DEFINISI
Hipotiroid kongenital (HK) merupakan kelainan pada
bayi sejak lahir yang disebabkan defisiensi sekresi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid, dan berkurangnya
kerja hormon tiroid pada tingkat selular, Kelainan
fungsi tiroid yang terjadi sebelum atau saat lahir
Dapat mengakibatkan terjadinya retardasi mental dan
kecacatan fisik
Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab
retardasi mental yang dapat dihindari bila
ditemukan dan diobati sebelum usia 1 bulan.
Hipotiroid primer kelainan di kelenjar tiroid
Hipotiroid sekunder kelainan di kelenjar hipofisis
Hipotiroid tersier kelainan di hipotalamus
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian HK di dunia adalah sekitar
1:3.500.
Setiap tahun di Indonesia diperkirakan lahir 1.143
bayi dengan HK.
Di RSCM pada tahun 1992-2004 terdapat 93
kasus dengan perbandingan perempuan terhadap
laki-laki adalah 57:36 (61%:39%).
Prevalensi HK di Jawa Barat adalah 1:3.885
EFEK TSH
a.Menyebabkan perubahan morfologi sel epitel
b.Menyebabkan pertumbuhan sel sehingga terjadi
penambahan ukuran kelenjar dan penambahan
vaskularisasi sehingga terjadi gondok.
c.Meningkatkan metabolisme iodium dalam hal
up take, iodinasi, dan sekresi.
d. Meningkatkan aktivitas lysosom sehingga
sekresi T3 dan T4 meningkat.
e. Meningkatkan aktivitas enzim 1,5 deiodinase
sehingga terjadi pemeliharaan kadar iodium intra
tiroid
HORMON TIROID
Proses metabolisme
Termoregulasi
Metabolisme protein
Metabolisme karbohidrat
Metabolisme lemak
Memacu proses konversi pro vitamin A menjadi vitamin A.
HORMON TIROID
Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung
yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan
menambah irama jantung
KLASIFIKASI
1. Primer
a. Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan
setelah tiroiditis, defisiensi yodium.
b. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi
setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi
eksternal, agenesis, amiodaron.
2. Sekunder : kegagalan pituitari (penurunan
kadar TSH, penurunan kadar T4 bebas).
3. Tersier : kegagalan hipotalamus (penurunan
kadar TRH, TSH yang berubah-ubah, penurunan
kadar T4 bebas).
ETIOLOGI
ETIOLOGI
Defisiensi iodine
Kelainan anatomis berupa tidak terbentuknya kelenjar tiroid
(agenesis/atiroid), hipotrofi, atau kelenjar terletak tidak pada
tempatnya (ektopik).
Kelainan dari metabolisme dari hormon tiroid dishormogenesis
Endemik
Idiopatik
Ibu hipotiroid
Ibu menggunakan obat-obatan yang menekan produksi hormon tiroid
pada saat hamil
Ibu memproduksi antibodi tiroid selama hamil yang memblokir
produksi hormon tiroid pada janin
Kadar yodium yang berlebihan selama masa kehamilan atau menyusui
akibat penggunaan obat-obatan yang mengandung yodium pada ibu
yang tidak menderita kekurangan yodium
ETIOLOGI
Etiologi yang spesifik bervariasi pada berbagai
negara, yang tersering menurut Bourgeois yaitu:
1. Tiroid ektopik (25-50%)
2. Agenesis tiroid (20-50%)
3. Dishormogenesis (4-15%)
4. Disfungsi hipotalamus pituitari (10-15%)
FAKTOR RESIKO
Kurangnya kadar iodium pada ibu hamil krn asupan
iodium yang berkurang
Riwayat gangguan tiroid dalam keluarga,
Riwayat ibu memiliki gangguan tiroid saat ibu hamil
Riwayat pemakaian obat anti tiroid dan terapi sinar
TIPE HIPOTIROIDISME
Athyrosis 35%
Tiroid gagal terbentuk sebelum kelahiran
Shg tidak ada hormon tiroksin yang di produksi
Kelenjar tiroid ektopik 50%
Pada bayi dgn kondisi ini, kel tiroid berukuran
kecil dan tidak terletak secara normal pada
posisinya di depan trakea
Sering ditemukan dibawah lidah (dekat lokasi
dmn kel tiroid terbentuk ketika embrio)
TIPE HIPOTIROIDISME
Malformasi Kelenjar tiroid pada posisi normal
(hipoplasia)
Kel berukuran kecil, tidak terbentuk secara
optimal dan terkadang hanya memiliki satu
lobus
Dysmorphogenesis 14%
Kel tiroid tumbuh dengan normal namun tidak
dapat berfungsi optimal.
Sering krn defek enzim tertentu
Ukuran kel tiroid membesar
GEJALA KLINIS
Sebagian besar BBL dengan HK adalah asimtomatik karena
adanya T4 transplasenta maternal.
Gejala yang berat yang tampak pada minggu-minggu pertama
kehidupan dan pada derajat defisiensi yang ringan gangguan
baru bermanifestasi setelah usia beberapa bulan
Hipotiroid kongenital memberikan menifestasi klinis sebagai
berikut:
1. Gangguan makan (malas, kurang nafsu makan, dan sering
tersedak pada satu bulan pertama)
2. Jarang menangis, banyak tidur (somnolen), dan tampak
lamban
3. Konstipasi
4. Tangisan parau (hoarse cry)
5. Pucat
6. Berat dan panjang lahir normal, lingkar kepala sedikit melebar
7. Ikterus fisiologis yang memanjang
8. Lidah besar (makroglosia) sehingga menimbulkan gangguan
pernafasan
GEJALA KLINIS
Gangguan pertumbuhan dan retardisi mental
merupakan gejala yang tersering dan dan yang
paling dirasakan.
Perlu diingat bahwa seorang anak yang
menderita hipotiroid kongenital tidak selalu
memiliki semua gejala-gejala tersebut. Gejala
dapat timbul segera setelah lahir atau setelah
anak tersebut mengalami proses belajar,
tergantung dari faktor penyebab dan beratnya
penyakit.
PATOGENESIS
Jalur 1
Jalur 2
Defisiensi
iodium
berat
menyebabkan
sintesis dan sekresi hormon tiroid menurun,
sehingga hipofisis non sekresi TSH lebih banyak
untuk memacu kelenjar tiroid mensintesis dan
mensekresi hormon tiroid agar sesuai dengan
kebutuhan. Akibatnya kadar TSH meningkat dan
kelenjer tiroid membesar (stadium kompensasi).
Bila kompensasi ini gagal, maka akan terjadi
stadium dekompensasi, yaitu terdapatnya struma
difusa, peningktan kadar TSH, dan kadar hormon
tiroid rendah.
Jalur 3
Jalur 4A
Semua
keadaan
yang
menyebabkan
penurunan kadar TSH akibat kelainan hipofisis
akan mengakibatkan hipotiroid tanpa struma
dengan kadar TSH yang sangat rendah atau tidak
terukur.
Jalur 4B
Semua
kelainan
hipotalamus
yang
mengakibatkan yang menyebabkan sekresi TSH
ynag menurun akan menyebabkan hipotiroid
dengan kadar TSH rendah dan tanpa struma.
DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, gejala
klinis, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
radiologis dan skrining.
Anamnesis
apakah ibu berasal dari daerah gondok endemik,
riwayat struma pada ibu, riwayat pengobatan anti
tiroid waktu hamil atau tidak, riwayat struma
pada keluarga dan perkembangan anak.
DIAGNOSIS
anak yang menderita hipotiroid kongenital
biasanya :
-Mengalami ikterus neonatorum yang
berkepanjangan
-Hipotoni
-Malas minum atau makan
-Konstipasi
-Somnolen
PEMERIKSAAN FISIK
Bertubuh kecil
Tumbuh
kembangterlambat
Hipotonia
Fontanel anterior
besar & lambar
menurun
Fitur wajahnya kasar
Makroglosia
Hernia umbilikalis
PEMERIKSAAN FISIK
Pucat
Kulit berbintik-bintik
dan kering
Jaundice persisten
Myxedema puffy
face, hands, and feet
Akral dingin
Bradikardi
alopesia
Pemeriksaan Laboratorium
Pada
pemeriksaan
hipotiroid
kongenital
ditemukan nilai TSH meningkat, dan T3 serta T4
menurun.
Kadar T4 serum rendah, kadar T3 serum dapat
normal dan tidak bermanfaat pada diagnosis.
Jika defeknya terutama pada tiroid, kadar TSH
meningkat, sering diatas 100U/mL.
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Radiologis
Retardasi perkembangan tulang dapat ditunjukkan
dengan roentgenographi saat lahir dan sekitar 60%
bayi hipotiroid kongenital menunjukkan kekurangan
hormon tiroid selama kehidupan intrauterine.
Contohnya, distal femoral epiphysis, yang biasanya
ada saat lahir, sering tidak ada.
Foto tengkorak menunjukkan fontanela besar dan
sutura lebar, tulang antar sutura biasanya ada. Sella
tursica sering besar dan bulat
Keterlambatan pada pembentukan dan erupsi gigi
dapat terjadi.
FOLLOW UP
Follow up jangka pendek dimulai dari hasil laboratorium (hasil
positif) dan berakhir dengan pemberian terapi hormon tiroid
(tiroksin).
Follow up jangka panjang diawali sejak pemberian obat dan
berlangsung seumur hidup pada kelainan yang permanen.
Pada bayi dengan hasil tes positif, harus segera dipanggil
kembali untuk pemeriksaan TSH dan T4 serum. Bayi dengan
hasil TSH tinggi ( 50 mIU/L) dan T4 rendah (< 6 g/dL), harus
dianggap menderita HK sampai diagnosis pasti ditegakkan.
Penatalaksanaan selanjutnya adalah sebagai berikut :
Anamnesis pada ibu, apakah ada penyakit tiroid pada ibu atau
keluarga, atau mengkonsumsi obat antitiroid;
Anamnesis tentang bayi;
Pemeriksaan fisis untuk mencari tanda dan gejala HK
TERAPI
Tujuan pengobatan adalah:
Mengembalikan
fungsi
metabolisme
yang
esensial agar menjadi normal dalam waktu
singkat. Termasuk fungsi termoregulasi, respirasi,
metabolisme otot dan otot jantung yang sangat
diperlukan pada masa awal kehidupan seperti
proses enzimatik di otak, perkembangan akson,
dendrite, sel glia dan proses mielinisasi neuron.
Mengoptimalkan
pertumbuhan
dan
perkembangan anak
Mengembalikan tingkat maturitas biologis yang
normal, khususnya otak
Dosis tiroksin
Pada umumnya dosis bervariasi tergantung dari berat badan dan
disesuaikan dengan respons masing-masing anak dalam menormalkan
kadar T4. Sebagai pedoman, dosis yang umum digunakan adalah :
0 6 bulan
25-50 g/hari
atau
8-15 g/kg/hari
6 12 bulan 50-75 g/hari
atau
7-10 g/kg/hari
1 5 tahun
50-100 g/hari atau
5-7 g/kg/hari
5 10 tahun 100-150 g/hari
atau
3-5 g/kg/hari
>10-12 tahun
100-200 g/hari
atau
2-4 g/kg/hari
Setelah masa bayi biasanya dosis berkisar sekitar 100 g/m2/hari
Untuk neonatus yang terdeteksi pada minggu awal kehidupan
direkomendasikan
untuk diberikan dosis inisial sebesar 10-15
g/kg/hari karena lebih cepat dalam normalisasi kadar T 4 dan TSH.
Bayi-bayi dengan hipotiroidisme berat ( kadar T 4 sangat rendah, TSH
sangat tinggi, dan hilangnya epifise femoral distal dan tibia proksimal
pada gambaran radiologi lutut) harus dimulai dengan dosis 15
g/kgBB/hari.
Monitoring
Pemantauan pada pasien dengan hipotiroid kongenital antara
lain:
Pertumbuhan dan perkembangan
Pemantauan kadar T4 bebas dan TSH
Kadar T4 harus dijaga dalam batas normal ( 10-16 g/dl)
atau T4 bebas dalam rentang 1,4-2,3 ng/dl dengan TSH
ditekan dalam batas normal. Bone-age tiap tahun.
Jadwal pemeriksaan kadar T4 dan TSH, yaitu setiap 1-2
bulan selama 6 bulan pertama kehidupan, tiap 3-4 bulan
pada usia 6 bulan 3 tahun, selanjutnya tiap 6-12 bulan.
Selain itu kadar T4 dan TSH juga harus diperiksa 6-8 minggu
setelah perubahan dosis. Hal ini penting untuk mencegah
pengobatan
yang
berlebihan.
Efek
samping
dari
pengobatan berlebihan ini adalah fusi dini dari sutura,
percepatan kematangan tulang, dan masalah pada
tempramen, dan perilaku.
Suportif
Anemia berat diobati sesuai dengan protokol anemia berat.
Rehabilitasi atau fisioterapi diperlukan untuk mengatasi
retardasi perkembangan motorik yang sudah terjadi.
Penilaian intelegensi atau IQ dilakukan menjelang usia
sekolah untuk mengetahui jenis sekolah yang dapat diikuti,
sekolah biasa atau luar biasa.
Diet
Suplementasi Iodium sangat dibutuhkan terutama di daerah
defisiensi Iodium.
Umumnya anak yang menderita hipotiroid kongenital dan
mendapat replacement hormon tiroid, asupan makanan
yang mengandung goitrogen harus dibatasi seperti
asparagus, bayam, brokoli, kubis, kacang-kacangan, lobak,
salada, dan susu kedelai karena dapat rnenurunkan
absorbsi Sodium-L-Tiroksin.
Promotif/Preventif
TARGET
Target terapi adalah mencapai kadar T4 normal dalam 2
minggu dan TSH dalam 1 bulan.
TARGET
Sebagai tanda bahwa bayi mendapatkan terapi
yang mencukupi, kadar T4 harus segera
mencapai
nilai
normal.
Untuk
mencapai
kecukupan obat, dianjurkan selama pengobatan,
nilai T4 berada diatas nilai tengah rentang kadar
T4 normal, yaitu 130-206 nmol/L (10-16 g/dL)
dan nilai TSH < 5 mIU/L (0.5-2.0 mIU/L); FT4 1830 pmol/L (1.4-2.3 ng/dL).
DOSIS TIROKSIN
PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
Dengan adanya kecenderungan untuk memberikan dosis
tiroksin yang tinggi pada awal dignosis, maka
kemungkinan terjadinya hipertiroidism perlu diwaspadai.
Pemeriksaan fungsi tiroid secara berkala (setiap bulan
apabila ada perubahan dosis terapi) akan membantu
pemantauan
efek
samping
ini.
Apabila
fase
perkembangan kritis otak sudah dilalui, pemantauan
dapat dilakukan 3 bulan sekali dengan memperhatikan
pertumbuhan linier, berat badan, perkembangan motorik
dan bahasa, serta kemampuan akademis untuk yang
sudah bersekolah. Apabila terjadi regresi atau stagnasi
perkembangan kepatuhan pengobatan perlu diselidiki.
Pengobatan yang dilakukan setelah usia 3 bulan akan
mengakibatkan taraf IQ subnormal atau lebih rendah.
KOMPLIKASI
Kekurangan hormon tiroid sejak lahir (hipotiroid
kongenital) bila tidak diketahui dan diobati sejak
dini akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan
dan perkembangan.
Kekurangan hormon tiroid atau hipotiroid pada
awal masa kehidupan anak, baik permanen
maupun transien akan mengakibatkan hambatan
pertumbuhan dan retardasi mental.
Hipotiroid
kongenital
mempengaruhi
perkembangan fisik, intelektual, dan juga emosi
serta perilaku anak.
Hasil penelitian di RSCM Jakarta menunjukkan
terdapat masalah perilaku sosial, masalah atensi,
perilaku agresif, dan reaksi buruk terhadap
frustrasi anak penderita hipotiroid kongenital.
PEMERIKSAAN PENYARING
Pemeriksaan yang dilakukan pada bayi baru lahir
dengan tujuan untuk menyaring kemungkinan adanya
hipotiroid bawaan dengan melihat fungsi tiroidnya.
Jika kadar hormon tiroid menurun dan sekresi TSH
meningkat menandakan hipotiroidisme.
Tes skrining dilakukan melalui pemeriksaan darah
bayi.
Darah bayi akan diambil sebelum ibu dan bayi
meninggalkan rumah sakit bersalin. Jika bayi
dilahirkan di rumah, bayi diharapkan dibawa ke rumah
sakit / dokter sebelum usia 7 hari untuk dilakukan
pemeriksaan ini.
Darah diambil melalui tusukan kecil pada salah satu
tumit bayi, lalu diteteskan beberapa kali pada suatu
kertas saring (kertas Guthrie) dan setelah mengering
dikirim ke laboratorium
SCREENING
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi dini HK adalah (1) kadar TSH; (2) kadar T4 atau
free T4 (FT4). Pemeriksaan primer TSH merupakan uji fungsi
tiroid yang paling sensitif. Peningkatan kadar TSH sebagai
marka hormonal, cukup akurat digunakan untuk menapis
hipotiroid kongenital primer. Pemeriksaan pencitraan yang
dapat menunjang diagnosis hipotiroid adalah sebagai berikut :
1. Scanning tiroid (menggunakan 99mTc atau 123I)
2. Ultrasonografi (USG)
3. Radiografi (Rontgen tulang/bone age)
4. Elektrokardiografi (EKG) dan ekokardiografi (ECG)
5. Elektromiografi (EMG)
6. Elektroensefalogram (EEG)
7. Brain Evoke Response Audiometry (BERA)
8. Proton magnetic resonance spectroscopy
Prosedur skrining
Sampel darah dapat berupa darah kapiler dari
tusukan tumit bayi (heel stick); dari permukaan
lateral atau medial dari tumit bayi. Sebaiknya
darah diambil pada hari ke-3 s/d 5
PROGNOSIS
Dengan adanya program skrining neonatus untuk
mendeteksi hipotiorid kongenital, prognosis bayi
hipotiroid kongenital lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://emedicine.medscape.com/article/919758-workup#showal
l
Pusat penelitian dan pengembangan gizi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, UNUD, Survey Pemetaan GAKY,
1998
Prosedur pemeriksaan neonatal-TSH IRMA, Kit Coat-A-Count
Neonatal TSH IRMA Diagnostic Products Street USA. 2003-1104
Agarwal, Ramesh, Vandana Jain, Ashok Deorari, dan Vinod
Paul. 2008. Congenital Hypothyroidism. Department of
Pediatric: All India Institute of Medical Sciences (AIIMS). NICU:
New Delhi India Downloaded from: www.newbornwhocc.org
Moreno JC, et al. Inactivating mutations in the gene for thyroid
oxidase 2 (Thox2) and congenital hypothyroidism, N Engl J Med
2002; 347(2): 95-102.
Rustama DS, Fadil MR, Harahap ER, Primadi A. Newborn screening in Indonesia.
Dalam: David-Padilla C, Abad L, Silao CL, Therell BL. Southeast Asian J Tropical
Med and Public Health 2003; 34 Suppl 3:76-9.
Satyawirawan FS. Penapisan hipotiroid congenital. Dalam : Suryaatmadja M.
Pendidikan berkesinambungan patologi klinik 2005. Jakarta: Departemen
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005. H. 95-104.
Pulungan AB. Hipotiroid kongenital (HK). UKK Endokrinologi IDAI, Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FKUI Jakarta.
Deliana M, Batubara JR, Tridjaja B, Pulungan AB. Hipotiroidisme kongenital di
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta, tahun 1992-2002. Sari Pediatri
2003; 5(2):79-84. (Level of Evidence IIB, Grade of Recommendation B)
Bourgeois MJ. Congenital hypothyroidism. Department of Pediatrics, Division of
Pediatric Endocrinology and Metabolism, Texas Tech University School of
Medicine; 2004. h.1-13.
LaFranchi S. Thyroid function in preterm infant. Thyroid 1999; 9: 71-8
Komite Nasional Skrining Hipotiroid Kongenital. Pedoman Umum Pelaksanaan
Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK). Departemen Kesehatan; 2005.
National Guideline Clearinghouse. Update of newborn screening and therapy for
congenital hypothyroidism (2006).
Murray MA. Primary TSH screen for congenital hypothyroidism. Summer
2009;1(2):1-5.
Batubara, Jose RL, dkk. Ganggguan Kelenjar Tiroid. Dalam : Buku Ajar
Endokrinologi Anak Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2010. hal.205-212.
La Franchi, Stephen. Hypothyroidism. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, editor. Nelson textbook of pediatrics 18th ed. Philadelphia:
Saunders, 2007.hal. 2319-25.
Sherwood, Lauralee. Organ Endokrin Perifer. Fisiologi Manusia Dari Sel ke
Sistem (Human Physiology: From Cells to Systems). Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001.
hal 644-651.
Schteingart, David E. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam Price AS, Wilson LM.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6, Volume 2.
Jakarta: EGC, 2006. hal 1225-1234.
Larson, Cecilia A. Congenital Hypothyroidism. Dalam: Radovick, S, MD,
MacGilivray, MH, MD, editor. Pediatric Endocrinology : A Practical Clinical
Guide. New Jersey : Humana Press Inc. 2003.hal. 275-284.
Van vliet, G, Polak, M. Pediatric Endocrinology Fifth Edition volume 2. Thyroid
Disorders In Infancy. New York : Informa Healthcare USA Inc. 2007.hal. 392-8.
Jian, Vandana, dkk. Congenital Hypothyroidism. Di akses dari
www.newbornwhocc.org
Postellon DC, Bourgeouis MJ. Anatomy of Thyroid Gland. Di akses dari
www.emedicine.medscape.com