik. (2021). Indeks Pendidikan Kewarganegaraan (IPK) dan Indeks
Pemahaman Pancasila (IPP) Tahun 2021. https://www.bps.go.id/

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2021). Pedoman Implementasi


Kurikulum Merdeka. https://kurikulum.kemdikbud.go.id/
Diskusi 5 pengantar ilmu Adm Negara

1. Peran Birokrat dalam Pembuatan Keputusan:

Birokrat memiliki peran penting dalam proses pembuatan keputusan di berbagai tingkatan
pemerintahan. Peran mereka dapat dikategorikan sebagai berikut:

 Penyedia Informasi dan Analisis: Birokrat mengumpulkan, menganalisis, dan


menyajikan informasi yang relevan untuk mendukung proses pengambilan keputusan.
Mereka juga melakukan penelitian dan analisis kebijakan untuk membantu pembuat
keputusan memahami konsekuensi dari berbagai opsi.
 Pelaksana Kebijakan: Birokrat bertanggung jawab untuk melaksanakan keputusan
yang telah dibuat oleh pejabat yang berwenang. Mereka menyusun program,
mengalokasikan sumber daya, dan mengelola staf untuk memastikan bahwa kebijakan
diterapkan secara efektif dan efisien.
 Penasihat Kebijakan: Birokrat memberikan saran dan rekomendasi kepada pembuat
keputusan berdasarkan keahlian dan pengalaman mereka. Mereka dapat membantu
mengidentifikasi masalah, mengembangkan solusi, dan mengevaluasi efektivitas
program.
 Penghubung: Birokrat bertindak sebagai penghubung antara pembuat keputusan,
masyarakat, dan organisasi lain. Mereka mengkomunikasikan informasi dan kebijakan
kepada publik, dan mengumpulkan masukan dari berbagai pihak untuk membantu
dalam proses pengambilan keputusan.

2. Pentingnya Etika Administrasi:

Etika administrasi sangat penting dalam ilmu administrasi karena beberapa alasan:

 Meningkatkan Akuntabilitas dan Transparansi: Etika administrasi memastikan


bahwa birokrat bertindak dengan cara yang akuntabel dan transparan. Hal ini
membantu membangun kepercayaan publik terhadap pemerintah dan mencegah
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
 Meningkatkan Kualitas Keputusan: Etika administrasi mendorong birokrat untuk
mempertimbangkan semua kepentingan yang relevan dan membuat keputusan yang
adil dan objektif. Hal ini membantu meningkatkan kualitas keputusan dan
memastikan bahwa keputusan tersebut melayani kepentingan publik.
 Memperkuat Profesionalisme: Etika administrasi menetapkan standar perilaku yang
tinggi bagi birokrat dan membantu mereka untuk mempertahankan profesionalisme
dalam menjalankan tugasnya. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan publik
dan memastikan bahwa pemerintah berfungsi secara efektif.

Contoh Pentingnya Etika Administrasi:

 Menurut Dwight Waldo, seorang ahli administrasi publik, etika administrasi "adalah
prinsip-prinsip moral yang harus memandu perilaku pejabat publik dalam
menjalankan tugas mereka."
 V. O. Fairbanks, seorang ahli lain dalam bidang ini, menyatakan bahwa etika
administrasi "adalah seperangkat prinsip moral yang digunakan untuk mengevaluasi
perilaku pejabat publik."

3. Perbedaan Dua Kutub Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah:

Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dapat dikategorikan sebagai dua kutub
ekstrem, yaitu:

 Sentralisasi: Dalam sistem sentralisasi, pemerintah pusat memiliki kontrol yang kuat
atas pemerintah daerah. Pemerintah pusat membuat semua keputusan penting dan
pemerintah daerah hanya memiliki sedikit otonomi.
 Desentralisasi: Dalam sistem desentralisasi, pemerintah daerah memiliki lebih
banyak otonomi untuk membuat keputusan dan mengelola urusan mereka sendiri.
Pemerintah pusat memberikan kewenangan dan sumber daya yang lebih besar kepada
pemerintah daerah.

Sumber Referensi:

 Modul 6 mengenai Birokrasi BMP ADPU4130, Edisi 2


 Waldo, Dwight. The Administrative State: A Study in the Application of Political
Science. New York: The Ronald Press, 1955.
 Fairbanks, V. O. Public Administration in Action. New York: Thomas Y. Crowell
Company, 1962.

Anda mungkin juga menyukai