Fistula Preauricula
Fistula Preauricula
REPORT
FISTULA PREAURIKULA
Disusun oleh:
Greysia Manarisip (1161050154)
Pembimbing:
Dr. Bambang Suprayogi, Msi.Med. Sp. THT-KL
DATA PASIEN
: W.N
Nama
No.RM
: 231470
Jenis kelamin : Laki-Laki
: 18 tahun
Umur
: Islam
Agama
: Pelajar (SLB)
Pekerjaan
: srandakan bantul
Alamat
Tanggal masuk RSUD : 2 november 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
benjolan kemerahan di telinga kanan dan terasa nyeri.
Keluhan keluar cairan, dan darah dari lubang telinga kanan (-), Riwayat
terbentur/trauma pada telinga/kepala (-). Demam (-), pusing (-). Riwayat
alergi obat dan makanan (-), penyakit kencing manis (-), penyakit jantung
(-), darah tinggi (-), riwayat penyakit Asthma (-) , penyakit paru kronis
lainnya dan penyakit ginjal (-).
Kepala
:
Normocephal, rambut hitam dengan distribusi
merata dan tidak mudah dicabut.
Mata
:
Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-, pupil bulat
isokor kanan dan kiri, refleks cahaya langsung +/+,
refleks cahaya tidak langsung +/+.
Hidung
:
tidak tampak kelainan, deviasi septum (-), sekret (-).
Telinga
: terdapat benjolan ditelinga kanan ,
serumen -/Mulut dan bibir
: Tidak sianosis, mukosa tidak kering
Leher
: Trakea lurus di tengah, tidak teraba massa
Kiri
Normal
Deformitas (-), terdapat saluran
kecil di depan heliks
Retroaurikular
Mukosa
Sekret
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
(-)
(-)
Membran
MT tidak terlihat /
timpani
terindentifikasi
Tes Penala
Test
Rinne
Weber
swabach
Penala yg digunakan
Kanan
Kiri
Pasien tidak
mendengar
512 Hz
512 Hz
Pemeriksaan hidung
Kanan
Kiri
Deformitas
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
telinga (-)
telinga (-)
telinga (-)
telinga (-)
(-)
(-)
Nyeri ketuk
Krepitasi
Transluminasi
Rhinoskopi Anterior
Kanan
Kiri
Konka inferior
Konka media
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Konka superior
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Lapang
Lapang
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Sekret
(-)
(-)
Septum
Deviasi (-)
Deviasi (-)
Dasar hidung
Normal
Normal
Aliran Udara
Hambatan (-)
Hambatan (-)
Vestibulum
Pemeriksaan Tenggorok
Anatomi Telinga
FISIOLOGI PENDENGARAN
TelingaLuar
Telinga luar berasal dari kantong dan celah brankial 1
danperkembangannya mulai pada minggu ke-4
kehamilan.
DaunTelinga
Pertumbuhan daun telinga dimulai pada minggu ke-4 dari
kehidupan fetus, dimana bagian mesoderm dari cabang 1
dan 2 brankial membentuk 6 tonjolan (Hillock of His) yang
mengelilingi perkembangan liang telinga luar dan
kemudian bersatu untuk membentuk daun telinga dan
telinga dengan pembagian sebagai berikut:
Cabang brankial 1 :
Tonjolan 1 :
membentuk tragus
Tonjolan 2 :
membentuk krus
helisis
Tonjolan 3 :
membentuk heliks
Cabang brankial 2 :
Tonjolan 4 :
membentuk anti heliks
Tonjolan 5 :
membentuk anti tragus
Tonjolan 6 :
membentuk lobulus
dan heliks bagian
bawah
FISTULA PREAURIKULAR
Merupakan kelainan kongenital telinga luar yang berupa
lubang berbentuk bulat lonjong dengan ukuran seujung
pensil. Ditemukan di depan tragus.
Suatu kanal/lubang/traktus yang didasari oleh epitel
skuamosa yang
bermula di sekitar daun telinga.
Fistula preaurikular
kongenital
FISTULA PREAURIKULAR
Terjadi ketika pembentukan daun telinga pada masa
embrio. Kelainan ini berupa gangguan embrional pada
arkus brakial 1 dan 2.
Fistula preaurikular merupakan kelainan kongenital yang
diturunkan secara autosomal dominan inkomplit.
ETIOLOGI
KONGENITAL
Terbentuk akibat gangguan embrional berupa kegagalan
penggabungan dan penutupan arkus brankialis pertama
dan kedua dari Hillocks of His.
Pada usia janin 4 minggu arkus brankialis tampak di
permukaan janin.
Gambaran Klinis
Asimptomatik
Nyeri
Bengkak
Abses
Keluar cairan
Gambaran Histologi
Sinus preaurikular terdiri dari struktur tubular yang sederhana atau pola
arborise pada dindingnya, tipis dan berkilau atau putih dan menebal
Patogenesis
Selama embriogenesis aurikula muncul dari
arkus brakial 1 dan 2 pada minggu ke 6 kehamilan
Arkus-arkus tersebut terpisah satu dengan lainnya
oleh celah brakial ektoderm ke arah luar dan oleh
kantong faringeal endoderm ke arah dalam
Arkus brakial 1 dan 2 brakial masing-masing
membentuk 3 tonjolan (hillocks) hillocks if his
tiga hillocks muncul dari tepi bawah arkus brakial
1 dan 3 dari batas atas arkus brakial kedua
hillocks ini seharusnya bergabung selama
beberapa minggu kemudian pada masa
embriogenesis kegagalan penggabungan
fistel preaurikular
INSIDENSI
Insiden di Amerika Serikat diperkirakan 00,9% sedangkan
di New York 0,23%. Di beberapa negara Asia dan Afrika
insiden
diperkirakan 410%.
Di RSUP Dr. Sardjito Jogyakarta (1998) terdapat 4 kasus
fistula aurikula kongenital yang dilakukan pembedahan
karena terjadi infeksi yang berulang.
GEJALA KLINIS
DIAGNOSIS
Anamnesa riwayat keluarga
Pada inspeksi, ditemukannya muara fistula di depan
telinga, muncul sebagai celah kecil, pada arah tepi
depan heliks asendens.
Infeksi: tanda-tanda radang disertai pengeluaran
sekret, dan gejala sisa jaringan parut (scarring)
Pemeriksaan radiologi (fistulografi) dilakukan untuk
mengetahui panjang fistula
Diagnosis Banding
Furunkel
Kista Sebasea
Body Piercing
Laboratorium dan
Radiologi
Kultur pus
Fistula probing
Fistulography
Ultrasonography
PENATALAKSANAAN
Pencegahan infeksi
membersihkan muara dari
sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik lainnya
secara
rutin.
Kompres
hangat
Pemberian antibiotik (tidak diperlukan apabila tidak
ada tanda infeksi dan harus berdasarkan uji
sensitivitas antibiotik)
Jika terdapat abses, abses tersebut harus diinsisi dan
didrainase dan eksudat harus dikirim untuk dilakukan
pengecatan gram dan kultur untuk dapat memilih
antibiotik yang tepat.
Pengangkatan Fistel
FOLLOW UP
Perawatan pasien Rawat Inap
Jika fistula terbentuk kembali, fistula tersebut harus diangkat
secara penuh.
Perawatan pasien Rawat Jalan
Jika fistula preaurikular mengalami infeksi yang berulang dan
pasien tidak ingin dioperasi, sekret yang dihasilkan pada fistula
tersebut dapat di kultur untuk mengetahuipemberian antibiotik
yang tepat yang dapat mengkover kuman penyebabnya.
Pengobatan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan
Biasanya, tidak ada obat yang harus diberikan, tetapi jika infeksi
terjadi, antibiotik dapat diberikan. Sekret dari fistula harus di
kultur sebelum pemberian antibiotik.
Pencegahan
Jika fistula mengalami infeksi yang berulang, ini dapat diangkat
dengan tindakan operasi (diseksi & eksisi komplit).
TEKNIK OPERASI
KESULITAN SAAT OPERASI
Adanya percabangan fistula sehingga sulit untuk
menentukan luas keseluruhan saluran. Selama eksisi
pembedahan, harus diingat bahwa salurannya dapat
berkelok-kelok dengan cabang-cabangnya di subkuta-neus.
Diseksi sampai ke periosteum dari tulang temporal
biasanya dibutuhkan, dan semua cabang-cabang dari
salurannya harus diangkat untuk mencegah infeksi yang
berulang.
Pengangkatan yang tidak lengkap menimbulkan sinus yang
mengeluarkan cairan sehingga membutuhkan
pengangkatan yang lebih sulit dan lebih radikal.
Gambar 1.
Pada saat memulai
operasi, saluran diisi
melalui muaranya
dengan
methylene blue atau
brilliant green.
Menyuntikkannya harus
menggunakan
tekanan yang lembut untuk
memperlihatkan garis bentuk seluruh
sistem saluran.
Prosedur ini untuk memudahkan
diseksi selanjutnya; pewarnaan
keseluruhan jaringan yang
mengelilingi fistula harus dihindarkan.
Gambar 2.
Dibuat insisi berbentuk oval mengelilingi
muara fistula. Selanjutnya diseksi
diteruskan sampai ke saluran dan
kantong fistula. Diseksi ini
menggunakan gunting lengkung.
Gambar 3.
Bagian yang bergerak dari sistem
saluran dipegang secara hati-hati
dengan forsep dan dengan sedikit
penarikan dapat membebaskan
jaringan yang tidak terlihat.
Gambar 4.
Menunjukkan suatu fistula preaurikular
yang buntu dilengkapi oleh dua saluran
ke kartilago dari anterior tepi heliks
sesudah diseksi komplit;
KOMPLIKASI
Infeksi pada salurannya dengan pembentukan abses atau
ulserasi.
Infeksi dan ulserasi dapat terjadi pada bagian jauh dari
tempatnya yang terbuka.
Kekambuhan post operasi
ekstirpasi saluran fistula.
merupakan
komplikasi
dari
Komplikasi
Perdarahan
Infeksi
Paralisis Fasialis
Pembentukan Jaringan fibrotik atau keloid
Rekurensi
PROGNOSIS
Fistula preaurikular kongenital umumnya memiliki
prognosis yang baik.
Jika fistula preaurikular kongenital ini ditanggulangi
secara terampil dan cermat maka hasilnva akan
memuaskan dan kecil kemungkinan untuk residif.
Eksisi yang tidak komplit dapat menyebabkan
rekurensi fistel preaurikuler.
Insidensi rekurensi terjadi sekitar 0-42%.