IDENTITAS
Nama Umur J. Kelamin Alamat Agama Pekerjaan No. RM Tgl. Masuk Bangsal : Sdr. A : 22 tahun : Laki-Laki : Karangmangka : Islam :: 52XXXX : 08-05-2013 : IGD
Keluhan Utama Nyeri pada panggul kiri Riwayat Penyakit Sekarang Pada tanggal 08 Mei 2013, pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada panggul kiri dan sulit untuk digerakan. Sebelumnya pasien mengeluhkan keluhan tersebut setelah mengalami kecelakaan menggunakan motor. Saat kejadian pasien dalam keadaan sadar. Pasien terjatuh dari motor dalam posisi miring kekiri.
LANJUTAN
Menurut pengakuan pasiean tidak terdapat benturan pada kepala, tidak terdapat benturan diperut ,tidak terdapat benturan pada perut. Terdapat benturan di dada (+) namun pasien tidak mengeluhkan nyeri saat bernafas, sesak nafas, batuk berdarah. Pada saat terjatuh hingga ke IGD pasien dalam keadaan sadar, pusing (-), mual dan muntah (-). Tidak ada keluhan pada ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah bagian kanan. Terdapat luka lecet pada bagian dada serta dikedua ekstrimitas bawah.
Anamnesis Sistem Serebrovaskuler : Sakit Kepala (-), Pusing (-), Mual (-), Muntah (-) Respirasi : Nyeri saat bernafas(-),sesak nafa (-), batuk darah (-) Kardiovaskuler : Tidak terdapat kelainan Gastro Intestinal : Tidak terdapat kelainan Urogenitalia : Tidak terdapat kelainan Musculoskeletal : Nyeri panggul kiri (+), tidak bisa digerakkan (+) Intergumentum : Terdapat luka lecet pada dada,lutut kiri dan paha kanan.
RPD (Riwayat Penyakit Dahulu) Riwayat keluhan serupa (-) Riwayat operasi pada tulang (-) Riwayat alergi terhadap obat (-)
RPK (Riwayat Penyakit Keluarga) Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-) Diagnosis Banding Susp. Fraktur Femur sinistra Susp. Dislokasi HIP joint
LANJUTAN
STATUS GENERALIS Kepala : Bentuk kepala mesocephal, memar (-), hematom(-), luka (-), perdarahan dari hidung dan telinga (-), konjungtiva anemis (-). Leher :
Inspeksi : Simetris, tak tampak benjolan. Palpasi : trakea di tengah, tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid, nyeri tekan (-).
LANJUTAN
Thorax :
Cardio :
Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat Palpasi : Ictus tak teraba Perkusi : dalam batas normal. Auskultasi : S1 dan S2 reguler, bunyi jantung tambahan (-)
Pulmo :
Inspeksi : Pernafasan simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan abnormal,terdapat luka lecet dengan diameter 3 cm. Palpasi : Nyeri tekan (-), vokal fremitus kanan = kiri, Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : suara vesikuler normal, suara nafas tambahan (-)
LANJUTAN
Abdomen :
Inspeksi : datar, sama tinggi dengan dinding thorax, perbesaran organ (-) Auskultasi : bising usus (-), peristaltic 5x/ menit Palpasi : distensi (-), nyeri tekan (-) Perkusi : Timpani
LANJUTAN
STATUS LOKALIS Ekstremitas Inferior sinistra :
Look memar (-) Feel Movement pasif (+) : bengkak (+), deformitas (+),
: Nyeri tekan (+), sesibilitas baik (+) : keterbatasan gerak aktiv maupun
Pemeriksaan Rontgen:
Foto Rontgen : Tampak dislokasi caput femur sinistra posterior superior
Diagnosis Kerja Dislokasi caput femur sinistra posterior superior Manajemen Pasien Medikamentosa preoperative :
Rehidrasi kebutuhan harian cairan dengan menggunakan infus RL Inj. Ketorolac 2 x 1 ampul sebagai analgetika
PEMBAHASAN
Dislokasi adalah pemisahan secara lengkap dua artikulasi permukaan tulang yang sering disebabkan oleh trauma. Dislokasi panggul adalah suatau keadaan yang mengakibatkan terjadinya perpindahan permukaan caput femoris terhadap acetabulum.
GAMBARAN KLINIS
Letak tinggi
Panggul flexi,adduksi,endorotasi Ekstrimitas yang terkena tampak memendek Trochanter major dan bokong di daerah yang mengalami dislokasi terlihat menonjol Lutut dari ekstrimitas yang mengalami dislokasi tampak menumpang pada paha sebelhanya
Letak rendah
Panggul flexi dan danggat beradduksi sehingga lutut yang mengalami dislokasi terlihat menindih dipaha sebelahnya Ekstrimitas bawah tampak dalam posisi endorotasi yang ekstrim Trochanter major dan bokong di daerah yang mengalami dislokasi terlihat menonjol
KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Epstein dan Thompson sebelum ditemukannya CT-scan.
Tipe I : Dislokasi sederhana dengan atau tanpa fragmen di dinding posterior acetabulum Tipe II : Dislokasi dengan fragmen besar di dinding posterior acetabulum Tipe III : Dislokasi dengan kominusi dinding posterior acetabulum. Tipe IV : Dislokasi dengan fraktur dasar acetabulum Tipe V : Dislokasi dengan fraktur kaput femoris
A) Tipe I: Garis fracture berada di bawah fovea, B) Fragmen fracture meliputi fovea, C) Sama seperti tipe I dan II, namun disertai dengan fracture collum femoris, D) Fracture caput femoris dan acetabulum dalam bentuk apapun.
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen
Pada foto anteroposterior
Terdapat kaput femoris diluar acetabulum dan berada diatas acetabulum. Segmen atap dan acetabulum atau kaput femoris mungkin telah patah dan bergeser.
CT-Scan
Terapi
Reduksi Indikasi reduksi tertutup adalah :
Dislokasi dengan atau tanpa deficit neurologis jika tidak ada fraktur Dislokasi yang disertai dengan fraktur jika tidak terdapat deficit neurologis.
Teknik Reposisi
Manuver Allis
Pasien berbaring dalam keadaan supine Seorang asisten menekan spina iliaca anterior superior Operator memegang tungkai yang mengalami dislokasi pada pergelangan kaki menggunakan satu tangan. Lengan bawah operator diletakkan dibawah lutut,lalu lakukan traksi longitudinal sejajar deformitas Paha dalam adduksi dan endorotasi,lalu difleksikan 90 derajat. Fungsinya untuk merelaksasi ligament iliofemoral Setelah traksi dipertahankan,kaput femoris diungkit kedalam acetabulum dengan abduksi,rotasi eksternal dan ekstensi panggul.
Lanjutan
Manuver stimpson
Pasien ditempatkan diatas meja dalam posisi telungkup Tungkai yang mengalami dislokasi digantung ke bawah dan lutut difleksikan Seorang asisten memegang tungkai yang sehat secara horizontal Operator member tekanan ke bawah secara mantap pada lutut yang fleksi Posisi ini tetap dipertahankan hingga otot-otot relaksasi dan caput femoris turun ke acetabulum.
Lanjutan
Manuver Bigelow
Pasien dibaringkan dilantai dalam posisi supine Seorang asisten menekan spina iliaca anterior superior Angkat tungkai yang mengalami dislokasi dan fleksikan sendi panggul dan lutut. Rotasikan tungkai ke posisi netral Buat traksi yang mantap pada tungkai bawah kea rah atas,angkat kapu femoris ke dalam acetabulum Setelah traksi keatas selesi,letakkan paha ke bawah dalam posisi ekstensi.
Komplikasi
Cedera nervus skiatikus Kerusakan pada pembuluh darah Fraktur diafisis femur Nekrosis avaskular Miositis osifikans
DISLOKASI ANTERIOR
Mekanisme cedera Dislokasi kearah foramen obturatorium dapat terjadi dari tiga dorongan yang berbeda yaitu :
Saat ekstrimitas bawah abduksi,eksorotasi dan fleksi Terjadi dorongan dari :
Trauma dari sisi belakang paha Paha bagaian dalam sehingga memaksa ekstermitas bawah untuk berabduksi dan eksorotasi, eksremitas bawah juga dipaksa untuk berekstensi Bagian posterior paha
Gambaran klinis
Kaki berada dalam eksorotasi, abduksi dan sedikit fleksi. Kaki tidak memendek akibat dari perlekatan rektus femorismencegah kaput bergeser keatas. Jika dilihat dari samping tonjolan anterior pada caput yang berdislokasi sangat jelas. Caput yang menonjol mudah diraba dan gerakan pinggul tak dapat dilakukan.
Klasifikasi
Menurut Epstein dislokasi panggul anterior terdapat beberapa tipe yaitu : Tipe I : Dislokasi superior (lokasi pubis dan subspinous)
A. Tidak ada fraktur yang terkait B. Fraktur terkait atau impact kaput femoris C. Fraktur terkait acetabulum
Pemeriksaan penunjang
Radiologi Pada foto anteroposterior biasanya jelas, namun tak jarang caput hampir berada di depan posisi normalnya, dan diperjelas dengan posisi lateral.
Terapi
Dislokasi harus direduksi secepat mungkin dalam waktu 12 jam sejak terjadinya dislokasi dalam keadaan pasien di anastesi umum. Manuver yang digunakan hampir sama dengan mereduksi dislokasi posterior kecuali ketika paha yang difleksikan ditarik keatas,paha harus adduksi. Tatalaksanaan berikutnya mirip dengan dislokasi posterior.
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi satu-satunya adalah nekrosis avaskular
DISLOKASI PUSAT
Mekanisme cedera Dislokasi jenis ini biasanya terjadi ketika seseorang terjatuhdari ketinggian pada satu sisi atau pukulan pada trochanter major. Akibat dorongan tersebut mendorong kaput femoris ke lantai acetabulum dan menyebabkan fraktur pelvis.
Gambaran klinis Pada paha terdapat luka lecet atau memah tetapi kaki terletak dalam posisi normal. Trochanter dan daerah panggul terasa nyeri. Gerakan yang dapat dilakuakn minimal.
Terapi Harus selalu dicoba untuk melakukan reduksi terhadap dislokasi dan memulihkan bentuk biasanya panggul. Walaupun osteoarthritis sekunder tak dapat dielakkan teteapi anatomi yang normal akan memudahkan tindakan pembedahaan. Kadang dislokasi pusat yang disertai dengan kominusi pada lantai acetabulum dapat direduksi dengan manipulasi dibawah anestesi umum. Tekniknya dengan cara operator menarik paha dengan kuat dan kemudian mencoba mengungkit keluar kaput dengan cara mengaduksi paha dengan menggunakan bantalan yang keras sebagai titik tumpu. Jika berhasil maka traksi longitudinal dipertahankan Selma 4-6 minggu. Jika cara manipulasi gagal, kombinasi traksi kerangka longitudinal dan lateral depat mereduksi dislokasi selam 2 -3 minggu. Jika cara ini masih belum berhasil sebaiknya kita cukup puas dengan reduksi yang tak sempurna
Komplikasi
Tahap awal
Selesai