Pengampu
JURUSAN/PRODI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015
REFERENSI
Abdul Qadir Audah, At-Tasyriy al-Jinaiy al-Islami,
Beirut: Dar al-Fikri,
Marsum, , Jinayat, Yogyakarta: Penerbit
Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1982.
Marsum, Jarimah Tazir, Yogyakarta: Penerbit
Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1988.
A. Djazuli, Fiqh Jinayat (Upaya Menanggulangi
Kejahatn dalam Islam), Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 1997.
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam,
Jakarta: Bulan Bintang, 1967.
Ahmad Azhar Basyir, Fiqh Jinayat, Yogyakarta:
Penerbit Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1981.
Haliman, Hukum Pidana Ayariat Islam menurut
Adjaran Ahlus Sunnah, Jakarta: Bulan Bintang, 1970
PENDAHULUAN
Istilah Jinayat (Hukum pidana Islam) dikenal dalam berbagai macam istilah
dalam bahasa Indonesia, yakni Hukum Pidana Syariah Islam (Haliman),
Syariah (Abdullah Ahmed An-Naim), Jinayat (Marsum), Al-Uqubat
(A.Rahman I Doi), Hukum Pidana dalam Islam (HMK. Bakry), Fiqih
Jinayat: Hukum Pidana Islam (Ahmad Azhar Basyir), dan Fiqih Jinayah
(HA. Djazuli). Pada dasarnya semua istilah itu ditujukan kepada ketentuan
yang mengatur hukum yang memuat perbuatan yang dilarang yang
diancam dengan sanksi pidana. Abdul Qadir Audah mendifinisikan sbb:
(hlm. 75 77)
:
(Perbuatan yang dilarang syra yang berkenaan dengan jiwa, harta atau
selainnya)
1)) :
(Larangan-larangan syara yang diancam Allah dengan hukuman had atau
hukuman tazir
Dalam pembahasan hukum pidana Islam ini, para ahli hukum Islam (fuqaha)
menempatkan Hukum Pidana Islam memiliki sifat dan karakter yang
berbeda dengan hukum pidana positif suatu negara. Perbedaan ini terletak
pada otoritas pembentukan hukumnya, yang bersumber dari al-Quran dan
Sunnah, karena itu dari sudut pandang ini pelaksanaan hukum pidana Islam
sebagai bagian dari ibadah atau sebagai wujud ketaqwaan hamba kepada
Tuhannya.
(7) ( 6) ( 5) ( 4) ( 3) ( 2) ( 1)
.
"
Jarimah hudud dibagi menjadi: Zina,
Qadzaf, Sirqah. Syurbah, Khirobah,
Bughah/Baghyu, dan Riddah/Murtad (menurut
Syafii).
Jarimah hudud dibagi menjadi: Zina, Qadzaf, Sirqah, Syurbah,
Khirobah, (menurut Hanafi).
:
(4) ( 3) ( 2) ( 1)
( 5)
.
:
.
.
.
Unsur-unsur jarimah
- 1
.
- 2
.
- 3
.
.
:
.
:
) (1 :
.
) (2 :
- " :- ".
) (3 :
.
.
ASAS LEGALITAS
Asas legalitas pada hukum pidana Islam adalah tidak ada pelangggaran
dan tidak ada hukuman sebelum adanya aturan (ketentuan atau undangundang) yang mengaturnya (marsum)
" [ 15 :( ] 1) "
"
[ 134 :( " ] 2)
{
[ } 208 : ]
} :
[59 :{ ]
.
atau sebelum ada nash (ketentuan) tidak ada hukum bagi perbuatan
orang-orang yang berakal sehat (A.Hanafi).
""
Sumber asas legalitas, penerapan asas legalitas dan macam-macam
penerapannya. Sekaligus membandingkan asas legaltas pada hukum
positif. Berlakunya asas legalitas: (1) telah disampaikan Rasul (telah
diundangkan), (2) diumumkan/ tertulis pada lembaran Negara, dan (3)
tidak berlaku terhadap peristiwa/perbuatan sebelum disampaikan Rasul
atau diundangkan.
(275)
Makapenyelesaiannya: secara perdata orang yang berhutang hanya
mengembalikan pokok pinjamannya, dan secara pidana tidak dikenai sanksi
2.
) (4
)(5
Contoh lain: dalam masalah Khirobah yang terjadi dengan adanya
peristiwa Ukl, maka dalam menyelesaikan kasus itu turunlah
surat al-Maidah (5): 33
)(33
-
-
" :
".
JARIMAH PERCOBAAN
Percobaan melakukan jarimah ini tidak dibicarakan fuqaha,
yang dibicarakan adalah jarimah yang sudah selesai dan
jarimah yang belum selesai, karena itu jarimah percobaan
termasuk di dalamnya. Pendirian syariat Islam tentang
percobaan ini ternyata lebih mencakup dibanding pidana
positif, karena jarimah yang belum selesai disebut maksiat
(perbuatan dosa).
Ukuran atau fase pelaksanaan jarimah (niat, persiapan dan
pelaksanaan). Percobaan adalah jarimah yang belum selesai
maka diterapi hukuman percobaan.
Bagaimana pandangan fuqaha mengenai seseorang yang
sudah melakukan jarimah tetapi belum selesai, kemudian
bertaubat?
1. Para fuqaha sepakat mengenai jarimah khirabah yang
belum selesai, taubatnya dapat diterima, dengan alasan
(34)
} :
][286 :
} :
{ ][90:
} :
{ ][58 :
} :
{ ]:
[8
(16)
- surat al Maidah (5): 39
(39)
dan hadits Nabi:
" : -
"
b. menurut Malikiyyah dan Hanafiyyah bahwa taubat tidak dapat
menghapus hukuman, kecuali jarimah khirabah, karena sudah jelas
nashnya. Karena dilakukan banyak orang, sedang jarimah
selainnya bersifat perorangan.
c, menurut Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim bahwa hukuman itu
dapat
membersihkan
maksiat
dan
taubat
juga
dapat
menghapuskan hukuman hak Allah, kecuali siberbuat menghendaki
hukuman sebagai penyucian, seperti peristiwa Maiz.
PERTANGGUNGAN
JAWAB PIDANA
[18 :{ ]
Karena itu pertanggungan jawab pidana ditegakkan atas tiga
esensi dasar yaitu pertama, meninggalkan perbuatan yang
diperintahkan atau mengerjakan perbuatan yang dilarang, kedua,
perbuatan itu dikerjakan atas maksud dan kemauan sendiri, dan
ketiga, siberbuat mengetahui akibat dari perbuatannya itu.
Hukum pidana Islam membedakan antara niat dan motif, yaitu:
pada jarimah had (hudud dan qisas-diyat) motif tidak
mempengaruhi, seperti niat membunuh apakah motifnya rendah
atau mulya tetap dipidana had atau qisas. Namun pada jarimah
tazir motif itu berpengaruh, karena hakim mempunyai kebebasan
penuh untuk menentukan hukuman,
{ ][5 :
" :
"
"
" :
"
4. Rela dianiaya
5. karena bunuh diri
{ ][33:
6. Perang tanding.
HUKUMAN (UQUBAH)
Hukuman itu merupakan sanksi yang dikenakan kepada mujrim (pelaku
kejahatan/jarimah) berdasarkan putusan Hakim.
Tujuan hukuman adalah (1) Pencegahan artinya hukuman itu mampu
mencegah mujrim untuk tidak mengulangi perbuatannya, (2) Pengajaran
artinya hukuman itu mampu mempengaruhi orang lain untuk tidak ikut-ikutan
melakukan jarimah, (3) Pendidikian artinya hukuman itu mempunyai pengaruh
untuk membentuk masyarakat yang baik, saling menghormati dan
menimbulkan cinta kasih sesama.
Hukuman dan tujuan pokok hukuman dalam syariat Islam adalah pencegahan
(ar-rad-u waz-zajru) dan pengajaran serta pendidikan (al-islah wat-tahdzib).
Pencegahan maksudnya menahan siberbuat jarimah agar tidak mengulangi
perbuatannya, dan juga dapat berfungsi mencegah orang lain agar tidak ikutikut berbuat karena mengetahui akibatnya. Sehingga hukuman itu mempunyai
manfaat ganda yaitu mentaubatkan siberbuat dan menakut-nakuti orang lain
yang mau berbuat. Karena itu terdapat bermacam-macam hukuman dan
pelaksanaannya yaitu hukuman had, hukuman qisas-diyat, kifarah dan
hukuman tazir, hukuman pengulangan jarimah dan gabungan hukuman.
STELSEL/PEMBAGIAN HUKUMAN
Stelsel hukuman atau sanksi dalam hukum pidana Islam terdiri
dari:
1. Hukuman pokok/ ,
2. Hukuman pengganti / ,
3. Hukuman tambahan / , dan
4. Hukuman pelengkap / .
Salah satu contoh adalah hukuman qadzaf yakni dikenai
hukuman cambuk 80 kali sebagai hukuman pokok, tidak
diterima kesaksiannya untuk selamanya sebagai hukuman
tambahan, dan dinyatakan/diumumkan sebagai orang fasik
sebagai hukuman pelengkap.
Hukuman dilihat dari sudut kekuasaan hakim adalah (1)
hukuman yang hanya mempunyai satu batas/macam yakni
pada jarimah hudud dan qisas, seperti hukuman pencuri yaitu
potong tangan, (2) hukuman yang mempunyai batas terendah
dan batas tertinggi, dan hakim mempunyai kebebasan
memilih, yakni pada jarimah tazir seperti hukuman penjara.
JARIMAH HUDUD
1.ZINA
Ulama Hanafiyah merumuskan jarimah zina adalah memasukkan kemaluan laki-laki yang
mukallaf ke dalam kemaluan perempuan di luar perkawinan yang sah.. Bukan karena
syubhat.
Unsur-unsur perzinaan adalah:
a. unsur khusus: (1) dilakukan di luar perkawinan yang sah, (2) perbuatan dilakukan atas
kehendak bersama, dan (3) dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan .(4)sembunyisembunyi.
b. unsur-unsur umum: (1) unsur formil/ruknusy-syarI, (2) unsur materiil /ruknul maddi,
dan (3) unsur moril/ruknul adabi. C. tidak ada syyubhat.
Dasar hukum:
{
" } :"32 :
}
)({ (2
( ] [25 :
} :
: " : .
"(3) .
{
[ } 81 : ]dan hadits riwayat Abi
Daud, at- Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Baihaqy dari Ibnu Abbas:
" : - -
Adapun orang orang yang bersetubuh dengan binatang menurut Imam SyafiI
disamakan dengan berzina, tetapi menurut Imam Ahmad hanya dihukum tazir saja.
b. Hazairin berpendapat bahwa mengenai hukuman cambuk 100 kali bagi penzina
tidak dapat diartikan rajam sampai mati, alasannya:
" [ 3 : " ]
berdasarkan keumuman ayat di atas, maka hukuman rajam tidak ada yang ada
adalah hukuman cambuk 100 kali baik penzina muhson atau ghoiru muhson.
c. Pendapat Anwar Harjono dalam buku: Hukum Islam, Keadilan dan menyatakan
bahwa putusan Rasulullah saw atas penzina muhson dengan hukuman rajam, atas
dasar dugaan yang kuat dari surat an-Nur: 2 boleh jadi belum turun sesuai hadits
Muslim dari Abi Ishak as-syabani, ia berkata: saya telah bertanya kepada Abdillah
ibn Abi Auf, adakah Rasulullah saw pernah merajam setelah turunnya surat an-Nur: 2
? Abdillah ibn Abi Auf menjawab: saya tidak tahu.
Jadi menurutnya bahwa surat an-Nur: 2 ternyata tidak ada penjelasan mengenai
hukuman rajam, hanya disebut hukuman dera/cambuk, dan tidak ada penjelasan
apakah muhson atau ghoiru muhson. Dan lagi surat an-Nur di atas qathI dalalah,
sedang hadits tentang rajam itu dhonni kedudukannya, karena hadits ahad.
2. QODZAF
Dadzaf menurut bahasa artinya melempar, sedang menurut istilah
adalah menuduh (melemparkan tuduhan) orang baik-baik berbuat zina
di muka umum secara terang-terangan. Orangnya disebut qadzif.
Dasar Hukum surat an-Nur: 4 - 10:
)(5
) (4
) (6
) (7
) (8
) (9
)(10
Ayat 4 dan 5 menjelaskan qadzaf/tuduhan kepada seseorang yang
sifatnya umum, sedang ayat 6 -10 menjelaskan qadzaf terhadap isteri
atau suami, yang sifatnya khusus disebut sumpah lian.
SARIQAH/PENCURIAN
Arti sirqah menurut bahasa adalah mengambil sesuatu yang
bersifat benda tanpa seizin pemiliknya. Sedangkan menurut
istilah adalah (1) rumusan Ibnu Rusyd: Pencurian adalah
mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi tanpa
dipercayakan kepadanya. (2) menurut rumusan Syarbini Khatib:
Pencurian adalah mengambil harta sembunyi-sembunyi secara
kejahatan, kadarnya seperempat dinar, dilakukan oleh orang
mukallaf dari tempat simpanan.
Dasar hukumnya:
{
[38 :]
} :
} :
{ ] [43 :
} :
{ ] [219 :
] [90 :
:
:
.
=
(
)}
:
. Nama-nama minuman yang merusak akal yang terkenal
pada pertengahan Islam adalah: (1) bitha terbuat dari
madu, (2) al-jiah terbuat dari tapr gandum, (3) almudzur terbuat dari tape jagung, (4) al-Fadich terbuat
dari tamar muda tanpa kena api, dan (5) khalitain
terbuat dari tamar muda dan tamar masak.
. Ibnu Taimiyah pernah menjawab masalah hasyiyah
(ganja) bahwa ia termasuk pengertian hakekat khomer.
)
(
5. HIROBAH/
menurut bahasa artinya Hirobah bentuk isim masdar, fiilnya
memerangi, menyerang, dan menyambar harta (merampok, menyamun,
adalah kejahatan dan menjambret), sedangkan menurut istilah
merampas harta di jalan umum, juga disebut
yaitu memotong jalan atau menyamun.
Dasar hukumnya surat al-Maidah: 34
) (33
)(34
hadits Nabi:
:
) (3
" :
" : .
) (4 .
) (5
. . " :
[ } 43:]
. Muh.Abduh dalam tafsirnya menjelaskan bahwa istilah
disebut dalam empat macam tampat dan bentuk: (1) terhadap
orang yang memakan harta riba karena ia memerangi Allah dan
Rasul-Nya dengan makan harta orang lain secara bathil, (2)
RIDDAH/MURTAD
Pengertian riddah menurut bahasa adalah kembali dari sesuatu kepada yang
lain, sedangkan menurut istilah adalah keluar dari agama Islam untuk
beragama lain atau tidak beragama sama sekali.
Imam an-Nawawi merumuskan bahwa riddah adalah keluar dari Islam
karena niat, atau perkataan yang mengkafirkan atau perbuatan seperti
perbuatan memperolok-olok atau melawan yang diyakini.
Dalam hal ini ar-Rahman menyatakan perkataan mengkafirkan itu
bermacam-macam: (1) sesuatu yang melekat pada Allah seperti mensifati
Allah dengan sifat yang tak layak, memperolok-olok nama Allah,
mengingkari sifat-sifat Allah, dan ,menyekutukan Allah, (2) sesuatu yang
melekat pada nabi seperti mengingkari wahyu yang diturunkan kepada
Nabi, (3) sesuatu yang berhubungan al-Quran seperti mengingkari alQuran atau melecehkannya, dan (4) melecehkan ilmu yang berhubungan
dengan sifat-sifat Allah.
Karena itu dapat disimpukan bahwa terjadinya riddah/murtad karena salah
satu dari 4 hal di atas atau swluruhnya, misalnya (1) dengan perkataan
mengkafirkan aeperti mencela Allah dan Rasul-Nya, (2) dengan perkataan
mengkafirkan seperti menyembah berhala dll, (3) dengan kekeliruan
(perubahan) keyakinan/pandangan seperti mempercayai bahwa alam ini
kekal, memercayai bahwa haram itu halal, dll
Riddah/murtad ditinjau dari sudut jarimah ada 2 macam (1) riddah yang
tidak mengadakan permusuhan dengan Islam, (2) riddah yang memusuhi
Islam.
. (217):
) (86
( (87
)(89
) (88
]
] . [ 106 :
.
54 :
{ ] :
. [85
.
:"
:
" ). (1
Hukuman jarimah riddah: (1) ada yang berpendapat masuk hukuman hudud,
(2) ada yang tidak, karena hukuman murtad baru diterima besuk di akherat.
Menurut Ibnu Rusyd: para ulama sepakat jarimah riddah dihukum bunuh
alasannya
. Sedangkan menurut Ibrahim Halabi :
sorang Islam murtad, maka dibukalah subhatnya (apa sebabnya), apabila ia
bermudah-mudah maka ia dikurung 3 hari, kalau tidak mau taubat maka
dibunuh dan taubat tersebut tidak diterima setelah dilakukan 3 hari.
Ancaman hukuman mati terhadap orang murtad menimbulkan tafsiran baru
yang berkecenderungan untuk memasukkannya ke dalam jarimah politik
bukan karena semata-mata berbalik agama atau meninggalkan agama.
Hadits nabi yang menyatakan bahwa orang muslim halal darahnya karena
meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari jamaah tsb dipahamkan
bahwa si murtad kecuali keluar dari agama Islam juga bergabung dengan
barisan musuh Islam adalah dinyatakan Nabi pada saat Islam dalam suasana
peperangan dengan kaum kafir.
Karena itu pada masa damai orang keluar dari agama Islam hanya
diusahakan dengan sekuat tenaga agar mau kembali beragama Islam, tanpa
hukuman dan tidak dijatuhi hukuman mati .. Pendapat ini beralasan surat
al-Baqarah: 256 :
pendapat ini didukung oleh: (1) Maulvi
Muh Ali Dalam bukunya The Religion of Islam, (2) Mahmud Saltout: Al
Islam Aqidah wa Syariah, (3) Abdul Aziz Jawisy: Al-Islam Dienul Fitrah wal
Hurriyah, (4) M. Salam Madzkur: Al-Madkhal fil Fiqhil Islam. Dll.
7. BAGHYU/BUGHAH/PEMBERONTAKAN
Bughah artinya perlawanan oleh sekelompok kaum muslimin terhadap
khalifah yang sah, atas dasar perbedaan faham mengenai siapa yang
seharusnya menjadi khalifah.
Pemberontakan adalah pembangkangan yang dilancarkan oleh
sekelompok kaum muslimin terhadap penguasa yang sah, karena
menyangkut suatu masalah politik pemerintahan, sehingga berakibat
mereka memisahkan diri dari kesatuan.
Para ulama sepakat bahwa jarimah bughah yang dilakukan oleh
sebagian kaum muslimin harus ditumpas .. Karena memerangi
mereka hukumnya wajib. Sedangkan hukumannya adalah hukuman
mati, karena tindakan terhadap mereka itu dapat dipandang sebagai
hukuman walaupun bukan merupakan hukuman yang biasa. Tetapi
terhadap tawanan tidak boleh dibunuh dan yang mengalami luka
harus di rawat sebaik-baiknya.
Dasar hukumnya adalah surat al-hujurat: 9:
(9)
} :
{
" :- -
Kebolehan melakukan pembunuhan kepada pemberontak dengan jalan
diperangi atau ditumpas, semata-mata untuk memelihara persatuan dan
kesatuan dan untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi.
Syarat-syarat pemberontakan yang diancam hukuman mati/diperangai
adalah: (1) merupakan kelompok yang mempunyai kekuatan senjata cukup,
(2) benar-benar telah keluar dari kekuasaan Imam yang sah, dan (3)
mempunyai tawil yang terkenal atau mempunyai tafsiran yang dapat
mereka jadikan alasan untuk keluar dari kekuasaan Imam Perbedaan
pendapat/kekeliruan maupun kesalah-pahaman dengan penguasa dalam hal
politik disebut delik politik.
Ditinjau dari segi hukum, perlawanan terhadap Imam yang sah ada 2 hal:
(1) perlawanan yang dilakukan dalam bentuk perorangan, seperti menghina
presiden, (2) secara beramai-ramai yaitu suatu perlawanan yang
terorganisir, hal ini dapat dengan cara (a) memisahkan diri dari kekuasaan
Imam, (b) menentang keputusan Imam atau menentang perintahnya
dengan jalan kekerasan senjata.
B. JARIMAH QISAS-DIYAT
Qisas
menurut
bahasa
artinya
memotong
atau
membalas
yang
sepadan/setimpal maksudnya mengikuti perbuatan penjahat sebagai balasan
atas perbuatannya. Adapun menurut istilah, Qisas adalah akibat sama yang
dikenakan kepada orang yang menghilaqngkan nyawa (membunuh) atau
anggota badan atau menghilangkan kegunaannya atau melukai orang lain
seperti yang mereka perbuat.
:
. (1) :
) (2 ) (3 ) (4
/ ) (5 / .
(Jika disimpulkan ada 2 qisas yaitu qisas jiwa dan qisas pelukaan
Sumber Hukum surat al-Baqarah:178-179 dan surat al-Maidah:
45.
)(178
)(179
){ (45
Pelaksanaan qisas: (1) menurut Imam Syafii dan Imam Malik bahwa
pembunuh dijatuhi hukuman qisas sesuai pada waktu ia melakukan
pembunuhan, seperti membunuh dengan batu maka diqisas dengan batu,
(2) menurut Imam Hanafi bahwa pelaksanaan qisas itu dengan pedang.
Perbedaan antara pembunuhan sengaja dengan pembunuhan serupa
sengaja dan pembunuhan silaf adalah
1, Jika unsur (1) perbuatan itu dikehendaki/dimaksud, (2) akibat dari
perbuatan itu dikehendaki oleh pelaku, dan (3) dengan mempergunakan
alat yang biasanya untuk membunuh ketiganya terpenuhi .
Disebut pembunuhan sengaja.
2. Jika unsur (1) dan (2) --- terpenuhi dan unsur (3) tidak
terpenuhi . Disebut pembunuhan serupa sengaja. Dasarnya adalah
sunnah Nabi dari Ibnu Umar: terbunuh secara sengaja yang keliru, diyatnya
100 ekor unta, di antaranya 40 ekor bunting.
3. Jika unsur (1) dan (2) --- tidak terpenuhi dan unsur (3)
meskipun terpenuhi . Disebut pembunuhan silaf/
Seperti seorang pemburu menembak sesuatu yang disangka rusa ternyata
manusia. Karena seorang tersebut keliru dalam perbuatan (obyektif) dan
keliru dalam sangkaan (subyektif).
Pendirian M. Abduh sama atau ada persamaan dengan apa yang disebut
kesengajaan bersyarat seperti seorang melepaskan pistol untuk menakutnakuti dan tidak bermaksud membunuh, tetapi mengenai dan mati, maka
disebut
2. PEMAAFAN
Qisas itu merupakan hak Allah dan hak adami, namun hak adami lebih
didahulukan atau lebih besar, dasarnya surat al-Baqarah: 178
.
Ibnu Abbas mengatakan: maaf yang dimaksud adalah menerima diyat,
sedang M.Abduh mengatakan bahwa maaf itu datangnya dari wali (orang
yang berhak menuntut qisas).
sesuai dengan pandangan Ibnu Abbas, maka Asy-Syafii berpendirian
bahwa apabila seorang telah terbunuh maka wali terbunuh melakukan
pilihan: (1) menuntut qisas, atau (2) menerima diyat dengan memberi
maaf, atau (3) memaafkannya tanpa diyat. .. Maka pelaku dikenai
hukuman tazir yang ditetapkan oleh penguasa/hakim. Dasar dari
kekuasaan wali adalah surat al-Isra: 33
Imam Malik mengatakan kekuasaan wali dalam hal ini adalah terbatas
pada masalah menjalankan qisas saja. Dan yang berhak memaafkan
adalah wali, sedang mengenai pembunuhan yang direncanakan lebih dulu
tidak disyaratkan adanya izin dari wali, tetapi harus diqisas.
3. Diyat
menurut an-Nawawi bahwa diyat karena maaf tanpa kerelaan pembunuh,
sedang menurut Malik dan Hanafi bahwa wali terbunuh tidak dapat
memaafkan untuk menerima diyat tanpa persetujuan pembunuh.
Menurut Imam Syafii, yang didukung Imam Malik diyat ada 2 yaitu:
a. diyat berat / :
diyat 100 ekor unta dengan perincian:
- 30 unta hiqqah (umur 3 th),
- 30 unta jazaah (umur 4 th),
- 40 unta khalifah (umur 7 th dan bunting)
b. diyat ringan / : diyatnya 100 unta
- 20 unta betina (umur 1 th),
- 20 unta jantan (umur 2 th),
- 20 unta betina (umur 2 th)
- 20 unta betina (umur 3 th)
- 20 unta betina (umur 4 th)
Adapun jika dimaafkan dijatuhi diyat berat.
Penggantian diyat unta ini menurut Abu Daud: diyat 100 ekor unta dapat
diganti dengan 200 lembu atau 1000 ekor kambing, sedangkan menurut
Imam Syafii: disamping itu 100 ekor unta juga dapat diganti dengan 1000
dinar atau 12000 dirham.
4. Hukuman tambahan
Para ulama sepakat wajib kafarat ini dibebankan kepada dan
sebagai hukuman tambahan, antara lain:
a. Pencabutan hak mewarisi: , hal ini ada 2 pendapat (1) Malik dan
Ahmad: ditetapkan kepada (2), Hanafi dan Syafii : ditetapkan
kepada semua macam pembunuhan.
b. Pencabutan wasiat: (1) : ulama sepakat pada jarimah
tidak berakibat gugurnya hak menerima wasiat, (2) pada jarimah
dan , Hanafi menyatakan gugur menerima wasiat
kecuali ada izin wali, sedang Abu Yusuf mengatakan tetap gugur, (3)
mengenai jarimah , Ulama Syafiiyah mengatakan tidak gugur
menerima wasiat tanpa tergantung kepada ahli waris, dan (4) mengenai
jarimah , Ulama Malikiyyah memerincinya (a) jika korban tahu dan
ia membuat wasiat setelah terjadi maka wasiat itu sah, dan (b) jika korban
tidak tahu maka wasiat itu tidak sah, dan (c) ulama sepakat pada
(92)
Kafaratnya: (1) membebaskan seorang hamba mukmin, (2) atau harganya
dishadaqahkan kepada fakir miskin, (3) atau berpuasa 2 bulan berturut-turut.
C. JARIMAH TAZIR
1. Jarimah tazir yang disebut dalam nash.
2. Jarimah Tazir yang tidak disebut dalam nash, sperti pelanggaran lalu
lintas
Di bawah ini akan disebutkan beberapa jarimah tazir dalam nash , al:
1. al-Maisir, al-anshab, dan al-azlam
2. al-ihtikar (penimbunan)
3. al-khiyanah: khiyanat terhadap janji, negara, bangsa, kesanggupan,
akad/kontrak, amanat, tidak melaksanakan tugas yang menjadi
kewajibannya. Dll.
4. Risywah (suap)
5. fitnah
6. asy-syahadah az-zur (kesaksian palsu)
7. al-yamin al-ghomus (sumpah palsu)
8. al-ghosob (menempati/memanfaatkan hak milik orang lain)
9. at-talbis (menyembunyi yang hak dengan yang batil)
10. at-taisy (menipu)
11. al-bukhus (mengurangi hak orang lain), ambil sebagian disebut alghulul, mengurang takaran/timbangan (al-bakhsu al-kail wal mizan)
12. memakan harta anak yatim
13. memakan harta wakaf