Sumber Hukum
hukum kebiasaan, hukum Islam dan hukum adat.1 Hukum tertulis terdiri dari
peraturan). Hukum kebiasaan terdiri dari hukum kebiasaan Inggris dan peraturan
mengikat pada pengadilan tinggi dan juga tingkat pengadilan di bawahnya dan
disepakati ahli fiqh klasik atau modern, dan dalam adat.3 Dalam konteks Malaysia
yang memiliki keragaman ras, hukum Islam hanya berlaku pada kaum muslim
warisan.
1
Sudirman Tebba, Perkembangan Hukum Islam di Asia Tenggara : Studi Kasus Hukum
Keluarga dan Pengkodifikasiannya, (Bandung : Mizan, 1993), hlm.100-101
2
Sudirman Tebba, Perkembangan Hukum Islam di Asia Tenggara, hlm.,..........,102
3
Dedi Supriadi, Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Islam, (Bandung : Pustka al-
Fikriis, 2009), hlm.128
distribusi harta pusaka orang Islam di Malaysia sebenarnya dibuat berlandaskan
kepada hukum Islam, yaitu Hukum Faraid walaupun undang-undang utama yang
law) dalam hal ini hanya bersifat administratif atau prosedural dalam hal distribusi
terdapat dalam Akta Pusaka Kecil 1955 (Akta 98) bagian 12 (7) bahwa pembagian
Islam, termasuk Hukum Faraid atau perkara lain, seperti penentuan nasab, adopsi
4
Mohd Shahril Ahmad Razimi, concept of Islamic law (faraid) in malaysia: Issues and
Challenges, research Journal of Applied Sciences, medwell journals, 2016. Hlm. 1462. Lihat pula
Najibah M. Zin, ‘The Training, Appointment and Supervision of Islamic Judges in Malaysia’,
Pacific Rim Law and Policy Journal, 21:(1) 2012, hlm. 116. Sedangkan undang-undang terkait
kewarisan Islam belum ada satu Negara bagian yang membuat undang-undang, sehingga perkara
kewarisan masih menggunakan fiqh dalam memutuskannya. Karena hukum federal mengatur hak-
hak kebendaan, maka pengadilan syariah dan pengadilan sipil harus bekerjasama dalam perkara-
perkara kewarisan Islam. Seperti, jika harta berjumlah tidak lebih dari 2 juta ringgit maka
pengadilan syariah menentukan bagian masing-masing ahli waris dan dilaksanakan oleh
pengadilan sipil.
harta pusaka tersebut dapat merujuk kepada pihak berkuasa agama di negeri
“Jika persoalan itu berkaitan dengan hukum Islam atau adat Melayu atau
hukum pribumi atau adat Sabah atau Sarawak, untuk mendapat keputusannya
perkara itu merujuk kepada pihak negeri yang berkuasa (Ruler of the state) di
mana daerahnya terletak atau di mana orang lain atau kumpulan orang
sebagaimana yang diarahkan oleh pihak penguasa.5
dalam pentadbiran harta pusaka orang Islam, terdapat dua buah undang-
undang induk yang menetapkan cara-cara dan peraturan pentadbiran harta pusaka
di Malaysia yaitu Akta Probet6 dan Pentadbiran 1959 (Akta 97) dan Akta Harta
Harta pusaka kecil diatur dalam akta harta pusaka kecil 1955 (akta 98).
Bagian ketiga dari akta 98 menafsirkan harta pusaka kecil sebagai harta pusaka
tanpa wasiat yang jumlah nilainya tidak lebih dari RM2.000.000 yang hanya
berupa harta tak alih saja (immovable) atau bisa keduanya antara harta tak alih
dan harta alih dan tidak berwasiat mengikuti akta wasiat 1959 pada saat
permohonan dibuat.7
5
Lihat Act 38, Small Estate Distribution Act 1995 Bagian 19 (1) huruf a
6
Probet adalah tindakan untuk memberi pengakuan dan mengesahkan suatu wasiat yang
ditinggalkan oleh pewaris. Tujuan probet adalah untuk memberi pengiktirafan (pengakuan) kepada
sesuatu wasiat yang sah menurut undang-undang. Lihat pentadbiran harta pusaka, bagian 5 yang
diterbitkan oleh Jabatan Bantuan Guaman.
7
section 3 (2) Act 98, “ For the purposes of this Act a small estate means an estate of a
deceased person consisting wholly or partly of immovable property situated in any State and not
exceeding two million ringgit in total value.”
Harta pusaka besar adalah semua jenis harta peninggalan pewaris yang
nilainya lebih dari RM 2.000.000, dalam hal ini dapat berupa, hanya harta alih
(movable) atau hanya harta tak alih (immovable) atau bisa kedunya harta tak alih
dan harta alih. Harta pusaka besar termasuk pula harta yang kurang dari RM
Harta pusaka ringkas adalah harta pusaka tanpa wasiat yang hanya berupa
harta alih (movable) dan jumlah nilainya tidak melebihi RM600,000.00. ahli waris
dapat melakukan peralihan hak milik harta peninggalan tanpa memohon surat
kuasa tadbir dari Mahkamah dengan syarat ahli waris membuat permohonan
kepada pegawai pentadbir pusaka atau pemegang amanah raya untuk diselesaikan.
Mengatur harta pewaris yang hanya meninggalkan harta alih dan nilainya
institusi keuangan (BSN, ASB, Tabungan Haji, KWSP), kenderaan (mobil, sepeda
8
Lihat Mohd Shahril Ahmad Razimi, concept of Islamic law (faraid) in malaysia: Issues
and Challenges......,hlm. 1462
Pada tingkat daerah dikenal sebagai Unit Pembahagian Pusaka, menangani
harta peninggalan pewaris yang hanya berupa harta tak alih (tanah) atau harta tak
alih beserta dengan harta alih. seperti uang simpanan di bank dan nilainya tidak
melebihi RM 600,000 dan tidak berwasiat mengikut Akta Wasiat 1959. Undang-
undang yang mengaturnya yaitu Akta Harta Pusaka Kecil 1955 (Akta 98).
Mengatur harta peninggalan pewaris yang meninggalkan harta tak alih (tanah)
atau harta alih yang nilainya melebihi RM 2.000.000 atau harta berwasiat (bagi
Pusaka Kecil 1955. Undang-undang yang dipakai yaitu Akta Probet dan
4. Mahkamah Syariah
waris yang dikeluarkan dalam “Sijil Faraid (sertifikat faraid)“. Ini berdasarkan
samping itu Mahkamah Syariah mempunyai wewenang dalam hal wasiat, hibah,
dua cara, pertama, untuk pembagian harta pusaka terlebih dahulu diperlukan sijil
faraid (sertifikat faraid) yang berkaitan dengan ahli waris yang berhak menerima
harta warisan dan disertai besaran perolehan masing-masing ahli waris yang
tertera dalam sertifikat faraid. Institusi yang berwenang dalam penentuan ahli
dilakukan oleh amanah beraya berhad, pejabat tanah, dan mahkamah tinggi
secara faraid hanya dijadikan sebagai alternatif terakhir ketika pewaris belum
terjadi menunjukkan bahwa pembagian harta dapat dibagi menjadi dua. Pertama,
pembagian ketika pewaris masih hidup melalui hibah, wasiat, wakaf, sedekah dan
tidak sempat membagi harta warisan maka cara penyelesaiannya secara faraid.10
ahli waris mengeluarkan diri dari mendapatkan bagian untuk diberikan kepada
9
Wan Abdul Halim, ketua pengarah tanah dan galian Negeri Perak, isu-isu pembagian
harta pusaka orang Islam dalam konteks perundangan Malaysia.
10
Rusna Dewi dan Ahmad, pengurusan harta melalui hibah, jurnal Hadhari, fakulti
undang-undang Universiti Teknologi Mara Perlis Malaysia, 2013, hlm. 91.
ahli waris yang lain.11 Di samping cara itu, masih dapat dilakukan dengan cara
1. Hibah
Praktik hibah di Malaysia tidak dibatasi dengan pemberian pada ahli waris
semata, namun hibah sebagai pemberian ketika pemilik harta masih hidup yang
boleh diberikan kepada siapapun yang dikehendaki. Artinya, jika cucu laki-laki
sebagai anak yatim terhalang mendapat warisan oleh anak laki-laki, maka masih
dapat diberikan kepada ahli waris yang berbeda agama dan anak angkat.
Sebagai salah satu contoh Pemberian hibah kepada ahli waris dapat dilihat
dari kasus Muhammad Awang & yang lain, lwan Awang Deraman & yang lain
[2004] CLJ (Sya) 139; Tengku Haji Jaafar Ibni Almarhum Tengku Muda Ali &
Anor v Govt of Pahang [1987] 2 MLJ 74; Mustak Ahmed v Abdul Wahid; Sharifah
Bibi v Abd Wahid & Ors [1987] 2 MLJ 449 yang melibatkan pemberian hibah dari
seorang bapa kepada anak-anaknya.12
Pemeberian hibah kepada anak angkat dapat dilakukan karena anak angkat
tidak termasuk di dalam kategori penerima harta berdasarkan sistem pembagian
harta secara faraid. Sebagai contoh, di dalam kasus Fatimah Binti Baba lwn Meah
Binti Hussain [JH XIX/I BHG 1 hlm. 165], seorang suami yaitu yang juga
merupakan bapak angkat telah menghibahkan sebidang tanah yang terdapat
sebuah rumah di atasnya kepada anak angkat semasa hidupnya.13 Pemberian hibah
kepada ahli waris non-Muslim, dalam kasus In Re Timah bt Abdullah, Dec’d
[1941] MLJ 51.
2. Mufakat perdamaian
11
Lihat Yazid Ahmad dan Mohd Nasron dkk, Takharuj as an effective solution to the
inheritance problems of muslims, medwell Journals, 2018. Hlm, 1098
12
Rusna Dewi dan Nor Hisyam Ahmad, pengurusan melalui hibah, jurnal Hadhori,
Fakulti undang-undang Universiti Teknologi Mara Perlis, Malaysia, 2013. Hlm, 96
13
Ibid.hlm, 96
kesepakatan, yaitu pembagian dibuat tanpa mengikut hukum faraid dengan syarat
Pembagian semacam ini dapat dilihat pada kasus Re Mamat bin Dat San &
Anor; Mek Som v Awang bin Senik [1972] 1 MLJ 59, Mahkamah Persekutuan
telah membuat keputusan bahwa pembagian yang dibuat secara mufakat (consent)
adalah sah dan mengikat waris-waris.
Wasiat
dengan wasiat bagi orang Islam harus diselesaikan menurut hukum Islam yaitu di
hanya mengesahkan apa yang telah diputuskan oleh Mahkamah Sipil tersebut.
Kesannya, orang Islam terpaksa merujuk kepada dua Mahkamah dalam urusan
14
Lihat act 98 1995, first schedule, subsection 15 (5), In determining whether to make a
distribution order in accordance with any agreement between the beneficiaries or in settling the
terms of any distribution order providing for the distribution of land. Dalam bab ini disebutkan
pula bahwa dalam pembagian harta pusaka berupa tanah, dapat dimiliki secara kolektif. Artinya
sebidang tanah dapat dimiliki lebih dari dua orang.
15
Aminuddin, undang-undang syari’ah dan undang-undang sipil di malaysia suatu
perbandingan (studi wewenang dan implementasinya di mahkamah syari’ah dan mahkamah sipil
malaysia), skripsi, (fakultas syari’ah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), Hlm 65-
6
Menurut hukum Islam seorang boleh mewasiatkan hartanya hanya
sepertiga kepada bukan ahli waris. Wasiat kepada ahli waris dianggap tidak sah
kecuali dengan persetujuan ahli waris yang lain. Kesahihan wasiat kepada isteri
yaitu waris si mayit bergantung kepada persetujuan para ahli waris yang lain, jika
tidak ada persetujuan wasiat tersebut tidak sah menurut hukum Islam. Namun
pemberian wasiat oleh suami kepada isterinya tanpa disertai dengan persetujuan
ahli waris yang lain adalah sah dan isteri berhak menerima semua harta warisan.
berdasarkan Piagam Keadilan Kedua (second Charter of Justice) 1826 yang lebih