Anda di halaman 1dari 25

KOEFISIEN DISTRIBUSI

DAN TETAPAN
KESETIMBANGAN REAKSI

Koefisien

distribusi

perbandingan

konsentrasi

kesetimbangan
pelarut

yang

adalah

zat

dalam

berbeda

yang

dua
tidak

saling bercampur.

Faktor
koefisien

yang
distribusi

mempengaruhi
adalah

pelarut

organik (polikloroetilen) dan pelarut

Hukum

yang

menentukan

perbandingan

antara konsentrasi zat terlarut di dalam dua


pelarut adalah Hukum Distribusi Nernst,
sehingga

perbandingan

konsentrasi

zat

terlarut pada waktu tertentu merupakan


suatu

tetapan

kesetimbangan

yang

berkaitan dengan kelarutan (Harvey, 2000)


Kd =

Konstanta
dinyatakan

kesetimbangan
sebagai

hasil

bagi

antara konsentrasi produk dan

I3
konsentrasiK reaktan.
C

2005).

I 2 I

(Chang,

Jika suatu sistem kimia pada


kesetimbangan
perubahan

mengalami
konsentrasi,

volume, atau tekanan parsial


maka

kesetimbangan

bergeser
perubahan

untuk

menetralkan

tersebut

kesetimbangan

akan

baru

dan
dibuat,

TUJUAN

1. Menentukan koefisien distribusi (K D )


dari iodium (I2) dalam polikloroetilen
(PCE) dan air
2. Menentukan konstanta kesetimbangan
reaksi (KC)

PRINSIP
Hukum Distribusi Nernst
Jika suatu zat ditambahkan kedalam suatu sistem
yang terdiri dari dua pearut yang tidak saling
bercampur maka zat tersebut akan terdistribusi
diantara kedua pelarut sedemikian rupa sehingga
perbandingan konsentrasi setimbang pada suhu
tertentu
KD

CO
Ca

Like Dissolve Like

Kecenderungan suatu senyawa untuk larut


dalam pelarut yang memiliki kepolaran yang
relatif sama.
Reaksi Kesetimbangan
Kimia

Reaksi kesetimbangan dimana laju reaksi


pembentukan produk sama dengan laju reaksi
penguraian reaktan yang berlangsung secara
reversibel.

Reaksi Redoks

Reaksi serah terima elektron yang


menyebabkan
perubahan
bilangan
oksidasi.
- Reduksi : reaksi penangkapan elektron
yang menyebabkan penurunan bilangan
oksidasi
- Oksidasi : reaksi pelepasan elektron
yang menyebabkan kenaikan bilangan
oksidasi

REAKSI
Reaksi Pembentukan I2 oleh KIO3

IO 3

( aq )

6 H ( aq ) 6e I ( aq ) 3H 2O

2 I ( aq ) I 2 ( aq ) 2e

IO3( aq ) 6 H ( aq ) 5 I ( aq ) 3I 2( aq ) 3H 2O( l )

Standardisasi Na2S2O3 oleh KIO3


2

2 S 2O3 ( aq ) S 4O6 2e
I 2 ( aq ) 2e 2 I ( aq )
I 2( aq ) 2S 2O3

( aq )

S 4O6

( aq )

2I

Reaksi Pembentukan Kompleks


+ I2
(amilum)

I 2 I2 I2 I2
(kompleks amilum-iodium)

Reaksi Kesetimbangan

I 2 ( aq ) I ( aq ) I 3 ( aq )

ALAT DAN BAHAN

Botol tertutup

Buret, klem, statif Labu erlenmeyer

Piknometer

Pipet volume

Labu ukur

Alat pengocok

Akuades

Kalium iodida

Amilum

Kalium iodat

Natrium tiosulfat

Asam sulfat

PCE

PROSEDUR

1. Kalibrasi Piknometer
Piknometer

- Bersihkan
- Bilas dengan aseton dan dikeringkan
- Timbang piknometer
- Masukkan akuades
- Timbang piknometer
- Ukur suhu akuades
- Hitung volume piknometer
Volume piknometer diketahui

2. Penentuan Massa Jenis PCE


PCE
- Masukkan kedalam pikno yang sudah

dikalibrasi

- Timbang
- Ukur suhu PCE
- Hitung massa jenis PCE
Massa jenis PCE diketahui

3. Kalibrasi pipet volume

Botol kering

Pipet volume 5 mL

bersihkan

timbang

bilas dengan aseton


keringkan
masukkan PCE
pindahkan

Botol berisi
PCE

timbang
hitung kerapatannya dgn piknometer
hitung volume
PCE PCE
Volume

diketahui

4. Standardisasi Na2S2O3 oleh KIO3


KIO3 0,1 N
Pipet sebanyak 10 mL
Tambahkan H2SO4 2M 2mL
Tambahkan padatan KI 3M
Titrasi dengan Na2S2O3
Larutan kuning transparan
Tambahkan amilum 0,1 N
Larutan berwarna biru
Titrasi kembali
Larutan bening
Catat volume pada buret
Hitung konsentrasi Na2S2O3
Konsentrasi KIO3 diketahui

5. Penentuan Koefisien
Distribusi

I2 dalam PCE

20

15

10
PCE
10
H2 O

200

5
200 ke dalam
200botol, lalu ditutup.
- masukkan

- kocok 30 menit
- diamkan 20 menit

Fase Organik

Fase Air

- pipet 5 ml I2
dalam PCE
- tambahkan KI
- titrasi dengan
Na2S2O3
Hasil

KD diketahui

- pipet 50 ml I2
dalam air
- tambahkan KI
- titrasi dengan
Na2S2O3

Hasil

6. Penentuan Konstanta
Kesetimbangan

bahan/mL
I2 dalam PCE
KI 0,10 N
KI 0,05 N
KI 0,025 N

Botol I
Botol II
Botol III
20
20
20
100
100
100
-masukkan ke dalam botol, lalu ditutup.

- kocok 30 menit
- diamkan 20 menit
Fase Air

Fase Organik
- pipet 5 ml
- titrasi dengan
Na2S2O3

- pipet 25 ml
- titrasi dengan
Na2S2O3

Kc diketahui

PERHITUNGAN
1. Pembuatan larutan (KIO3, Na2S2O3, KI)
m 1000
N
.
.ek
Mr V (ml )

2. Pengenceran larutan KI
N1V1 N 2V2

3. Pembuatan larutan H2SO4

%. .10.ek
N
Mr
4. Pembuatan larutan amilum

m
% .100%
V
5. Kalibrasi piknometer
V pikno

mair

air

8. Standardisasi Na2S2O3 oleh KIO3


N1V1 N 2V2
9. Penentuan koefisien distribusi
a. penentuan konsentrasi I2 dalam air

N I 2 dalamair

b. penentuan konsentrasi I2 dalam PCE


c. penentuan koefisien distribusi

[ I 2 ]dalamPCE
KD
[ I 2 ]dalamair

N I 2 dalamPCE

(V .N ) Na2 S 2O3
VI 2 dalamair

(V .N ) Na2 S2O3
VI 2dalamPCE

11. Penentuan konstanta kesetimbangan reaksi


(V .N ) Na S O
a. penentuan konsentrasi I2 dalam air
N I 2 dalamair

2 2

VI 2 dalamair

b. penentuan konsentrasi I2 dalam PCE


N I dalamPCE
2

c. penentuan I2 dalamNair*

I 2 dalamair

(V .N ) Na2 S 2O3
VI 2 dalamPCE

N I 2 dalamPCE
KD

N I 2bereaksi N I 2 dalamair N I 2 dalamair *

d. penentuan [I2] yang bereaksi

I2 I
m:
r:
s:

I3

Kc

I 2 I

Thank You

Anda mungkin juga menyukai