Teori OM
Teori OM
Pendekatan Klassik: Ernest Rutherford (1911) mengusulkan suatu atom yang terdiri
Inti (bermuatan positif) yang dikelilingi oleh elektron di orbitnya. Dalam model klasik
seperti itu, elektron-elektron mengikuti hukum Newton tentang gerak, dan ternyata
usulan Rutherford cacat karena elektron akan tertarik menuju inti dan bergabung.
Orbitnya tidak dapat dipertahankan. Selain itu, penggambaran klasik ini hanya dapat
menjelaskan secara komplit akan posisi dan pergerakan intik dan elektron dalam atom
hidrogen. Bahkan untuk hidrogen, penjelasan Rutherford tidak dapat diterapkan pada
beberapa sifat-sifat spektroskopi hasil eksperimen.
Model Atom Bohr (1913): suatu model terkuanta untuk atom
Arah pergerakan
elektron
Elektron
Inti
Max Planck: mengembangkan ide tentang energi diskrit (discrete energies) untuk radiasi
elektromagnetik yang disebut energi terkuanta
E = hv
Dualitas Gelombang-Partikel
Loius de Broglie (1924): radiasi dapat menunjukkan sifat gelombang dan partikel sekaligus.
Untuk suatu partikel (termasuk elektron) dengan momentum mv mempunyai panjang
gelombang
= h/mv
Prinsif Ketidaktentuan (The Uncertainty Principle)
Suatu elektron dapat bergerak di sepanjang jalur tertentu. Namun untuk elektron (yang
bersifat seperti gelombang), tidak mungkin untuk menentukan letak dan momentum secara
pasti pada saat waktu tertentu. Ini disebut prinsif ketidaktentuan Heisenberg.
Kemungkinan menemukan suatu elektron pada titik tertentu di dalam ruang ditentukan oleh
fungsi 2 dimana adalah fungsi gelombang. Fungsi gelombang adalah suatu fungsi
matematika yang memberikan informasi lengkap mengenai sifat dari suatu elektron-gelombang
Persamaan Gelombang Schrdinger:
= E dimana disebut operator Hamiltonian dan E disebut nilai Eigen dari operator H
Titik = 0 rad
Koordinat polar (r, , )
Titik = 0 rad
Kerapatan Probabilitas
2 : sebanding dengan kerapatan peluang dari elektron pada suatu titik di dalam ruang.
2 dapat diterangkan dengan menggunakan komponen radial, R(r)2 dan angular A(, )2
Orbital atom 1s :
Berbentuk bulat (spherical); bulat simetris terhadap inti
Peluang menemukan elektron sebagai fungsi dari jarak terhadap inti: R(r)2 ,
kira-kira 95% dari total fungsi gelombang 2
*Probabilitas untuk menemukan sebuah
elektron di dalam suatu kulit bola dengan
radius r dan tebal (r + dr) adalah 4r2R(r)2
R(r)2
4r2R(r)2
1s
1s
0
0
10
Jarak dari inti atom, r
0
0
10
Jarak dari inti atom, r
Bilangan Kuantum
*Suatu orbital atom ditentukan oleh satu set yang unik dari tiga bilangan kuantum (n, l, ml)
*Suatu elektron di dalam suatu atom ditentukan oleh satu set yang unik dari empat bilangan
kuantum (n, l, ml,ms)
Bilangan kuantum utama (n): berhubungan dengan tingkat energi orbital atau kulit.
n = 1, 2, 3, 4, 5,..
Bilangan kuantum orbital (l): memberikan informasi lengkap tentang daerah dalam
ruang di mana elektron mungkin bergerak; menjelaskan bentuk dari orbital. Nilai l juga
menentukan momentum angular dari elektron di dalam orbital.
l = 0, 1, 2, 3, 4,.(n-1)
n=1 l=0
n = 2 l = 0, 1
n = 3 l = 0, 1, 2
n = 4 l = 0, 1, 2, 3
Bilangan kuantum magnetik (ml): berhubungan dengan direksionalitas
ml = integer di antara l dan +l = -l, (-l + 1),, 0,,(l - 1), l
Bilangan kuantum magnetik spin (ms): menentukan arah dari momentum spin
angular dari sebuah elektron dan mempunyai nilai +1/2 atau -1/2
Orbital Atom
Nilai l
Orbital atom
h
z
+
x
1s
z
+
y
-
x
2p
4r2R(r)2
1s
2s
3s
0
0
10
20
Jarak dari inti atom, r
3d
3p
4r2R(r)2
3s
s (l =0)
1
2
3
4
0
0
10
20
Jarak dari inti atom, r
0
1
2
3
p(l = 1
d(l = 2)
f(l =3)
0
1
2
0
1
10
15
Jarak dari inti atom, r
etc.
3s
2s
1s
3p
2p
3d
v2
Keadaan tereksitasi
v1
Emisi
v1
adsorpsi
Keadaan dasar
l=2
Lyman
1, 3
1, 4
1,dst
Ultraviolet
n=5
Balmer
2, 4
2, 5
2,dst
Visible
n=4
Paschen 4
3, 5
3, 6
3,dst
Infrared
n=3
Brackett
Pfunl
l=0
l=1
Far infrared
Far infrared
Balmer
n=2
Lyman
n=1
Struktur Lewis H2 :
H H
HB
Ketika dua atom H terpisah satu sama lain dengan baik, elektron 1 akan berasosiasi dengan H A dan
elektron 2 akan berasosiasi dengan H B. Kondisi ini dijelaskan oleh fungsi gelombang
Ketika mereka berdekatan cukup dekat, elektron 2 dapat berasosiasi dengan H A dan elektron 1 dengan HB
kovalen = 1 + 2
kovalen menentukan suatu energi. Secara perhitungan, energi minimum H A HB adalah 303 kJ/mol dengan jarak
internuklir adalah 87 pm untuk H 2.
Secara eksperimen diperoleh jarak internuklis H 2 adalah 74 pm dan energi dissosiasi ikatan adalah 436 kJ/mol
Penyempurnaan teori untuk H2. Ada 4 situasi yang dapat muncul apabila H A dan HB berdekatan.
*(inti HA dengan elektron 1) dan (inti H B dengan elektron 2)
*(inti HA dengan elektron 2) dan (inti H B dengan elektron 1)
*(inti HA dengan elektron 1 dan 2) dan (inti H B tidak dengan dua-duanya)
*(inti HA tidak dengan dua-duanya) dan (inti H B dengan elektron 1 dan 2)
H+
H-
Struktur Resonansi
amplitudo
In-phase
combination
MO = N x [1 + 2]
Orbital molekul bonding
Terstabilisasi
out-phase
combination
MO = N x [1 - 2]
Orbital molekul anti-bonding
destabilisasi
MO (antibonding)
*(1s)
(1s) A
(1s) B
MO (bonding)
(1s)
H
MO (bonding)
H2
MO (anti-bonding)
Energi
MO (antibonding)
*(2s)
(2s) A
(2s) B
(2s)
Li
MO (bonding)
Li2
Li
Konfigurasi Elektronik :
z
2pz
2pz
(2pz)
z
2pz
2pz
*(2pz)
z
x
(2px)
*(2pz)
*(2px) *(2py)
2p
(2px) (2py)
2p
(2pz)
Orde Ikatan dari suatu kovalen memberikan ukuran interaksi antara inti.
Orde ikatan = x [{jumlah elektron bonding} {jumlah elektron antibonding}]
Soal: Jelaskan dengan orbitas molekul fenomena bahwa F 2 adalah gas diamagnetik
O2 adalah gas paramagnetik
* (2p)
* (2p)
*(2p)
* (2p)
*(2p)
*(2p)
(2p)
(2p)
(2p)
(2p)
(2p)
(2p)
* (2s)
* (2s)
* (2s)
(2s)
mixing
(2s)
* mixing
(2s)
Zeff (muatan efektif inti) yang dialami oleh olektronelektron kulit valensi dari X dan Y tidak sama
Zeff(Y) > Zeff(X)
2s
2s
(2s)
X
XY
LiH
Lebih kurang 74% H
26% Li
2s
Li
LiH
1s
H
HF
LiF
*
*
2s
1s
Non-bonding
2p
Non-bonding
Non-bonding
Non-bonding
2s
HF
Li
C-
O+
C
+
O
Energi
* (2p)
*(2p)
2p
2p
(2p)
(2p)
*(2s)
2s
2s
(2s)
CO
* (2p)
*(2p)
2p
2p
(2p)
2s
2
CO
2s
Soal: 1. Gambarkan strukture resonansi dan tentukan orde ikatan untuk [CN]dan [NO]+. Terangkan sifat magnet dari kedua ion tersebut!
= aii
= 1, 2, 3, n
i = 1, 2, 3, n
Misalnya: H1 H2
1 = a111 + a122
2 = a211 + a222
= E
= E
= E 2
d = E 2 d
d
E=
2 d
d
Sesuai dengan Prinsip Variansi:
E=
Eo
d
2
ai aj i j d
=
ai aj i j d
i
ai aj Hij
Untuk menyederhanakan:
Hij = i j d
Sij = i j d
E=
ai aj Sij
i
x
y
ai
x
ai
y
ai
y2
=0
0=
1
y
x
ai
x
ai
0=
x
ai
Turunan dari x dan y terhadap ai memberikan:
x
ai
_ E
= 2 aj Hij
j
y
= 2 aj Sij
ai
j
Maka
2 aj Hij
j
aj (Hij
E 2 aj Sij
=0
ESij ) = 0
Persamaan variasi
_ x
y2
_ x
y
y
ai
y
ai
y
ai
=0
Sebagai contoh untuk molekul sistem dengan i dan j bervariasi dari 1 sampai 3 dan i konstan untuk
setiap persamaan individual:
Persamaan simultan
3
2
1
E3
E2
E1
= aii
Hij ESij
= 0
Hij ESij
H1n ES1n
H21 ES21
H22 ES22
. . .
H2n ES2n
. . .
Hnn ESnn
Hn1 ESn1
Hn2 ESn2
=0
...
. . .
...
H12 ES12
...
H11 ES11
Metode Hckle:
Untuk mempermudah penyelesaian determinan sekular maka integral-integral dinyatakan dalam
bentuk parameter-parameter dan energi dinyatakan dalam bentuk parameter-parameter ini.
Asumsi:
1.Hii =
2.Hij = jika i dan j berikatan; Hij = 0 jika tidak berikatan
3.Sii = 1, Sij = 0 untuk i j
4.Ikatan terlokalisasi dan dapat digunakan sebagai kerangka yang rigid untuk elektron-elektron
Untuk 1,3-butadiena
H11 ES11
H12 ES12
H13 ES13
H14 ES14
H21 ES21
H22 ES22
H23 ES23
H24 ES24
H31 ES31
H32 ES32
H33 ES33
H34 ES34
H41 ES41
H42 ES42
H43 ES43
H44 ES44
Memberikan
=0
-E
x4 3x2 + 1 = 0
=0
=0
x=
-E
1,62
antibonding
0,62
non-bonding
+ 0,62
+ 1,62
bonding
= aii
koefisien-koefisien (ai) dapat ditentukan:
a1x + a2
...
...
a1
+ a2x + . . . + an = 0
...
a1
+ . . . + an = 0
+ a 2 + . . . + a nx = 0
ai2 = 1
i
2 d = 1
Persyaratan bahwa OM juga ternormalisasi:
2 d = 1
( aii )2 d = 1
ai2 = 1
ai 2 i 2 d = 1
i
2
x
1
1
x
0
1
atau
=0
x = - 2 ; x = 0; x = 2
- 2 a1 + a2 = 0
a1 - 2 a2 + a3 = 0
Untuk x = - 2
a2 - 2 a3 = 0
Normalisasi:
a2 = 2 a1
a1 = a 3
a2 = 2 a3
Maka
a3 =
a12 = 1/4
a1 = 1/2
a2 = 2 .
a2 = 1/2
Sehingga : 1 = 1 + 1/2 2 + 3
Untuk x = 0
Untuk x = 2
Dalam kasus sistem degenerate; kita harus menggunakan HMO dan mempertimbangkan
simetri dan keberadaan nodal dalam MO
Sebagai illustrasi, siklopropenil mempunyai 2 MO antibonding degenerate untuk x = 1
a2
a3
a1
II
x
1
1
x
1
1
=0
Diperoleh x = -2, x = 1, x = - 1
Persamaan variansi:
a1 x + a 2 + a 3 = 0
a1 + a 2 x + a 3 = 0
a1 + a2 + a3x = 0
Normalisasi:
a1 2 + 0
Untuk MO II
= 1/2 1 - 1/2 3
+ a12 = 1
a12 =
a1 = 1/2 dan a3 = 1/-2
a1 = a3 karena simetris
Untuk x = 1
a1 + a2 + a3 = 0
atau a1 + a2 + a1 = 0
a2 = -2a1
Normalisasi:
II
Keadaan simetris juga dapat diterapkan untuk menentukan koefisien bagi setiap molekul yang
cocok.
2
a1 = a4
4
Contoh: 1,3-butadiena
1
a2 = a 3
3
1
2
metilensiklopropena
3
a3 = a4
Namun untuk semua molekul kecuali molekul-molekul yang mempunyai MO degenerate, metode
yang lebih sederhana untuk memperoleh koefisien determinan adalah metode kofaktor.
ai
a1
ai
a1
= +
= -
a12 =
kofaktor i
kofaktor 1
kofaktor i
kofaktor 1
1
(ai/a1)2
jika i = ganjil
jika i = genap
a1
a1
a2
a1
a4
a1
=0
= 1
= -
= -
1
0
1
x
0
1
x
1
1
x
0
1
(x3 2x )
(x2 1 )
a3
(x3 2x )
a1
= +
(x3 2x )
=
-1
(x2 2)
x
(x3 2x )
1
(x2 2)
Untuk x = - 1,62
ai
ai
a1
a1
1,00
1,00
0,37
1,62
2,62
0,60
1,62
2,62
0,60
1,00
1,00
0,37
ai
Nilai energi HMO telah banyak digunakan untuk menyelesaikan banyak masalah:
1. Perhitungan energi relatif dari molekul-molekul siklik poliene terkonjugasi memberikan aturan (4n + 2)
(monosiklik hidrokarbon terkonjugasi mengandung elektron sebanyak (4n + 2) sangat stabil dan aromatik
2. Perhitungan energi resonsansi
3. Memprediksi oriientasi molekul dalam substitusi elektrofilik aromatik
4. Memperkirakan stabilitas kompleks bermuatan
5. Perhitungan potensial ionisasi dan potensial oksidasi polarografik
qi = nai2
Densitas elektron:
Densitas muatan:
Orde ikatan :
pij =
i = 1 qi
nai aj
Fi = 1,732 - pij
i