Anda di halaman 1dari 59

HAND OUT

JINAYAT (HUKUM PIDANA ISLAM)

Pengampu

Drs. Sidik Tono, M.Hum

JURUSAN/PRODI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015

REFERENSI
Abdul Qadir Audah, At-Tasyriy al-Jinaiy al-Islami,
Beirut: Dar al-Fikri,
Marsum, , Jinayat, Yogyakarta: Penerbit
Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1982.
Marsum, Jarimah Tazir, Yogyakarta: Penerbit
Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1988.
A. Djazuli, Fiqh Jinayat (Upaya Menanggulangi
Kejahatn dalam Islam), Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 1997.
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam,
Jakarta: Bulan Bintang, 1967.
Ahmad Azhar Basyir, Fiqh Jinayat, Yogyakarta:
Penerbit Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1981.
Haliman, Hukum Pidana Ayariat Islam menurut
Adjaran Ahlus Sunnah, Jakarta: Bulan Bintang, 1970

PENDAHULUAN

Materi yang dikaji dalam kuliah pertama ini sebagai


pendahuluan terdiri dua hal yaitu: Isi pokok jinayat
(hukum pidana Islam) dan sistem pengancaman
pidananya secara garis besar. Untuk memahami
isi ketentuan jinayat (hukum pidana Islam) dilakukan
melalui kajian teks hukum dengan mengkaitkan
kronologis turunnya ayat-ayat tersebut. Kajian teks
hukum
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
pendekatan secara sistemik yaitu memahami
ketentuan jinayat (hukum pidana Islam) tidak
dipahami ayat-ayat itu sebagai ketentuan hukum
yang berdiri sendiri, melainkan terkait dengan asasasas hukum pidana Islam dan kaidah-kaidah hukum
yang mendasarinya.


Istilah Jinayat (Hukum pidana Islam) dikenal dalam berbagai macam istilah
dalam bahasa Indonesia, yakni Hukum Pidana Syariah Islam (Haliman),
Syariah (Abdullah Ahmed An-Naim), Jinayat (Marsum), Al-Uqubat
(A.Rahman I Doi), Hukum Pidana dalam Islam (HMK. Bakry), Fiqih
Jinayat: Hukum Pidana Islam (Ahmad Azhar Basyir), dan Fiqih Jinayah
(HA. Djazuli). Pada dasarnya semua istilah itu ditujukan kepada ketentuan
yang mengatur hukum yang memuat perbuatan yang dilarang yang
diancam dengan sanksi pidana. Abdul Qadir Audah mendifinisikan sbb:
(hlm. 75 77)
:
(Perbuatan yang dilarang syra yang berkenaan dengan jiwa, harta atau
selainnya)
1)) :
(Larangan-larangan syara yang diancam Allah dengan hukuman had atau
hukuman tazir
Dalam pembahasan hukum pidana Islam ini, para ahli hukum Islam (fuqaha)
menempatkan Hukum Pidana Islam memiliki sifat dan karakter yang
berbeda dengan hukum pidana positif suatu negara. Perbedaan ini terletak
pada otoritas pembentukan hukumnya, yang bersumber dari al-Quran dan
Sunnah, karena itu dari sudut pandang ini pelaksanaan hukum pidana Islam
sebagai bagian dari ibadah atau sebagai wujud ketaqwaan hamba kepada
Tuhannya.

Pandangan pertama: Ketentuan hukum pidana Islam sering dipahami sebagai


doktrin, sehingga melahirkan pandangan bahwa hukum pidana Islam tidak
mungkin untuk diubah atau diganti dalam pelaksanaannya seperti halnya
melaksanakan doktrin agama mengenai aqidah dan ibadah. Sehingga timbul
kesan kurang memberi kesempatan atau peluang untuk mengkaji dari sudut
pandang ilmu pengetahuan yang berusaha membuktikan kebenaran hukum.

Pandangan kedua: Hukum pidana Islam ditempatkan sebagai bagian hukum


dari ajaran Islam, tetapi ketentuan hukum itu masih memberi ruang gerak
akal manusia untuk melakukan ijtihad guna merespon perkembangan
masyarakat yang terjadi saat ini. Hukum pidana Islam selain sebagai hukum
normatif dalam mengatur dan melaksanakan hukum, sedang ijtihad yang
dipergunakan untuk mengisi hukum tazir dan hukum acaranya.
Hukum pidana Islam dapat ditemukan dalam berbagai ayat yang tersebar
diberbagai surat dalam al-Quran dan Sunnah. Dari kedua sumber tersebut
diperoleh suatu kaidah (asas) yang mengatur beberapa perbuatan yang
dilarang dan yang diancamkan kepada orang yang melakukan pelanggaran
hukum. Selanjutnya para fuqaha mensistematisir dalam bentuk kitab hukum,
pada umumnya fuqaha menggolongkan hukum pidana Islam ke dalam
(Jarimah dibagi menjadi): (1)jarimah had yaitu hudud, qishash-diyah, dan (2)
jarimah tazir.

(7) ( 6) ( 5) ( 4) ( 3) ( 2) ( 1)
.
"
Jarimah hudud dibagi menjadi: Zina,
Qadzaf, Sirqah. Syurbah, Khirobah,
Bughah/Baghyu, dan Riddah/Murtad (menurut
Syafii).
Jarimah hudud dibagi menjadi: Zina, Qadzaf, Sirqah, Syurbah,
Khirobah, (menurut Hanafi).

:
(4) ( 3) ( 2) ( 1)
( 5)
.

Jarimah Qishash-diyah dibagi menjadi: Qatlul amd, Qatlu syibhul


amd, Qatlul khata, Jarhul amd, dan Jarhul khata.
Catatan: Semua jarimah di atas diterapkan sanksi (uqubah) sesuai
dengan aturan nash apabila unsur-unsur jarimah itu terpenuhi dengan
sempurna. Dan akan diterapkan sanksi (uqubah) tazir apabila unsurunsurnya kurang terpenuhi dengan sempurna.
Jarimah tazir dibagi menjadi: (1) Jarimahnya (perbuatan pidananya)

:






.


.






.

Dalam Al-Quran dan Sunnah, mengenai larangan-larangan untuk


melakukan perbuatan tertentu yang disertai dengan ancaman sanksi
pidana hanya terhadap perbuatan-perbuatan tertentu, yang dikategorikan
sebagai perbuatan yang berat atau bersifat pokok atau utama (hudud dan
qishash-diyat), dalam hal ini al_Quran dan Sunnah juga memberikan
penjelasan mengenai cara menerapkan aturan nash dan menerapkan
ancaman sanksi pidananya baik secara khusus maupun secara umum.
Sedangkan bentuk perbuatan-perbuatan lain yang dilarang dalam nash
yang tidak disertai dengan ancaman sanksi pidana jumlahnya lebih
banyak (tazir).dalam hal ini al-Quran dan Sunnah tidak mengatur secara
tegas mengenai bagaimana cara menerapkan jenis hukuman secara
khusus, tetapi ada sebagian nash yang memuat perintah atau himbauan
umum agar berlaku baik, bijaksana atau berlaku adil dalam mengadili
suatu perkara.

Karena itu unsur-unsur jarimah dibagi:


a. unsur umum, terdiri: (1) unsur formil/ruknusy-syarI, (2) unsur materiil
/ruknul maddi, dan (3) unsur moril/ruknul adabi.
b. unsur khusus: yaitu masing-masing jarimah mempunyai unsur yang
berbeda, seperti unsur khusus jarimah sirqah/pencurian yaitu dilakukan
secara sembunyi-sembunyi, harta yang dicuri minimal dinar, dan harta
tersebut disimpan ditempat yang pantas/semestinya.

Unsur-unsur jarimah

- 1

.
- 2

.
- 3
.
.

Sumber hukum jinayat adalah nash (al-Quran, as-Sunnah), dan


Ijtihad. Al-qurqn dan as-sunnah merupakan sumber hukum materiil,
karena menentukan macamnya jarimah. Sedangkan ijtihad merupakan
sumber hukum formil (sebagai sumber hukum acara pidana) atau thuruqul
istinbath seperti iastihsan, istishlah, istishhab, urf, sadz-dzariah, syarun
man qablana, dlsb.
Nash dilihat dari sudut bahasa adalah:
1. QathI dalalah ada 4 yaitu dhahir, nash, mufassar, dan muhkam
2. Dhanni dalalah ada 4 yaitu khafi, musykil, mujmal, dan mutasyabih.
3. Cara memahami ayat secara langsung atau tidak langsung yaitu
dengan: mafhum ibarah, mafhum isyarah, mafhum dalalah, mafhum
iqtidha, dan mafhum mukhalafah.
4. Eksistensi dari kata/lafadz seperti am, khas, dan musytarak
. Nash dilihat dari sudut hukum (tarudh al-adilah):
1. al-jamu wat-taufiqi artinya nash yang satu untuk kasus tertentu dan
nash lain untuk kasus itu dalam keadaan lain, seperti dilarang kencing
menghadap kiblat, tetapi Nabi pernah kencing menghadap kiblat dalam
WC.
2. Tarjih
3. Mengambil dalil lain, jika kedua dalil itu berlawanan, maka tidak dipakai
dan mengambil dalil lain meskipun lebih rendah tingkatannya.

PEDOMAN PENAFSIRAN HUKUM PIDANA ISLAM

Adapun pedoman penafsiran hukum dalam sistem


penetapan hukum berdasarkan nash Quran dan sunnah,
kaidah bahasa (ushul fiqh) dan kaidah hukum (qawaidul
fiqhiyyah) adalah sebagai berikut:
"
(Hindarilah hukuman hudud karena syubhat)
"
(Sesungguhnya Imam/penguasa/hakim salah dalam memberikan
ampunan itu lebih baik daripada salah memberikan hukuman)
Syubhat ada tiga (3):
1. Syubhat menurut obyeknya (pada perbuatannya) disebut
syubhat fil mahl
2. Syubhat menurut subyeknya (pada pelakunya) disebut syubhat
fil hal.
3. Syubhat menurut hukumnya (karena perbedaan pendapat
fuqaha) disebut syubhat fil hukmi
contoh-contoh ketiga syubhat di atas lihat Ab dul Qadir Audah: (1):
227 di bawah ini.

:
.
:
) (1 :

.
) (2 :


- " :- ".
) (3 :


.
.

ASAS LEGALITAS
Asas legalitas pada hukum pidana Islam adalah tidak ada pelangggaran
dan tidak ada hukuman sebelum adanya aturan (ketentuan atau undangundang) yang mengaturnya (marsum)

" [ 15 :( ] 1) "
"
[ 134 :( " ] 2)

{









[ } 208 : ]
} :



















[59 :{ ]









.
atau sebelum ada nash (ketentuan) tidak ada hukum bagi perbuatan
orang-orang yang berakal sehat (A.Hanafi).

""
Sumber asas legalitas, penerapan asas legalitas dan macam-macam
penerapannya. Sekaligus membandingkan asas legaltas pada hukum
positif. Berlakunya asas legalitas: (1) telah disampaikan Rasul (telah
diundangkan), (2) diumumkan/ tertulis pada lembaran Negara, dan (3)
tidak berlaku terhadap peristiwa/perbuatan sebelum disampaikan Rasul
atau diundangkan.

MASA BERLAKUNYA HUKUM PIDANA ISLAM


Teori masa berlakunya hukum pidana Islam ini sangat erat hubungannya
dengan asas legalitas. Dan teori ini ada dua prinsip:
1.Prinsip tak berlaku surut ( ) ini pelaku jarimah tidak dapat
dipidana sebelum ada nash, seperti kebiasaan masyarakat Arab pra Islam
menikahi ibu tirinya setelah ayahnya mati, maka turunlah surat an-Nisa (4):
22:

maka penyelesaiannya: secara perdata terjadi pasakh nikah, dan secara


pidana tidak dikenai sanksi.
Contoh lain: kebiasaan masy. Arab pra Islam melakukan praktek riba, lalu
turunlah surat al-Baqarah (2): 275





(275)








Makapenyelesaiannya: secara perdata orang yang berhutang hanya
mengembalikan pokok pinjamannya, dan secara pidana tidak dikenai sanksi

2.

(( Prinsip berlaku surut/prinsip pengecualian


), prakteknya pada awal Islam mengenai perbuatan
jarimah yang terjadi sebelumnya, seperti masalah qadzaf
(fitnah) terhadap isteri Nabi (Aisyah) disebut peristiwa ifik,
yang hampir menimbulkan perang antara suku Aus dan
suku Khazraj, maka dalam menyelesaikan kasus itu turunlah
( surat an-Nur
): 4



) (4


)(5


Contoh lain: dalam masalah Khirobah yang terjadi dengan adanya
peristiwa Ukl, maka dalam menyelesaikan kasus itu turunlah
surat al-Maidah (5): 33











)(33

LINGKUNGAN BERLAKUNYA HUKUM PIDANA ISLAM


Teori lingkungan berlakunya hukum pidana Islam, dalam tinjauan ilmiah
sebenarnya menunjukkan bahwa syariat Islam itu pada dasarnya
bersifat universal atau internasional. Namun dalam prakteknya
keadaanlah yang menjadi sebab syariat bersifat nasional atau bahkan
regional.
Dalam teori fuqaha membagi negara menjadi dua: Darul Islam (negari
Islam) dan Darul harbi (negari bukan Islam). Penduduk negara Islam
terdiri: orang Islam dan orang dzimmi. Sedangkan negari bukan Islam
adalah negara yang dikuasai bukan orang Islam dan hukum Islam tidak
nampak di dalamnya.
Kriteria negari Islam adalah (1) dimana hukum Islam nampak di
dalamnya, (2) penduduknya yang beragama Islam dapat menjalankan
hukum Islam, baik sebagian besar penduduknya beragama Islam, atau
negeri yang dikuasai orang-orang Islam meskipun sebagian
penduduknya tidak beragama Islam, dan atau negeri yang dikuasai
bukan orang Islam tetapi penduduknya yang beragama Islam dapat
menjalankan hukum Islam dan tidak dilarang atau dihalang-halangi..

KEADILAN HUKUM ISLAM


. Hukuman/uqubah sebagai parameter keadilan. Dalam jarimah tazir
parameter itu tidak terlepas dari pandangan masyarakat hukum
tentang keadilan, masyarakat hukum tersebut memiliki kepentingan
(nilai dan keadilan) yang hendak ditegakkan melalui hukum pidana
dan penjatuhan sanksi pidana. Sedangkan dalam jarimah had/hudud
parameter keadilan itu telah ditentukan Allah dalam nash dengan
tujuan menjaga kemuliaan dan eksistensi manusia.
. Keadilan hukum pidana Islam dipersyaratkan bahwa hukuman itu
sesuai kebutuhan yaitu:
1. hukuman dapat mencegah untuk tidak mengulangi perbuatannya.
2. hukuman itu dapat mempengaruhi orang untuk tidak ikut berbuat
3. hukuman sesuai dengan jarimah yang diperbuatnya.
4. ketentuan hukuman itu bersifat umum artinya berlaku untuk
setiap orang. Contoh sabda Nabi yang maksudnya seandai Fatimah
binti Muhammad mencuri niscaya akan aku potong tangannya.
. Setiap orang berkedudukan sama dihadapan hukum, (Azhar Basyir)

-
-







" :



".

JARIMAH PERCOBAAN
Percobaan melakukan jarimah ini tidak dibicarakan fuqaha,
yang dibicarakan adalah jarimah yang sudah selesai dan
jarimah yang belum selesai, karena itu jarimah percobaan
termasuk di dalamnya. Pendirian syariat Islam tentang
percobaan ini ternyata lebih mencakup dibanding pidana
positif, karena jarimah yang belum selesai disebut maksiat
(perbuatan dosa).
Ukuran atau fase pelaksanaan jarimah (niat, persiapan dan
pelaksanaan). Percobaan adalah jarimah yang belum selesai
maka diterapi hukuman percobaan.
Bagaimana pandangan fuqaha mengenai seseorang yang
sudah melakukan jarimah tetapi belum selesai, kemudian
bertaubat?
1. Para fuqaha sepakat mengenai jarimah khirabah yang
belum selesai, taubatnya dapat diterima, dengan alasan





















(34)

DASAR HUKUM MENEGAKKAN KEADILAN

} :

][286 :


} :

{ ][90:


} :


{ ][58 :












} :

{ ]:








[8

2.Sedangkan para fuqaha berbeda pendapat mengenai taubat


selain jarimah khirabah, yaitu:
a. menurut Syafiyyah dan Hanabilah bahwa taubat dapat
menghapus hukuman, karena: berdasarkan surat an-Nisa (4): 16


(16)



- surat al Maidah (5): 39




(39)














dan hadits Nabi:
" : -
"
b. menurut Malikiyyah dan Hanafiyyah bahwa taubat tidak dapat
menghapus hukuman, kecuali jarimah khirabah, karena sudah jelas
nashnya. Karena dilakukan banyak orang, sedang jarimah
selainnya bersifat perorangan.
c, menurut Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim bahwa hukuman itu
dapat
membersihkan
maksiat
dan
taubat
juga
dapat
menghapuskan hukuman hak Allah, kecuali siberbuat menghendaki
hukuman sebagai penyucian, seperti peristiwa Maiz.

TURUT BERBUAT/KERJASAMA JARIMAH


1. Turut berbuat langsung ( ) yaitu perbuatan dalam bentuk
kawan langsung. Pelakunya diberi hukuman pokok seperti siberbuat sendiri.
2. Turut berbuat tidak langsung ( ) yaitu hanya menjadi
sebab adanya jarimah. Pelakunya diberi hukuman tazir, kecuali qisas,
semua diberi hukuman pokok.
. Para fuqaha menyamakan beberapa jarimah baik maupun
antara lain:
a. seperti tiga orang mengarahkan tembakan kepada korban hingga mati.
(A.Hanafi).
Catatan: (1) kerjasama itu jika terjadinya kebetulan disebut tawafuq ,
karena itu masing-masing bertanggung jawab sendiri-sendiri, (2) jika
kerjasama itu direncanakan disebut tamaluk, artinya mereka bertanggung
jawab bersama-sama. Namun dalam hal ini Imam Abu Hanifah
menyamakan keduanya.
b. Seseorang menyuruh anak di bawah umur untuk membunuh korban
hingga mati.
Bandingkan dengan tindak pidana penyertaan dalam KUHP:
- pasal 55 yang memuat baik yang melakukan, menyuruh melakukan,
menghasud dan turut melakukan, dikenai pidana seperti siberbuat sendiri.
- pasal 56 yang memuat baik yang membantu pada waktu kejahatan
dilakukan, memberi kesempatan, ikhtiar, dan memberi keterangan, dikenai
pidana sebagai pembantu.

PERTANGGUNGAN

JAWAB PIDANA

Pertanggungan jawab pidana adalah kebebasan seseorang untuk


berbuat atau tidak berbuat atas sesuatu, sedang ia mengetahui
maksud dan akibat perbuatannya itu. Dasarnya:

[18 :{ ]






Karena itu pertanggungan jawab pidana ditegakkan atas tiga
esensi dasar yaitu pertama, meninggalkan perbuatan yang
diperintahkan atau mengerjakan perbuatan yang dilarang, kedua,
perbuatan itu dikerjakan atas maksud dan kemauan sendiri, dan
ketiga, siberbuat mengetahui akibat dari perbuatannya itu.
Hukum pidana Islam membedakan antara niat dan motif, yaitu:
pada jarimah had (hudud dan qisas-diyat) motif tidak
mempengaruhi, seperti niat membunuh apakah motifnya rendah
atau mulya tetap dipidana had atau qisas. Namun pada jarimah
tazir motif itu berpengaruh, karena hakim mempunyai kebebasan
penuh untuk menentukan hukuman,

Hal-hal yang mempengaruhi pertanggungan jawab


pidana:
1. Karena tidak tahu
2. Karena lupa
3. Karena keliru



{ ][5 :














" :
"
"
" :
"
4. Rela dianiaya
5. karena bunuh diri


{ ][33:





6. Perang tanding.

HAPUSNYA PERTANGGUNGAN JAWAB PIDANA


A. Pertanggungan jawab pidana hapus karena dipengaruhi perbuatan sendiri,
yaitu:
1.Pembelaan yang syah, syarat-syarat adalah:
a. adanya serangan yang melawan hukum.
b. penyerangan itu terjadi seketika/tiba-tiba.
c. tidak ada jalan lain untuk menghindar
d. kekuatan yang dipakai hanya sekedar mempertahankan.
2.Pengajaran dalam hal nahi munkar, syarat-syaratnya:
a. adanya perbuatan munkar
b. kemunkaran itu sedang berlangsung.
c. kemunkaran itu nampak nyata.
d. pencegahannya harus dilakukan seringan mungkin.
3.Pengobatan, syarat-syaratnya:
a. harus benar-benar dokter dan mengobati dengan niat baik
b. dilakukan menurut aturan/prosedur pengobatan yang benar.
c. disetujui oleh yang sakit atau walinya.
4. Olah raga
5. Hilangnya jaminan, yang dimaksud hapusnya jaminan keselamatan, seperti
orang harbi, murtad yang disersi, penzina muhsin, muharib, pemberontak,
terkenan hukuman qisas, dan pencuri
6 Menggunakan wewenang negara.

B. Hapusnya pertanggungan jawab pidana karena keadaan diri pelaku,


yaitu:
1. Karena terpaksa, yaitu
* Paksaan
(al-ikrah atau overmacht
dalam hukum pidana-dipaksa orang
lain)syarat-syaratnya:
a. ancaman itu benar-benar berat bagi yang dipaksa.
b. apa yang dipaksakan itu benar-benar terjadi dan yang dipaksa mempunyai
dugaan kuat terhadap pemaksa.
c. Pemaksa mempunyai kesanggupan
d. yang dipaksakan itu merupakan perbuatan yang dilarang.
Paksaan ada yang bersifat absolut (al-ikrah muljiy) cirinya adalah paksaan itu
menghilangkan kerelaan, merusak pilihan, yang diduga akan menghilangkan
nyawa, dan adanya unsur ancaman. Dan paksaan ini berpengaruh terhadap
perbuatan yang memerlukan kerelaan dan pilihan bersama-sama.
Dan paksaan ada yang bersifat relatif, cirinya paksaan itu menghilangkan
kerelaan, tetapi tidak sampai merusak pilihan, yang menurut kebiasaan diduga
tidak menghilangkan nyawa. Paksaan ini hanya berpengaruh pada perbuatan
yang memerlukan kerelaan saja seperti jual-beli, sewa-menyewa dll.
. Keadaan darurat (dipaksa keadaan)
disamakan dengan paksaan, hanya
bedanya terletak pada sebab timbulnya, syaratnya:
a. keadaan darurat harus memaksa sekali,
b. kedaan darurat benar-benar terjadi
c. tidak ada jalan lain menghindari keadaan darurat
d. dalam menghindari hanya dipakai tindakan seperlunya.

2. Karena mabuk, bukab karena


kesengajaan
3. Karena gila
4. Karena belum dewasa.

HUKUMAN (UQUBAH)
Hukuman itu merupakan sanksi yang dikenakan kepada mujrim (pelaku
kejahatan/jarimah) berdasarkan putusan Hakim.
Tujuan hukuman adalah (1) Pencegahan artinya hukuman itu mampu
mencegah mujrim untuk tidak mengulangi perbuatannya, (2) Pengajaran
artinya hukuman itu mampu mempengaruhi orang lain untuk tidak ikut-ikutan
melakukan jarimah, (3) Pendidikian artinya hukuman itu mempunyai pengaruh
untuk membentuk masyarakat yang baik, saling menghormati dan
menimbulkan cinta kasih sesama.
Hukuman dan tujuan pokok hukuman dalam syariat Islam adalah pencegahan
(ar-rad-u waz-zajru) dan pengajaran serta pendidikan (al-islah wat-tahdzib).
Pencegahan maksudnya menahan siberbuat jarimah agar tidak mengulangi
perbuatannya, dan juga dapat berfungsi mencegah orang lain agar tidak ikutikut berbuat karena mengetahui akibatnya. Sehingga hukuman itu mempunyai
manfaat ganda yaitu mentaubatkan siberbuat dan menakut-nakuti orang lain
yang mau berbuat. Karena itu terdapat bermacam-macam hukuman dan
pelaksanaannya yaitu hukuman had, hukuman qisas-diyat, kifarah dan
hukuman tazir, hukuman pengulangan jarimah dan gabungan hukuman.

Penegakaan hukuman had (hudud dan qisas) bertujuan


untuk melindungi eksistensi manusia yang paling asasi
(yaitu: hifdzu ad-din, hifdzu an-nafs, hifdzu al-mal, hifdzu
an-nasl, dan hifdzu al-aql) dan menjaga akhlak manusia
dalam rangka pelestarian martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan yang paling baik. Sedangkan penegakaan
hukuman tazir bertujuan untuk melindungi kemaslahatan
umum.
Realisasi perlindungan hukum yang berkaitan dengan (1)
Hifdzu ad-din ditegakkan dengan adanya hukuman
riddah/murtad, (2) hifdzu an-nafs ditegakkan dengan
adanya hukuman qisas, (3) hifdzu al-mal ditegakkan
dengan adanya hukuman pencurian dan perampokan, (4)
hifdzu an-nasl ditegakkan dengan adanya hukuman zina
dan qadzaf, dan (5) hifdzu al-aql ditegakkan dengan
adanya
hukuman
minuman
khomer.
Sedangkan
perlindungan
terhadap
kemaslahatan
umum
ini
ditegakkannya hukum dari hasil pemikiran dan ijtihad
manusia yang sering disebut al-qonun al- wadhi.

STELSEL/PEMBAGIAN HUKUMAN
Stelsel hukuman atau sanksi dalam hukum pidana Islam terdiri
dari:
1. Hukuman pokok/ ,
2. Hukuman pengganti / ,
3. Hukuman tambahan / , dan
4. Hukuman pelengkap / .
Salah satu contoh adalah hukuman qadzaf yakni dikenai
hukuman cambuk 80 kali sebagai hukuman pokok, tidak
diterima kesaksiannya untuk selamanya sebagai hukuman
tambahan, dan dinyatakan/diumumkan sebagai orang fasik
sebagai hukuman pelengkap.
Hukuman dilihat dari sudut kekuasaan hakim adalah (1)
hukuman yang hanya mempunyai satu batas/macam yakni
pada jarimah hudud dan qisas, seperti hukuman pencuri yaitu
potong tangan, (2) hukuman yang mempunyai batas terendah
dan batas tertinggi, dan hakim mempunyai kebebasan
memilih, yakni pada jarimah tazir seperti hukuman penjara.

JARIMAH HUDUD

1.ZINA
Ulama Hanafiyah merumuskan jarimah zina adalah memasukkan kemaluan laki-laki yang
mukallaf ke dalam kemaluan perempuan di luar perkawinan yang sah.. Bukan karena
syubhat.
Unsur-unsur perzinaan adalah:
a. unsur khusus: (1) dilakukan di luar perkawinan yang sah, (2) perbuatan dilakukan atas
kehendak bersama, dan (3) dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan .(4)sembunyisembunyi.
b. unsur-unsur umum: (1) unsur formil/ruknusy-syarI, (2) unsur materiil /ruknul maddi,
dan (3) unsur moril/ruknul adabi. C. tidak ada syyubhat.
Dasar hukum:





{







" } :"32 :





}


























)({ (2




















( ] [25 :
























} :










: " : .
"(3) .

Macam-macam jarimah zina


a. zina ghairu muhson yaitu zina yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan
atu perempuan yang belum menikah.
b. zina muhson yaitu zina yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan atu
perempuan yang sudah menikah dan sudah dukhul.
.Pembuktian jarimah zina
a. dengan iqrar/pengakuan
menurut ulama Hanafiyah: pengakuan itu harus dilakukan 4 kali secara
berulang-ulang di depan majlis hakim dalam waktu sidang yang terpisah.
sedang menurut ulama Malikiyah dan Syafiiyah: pengakuan itu cukup sekali
saja dengan syarat (1) pengakuan harus dilakukan dengan terang, (2) dan
tidak menunjukkan adanya kedustaan
b. dengan empat orang saksi laki-laki (an-Nisa: 15 dan an-Nur: 4).
caranya: (1) para saksi datang/didatangkan di hadapan hakim, dan (2) para
saksi dapat dan harus menerangkan cara melakukannya, di mana dan kapan
melakukannya, dan bagaimana keadaan pelaku pada waktu itu.
.Hukuman jarimah zina
a. didera/dicambuk 100 kali dan pengasingan 1 tahun, bagi penzina ghairu
muhson. (jika dilihat dari stelsel hukuman maka hukuman cambuk sebagai
hukuman pokok dan hukuman pengasingan sebagai hukuman tambahan)
b. dirajam/dilempari batu sampai mati bagi penzina muhson

Eksekusi pelaku jarimah zina pada masa Nabi dan khalifah


Pelaksanaannya disaksikan oleh orang banyak atas izin
Kepala Negara hingga sekarang)
a. Penzina ghairu muhson dicambuk 100 kali dengan
tongkat keras tapi lentur (semacam penjalin) dengan
ayunan yang tidak berlebihan ke seluruh badan selain
bagian yang berbahaya atau lemah .. Sebagai
imbangan
dari
kenikmatan
yang
diperolehnya.
dan pengasingan 1 tahun (taghrib)
catatan:
Menurut ulama Hanafiyah bahwa pengasingan bukan
sebagai hukuman had, melainkan hukuman tazir bila
dipandang perlu.
Menurut Imam Malik bahwa pengasingan itu sebagai
hukuman had, karena itu harus dijatuhkan
..
Dipenjarakan.
Menurut Imam SyafiI bahwa pengasingan itu sebagai
hukuman had .. Pelaksanaannya cukup diawasi, tidak

BEBERAPA PENDAPAT TENTANG JARIMAH ZINA


a. Imam SyafiI berpendapat bahwa orang yang melakukan liwath (homo sex)
dihukum bunuh baik penzina muhson maupun ghoiru muhson, alasannya
berdasarkan firman Allah:



{








[ } 81 : ]dan hadits riwayat Abi



Daud, at- Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Baihaqy dari Ibnu Abbas:
" : - -

Adapun orang orang yang bersetubuh dengan binatang menurut Imam SyafiI
disamakan dengan berzina, tetapi menurut Imam Ahmad hanya dihukum tazir saja.
b. Hazairin berpendapat bahwa mengenai hukuman cambuk 100 kali bagi penzina
tidak dapat diartikan rajam sampai mati, alasannya:
" [ 3 : " ]
berdasarkan keumuman ayat di atas, maka hukuman rajam tidak ada yang ada
adalah hukuman cambuk 100 kali baik penzina muhson atau ghoiru muhson.
c. Pendapat Anwar Harjono dalam buku: Hukum Islam, Keadilan dan menyatakan
bahwa putusan Rasulullah saw atas penzina muhson dengan hukuman rajam, atas
dasar dugaan yang kuat dari surat an-Nur: 2 boleh jadi belum turun sesuai hadits
Muslim dari Abi Ishak as-syabani, ia berkata: saya telah bertanya kepada Abdillah
ibn Abi Auf, adakah Rasulullah saw pernah merajam setelah turunnya surat an-Nur: 2
? Abdillah ibn Abi Auf menjawab: saya tidak tahu.
Jadi menurutnya bahwa surat an-Nur: 2 ternyata tidak ada penjelasan mengenai
hukuman rajam, hanya disebut hukuman dera/cambuk, dan tidak ada penjelasan
apakah muhson atau ghoiru muhson. Dan lagi surat an-Nur di atas qathI dalalah,
sedang hadits tentang rajam itu dhonni kedudukannya, karena hadits ahad.

2. QODZAF
Dadzaf menurut bahasa artinya melempar, sedang menurut istilah
adalah menuduh (melemparkan tuduhan) orang baik-baik berbuat zina
di muka umum secara terang-terangan. Orangnya disebut qadzif.
Dasar Hukum surat an-Nur: 4 - 10:

)(5



) (4





















) (6
















) (7













) (8
















) (9

)(10








Ayat 4 dan 5 menjelaskan qadzaf/tuduhan kepada seseorang yang
sifatnya umum, sedang ayat 6 -10 menjelaskan qadzaf terhadap isteri
atau suami, yang sifatnya khusus disebut sumpah lian.

Unsur qadzaf adalah disamping terpenuhinya unsur umum, juga harus


terpenuhi unsur khusus yaitu (1) tuduhan itu ditujukan kepada orang baikbaik, (2) tuduhan itu dilakukan didepan umum, (3) dengan kata-kata yang
mengandung fitnah. .asasnya adalah praduga bersalah karena itu qadzif
harus membuktikan tuduhannya.
Qadzif akan dihukum, apabila tuduhannya tidak terbukti (palsu) yakni
dengan hukuman (1) dicambuk 80 kali (hukuman pokok), (2) tidak diterima
kesaksiannya
selamanya
(hukuman
tambahan),
dan
(3)
dinyatakan/diumumkan sebagai orang fasik (hukuman pelengkap). Adapun
tuduhan yang dilakukan anak mumayyiz tidak dikenai hukuman had, tetapi
tazir.
Hukuman qadzaf akan gugur apabila (1) tuduhannya benar/terbukti, atau
(2) sitertuduh telah mengakui, atau (3) sitertuduh memaafkan penuduh.
Pembuktian qadzaf adalah (1) dengan kesaksian 4 orang saksi, dan atau
(2) dengan adanya pengakuan (iqrar). Adapun proses pembuktiannya seperti
pembuktian jarimah zina, termasuk metode eksekusinya.
Penuduhan zina antara suami isteri akan dibebaskan dari hukuman had
apabila masing-masing melakukan sumpah lian. Caranya (1) baik suami
atau isteri bersumpah 4 kali atas nama Allah sebagai kesaksiannya, (2) yang
kelima bagi suami: menyatakan ia bersedia menerima laknat dari Allah jika ia
berdusta, (3) yang kelima bagi isteri: ia menyatakan bersedia menerima
murka dari Allah jika suaminya benar.akibatnya menurut Jumhur:
perkawinanya putus untuk selamanya.

SARIQAH/PENCURIAN
Arti sirqah menurut bahasa adalah mengambil sesuatu yang
bersifat benda tanpa seizin pemiliknya. Sedangkan menurut
istilah adalah (1) rumusan Ibnu Rusyd: Pencurian adalah
mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi tanpa
dipercayakan kepadanya. (2) menurut rumusan Syarbini Khatib:
Pencurian adalah mengambil harta sembunyi-sembunyi secara
kejahatan, kadarnya seperempat dinar, dilakukan oleh orang
mukallaf dari tempat simpanan.
Dasar hukumnya:





{

















[38 :]




} :

Syarat hukuman potong tangan bagi pencuri: (1) pencuri telah


baligh, berakal dan ikhtiar, (2) mengambil harta orang dan tidak
ada syubhat baginya, (3) mengambil ditempat simpanan yang
semestinya, (4) harta yang dicuri memenuhi nisab (1/4 dinar),
(5) pencurian terjadi karena tidak pengaruh daya paksa.

Unsur-unsur pencurian adalah (1) terpenuhinya unsur umum, dan (2)


terpenuhinya unsur khusus yaitu (a) dilakukan dengan sembunyisembunyi, (b) harta yang dicuri minimal dinar, dan (3) harta tersebut
disimpan di tempat yang semestinya, dan (4) tidak ada syubhat.
Ukuran dinar ini besarannya ada 3 pendapat (1) menurut Aisyah sama
dengan 3 dirham, (2) menurut ibnu Masud sama dengan 5 dirham, (3)
menurut Sofyan as-Tsauri sama dengan 10 dirham. 1 dirham = 9,36
gram emas atau 53,76 gram perak.
Menurut ulama Hanafi pencurian itu ada 2 kategori yaitu (1) sirqah
sughro yaitu mencuri harta perorangan, (2) sirqah kubro yaitu mencuri
harta milik umum.
Eksekusi hukuman potong tangan
1. Para ulama sepakat bahwa hukuman pada pencuri pertama potong
tangan pergelangan sebelah kanan, lalu diobati sampai sembuh.
2. Pencurian berulang kali, (a) menurut Jumhur ulama: pertama potong
tangan kanan, kedua potong kaki kiri, ketiga potong tangan kiri, dan
keempat potong kaki kanan, jika masih mencuri, maka ditazir
(dikurung), (b) menurut Imam Hanafi: yang dipotong tangan adalah
pencurian pertama dan kedua, sedang pencurian ketiga dan seterusnya
tidak dipotong tetapi dikurung sampai taubat.

4. SYURBAH/ASYRIBAH/MINUMAN YANG MEMABUKKAN

Kata asyribah bentuk jamak dari syirbun yang berarti


minuman yang dimaksud adalah anggur. Perbuatan ini
termasuk dosa besar karena dapat merusak akal. Imam
Bukhari memberi nama syirbul khomri (peminum anggur,
sedangkan Abu Daud memberi nama had fi al-khomri
(hukuman had pada peminum anggur.
Dasar hukumnya:




} :





{ ] [43 :
















} :









{ ] [219 :











] [90 :
























:












:












.










=




(





















)}





:


Faktor penyebab minum khomer adalah keinginan


seseorang untuk melupakan penderitaan jiwanya dari
kenyataan
yang
hadapi untuk menuju
kepada
kebahagiaan khayali yang ditimbulkan hilangnya akal
karena pengaruh khomer tsb.
Umar ibn Khattab menyatakan pengharaman khomer itu
ada lima (1) terbuat dari anggur, (2) terbuat dari buah
tamar, (3) terbuat dari madu, (4) terbuat dari gandum,
(5) disamakan khomer apa saja menutup akal












. Nama-nama minuman yang merusak akal yang terkenal
pada pertengahan Islam adalah: (1) bitha terbuat dari
madu, (2) al-jiah terbuat dari tapr gandum, (3) almudzur terbuat dari tape jagung, (4) al-Fadich terbuat
dari tamar muda tanpa kena api, dan (5) khalitain
terbuat dari tamar muda dan tamar masak.
. Ibnu Taimiyah pernah menjawab masalah hasyiyah
(ganja) bahwa ia termasuk pengertian hakekat khomer.

Hukuman jarimah Asyribah


1. Nabi saw, Abu Bakar menghukum 40 kali dera,
2. Umar setelah menjadi khalifah menghukum 80 kali dera setelah
bermusyawarah dengan para sahabat, dan Ali menyarankan agar peminum
khomer dihukum 80 kali dera dengan alasan apabila peminum mabuk dan
mengigau lalu memfitnah/dusta.hal ini diqiyaskan hukuman qadzaf/pembuat
fitnah. Pendapat ini didukung oleh ulama Hanafiyah dan Malikiyah, tetapi
SyafiI, Abu Tsur, dan Daud berpendirian bahwa hukuman Asyribah 40 kali
dera, lalu SyafiI berkata jika hukuman lebih 40 kali dera dan terjadi kematian
maka diyahnya dibebankan kepada aqilah Imam/negara.
Pelaksanaan hukuman Asyribah, menurut Imam an-Nawawi dilakukan
dengan cambuk yang dicambukkan ke seluruh tubuh kecuali bagian yang
berbahaya. Waktu mencambuk terhukum tidak diikat dan tidak di buka
pakaiannya.
Permasalahan yang timbul: Bagaimana kalau peminum khomer itu berulangulang sampai 4 kali atau lebih? Jawabnya menurut hadits Ahmad dihukum
bunuh, tetapi menurut at-Tirmidzi ketentuan hukuman itu terjadi pada
permulaan peristiwa lalu di nasakh.


















)


(


5. HIROBAH/
menurut bahasa artinya Hirobah bentuk isim masdar, fiilnya
memerangi, menyerang, dan menyambar harta (merampok, menyamun,
adalah kejahatan dan menjambret), sedangkan menurut istilah
merampas harta di jalan umum, juga disebut
yaitu memotong jalan atau menyamun.
Dasar hukumnya surat al-Maidah: 34



) (33














)(34








hadits Nabi:


:


) (3
" :
" : .

) (4 .




) (5


. . " :

Beberapa catatan yang berhubungan dengan ayat dan hadits


di atas:
Al-Maraghi
mengatakan bahwa pembuat (muharib) banyak
jenisnya antara lain:
pembunuhan, perampasan, merusak
kehormatan , merusak lingkungan hidup dan lain-lain.
Pencelaan mata dalam hadits itu sebagai qisas atas perbuatan
mereka yang mencelak mata penggembala Nabi dengan besi
panas, (penggembala Nabi itu bernama Bissar,
Sejak peristiwa terdengar Nabi, maka beliau memerintahkan 20
orang pemuda Anshar untuk mengejarnya, perugas pencari
jejaknya bernama Kurz bin Jabir.
Menurut Abu Daud: hadits/peristiwa itu terjadi sebelum surat alMaidah ayat 34 itu turun.
Kaitan dengan peristiwa itu Ibnu Katsir mengatakan bahwa para
ulama telah menduga bahwa Allah menegur Rasulullah saw


dengan diturunkannya surat at-Taubah: 43 . {




[ } 43:]
. Muh.Abduh dalam tafsirnya menjelaskan bahwa istilah
disebut dalam empat macam tampat dan bentuk: (1) terhadap
orang yang memakan harta riba karena ia memerangi Allah dan
Rasul-Nya dengan makan harta orang lain secara bathil, (2)

Hukuman jarimah hirobah, ada 2 pandangan:


1. Memahami kata menunjuk kepada maka hukuman dapat
diperinci sbb.: (a) muharib dipidana mati dan disalib apabila
melakukan pembunuhan dan perampasan harta korban, (b) dijatuhi
hukuman mati debagai qisas apabila membunuh korban tanpa
merampas hartan ya, (c) dipitong tangan dan kaki secara bersilang
apabila merampas harta korban dan tidak membunuhnya, dan (d)
diasingkan dari pergaulan masyarakat apabila hanya menakutnakutinya saja.
2. Ada yang Memahami kata menunjuk kepada berarti macammacam hukuman hirobah yang disebut al-Quran merupakan alternatif
bagi hakim untuk memilih hukuman sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pendapat SyafiI mengenai orang yang bertaubat sebelum tertangkap
(merupan istisna) hanya berlaku bagi hukuman yang berhubungan
dengan hak Allah dan tidak berlaku bagi hukuman yang berhubungan
dengan hak adami, seperti Muharib yang hanya melukai saja
kemudian taubat sebelum tertangkap , maka ia (1) bebas dari
hukuman hak Allah yaitu tidak dipotong tangan dan tidak dibunuh, (2)
tetapi dikenakan qisas diyat karena telah melukai hak adami, dan (3)
sedang hukuman hak adami diserahkan kepada yang bersangkutan
atau walinya atau mereka menuntut atau memaafkan.

RIDDAH/MURTAD
Pengertian riddah menurut bahasa adalah kembali dari sesuatu kepada yang
lain, sedangkan menurut istilah adalah keluar dari agama Islam untuk
beragama lain atau tidak beragama sama sekali.
Imam an-Nawawi merumuskan bahwa riddah adalah keluar dari Islam
karena niat, atau perkataan yang mengkafirkan atau perbuatan seperti
perbuatan memperolok-olok atau melawan yang diyakini.
Dalam hal ini ar-Rahman menyatakan perkataan mengkafirkan itu
bermacam-macam: (1) sesuatu yang melekat pada Allah seperti mensifati
Allah dengan sifat yang tak layak, memperolok-olok nama Allah,
mengingkari sifat-sifat Allah, dan ,menyekutukan Allah, (2) sesuatu yang
melekat pada nabi seperti mengingkari wahyu yang diturunkan kepada
Nabi, (3) sesuatu yang berhubungan al-Quran seperti mengingkari alQuran atau melecehkannya, dan (4) melecehkan ilmu yang berhubungan
dengan sifat-sifat Allah.
Karena itu dapat disimpukan bahwa terjadinya riddah/murtad karena salah
satu dari 4 hal di atas atau swluruhnya, misalnya (1) dengan perkataan
mengkafirkan aeperti mencela Allah dan Rasul-Nya, (2) dengan perkataan
mengkafirkan seperti menyembah berhala dll, (3) dengan kekeliruan
(perubahan) keyakinan/pandangan seperti mempercayai bahwa alam ini
kekal, memercayai bahwa haram itu halal, dll
Riddah/murtad ditinjau dari sudut jarimah ada 2 macam (1) riddah yang
tidak mengadakan permusuhan dengan Islam, (2) riddah yang memusuhi
Islam.

Dasar hukum jarimah riddah






. (217):











) (86


( (87
























)(89



) (88








]








] . [ 106 :













.



















54 :



{ ] :


















. [85
.
:"
:
" ). (1

Hukuman jarimah riddah: (1) ada yang berpendapat masuk hukuman hudud,
(2) ada yang tidak, karena hukuman murtad baru diterima besuk di akherat.
Menurut Ibnu Rusyd: para ulama sepakat jarimah riddah dihukum bunuh
alasannya
. Sedangkan menurut Ibrahim Halabi :
sorang Islam murtad, maka dibukalah subhatnya (apa sebabnya), apabila ia
bermudah-mudah maka ia dikurung 3 hari, kalau tidak mau taubat maka
dibunuh dan taubat tersebut tidak diterima setelah dilakukan 3 hari.
Ancaman hukuman mati terhadap orang murtad menimbulkan tafsiran baru
yang berkecenderungan untuk memasukkannya ke dalam jarimah politik
bukan karena semata-mata berbalik agama atau meninggalkan agama.
Hadits nabi yang menyatakan bahwa orang muslim halal darahnya karena
meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari jamaah tsb dipahamkan
bahwa si murtad kecuali keluar dari agama Islam juga bergabung dengan
barisan musuh Islam adalah dinyatakan Nabi pada saat Islam dalam suasana
peperangan dengan kaum kafir.
Karena itu pada masa damai orang keluar dari agama Islam hanya
diusahakan dengan sekuat tenaga agar mau kembali beragama Islam, tanpa
hukuman dan tidak dijatuhi hukuman mati .. Pendapat ini beralasan surat
al-Baqarah: 256 :
pendapat ini didukung oleh: (1) Maulvi

Muh Ali Dalam bukunya The Religion of Islam, (2) Mahmud Saltout: Al
Islam Aqidah wa Syariah, (3) Abdul Aziz Jawisy: Al-Islam Dienul Fitrah wal
Hurriyah, (4) M. Salam Madzkur: Al-Madkhal fil Fiqhil Islam. Dll.

7. BAGHYU/BUGHAH/PEMBERONTAKAN
Bughah artinya perlawanan oleh sekelompok kaum muslimin terhadap
khalifah yang sah, atas dasar perbedaan faham mengenai siapa yang
seharusnya menjadi khalifah.
Pemberontakan adalah pembangkangan yang dilancarkan oleh
sekelompok kaum muslimin terhadap penguasa yang sah, karena
menyangkut suatu masalah politik pemerintahan, sehingga berakibat
mereka memisahkan diri dari kesatuan.
Para ulama sepakat bahwa jarimah bughah yang dilakukan oleh
sebagian kaum muslimin harus ditumpas .. Karena memerangi
mereka hukumnya wajib. Sedangkan hukumannya adalah hukuman
mati, karena tindakan terhadap mereka itu dapat dipandang sebagai
hukuman walaupun bukan merupakan hukuman yang biasa. Tetapi
terhadap tawanan tidak boleh dibunuh dan yang mengalami luka
harus di rawat sebaik-baiknya.
Dasar hukumnya adalah surat al-hujurat: 9:













(9)



























} :







{














" :- -

Kebolehan melakukan pembunuhan kepada pemberontak dengan jalan
diperangi atau ditumpas, semata-mata untuk memelihara persatuan dan
kesatuan dan untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi.
Syarat-syarat pemberontakan yang diancam hukuman mati/diperangai
adalah: (1) merupakan kelompok yang mempunyai kekuatan senjata cukup,
(2) benar-benar telah keluar dari kekuasaan Imam yang sah, dan (3)
mempunyai tawil yang terkenal atau mempunyai tafsiran yang dapat
mereka jadikan alasan untuk keluar dari kekuasaan Imam Perbedaan
pendapat/kekeliruan maupun kesalah-pahaman dengan penguasa dalam hal
politik disebut delik politik.
Ditinjau dari segi hukum, perlawanan terhadap Imam yang sah ada 2 hal:
(1) perlawanan yang dilakukan dalam bentuk perorangan, seperti menghina
presiden, (2) secara beramai-ramai yaitu suatu perlawanan yang
terorganisir, hal ini dapat dengan cara (a) memisahkan diri dari kekuasaan
Imam, (b) menentang keputusan Imam atau menentang perintahnya
dengan jalan kekerasan senjata.

B. JARIMAH QISAS-DIYAT
Qisas
menurut
bahasa
artinya
memotong
atau
membalas
yang
sepadan/setimpal maksudnya mengikuti perbuatan penjahat sebagai balasan
atas perbuatannya. Adapun menurut istilah, Qisas adalah akibat sama yang
dikenakan kepada orang yang menghilaqngkan nyawa (membunuh) atau
anggota badan atau menghilangkan kegunaannya atau melukai orang lain
seperti yang mereka perbuat.

:
. (1) :
) (2 ) (3 ) (4
/ ) (5 / .
(Jika disimpulkan ada 2 qisas yaitu qisas jiwa dan qisas pelukaan
Sumber Hukum surat al-Baqarah:178-179 dan surat al-Maidah:
45.






)(178






















)(179












){ (45







" : " "


- - - :
." " : "
Hukuman qisas dijatuhkan untuk jarimah pembunuhan sengaja dan
penganiayaan sengaja. Dan hukuman qisas itu merupakan hukuman yang
terbaik, karena hukuman tersebut mencerminkan keadilan, manakala
pelaku jarimah diberi balasan sesuai dengan perbuatannya.
Adapun jarimah qisas yang akan diuraikan sbb: (1)
Qisas jiwa, (2)
Pemaafan, (3) Diyat, dan (4) Qisas pelukaan.
1. Qisas Jiwa: (1) ( 3) ( 2)
(1) unsur-unsurnya yaitu (a) unsur umum, (b) unsur khususnya
adalah Perbuatan itu dikehendaki/dimaksud--- akibat dari perbuatan itu
dikehendaki oleh pelaku --- dengan mempergunakan alat yang biasanya
untuk membunuh. Maka pelaku memenuhi unsur ini dijatuhi hukuman
qisas.
dalam hal qisas ini, apakah taubat pembunuh dapat diterima Allah?
Bagaimana jika dihubungkan dengan surat an-Nisa: 93





.[93 : { ]















Ulama Syafiiyah berpendapat bahwa taubat karena membunuh adalah







sah, dengan alasan:













(surat an-Nisa: 48),.Sedang para ulama sepakat bahwa pembunuh dijatuhi
hukuman qisas kecuali dimaafkan.

Pelaksanaan qisas: (1) menurut Imam Syafii dan Imam Malik bahwa
pembunuh dijatuhi hukuman qisas sesuai pada waktu ia melakukan
pembunuhan, seperti membunuh dengan batu maka diqisas dengan batu,
(2) menurut Imam Hanafi bahwa pelaksanaan qisas itu dengan pedang.
Perbedaan antara pembunuhan sengaja dengan pembunuhan serupa
sengaja dan pembunuhan silaf adalah
1, Jika unsur (1) perbuatan itu dikehendaki/dimaksud, (2) akibat dari
perbuatan itu dikehendaki oleh pelaku, dan (3) dengan mempergunakan
alat yang biasanya untuk membunuh ketiganya terpenuhi .
Disebut pembunuhan sengaja.
2. Jika unsur (1) dan (2) --- terpenuhi dan unsur (3) tidak
terpenuhi . Disebut pembunuhan serupa sengaja. Dasarnya adalah
sunnah Nabi dari Ibnu Umar: terbunuh secara sengaja yang keliru, diyatnya
100 ekor unta, di antaranya 40 ekor bunting.
3. Jika unsur (1) dan (2) --- tidak terpenuhi dan unsur (3)
meskipun terpenuhi . Disebut pembunuhan silaf/
Seperti seorang pemburu menembak sesuatu yang disangka rusa ternyata
manusia. Karena seorang tersebut keliru dalam perbuatan (obyektif) dan
keliru dalam sangkaan (subyektif).
Pendirian M. Abduh sama atau ada persamaan dengan apa yang disebut
kesengajaan bersyarat seperti seorang melepaskan pistol untuk menakutnakuti dan tidak bermaksud membunuh, tetapi mengenai dan mati, maka
disebut

2. PEMAAFAN
Qisas itu merupakan hak Allah dan hak adami, namun hak adami lebih
didahulukan atau lebih besar, dasarnya surat al-Baqarah: 178

























.





Ibnu Abbas mengatakan: maaf yang dimaksud adalah menerima diyat,
sedang M.Abduh mengatakan bahwa maaf itu datangnya dari wali (orang
yang berhak menuntut qisas).
sesuai dengan pandangan Ibnu Abbas, maka Asy-Syafii berpendirian
bahwa apabila seorang telah terbunuh maka wali terbunuh melakukan
pilihan: (1) menuntut qisas, atau (2) menerima diyat dengan memberi
maaf, atau (3) memaafkannya tanpa diyat. .. Maka pelaku dikenai
hukuman tazir yang ditetapkan oleh penguasa/hakim. Dasar dari
kekuasaan wali adalah surat al-Isra: 33










Imam Malik mengatakan kekuasaan wali dalam hal ini adalah terbatas
pada masalah menjalankan qisas saja. Dan yang berhak memaafkan
adalah wali, sedang mengenai pembunuhan yang direncanakan lebih dulu
tidak disyaratkan adanya izin dari wali, tetapi harus diqisas.

3. Diyat
menurut an-Nawawi bahwa diyat karena maaf tanpa kerelaan pembunuh,
sedang menurut Malik dan Hanafi bahwa wali terbunuh tidak dapat
memaafkan untuk menerima diyat tanpa persetujuan pembunuh.
Menurut Imam Syafii, yang didukung Imam Malik diyat ada 2 yaitu:
a. diyat berat / :
diyat 100 ekor unta dengan perincian:
- 30 unta hiqqah (umur 3 th),
- 30 unta jazaah (umur 4 th),
- 40 unta khalifah (umur 7 th dan bunting)
b. diyat ringan / : diyatnya 100 unta
- 20 unta betina (umur 1 th),
- 20 unta jantan (umur 2 th),
- 20 unta betina (umur 2 th)
- 20 unta betina (umur 3 th)
- 20 unta betina (umur 4 th)
Adapun jika dimaafkan dijatuhi diyat berat.
Penggantian diyat unta ini menurut Abu Daud: diyat 100 ekor unta dapat
diganti dengan 200 lembu atau 1000 ekor kambing, sedangkan menurut
Imam Syafii: disamping itu 100 ekor unta juga dapat diganti dengan 1000
dinar atau 12000 dirham.

4. Hukuman tambahan
Para ulama sepakat wajib kafarat ini dibebankan kepada dan
sebagai hukuman tambahan, antara lain:
a. Pencabutan hak mewarisi: , hal ini ada 2 pendapat (1) Malik dan
Ahmad: ditetapkan kepada (2), Hanafi dan Syafii : ditetapkan
kepada semua macam pembunuhan.
b. Pencabutan wasiat: (1) : ulama sepakat pada jarimah
tidak berakibat gugurnya hak menerima wasiat, (2) pada jarimah
dan , Hanafi menyatakan gugur menerima wasiat
kecuali ada izin wali, sedang Abu Yusuf mengatakan tetap gugur, (3)
mengenai jarimah , Ulama Syafiiyah mengatakan tidak gugur
menerima wasiat tanpa tergantung kepada ahli waris, dan (4) mengenai
jarimah , Ulama Malikiyyah memerincinya (a) jika korban tahu dan
ia membuat wasiat setelah terjadi maka wasiat itu sah, dan (b) jika korban
tidak tahu maka wasiat itu tidak sah, dan (c) ulama sepakat pada

dan bahwa membayar kafarat itu pertanda telah


bertaubat, dasarnya surat an-Nisa: 92:

(92)

























Kafaratnya: (1) membebaskan seorang hamba mukmin, (2) atau harganya
dishadaqahkan kepada fakir miskin, (3) atau berpuasa 2 bulan berturut-turut.

Jarimah kifarat adalah perbuatan melanggar hukum


(maksiat) dihukum wajib bayar kafarat. Adapun arti kifarat
adalah tertutup atau terselubung yakni hati seseorang
sedang tertutup sehingga meniadakan Allah atau
menentang Allah.
Kifarat ada dua maksud yaitu:
1. Kifarat wajib terhadap perbuatan bukan maksiat, seperti
(a) wajib memberi makan sebagai ganti puasa bagi orang
yang tidak kuat berpuasa, maka disebut fidyah.
(b) Wajib bayar kifarat karena merusak kehormatan bulan
ramadhan, seperti bersetubuh dengan isteri pada saat
menjalankan puasa.
(c) Wajib bayar kifarat karena merusak kehormatan ihrom
haji, seperti bersetubuh dengan isteri, menghias diri,
berburu, bertengkar, berlaku fasiq, dan lain-lain.
2. Kifarat wajib terhadap perbuatan maksiat, seperti wajib
kifarat karena membunuh, karena melanggar sumpah, dan
lain-lain.

C. JARIMAH TAZIR
1. Jarimah tazir yang disebut dalam nash.
2. Jarimah Tazir yang tidak disebut dalam nash, sperti pelanggaran lalu
lintas
Di bawah ini akan disebutkan beberapa jarimah tazir dalam nash , al:
1. al-Maisir, al-anshab, dan al-azlam
2. al-ihtikar (penimbunan)
3. al-khiyanah: khiyanat terhadap janji, negara, bangsa, kesanggupan,
akad/kontrak, amanat, tidak melaksanakan tugas yang menjadi
kewajibannya. Dll.
4. Risywah (suap)
5. fitnah
6. asy-syahadah az-zur (kesaksian palsu)
7. al-yamin al-ghomus (sumpah palsu)
8. al-ghosob (menempati/memanfaatkan hak milik orang lain)
9. at-talbis (menyembunyi yang hak dengan yang batil)
10. at-taisy (menipu)
11. al-bukhus (mengurangi hak orang lain), ambil sebagian disebut alghulul, mengurang takaran/timbangan (al-bakhsu al-kail wal mizan)
12. memakan harta anak yatim
13. memakan harta wakaf

Hukuman jarimah tazir (alternatif)


0. hukuman qisas
1. hukuman mati
2. hukuman salib
3. hukuman potong tangan
4. hukuman dera/cambuk
5. hukuman diyat
6. hukuman denda
7. hukuman penjara/pengasingan
8. hukuman peringatan
9. hukuman teguran

Anda mungkin juga menyukai