Arbangi Kadarusman
Ralat:
Hal. 4 : Paragraf I, baris ke 8
Tertulis : empedu duodenum terkonsentrasi
Seharusnya : empedu terkonsentrasi ke duodenum
3
Penyakit batu empedu sering dijumpai pada
praktek sehari-hari.
Kebanyakan pasien asimtomatik.
Berdasarkan susunan kimia dan tampilan
makroskopiknya: batu kolesterol, batu pigmen hitam
dan batu pigmen coklat.
Di negara Barat, 80-90% pasien yang dilakukan
kolesistektomi batu kolesterol, 10-20% batu
pigmen.
4
Prevalensi:
5
Manifestasi klinik: nyeri bilier, kolesistitis akut,
koledokolitiasis, kolangitis dan pankreatitis bilier.
Pemeriksaan pemindai yang dilakukan meliputi:
ultrasonografi abdomen, endoskopi ultrasound, ERCP
dan MRCP
Terapi pilihan untuk batu empedu simtomatik
kolesistektomi laparaskopik.
Pasien risiko tinggi atau pasien yang menolak
tindakan operasi pelarut batu empedu yaitu
chenodeoxyholic acid (CDCA) atau ursodeoxyholic
acid (UDCA).
6
Tinjauan pustaka ini dibuat untuk menambah
wawasan kita dalam upaya pendekatan diagnosis
dan penatalaksanaan batu empedu yang tepat.
Semoga tinjauan pustaka ini bermanfaat bagi kita
semua.
7
BATU EMPEDU
8
Anatomi dan Fisiologi
Sistem bilier:
kanalikulus bilier
intrahepatik
duktus hepatikus
duktus koledokus
kandung empedu
duktus sistikus
ampula Vater.
9
Anatomi dan Fisiologi
10
Anatomi dan Fisiologi
11
Definisi dan Klasifikasi
- Kalsium-bilirubinat
sebagai komponen
utama
- Terbentuk akibat
adanya faktor
stasis, inflamasi
dan infeksi saluran
empedu
15
Sumber: Clinical Hepatology - Principles And Practice Of Hepatobiliary Diseases vol 2 p.1466
Epidemiologi
Prevalensi bervariasi secara luas
Rasio wanita : pria = 3:1
Meningkat sesuai usia prevalensi meningkat 1% per
tahun; hingga pada umur 30-60 tahun, prevalensinya
10% (pria) dan 19% (wanita); umur 70-80 tahun
prevalensinya hingga 30-40%.
Faktor genetik:
Tertinggi di Indian Pima di Amerika Utara (>75%),
Chili dan Kaukasia di Amerika Serikat.
Terendah Asia di Singapura dan Thailand.
Batu pigmen di Asia dan Afrika.
16
Faktor Risiko
Faktor risiko mayor terbentuknya batu kolesterol
17
Faktor Risiko
Faktor risiko terbentuknya batu pigmen
18
Etiologi dan Patogenesis
Etiologi dan patogenesis: merupakan proses yang
bersifat multifaktorial.
19
Patogenesis batu kolesterol
gangguan
supersaturasi sirkulasi
kolesterol enterohepatik
dari asam
empedu
BATU
KOLESTEROL
nukleasi disfungsi
kristal kandung
kolesterol empedu
monohidrat
20
Supersaturasi Kolesterol
Komposisi cairan empedu normal:
80% garam empedu
15% fosfatidilkolin (lesitin).
5% kolesterol
21
Supersaturasi Kolesterol
24
Nukleasi kristal kolesterol
Nukleasi kristal kolesterol ketidakkeseimbangan
pronukleasi dan antinukleasi
Pronukleasi Antinukleasi
Musin, 1-acid glycoprotein,
Imunoglobulin A (IgA),
1-antichymotrypsin,
apolipoprotein A-I,
phospholipase C,
apolipoprotein A-II
aminopetidase-N,
120-kd glikoprotein
immunoglobulin M dan G,
haptoglobin
Nucleation
Time
mempercepat memperlambat 25
Disfungsi kandung empedu
Penyakit Crohn
Ileitis luas
Infeksi usus kronik
Gangguan absorbsi usus halus
Gangguan sirkulasi
enterohepatik
dari asam empedu
28
Batu pigmen hitam
Terbentuk dari pengendapan bilirubin tak terkonjugasi.
Hemolisis peningkatan bilirubin tak terkonjugasi
Defek mekanisme asidifikasi empedu akibat radang
dinding mukosa kandung empedu atau menurunnya
kapasitas buffering asam sialik dan komponen sulfat
dari gel musin memfasilitasi supersaturasi kalsium
karbonat dan fosfat.
Supersaturasi berlanjut dengan presipitasi kalsium
karbonat, fosfat dan bilirubin tak terkonjugat.
Polimerisasi yang terjadi menghasilkan kristal dan
berakhir dengan pembentukan batu berpigmen hitam.
29
Batu pigmen coklat
Berdasarkan sitorangka bakteri pada pemeriksaan
mikroskopik batu terbentuk dari hasil infeksi anaerob
pada empedu.
Infeksi traktus bilier oleh bakteri E. coli, S. typhii dan
Streptococcus sp. atau parasit cacing seperti Ascaris
lumbricoides dan Opisthorchis sinensis.
Mikroorganisme ini menghasilkan enzim glukuronidase-
, fosfolipase A dan hidrolase asam empedu terkonjugat.
Hasil produk enzimatik ini berkompleks dengan senyawa
kalsium dan membentuk garam kalsium.
30
Batu pigmen coklat
Garam kalsium ini mengendap lalu berkristalisasi
sehingga terbentuk batu empedu.
Proses litogenesis ini didukung oleh keadaan stasis
empedu dan konsentrasi kalsium yang tinggi dalam
empedu.
Bakteri mati dan glikoprotein bakteri diduga dapat
berperan sebagai agen perekat, yaitu sebagai nidus
yang memfasilitasi pembentukan batu, seperti fungsi
pada musin endogenik.
31
DIAGNOSIS
32
Anamnesis
70-80% simtomatik, memiliki keluhan: kolik bilier
bersifat episodik, dapat dicetuskan oleh makan makanan
berlemak atau oleh makan besar, nyeri dapat juga timbul
tanpa suatu pencetus dan dapat timbul malam hari.
Kolik bilier harus dibedakan dari dispepsia non-spesifik.
Bila timbul penyulit, keluhan pasien dapat bertambah,
misalnya badan yang kuning disertai gatal-gatal,
demam, menggigil, tinja tampak berwarna pucat dan urin
berwarna coklat keruh seperti teh.
33
Manifestasi Klinik
Perjalanan penyakit batu empedu dibedakan 2
kelompok: asimtomatik dan simtomatik.
Pada kelompok asimtomatik: 18% akan menjadi
simtomatik dalam 5-15 tahun.
Pada kelompok simtomatik: manifestasi klinik dari gejala
yang ditimbulkan tergantung lokasi batu di saluran
empedu yaitu: nyeri bilier, kolesistitis akut, kolangitis,
koledokolitiasis dan pankreatitis bilier (gallstone
pankreatitis).
34
Manifestasi Klinik
35
Nyeri bilier
Disebabkan obstruksi intermiten duktus sistikus akibat
batu, tanpa disertai inflamasi kandung empedu.
Lokasi: nyeri di kuadran kanan atas abdomen dan atau
epigastrium
Sifat nyeri: timbul tiba-tiba, intensitasnya tajam selama
15 menit ke suatu plateau yang menetap 3-5 jam. Nyeri
mereda perlahan-lahan, sering disertai mual dan muntah.
Pemeriksaan fisik: pasien terlihat baik, keluhan sakit
ringan sampai sedang di epigastrium atau kuadran kanan
atas perut.
Diagnosa USG abdomen atau oral kolesistografi.
36
Kolesistitis akut
Terdapat pada 15% pasien dengan batu simtomatik.
Batu yang terperangkap di duktus sistikus inflamasi
kandung empedu.
Respon inflamasi mekanik, kimiawi dan bakterial.
Gejala: Nyeri bilier hebat, atau nyeri epigastrium, menjalar
ke punggung kanan belakang, berlangsung > 6 jam,
terbaring tidak bergerak, posisi badan melengkung, sering
disertai mual, muntah dan demam.
60-70% pasien pernah mendapat serangan nyeri bilier
yang sembuh spontan.
37
Kolesistitis akut
Pemeriksaan fisik:
38
Kolesistitis akut
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis
Kadang disertai bilirubin 2-4 mg/dl,
SGPT dan SGPT serta alkali fosfatase,
tanpa disertai adanya sumbatan duktus koledokus.
Sering pula disertai ringan serum amilase dan
lipase tanpa disertai pankreatitis.
Bila bilirubin dan amilase lipase cukup tinggi
koledokolitiasis atau pankreatitis
39
Kolesistitis akut
Diagnosis
Ditegakkan dengan USG abdomen: tampak dinding
kandung empedu menebal dan di dalam lumen tampak
bayangan batu.
75% pasien yang ditangani secara medik akan
mengalami remisi dari simptom akut dalam 2-7 hari
perawatan RS.
25% kasus, timbul penyulit seperti empiema dan
hidrops, gangren dan perforasi, pembentukan fistula dan
ileus batu empedu, kandung empedu porselen. Dalam
hal ini diperlukan segera tindakan bedah.
40
Koledokolitiasis
41
Kolangitis
42
Kolangitis
Laboratorium:
leukositosis, serum bilirubin dan alkalifosfatase.
Kultur darah:
pertumbuhan kuman terutama pada pasien dengan
bakteremia sepsis. Kondisi ini harus segera diatasi
dengan melakukan drainase cairan empedu.
43
Pankreatitis bilier
44
Pemeriksaan penunjang
Batu empedu asimptomatik biasa ditemukan secara
kebetulan saat pasien melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala atau pemeriksaan karena penyakit lain.
Pemeriksaan pemindai yang dapat mendeteksi batu
empedu:
1. Ultrasonografi (USG) abdomen
2. Endoskopik ultrasound (EUS)
3. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP)
4. Magnetic resonance cholangiopancreatography
(MRCP)
45
Pemeriksaan penunjang
Batu empedu asimptomatik biasa ditemukan secara
kebetulan saat pasien melakukan pemeriksaan
kesehatan berkala atau pemeriksaan karena penyakit
lain.
Pemeriksaan pemindai yang dapat mendeteksi batu
empedu:
1. Ultrasonografi (USG) abdomen
2. Endoskopik ultrasound (EUS)
3. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP)
4. Magnetic resonance cholangiopancreatography
(MRCP)
46
Ultrasonografi abdomen
48
Endoskopik ultrasound (EUS)
51
MRCP (Magnetic resonance cholangiopancreatography)
53
Batu kandung empedu asimtomatik tidak memerlukan
terapi.
Di antaranya, hanya 2% yang memberikan komplikasi
bermakna. Batu empedu dengan manifestasi klinik yang
berarti harus segera ditangani.
Pada prinsipnya penanganan batu empedu ditujukan
untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi
komplikasi seperti kolangitis atau pankreatitis, diteruskan
dengan mengatasi sumbatan dengan jalan
membersihkan batu dari saluran, diikuti pengangkatan
kandung empedu yang mengandung batu dan yang
merupakan pabrik pembuat batu.
54
Algoritme
55
Litolisis dengan asam empedu oral
2 sediaan oral litolisis::
Ursodeoxycholic acid (UDCA).
Chenodeoxycholic acid (CDCA)
Dosis:
UDCA : 8-10 mg/kg BB per hari
UDCA diindikasikan pada batu kolesterol berukuran
1-1,5 cm dengan syarat batu tidak mengandung kalsium,
kontraksi kandung empedu baik, duktus sistikus tidak
tersumbat (paten) dan lumen kandung empedu tidak
terisi penuh lebih dari 50%.
56
Litolisis dengan asam empedu oral
Kerja:
CDCA: Menghambat enzim dalam sintesis kolesterol di hepar
UDCA:
Menghambat reabsorbsi kolesterol di dalam usus.
mengurangi saturasi kolesterol empedu dan
meningkatkan fase kristal lamelar dalam kandung
empedu yang menyebabkan dispersi kolesterol dari batu.
menghambat nukleasi kristal kolesterol.
Dalam penelitiaan Colecchia et al di Itali, pemberian UDCA
12 mg/kgBB/ perhari selama 3 bulan memperbaiki
kerusakan motilitas saluran cerna dan menghilangkan nyeri
bilier pada pasien batu empedu.
57
Litolisis dengan asam empedu oral
Dengan UDCA, frekuensi pelarutan batu yaitu:
29% untuk batu dengan ukuran > 10 mm,
49% untuk batu dengan ukuran < 10 mm, dan
70% untuk batu dengan ukuran < 5 mm.
Rata-rata kekambuhan 50% setelah lima tahun,
dengan kekambuhan yang paling sering terjadi dalam
dua tahun pertama.
Efek samping UDCA yaitu diare, yang terjadi sebanyak
2% pasien, dan kalsifikasi batu sebanyak 10-15%.
58
ESWL (Extra corporeal shock wave lithotripsy)
60
Kolesistektomi
Saat ini, 90% kolesistoktomi dilakukan secara
laparoskopi, hanya 4-6% kasus secara laparotomi.
Keuntungan laparoskopi:
Dosis anestesi rendah
Luka operasi kecil (2-10 mm)
Waktu penyembuhan cepat
Masa rawat inap singkat.
Kekurangan laparoskopi:
Waktu prosedur,
Lesi kandung empedu
Lesi vaskular
Lesi usus.
61
Penatalaksanaan berdasarkan
komplikasi
Kolesistitis akut
Kolesistektomi laparaskopik, idealnya 72 jam setelah
didiagnosis.
Penatalaksanaan umum sebelum operasi: tirah baring,
diet ringan tanpa lemak, pemberian analgesik dan
hidrasi intravena.
Antibiotik spektrum mengobati septikemia dan
mencegah peritonitis dan empiema.
Jika terdapat komplikasi seperti peritonitis difus yang
disebabkan perforasi, gangren, atau empiema, harus
dilakukan operasi emergensi dalam 24 jam.
62
Kolesistitis akut
63
Koledokolitiasis
64
Koledokolitiasis
65
Koledokolitiasis
66
Kolangitis Akut
67
Kolangitis Akut
68
Pankreatitis bilier akut
69
Pankreatitis bilier akut
70
KESIMPULAN
71
Kesimpulan
Penyakit batu empedu merupakan salah satu kelainan
hepatobilier primer gangguan metabolisme kolesterol,
bilirubin dan asam empedu batu pada saluran empedu
intrahepatik, saluran empedu dan kandung empedu.
Banyak faktor yang berperan pada penyakit batu empedu.
Salah satu faktor risiko utama yaitu jenis kelamin, dimana
perempuan lebih berisiko dibandingkan pria. Faktor lainnya
yaitu usia, gen dan ras.
4 faktor utama patogenesis batu kolesterol: supersaturasi
kolesterol, nukleasi kristal kolesterol monohidrat, disfungsi
kandung empedu dan gangguan sirkulasi intrahepatik dari
asam empedu.
72
Kesimpulan
Faktor risiko batu pigmen hitam: hemolisis, sirosis hepatis
dan usia tua, batu pigmen coklat yaitu infeksi dan kelainan
anatomis saluran empedu, juga meningkat pada usia tua.
Manifestasi klinik nyeri bilier, kolesistitis akut (kalkulus
kolesistitis), kolangitis, koledokolitiasis, pankreatitis bilier.
Penanganan batu empedu memperbaiki keadaan umum
dan mengatasi komplikasi mengatasi sumbatan dengan
diikuti pengangkatan kandung empedu yang
mengandung batu dan yang merupakan pabrik pembuat
batu.
73
Kesimpulan
Manifestasi klinik dari batu empedu yaitu: nyeri bilier,
kolesistitis akut (kalkulus kolesistitis), kolangitis,
koledokolitiasis, pankreatitis bilier (gallstone pankreatitis).
74
TERIMA KASIH
75