Anda di halaman 1dari 24

ETIKA PROFESI

GIZI DAN PRO


KONTRA
SERTIFIKAT
REGISTERED
DIETESIEN

Tugas Mata Kuliah Etika


Kesehatan
Condro Hadi Mulyono
RINGKASAN
Etika sebagai cabang ilmu filsafat praktis
terkait erat dengan perilaku dan sikap yang
ditampilkan oleh manusia yang juga sebagai
bagian dari makhluk hidup. SDM yang
berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh
tingkat kesehatan dan status gizi yang baik.
Standar kompetensi disusun sebagai
landasan pengembangan profesi Ahli Gizi.
Pro dan kontra pemberian sertifikat
Registered Dietesien menimbulkan beberapa
permasalahan baik secara intern maupun
ekstern profesi gizi.
PENDAHULUAN
Etikasebagai cabang ilmu filsafat praktis
terkait erat dengan perilaku dan sikap
yang ditampilkan oleh manusia yang juga
sebagai bagian dari makhluk hidup.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas tinggi agar mampu bersaing
dengan negara lain.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM.
Standar kompetensi disusun sebagai
landasan pengembangan profesi Ahli Gizi
di Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan tentang
penyelenggaraan pekerjaan dan praktik
tenaga gizi, menimbulkan pro dan kontra
diantara anggota PERSAGI.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana kode etik tenaga gizi di
Indonesia?
Bagaimana kualifikasi dan wewenang
tenaga gizi?
Bagaimana pro dan kontra pemberian
sertifikat Registered Dietesien?

METODE
Menggunakan Tinjauan Pustaka
PEMBAHASAN

Etika Berasal dari bahasa Yunani Ethos,


Yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi
tingkah laku manusia yang baik.
Etika berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh individu atau masyarakat
untuk menilai apakah tindakan-tindakan
yang telah dikerjakannya itu salah atau
benar
Menurut Soerjono Soekanto(1987), etika
kesehatan jelas mencakup penilaian
terhadap gejala kesehatan yang
disetujui, dan juga mencakup suatu
rekomendasi bagaimana bersikap tindak
secara pantas dalam bidang kesehatan.
(Leneen dan Lamintang (1991)
Etika kesehatan merupakan suatu
penerapan dari aturan-aturan etik yang
sifatnya umum di dalam pelayanan
kesehatan.
Pandangan secara etis terhadap manusia
itu seringkali ditentukan oleh kepercayaan
dan pandangan hidup.
Etik itu sebenarnya telah membuat norma-
norma mengenai perilaku mempunyai sifat
yang tidak mengikat dan membuat
pelanggarannya tidak dituntut, sedang di
dalam hukum, pelanggaran terhadap
norma selalu dapat dituntut.
Profesi
Menurut Sidharta, 1990 Profesi adalah pelaksanaan suatu
fungsi kemasyarakatan. Pekerjaan sehari-hari yang
dilaksanakan oleh seorang warga masyarakat untuk
mewujudkan fungsi kemasyarakatan itulah disebut profesi

Pelayanan (service) pada orang secara


langsung (yang umumnya bersifat
konfidential).
Pendidikan tertentu dengan melalui ujian
tertentu sebelum melakukan pelayanan
Anggota yang relatif homogen
Standar pelayanan tertentu
Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu
organisasi profesi
Kode etik
Kode etik suatu profesi adalah norma-
norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang besangkutan
dalam melaksanakan tugas profesinya
dan dalam hidupnya dimasyarakat.
Menurut Chung, 1981 mengemukakan
empat asas etis, yaitu :
Menghargai harkat dan martabat
Peduli dan bertanggung jawab
Integritas dalam hubungan
Tanggung jawab terhadap masyarakat
Kode Etik Ahli Gizi di Indonesia

Kewajiban Umum :
Kewajiban terhadap Klien
Kewajiban terhadap Masyarakat
Kewajiban terhadap Teman Seprofesi dan
Mitra Kerja
Kewajiban terhadap Profesi dan Diri
Sendiri
Kualifikasi dan Kewenangan
Tenaga Gizi
Tenaga Gizi lulusan Diploma Tiga Gizi
sebagai Ahli Madya Gizi;
Tenaga Gizi lulusan Diploma Empat Gizi
sebagai Sarjana Terapan
Gizi;
Tenaga Gizi lulusan Sarjana sebagai
Sarjana Gizi; dan
Tenaga Gizi lulusan pendidikan profesi
sebagai Registered Dietisien
Di Pasal Selanjutnya (pasal 4):
Tenaga Gizi Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji
kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan merupakan
Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien.
Tenaga Gizi Sarjana Terapan Gizi, dan Sarjana Gizi
yang telah lulus uji kompetensi dan tcregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
merupakan Tenaga Gizi Nutrisionis Registered.
Tenaga Gizi Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi
yang telah mengikuti pendidikan profesi dan telah
lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
merupakan Tenaga Gizi Registered Dietisien.
Kewenangan tenaga gizi terhadap pasien :
Tenaga Gizi dapat menjalankan praktik Pelayanan
Gizi secara mandiri atau bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Tenaga Gizi yang menjalankan praktik Pelayanan
Gizi secara mandiri merupakan Tenaga Gizi
Registered Dietisien.
Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien dan
Nutrisionis Registered hanya dapat bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Dalam hal tidak terdapat Tenaga Gizi Registered
Dietisien, maka Tenaga Gizi Technical Registered
Dietisien dan Nutrisionis Registered dapat melakukan
Pelayanan Gizi secara mandiri atau berkoordinasi
dengan tenaga kesehatan lain yang ada di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tempat Tenaga Gizi yang
bersangkutan bekerja.
Selain itu juga memiliki kewenangan meliputi :
menerima klien/pasien secara langsung atau
menerima preskripsi
diet dari dokter;
menangani kasus komplikasi dan non
komplikasi;
memberi masukan kepada dokter yang
merujuk bila preskripsi
diet tidak sesuai dengan kondisi klien/pasien;
dan/atau
merujuk pasien dengan kasus sulit/ critical ill
dalam hal preskripsi
diet ke dokter spesialis yang berkompeten
Tempat pelayanan gizi bagi tenaga gizi :
Tenaga Gizi yang memiliki SIKTGz dapat
melakukan Pelayanan Gizi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa:
a. puskesmas;
b. klinik;
c. rumah sakit; dan
d.Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
Tenaga Gizi Registered Dietisien.yang memiliki
SIPTGz dapat melakukan praktik Pelayanan Gizi
secara mandiri dan dapat melakukan
pekerjaan dan/atau praktik paling banyak di 2
(dua) tempat kerja/praktik.
Pro kontra pro dan kontra pemberian
sertifikat Registered Dietesien
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 26
tahun 2013 pasal 4 ayat 3 menyebutkan :
Tenaga Gizi Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana
Gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b dan huruf c yang telah mengikuti
pendidikan profesi dan telah lulus uji
kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan merupakan
Tenaga Gizi Registered Dietisien.
Kemudian di pasal 26 menyebutkan :
Tenaga Gizi lulusan Diploma Tiga, Diploma
Empat, Sarjana Gizi yang telah menjalankan
pekerjaan Pelayanan Gizi baik pekerjaan
Pelayanan Gizi sccara mandiri ataupun bekerja
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau fasilitas
Pelayanan Gizi lain paling singkat selama 5 (lima)
tahun sebelum Peraturan Menteri ini dikeluarkan
diberikan sertifikat Registered Dietisien.
Dari ke dua pasal tersebut terdapat ketidak
selarasan, di pasal 4 menyatakan tenaga gizi
Registered Dietesien merupakan Tenaga Gizi
Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi yang
telah mengikuti pendidikan profesi dan telah
lulus uji kompetensi serta teregistrasi,
sedangkan di pasal 26 menyatakan bahwa
Tenaga Gizi yang telah menjalankan
pekerjaan Pelayanan Gizi paling singkat
selama 5 (lima) tahun sebelum Peraturan
Menteri ini dikeluarkan diberikan sertifikat
Registered Dietisien dan memiliki kewenangan
sebagai Registered Dietesien.
Pelaksanaan dari pasal 26 ini, yang kemudian
menimbulkan permasalahan dan kecemburuan
diantara tenaga gizi adalah :
tidak semua tenaga gizi bisa mendapatkan
sertifikat Registered Dietesien,
tenaga gizi D3 yang memenuhi portofolio justru
bisa mendapatkan sertifikat TRD yang memiliki
kewenangan lebih tinggi dibanding tenaga
D4, S1 ataupun yang telah lulus pendidikan
Profesi yang tidak mendapatkan sertifikat RD.
Tenaga gizi yang telah lulus dari pendidikan
Registered Dietesien dan memenuhi syarat
portofolio, tidak serta merta diakui sebagai
Registered Dietesien, tetapi tetap harus
mengajukan penyetaraan sertifikat Registered
Dietesien sebagai syarat untuk bisa melakukan
kewenangan sebagai Registered Dietesien.
Bagi tenaga gizi yang mendapatkan sertifikat
Registered Dietesien bisa mencantumkan
gelar dibelakang namanya.
Permasalahan selanjutnya, sertifikat tersebut
hanya berlaku 5 tahun
Dibandingkan untuk profesi lain, baik
dokter, apoteker maupun ners, ketika
seseorang telah menyelesaikan pendidikan
profesi secara otomatis mendapatkan gelar
dan tidak ada masa berlakunya, memiliki
kewenangan sebagaimana yang menjadi
kewenangannya
Beberapa permasalahan juga akan
muncul bila masa berlaku sertifikat
tersebut telah habis. Apakah akan
diperpanjang secara otomatis ataukah
harus menempuh pendidikan profesi dulu.
Perlu dikaji ulang dengan adanya
pemberian sertifikat RD, terutama untuk
tenaga gizi yang berijazah D3.

Anda mungkin juga menyukai